Anda di halaman 1dari 65

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN I

USAHA PEMBIBITAN SAPI POTONG DI KELOMPOK TANI TERNAK

GANGSAR MAKMUR

DI DESA ASMOROBANGUN KEC. PUNCU, KAB. KEDIRI

TAHUN AKADEMIK 2016/2017

Oleh:
SINTA SILVIASARI
07.2.2.15.1980

SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN MALANG

BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

2017
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN I

Judul Praktik Kerja Lapangan I di Kelompok Tani Ternak


(KTT) “Gangsar Makmur”
Nama Mahasiswa Sinta Silviasari
Lokasi Desa Asmorobangun
Kecamatan Puncu
Kabupaten Kediri
Waktu 01 – 30 Maret 2017
Pembimbing 1. Yudi Rustandi, SST., Msi
2. Kartika Budi Utami, SST, MP
Tahun Akademik 2016/2017

Menyetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Yudi Rustandi, SST., MSi Kartika Budi Utami, SST, MP


NIP 19640827 199103 1 001 NIP 19850523 200604 2 002

Mengetahui,
Ketua Program Studi Penyuluhan Peternakan

Yudi Rustandi S.ST, M.Si


NIP 19640827 199103 1 001

Tanggal

.........................

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) I Jurusan Penyuluhan Peternakan
sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
Laporan ini dibuat sebagai hasil akhir dari pelaksanaan kegiatan Praktik
Kerja Lapangan (PKL) I yang diselenggarakan oleh Sekolah Tinggi Penyuluhan
Pertanian (STPP) Malang sebagai salah satu program pendidikan untuk
meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan untuk menghasilkan
lulusan yang tangguh, khususnya di bidang peternakan yang dilaksanakan di
Kelompok Tani Ternak “Gangsar Makmur”.
Penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Siti Munifah, M.Si selaku Ketua STPP Malang.
2. Yudi Rustandi, SST., MSi selaku Dosen Pembimbing I dan Ketua Jurusan
Penyuluhan Peternakan.
3. Kartika Budi Utami, SST, MP selaku Dosen Pembimbing II.
4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal ini.

Masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini baik dari segi
teknik penulisan maupun materi penyusunannya, oleh karena itu sangat
diharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang sifatnya membangun, demi
kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat baik bagi
pembaca dan semua pihak.

Malang, Juli 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................ ii
DAFTAR ISI ......................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. v
DAFTAR BAGAN ................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... vii
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................ 1
1.2. Tujuan ............................................................................. 2
1.3. Manfaat ........................................................................... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 4
2.1. Agribisnis Sapi Potong ..................................................... 4
2.2. Performa Sapi Potong di Indonesia ................................. 4
BAB III. METODE PELAKSANAAN ..................................................... 12
3.1. Waktu dan Tempat .......................................................... 12
3.2. Metode Pengambilan Data .............................................. 12
3.3. Prosedur Pelaksanaan .................................................... 12
BAB IV. HASIL PELAKSANAAN .......................................................... 16
4.1. Gambaran Umum Kelompok ........................................... 16
4.2. Usaha Kelompok ............................................................. 20
4.3. Analisis Usaha ................................................................. 27
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN................................................... 43
5.1. Kesimpulan ...................................................................... 43
5.2. Saran ............................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 44

iii
DAFTAR TABEL

No Judul Halaman
1. Langkah kerja, waktu, dan output PKL1 ........................................ 15
2. Populasi (jumlah) kepemilikan sapi potong ................................... 16
3. Matriks Analisis SWOT ................................................................. 32
4. Analisis usaha pembibitan sapi potong dalam 1 periode ............... 34
5. Penyusutan kandang, gudang pakan, dan peralatan .................... 34
6. Analisis kompetensi SDM (Sumber Daya Manusia) ...................... 37
7. Analisis kompetensi pada bidang jabatan ..................................... 38
8. Analisis jabatan SDM .................................................................... 38
9. Analisis kebutuhan dan pengembangan SDM............................... 39

iv
DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman
1. Sistem kandang koloni di KTT Gangsar Makmur .......................... 22
2. Jerami kering ................................................................................ 22
3. Pengukuran lingkar dada sapi ....................................................... 23
4. Indukan sapi PO ........................................................................... 24
5. Memandikan ternak sapi ............................................................... 25
6. Penanganan foetus ....................................................................... 26

v
DAFTAR BAGAN

No Judul Halaman
1. Pola pemasaran sapi potong di KTT Gangsar Makmur ...................... 28
2. Pengurus KTT Gangsar Makmur ..................................................... 41

vi
DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman
1. Dokumentasi Kegiatan .................................................................. 45
2. Instrumen Magang Agribisnis ........................................................ 46
3. Sertifikat Magang .......................................................................... 53
4. Logbook Magang ......................................................................... 54
5. Lembar Konsultasi ........................................................................ 55

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pembangunan peternakan adalah bidang pembangunan nasional yang
utama. Keadaan peternakan di Indonesia sudah mengalami pasang surut yaitu
sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997. Berdasarkan data
dari Badan Pusat Statistik pada tahun 2016 yang diperoleh dari 34 provinsi,
dapat dilihat bahwa sebaran populasi ternak sapi potong sebagian besar
terkonsentrasi di Pulau Jawa dengan populasi terbanyak berada di Provinsi Jawa
Timur. Data yang tersaji pada BPS 2016, terlihat bahwa secara nasional jumlah
populasi ternak besar tahun 2015 mengalami peningkatan bila dibandingkan
dengan populasi pada tahun 2014 dengan jumlah populasi sapi potong sebesar
15,42 juta ekor (peningkatan 4,7 persen). Fluktuasi jumlah populasi sapi potong
untuk Provinsi Jawa Timur secara berkala mengalami penurunan dan
peningkatan sejak tahun 2012, dengan jumlah populasi berturut-turut 4.957.478,
3.586.709, 4.125.333, 4.267.325, dan 4.534.460 ekor.
Mengacu pada program Kementerian Pertanian tahun 2017 bahwa demi
merealisasikan program swasembada daging yang sudah dicanangkan pada
tahun 2014, bahwa untuk mencapai swasembada daging harus mampu
mencukupi kebutuhan daging sapi secara nasional, sehingga perlu upaya
percepatan peningkatan populasi sapi dalam rangka mewujudkan ketahanan
pangan hewani. UPSUS SIWAB merupakan kepanjangan dari Upaya Khusus
Sapi Indukan Wajib Bunting dengan target pada tahun 2017 sebanyak 4.000.000
akseptor, dapat menghasilkan indukan bunting sebanyak 3.000.000. Diharapkan
dengan dicanangkan program UPSUS SIWAB dapat merealisasikan
swasembada daging secara nasional.
Melihat kondisi peternakan di Jawa Timur sebagai sentra peternakan,
maka salah satu Kabupaten di Jawa Timur yaitu di Kab. Kediri, terdapat Sentra
Peternakan Rakyat yang bernama Anugerah Handini Makmur. Sentra
Peternakan Rakyat (SPR) adalah pusat pertumbuhan komoditas peternakan
dalam suatu kawasan peternakan sebagai media pembangunan peternakan dan
kesehatan hewan yang di dalamnya terdapat satu populasi ternak tertentu yang
dimiliki oleh sebagian besar peternak yang bermukim di satu desa atau lebih, dan
sumber daya alam untuk kebutuhan hidup ternak (air dan bahan pakan) dimana
program ini dicanangkan oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan

1
Hewan (Ditjen PKH). Di dalam Sentra Peternakan Rakyat (SPR) yang terdapat di
Kec. Puncu terdapat Kelompok Tani Ternak Gangsar Makmur yang tergabung
dalam SPR tersebut dengan komoditas unggulan berupa sapi potong. Sehingga
jika dilihat dari permasalahan diatas, pengembangan industri ternak sapi potong
mempunyai prospek yang sangat baik untuk dijadikan lokasi maganng dengan
memanfaatkan sumber daya lahan maupun sumber daya pakan yang ada.

1.2. Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan PKL I adalah memberi bekal dan pengalaman
kepada mahasiswa agar mampu melakukan wirausaha ataupun agribisnis di
bidang peternakan khususnya managemen budidaya sapi potong (breeding) di
Kelompok Tani Ternak Gangsar Makmur, diantaranya:
1. Dapat mengetahui sistem pemeliharaan sapi dalam kelompok (skala
kecil).
2. Dapat mengetahui pembagian kewenangan pengurus dan pengelola
dalam melakukan usaha.
3. Dapat mengetahui rantai pemasaran sapi di kelompok Tani Ternak
Gangsar Makmur.
4. Untuk mengetahui bagaimana prospek pemeliharaan pembibitan sapi
yang dikaitkan dengan kelayakan usaha.
1.3. Manfaat PKL I
Kegiatan PKL I ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:
Manfaat PKL bagi mahasiswa adalah:
1. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa dalam menganalisis
permasalahan dan merumuskan pemecahan masalah pada unit usaha
agribisnis
2. Meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam merencanakan wirausaha
pada minimal salah satu subsistem agribisnis
3. Mewujudkan mental/ jiwa wirausaha, rasa percaya diri, tangguh, kreatif,
inovatif, dinamis, disiplin, dan bertanggung jawab
Manfaat bagi pihak terkait seperti pelaku utama dan pelaku usaha serta
stakeholder lain adalah:
1. Mengenal STPP sebagai penyelenggara pendidikan program Diploma IV
Penyuluhan Pertanian yang mencetak lulusan sebagai penyuluh
pertanian ahli dan praktisi agribisnis

2
2. Menciptakan kerjasama yang baik dan saling menguntungkan di bidang
pemberdayaan SDM pertanian
3. Meningkatkan kerjasama antar sesama lembaga dalam subsistem
agribisnis maupun dengan pihak/instansi lain dalam pelaksanaan
kegiatan berwirausaha.
Manfaat bagi STTP Malang adalah:
1. Dihasilkan SDM Penyuluhan Pertanian ahli yang memiliki integritas
modal, professional, inovatif, kradibel, dan berwawasan global, serta
memiliki etos kerja yang tinggi dalam membangun system penyuluhan
pertanian.
2. Dapat melaksanakan tanggungjawab STPP Malang dalam rangka
menyebarluaskan inovasi kepada pelaku utama dan pelaku usaha di
daerah asal/wilayah kerja mahasiswa.
3. Meningkatkan eksistensi STPP Malang sebagai Lembaga Pendidikan
Penyuluhan Pertanian.
4. Meningkatkan kerjasama STPP Malang dengan instansi
pemerintah/swasta maupun stakeholder lainnya.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Agribisnis Sapi Potong


Istilah agribisnis pertama kali dilontarkan oleh John H. Davis pada suatu
konferensi yang diadakan Badan Perdagangan Eceran Boston pada tahun 1955.
Istilah ini kemudian menjadi sangat populer setelah dirumuskan dengan jelas
dalam suatu buku “A Concept of Agribusiness” yang ditulis oleh John H. Davis
dan Ray A. Goldberg (1957). Menurut kedua penulis tersebut, pengertian
agribisnis adalah “Agribusiness is the sum total of all operations involved in the
manufacturing and distribution of farm supplies; productions activities on the farm
and the storage, processing and distribution of farm commodities and items made
from them”. Dalam pengertian seperti itu, paradigma agribisnis tidak hanya
mengandung makna kegiatan produksi pertanian saja, tetapi juga meliputi
kegiatan manufaktur , distribusi input pertanian dan pengolahan serta distribusi
hasil-hasil pertanian.
Bungaran Saragih (1999), agribisnis meliputi empat subsistem: pertama,
subsistem agribisnis hulu (up-stream agribusiness), yakni kegiatan yang
menginovasi, memproduksi dan mendistribusikan sarana produksi pertanian,
baik industri alat mesin pertanian, pupuk, benih dan obat pengendalian hama
penyakit tanaman. Kedua, subsistem usaha tani (on-farm agribusiness), yakni
aktivitas produksi primer yang dimulai dari mengolah lahan, memanfaatkan
produk subsistem agribisnis hulu dan panen. Ketiga, subsistem agribisnis hilir
(down-stream agribusiness) yakni aktivitas penanganan pasca panen dan
pengolahan berbagai hasil usaha tani menjadi berbagai produk olahan dan
produk turunan (agroindustri). Baik produk olahan jadi (siap saji dan siap
konsumsi) maupun setengah jadi (untuk dijadikan bahan campuran atau olahan
lain). Keempat, subsistem penunjang (supporting system), yakni aktivitas
penunjang ketiga subsistem sebelumnya, seperti pusat pelayanan informasi,
lembaga keuangan, lembaga penelitian, lembaga swadaya dan lainnya.
2.2. Performa Sapi Potong di Indonesia
Peternakan sapi di Indonesia sudah menjadi kegiatan agribisnis.
Pengelolaannya pun sudah mengarah kepada sistem modern dan profesional.
Cakupan usahanya pun cukup luas, mulai dari hulu hingga hilir. Agribisnis sapi
tidak hanya terbatas kegiatan hulu seperti pengadaan bibit, pembesaran,

4
maupun penggemukan. Namun demikian, juga meliputi bisnis hilir yang berperan
dalam meningkatkan nilai tambah dan kualitas produknya (daging dan susu
sapi). Pengadaan bibit sapi sangat prospektif mengingat kebutuhan bakalan
untuk pembesaran maupun penggemukan selalu meningkat setiap tahun.
Tingginya kebutuhan bakalan tentu memberikan peluang bagi peternak. Saat ini
sentra pembibitan sapi di Indonesia sudah berada dibeberapa daerah, seperti
Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten dan Lampung. Hasil dari usaha pembibitan
berupa pedet atau anak sapi. Peternak baru bisa menjual setelah 13 bulan
dipelihara, yaitu 9 bulan masa kebuntingan dan 4 bulan dipelihara.

a. Jenis-jenis Sapi Potong di Indonesia


1. Bos indicus
Bos indicus (Zebu : sapi berpunuk) saat ini berkembang biak di India, dan
akhirnya sebagian menyebar ke berbagai negara, terlebih di daerah tropis seperti
Asia Tenggara (termasuk Indonesia), Afrika, dan Amerika. Di Indonesia terdapat
8 sapi keturunan Zebu, yakni sapi Ongole dan Peranakan Ongole (PO), serta
Brahman.
2. Bos taurus
Bos taurus adalah bangsa sapi yang menurunkan bangsa-bangsa sapi
potong dan sapi perah di Eropa. Golongan ini akhirnya menyebar ke berbagai
penjuru dunia seperti Amerika, Australia dan Selandia Baru. Belakangan ini, sapi
keturunan Bos taurus telah banyak dikembangkan di Indonesia, misalnya
Aberdeen Angus, Hereford, Shorthorn, Charolais, Simmental dan Limousin.
3. Bos sondaicus (bos Bibos)
Golongan ini merupakan sumber asli bangsa-bangsa sapi di Indonesia.
Sapi yang sekarang ada di Indonesia merupakan keturunan banteng (Bos bibos),
yang sekarang dikenal dengan nama Sapi Bali, Sapi Madura, Sapi Jawa, Sapi
Sumatera dan sapi lokal lainnya. Sugeng (2003), penyebaran sapi ternak di
Indonesia belum merata. Ada daerah yang sangat padat, ada yang sedang dan
ada yang jarang atau terbatas populasinya. Ada beberapa faktor penyebab
tingkat populasi sapi di Indonesia, yaitu faktor pertanian dan penyebaran
penduduk, faktor iklim, adat istiadat dan agama. Hardjosubroto (1994)
mengemukakan bahwa produktivitas dan reproduksi ternak dipengaruhi oleh
faktor genetik 30% dan lingkungan 70%. Beberapa sapi potong yang saat ini
banyak terdapat di Indonesia adalah: Sapi Bali, Sapi Madura, Sapi Ongole, Sapi
Limousin, Sapi Simmental, Sapi Brangus dan sapi Brahman.

5
a. Sapi Bali
Sapi Bali merupakan sapi potong asli Indonesia dan merupakan hasil
domestikasi dari Banteng (Bos-bibos). Sapi Bali mempunyai kemampuan
reproduksi tinggi, dan dapat digunakan sebagai ternak kerja di sawah dan ladang
(Putu et al., 1998; Moran, 1990), daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan
dan persentase kelahiran dapat mencapai 80 persen serta sapi induk (betina)
mampu melahirkan setahun sekali. Selain itu, kualitas dagingnya sangat baik
dengan persentase karkas (daging dan tulang dalam, tanpa kepala, kaki dan
jeroan) mencapai 60 persen. Hardjosubroto (1994), Sapi Bali memiliki beberapa
kekurangan yaitu pertumbuhannya lambat, peka terhadap penyakit Jembrana,
penyakit ingusan (malignant catarrhal fever) dan Bali ziekte.
b. Sapi Madura
Sapi Madura adalah salah satu bangsa sapi Indonesia, banyak
didapatkan di Pulau Madura mempunyai ciri berpunuk, berwarna kuning hingga
merah bata, terkadang terdapat warna putih pada moncong, ekor, dan kaki
bawah. Jenis sapi ini mempunyai daya pertambahan berat badan rendah. Salah
satu kelebihan sapi Madura adalah tahan terhadap kondisi pakan yang
berkualitas rendah. Namun ada kecenderungan bahwa mutu sapi Madura
menurun produktivitasnya atau terjadi pergeseran nilai (produktivitas) dari waktu
ke waktu, yang sampai saat ini penyebabnya belum diketahui dengan jelas.
c. Sapi Ongole
Sapi Ongole memiliki cici-ciri berwarna putih dengan warna hitam di
beberapa bagian tubuh, bergelambir dan berpunuk, dan daya adaptasinya baik.
Jenis sapi ini telah disilangkan dengan sapi Madura, keturunannya disebut
Peranakan Ongole (PO) cirinya sama dengan sapi Ongole tetapi kemampuan
produksinya lebih rendah (Sugeng, 2003). Hardjosubroto (1994), umur pertama
kali kawin sapi ini rata-rata adalah 27,72 bulan. Sapi Peranakan Ongole nilai S/C
1,28, dan nilai Conception Rate (CR) 75,34 %.
d. Sapi Limousine
Sapi ini berasal dari Perancis dan merupakan tipe sapi potong ciri yang
dimilki sapi ini adalah warna bulu merah cokelat, tetapi pada sekeliling mata dan
kaki mulai dari lutut ke bawah berwarna agak terang ukuran tubuh besar dan
panjang, pertumbuhan bagus. Tanduk pada jantan tumbuh keluar dan agak
melengkung.berat badan sapi betina 650 kg, dan jantan 850 kg (Sugeng, 2003).

6
Nuryadi dan Sri (2010), sapi Peranakan Limousin nilai S/C 1,34 dan nilai
Conception Rate (CR) 66%.
e. Sapi Simental
Sapi Simmental adalah bangsa Bos taurus berasal dari daerah Simme di
negara Switzerland tetapi sekarang berkembang lebih cepat di benua Eropa dan
Amerika, merupakan tipe sapi perah dan pedaging, warna bulu coklat kemerahan
(merah bata), dibagian muka dan lutut kebawah serta ujung ekor 11 berwarna
putih, sapi jantan dewasanya mampu mencapai berat badan 1150 kg sedang
betina dewasanya 800 kg. Bentuk tubuhnya kekar dan berotot, sapi jenis ini
sangat cocok dipelihara di tempat yang iklimnya sedang. Persentase karkas sapi
jenis ini tinggi, mengandung sedikit lemak.
f. Sapi Brahman
Bangsa sapi Brahman dikembangkan di Amerika Serikat dengan
mencampurkan darah 3 bangsa sapi India yaitu bangsa-bangsa Gir, Guzerat,
dan Nellor. Sapi ini bertanduk dan warnanya bervariasi mulai dari abu-abu muda,
totol-totol sampai hitam. Terdapat punuk pada punggung dibelakang kepala,
yang merupakan kelanjutan dari otot-otot pundak, dengan telinga yang
berpedulous panjang, serta adanya pendulous yang longgar sepanjang leher.
Sapi Brahman mempunyai sifat-sifat yang hanya dipunyai oleh beberapa bangsa
sapi tertentu, yaitu ketahanannya terhadap kondisi tatalaksana yang sangat
minimal, toleransi terhadap panas, kemampuan untuk mengasuh anak, dan daya
tahan terhadap kondisi lingkungan yang jelek.
g. Sapi Brangus
Sapi Brangus merupakan hasil persilangan antara Brahman dan
Aberdeen Angus dan merupakan tipe sapi potong. Ciri-ciri yang dimiliki sapi ini
adalah bulunya halus dan pada umumnya berwarna hitam atau merah. Sapi ini
juga bertanduk, bergelambir, dan bertelinga kecil. Sapi ini juga berpunuk, tetapi
kecil. Berat sapi betina mencapai 900 kg, dan jantan 1.100 kg (Sugeng, 2003).
b. Manajemen Pemeliharaan Sapi Potong
a) Pemeliharaan
Dalam pembibitan sapi potong, pemeliharaan ternak dapat dilakukan
dengan sistim pastura (penggembalaan), sistim semi intensif, dan sistim
intensif.

7
1) Sistim pastura yaitu pembibitan sapi potong yang sumber pakan
utamanya berasal dari pastura. Pastura dapat merupakan milik
perorangan, badan usaha atau kelompok peternak.
2) Sistim semi intensif yaitu pembibitan sapi potong yang
menggabungkan antara sistem pastura dan sistem intensif. Pada
sistem ini dapat dilakukan pembibitan sapi potong dengan cara
pemeliharaan di padang penggembalaan dan dikandangkan.
3) Sistem intensif yaitu pembibitan sapi potong dengan pemeliharaan di
kandang. Pada sistem ini kebutuhan pakan disediakan penuh.
b) Produksi
Berdasarkan tujuan produksinya, pembibitan sapi potong dikelompokkan
ke dalam pembibitan sapi potong bangsa/rumpun murni dan pembibitan
sapi potong persilangan.
1) Pembibitan sapi potong bangsa/rumpun murni, yaitu
perkembangbiakan ternaknya dilakukan dengan cara mengawinkan
sapi yang sama bangsa/rumpunnya.
2) Pembibitan sapi potong persilangan, yaitu perkembangbiakan
ternaknya dilakukan dengan cara perkawinan antar ternak dari satu
spesies tetapi berlainan rumpun.
c) Seleksi Bibit
Seleksi bibit sapi potong dilakukan berdasarkan performan anak dan
individu calon bibit sapi potong tersebut, dengan mempergunakan kriteria
seleksi sebagai berikut :
1) Sapi Induk
a. sapi induk harus dapat menghasilkan anak secara teratur;
b. anak jantan maupun betina tidak cacat dan mempunyai rasio
bobot sapih umur 205 hari (weaning weight ratio) di atas ratarata.
2) Calon Pejantan
a. bobot sapih terkoreksi terhadap umur 205 hari umur induk dan
musim kelahiran, di atas rata-rata;
b. bobot badan umur 365 hari di atas rata-rata;
c. pertambahan bobot badan antara umur 1-1,5 tahun di atas
ratarata;
d. bobot badan umur 2 tahun di atas rata-rata;
e. libido dan kualitas spermanya baik;

8
f. penampilan fenotipe sesuai dengan rumpunnya.
3) Calon induk
a. bobot sapih terkoreksi terhadap umur 205 hari umur induk dan
musim kelahiran, di atas rata-rata;
b. bobot badan umur 365 hari di atas rata-rata;
c. penampilan fenotipe sesuai dengan rumpunnya.
4) Perkawinan
Dalam upaya memperoleh bibit yang berkualitas melalui teknik
perkawinan dapat dilakukan dengan cara kawin alam dan Inseminasi
Buatan (IB).
5) Ternak Pengganti (Replacement Stock)
Pengadaan ternak pengganti (replacement stock), dilakukan sebagai
berikut:
a. Calon bibit betina dipilih 25% terbaik untuk replacement, 10%
untuk pengembangan populasi kawasan, 60% dijual ke luar
kawasan sebagai bibit dan 5% dijual sebagai ternak afkir (culling);
b. Calon bibit jantan dipilih 10% terbaik pada umur sapih dan
bersama calon bibit betina 25% terbaik untuk dimasukkan pada
uji performan.
6) Afkir (Culling)
Pengeluaran ternak yang sudah dinyatakan tidak memenuhi
persyaratan bibit (afkir/culling), dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Untuk bibit rumpun murni, 50% sapi bibit jantan peringkat
terendah saat seleksi pertama (umur sapih terkoreksi)
dikeluarkan dengan di kastrasi dan 40%nya dijual ke luar
kawasan.
b. Sapi betina yang tidak memenuhi persyaratan sebagai bibit (10%)
dikeluarkan sebagai ternak afkir (culling).
c. Sapi induk yang tidak produktip segera dikeluarkan.
7) Pencatatan (Recording)
Setiap usaha pembibitan sapi potong hendaknya melakukan
pencatatan (recording). Pencatatan (recording) tersebut meliputi:
a. Rumpun;
b. Silsilah;

9
c. Serkawinan (tanggal, pejantan, IB/kawin alam);
d. Kelahiran (tanggal, bobot lahir);
e. Penyapihan (tanggal, bobot badan);
f. Beranak kembali (tanggal, paritas);
g. Pakan (jenis, konsumsi);
h. Vaksinasi, pengobatan (tanggal, perlakuan/treatment);
i. Mutasi (pemasukan dan pengeluaran ternak);
8) Persilangan
Persilangan yaitu salah satu cara perkawinan, perkembangbiakan
ternaknya dilakukan dengan cara perkawinan antara hewan-hewan
dari satu spesies yang berlainan rumpun.
9) Sertifikasi
Sertifikasi dilakukan oleh lembaga sertifikasi yang telah diakreditasi.
Dalam hal belum ada lembaga sertifikasi yang terakreditasi,
sertifikasi dapat dilakukan oleh lembaga yang ditunjuk oleh pejabat
yang berwenang.
10) Kesehatan Hewan
Untuk memperoleh hasil yang baik, pembibitan sapi perah harus
memperhatikan persyaratan kesehatan hewan yang meliputi situasi
penyakit dan pencegahan/vaksinasi.
11) Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet)

a. Manajemen Reproduksi Ternak Sapi Potong


Reproduksi adalah suatu kemewahan fungsi tubuh yang secara fisiologi
tidak vital bagi kehidupan tetapi sangat penting bagi kelanjutan keturunan suatu
jenis atau bangsa hewan. Proses reproduksi baru dapat berlangsung setelah
hewan mencapai masa pubertas atau dewasa kelamin, dimana proses ini diatur
oleh kelenjar-kelenjar endokrin dan hormon-hormon yang dihasilkannya .
Mengetahui mekanisme reproduksi merupakan hal yang penting untuk
meningkatkan efisiensi reproduksi. Pada dasarnya tanpa reproduksi tidak akan
ada produksi serta tingkat dan efisensi reproduksi akan menentukan tingkat
efisiensi reproduksi (Feradis, 2010).
a) Pubertas
Pubertas atau dewasa kelamin adalah umur atau waktu dimana organ-
organ reproduksi mulai berfungsi dan perkembangbiakan dapat terjadi
(Toelihere, 1994). Pada hewan jantan pubertas ditandai dengan kemampuan

10
hewan untuk berkopulasi dan menghasilkan sperma disamping perubahan-
perubahan kelamin sekunder lain, sedangkan pada hewan betina ditandai
dengan terjadinya estrus dan ovulasi. Umur sapi dara saat pubertas dapat
beragam dari 8 sampai 18 bulan atau 9-13 bulan dengan bobot badan sekitar
260 kg. Hewan betina muda tidak boleh dikawinkan sampai pertumbuhan
badannya memungkin untuk suatu kebuntingan dan kelahiran normal. Hal ini
karena dewasa kelamin terjadi sebelum dewasa tubuh tercapai.
b) Siklus Berahi
Berahi atau disebut juga estrus adalah dimana hewan betina bersedia
menerima pejantan untuk kopulasi, sedangkan siklus berahi merupakan jarak
atau interval antara berahi yasng satu sampai berahi berikutnya (Hafez, 2000).
c) Lama Berahi
Periode estrus pada sapi dapat dinyatakan sebagai saat dimana sapi
betina siap sedia dinaiki oleh pejantan. Periode ini rata-ratanya adalah 18 jam
untuk sapi induk dan sedikit lebih pendek pada sapi dara dengan kisaran normal
12-24 jam (Frandson, 1992). Lama waktu berahi sangat bervariasi diantara
spesies. Lama berahi pada sapi potong rataannya 20 jam dengan selang waktu
12-30 jam, sedangkan pada sapi perah rataannya 15 jam dengan selang waktu
13-17 jam.
d) Ovulasi
Ovulasi adalah saat pecahan folikel de Graaf dan keluarnya ovum
bersama-sama isi folikel (Partodihadjo, 1992). Ovulasi terjadi dengan pecahnya
folikel dan rongga folikel segera mengecil secara berangsur-angsur diikuti
dengan berhentinya pengeluaran lendir.
e) Deteksi kebuntingan
Kebuntingan adalah suatu periode sejak terjadinya fertilisasi sampai
terjadi kelahiran (Frandson, 1992). Kebuntingan merupakan keadaan dimana
anak sedang berkembang dalam uterus seekor hewan betina (Illawati, 2009).
Deteksi kebuntingan dini pada ternak ruminansia menjadi penting bagi
keberhasilan sebuah manajemen reproduksi sebagaimana ditinjau dari segi
ekonomi (Lestari, 2006).

11
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1. Waktu dan Tempat


Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) 1 dilaksanakan di Sentra
Peternakan Rakyat (SPR) dengan lokasi kandang terletak di Kelompok Tani
Ternak Gangsar Makmur tepatnya di dusun Prapatan, desa Asmorobangun, Kec.
Puncu, Kab. Kediri yang dimulai pada tanggal 1 Maret sampai dengan tanggal 30
Maret 2017 dengan total sejumlah 30 hari.

3.2. Metode Pengambilan Data


1) Data Primer
Pengambilan data primer secara umum di unit usaha Sapi Potong
Kelompok Tani Ternak Gangsar Makmur diperoleh melalui kegiatan wawancara
dan diskusi bersama pengelola unit usaha dan peternak sebagai kelompok
fokus sehingga diperoleh informasi tentang gambaran umum organisasi/unit
usaha agribisnis dari kelompok ternak.
2) Data Sekunder
Pengambilan data sekunder melalui catatan produksi pemeliharaan sapi
potong dan buku profil kelompok tani ternak Gangsar Makmur tahun 2011 yang
diolah kemudian disajikan dalam gambar dan tabel yang terdapat pada bab IV.

3.3. Prosedur Pelaksanaan


PKL I yang berupa magang agribisnis disertai penyusunan rencana usaha
agribisnis (business plan) adalah kegiatan akademik yang dengan melakukan
praktik kerja pada lembaga-lembaga yang relevan dengan bidang agribisnis,
dalam hal ini adalah Kelompok Tani Ternak Gangsar Makmur yang bergerak
dibidang pembibitan sapi potong. Dalam melaksanakan magang yang ada di
lokasi usaha dilakukan melalui tahapan-tahapan antara lain:
1) Pengenalan kondisi unit usaha agribisnis (KTT Gangsar Makmur)
Pengenalan kondisi unit usaha agribisnis dilakukan berdasarkan
pencermatan terhadap gambaran umum perusahaan, identifikasi usaha, ruang
lingkup usaha, dan deskripsi usaha di tempat lokasi magang. Instrumen
pengenalan kondisi Unit Agribisnis antara lain meliputi:
A. Pendahuluan
a. Latar Belakang, yang meliputi:

12
a) Gambaran umum perusahaan (bergerak dalam bidang:
produk/jasa/lainnya, pasar domestik atau ekspor, waktu berdirinya
perusahaan)
b) Keunggulan komparatif (potensi pemanfaatan SDA dan SDM,
kelembagaan agribisnis, infrastruktur, dll secara optimal - potensi
kuantitas)
c) Keunggulan kompetitif (harga, efisiensi, permintaan, peluang pasar -
potensi kualitas)
d) Potensi alam dan pasar (dukungan alam dalam penyediaan
produk/bahan baku dan ketersediaan di pasar)
b. Tujuan
a) Untuk apa melakukan usaha (mencakup tentang pemanfaatan
keunggulan komparatif dan kompetitif, potensi alam dan pasar dalam
usaha agribisnis guna meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
petani)
B. Identifikasi usaha
a. Visi dan Misi (apa yang menjadi visi/harapan perusahaan dan langkah-
langkah apa yang ditetapkan untuk mewujudkan apa yang diharapkan)
b. Identifikasi Pelaku Usaha
a) Nama usaha
b) Bentuk usaha
c) Perizinan lainnya
d) Pemilik usaha
e) Hak kepemilikan asset (yang meliputi tanah, bangunan, lainnya)
f) Alamat usaha (tempat lokasi usaha sesuai dengan SITU)
c. Ruang Lingkup Usaha Bidang Peternakan
a) Sub Sistem Agribisnis (Agro Input, Agro Product, Agro Industry, Agro
Marketing, Agro Support) dalam hal ini bergerak di salah satu
subsistem atau semua sistem agribisnis.
d. Deskripsi Tentang Usaha
a) Jenis usaha (produk/jasa)
e. Prospek usaha Tujuan Usaha
a) Tujuan usaha perusahaan, mencakup tentang okupasi cakupan
kegiatan usaha (hulu-hilir, atau salah satu subsistem)

13
f. Deskripsi Produk
a) Jenis Produk (primer/sekunder, barang jadi atau setengah jadi)
b) Keunikan (spesifikasi produk)
c) Teknologi (penerapan teknologi dalam proses produksi)
d) Daya saing.
2) Analisis Masalah dan Perumusan Pemecahan Masalah Usaha
Analisis masalah serta perumusan pemecahan masalah pada Kelompok
Tani Ternak Gangsar Makmur berdasarkan pencermatan terhadap pasar dan
pemasaran, analisis keuangan, produksi, Sumber Daya Manusia, rencana
pengembangan usaha, analisis dampak dan resiko usaha, permodalan, dan
organisasi usaha.
A. Analisis usaha
a. Analisis pasar dan pemasaran
a) Rantai pasar
b) Segmentasi (geografis dan demografis)
c) Target (market place)
d) Harga (penetapan harga)
e) Strategi pemasaran (product, price, promotion, place, people,
process, physical evidence)
f) Analisis pesaing (strength, weakness, opportunities, threats)
b. Analisis keuangan (laporan keuangan, kebutuhan investasi
c. Analisis produksi (SOP, bahan baku, kapasitas produksi, rencana
pengembangan produksi)
d. Analisis SDM (prasyarat menjadi pegawai perusahaan, analisis
kebutuhan dan pengembangan SDM)
e. Analisis dampak dan resiko usaha (dampak terhadap masyarakat sekitar,
upaya pengendalian dampak, dampak terhadap lingkungan, analisis
resiko usaha, antisipasi resiko usaha)
f. Permodalan (sumber modal usaha, biaya produksi, modal investasi)
g. Organisasi usaha (struktur organisasi, uraian tugas, syarat dan kualifikasi
keterampilannya)

14
Tabel 1. Langkah Kerja, Waktu, dan Output PKL I.
Waktu Minggu
No Langkah Kerja PKL Output Ket
(minggu) ke-
1 Pengenalan Kondisi Identifikasi
Organisasi/unit keadaan/gambaran Kelompok
agribisnis dan usaha umum Tani
inti dari unit usaha. 3 1-3 organisasi/unit Ternak
usaha agribisnis Gangsar
dan bisnis inti dari Makmur
unit usaha
2 Menganalisis a) Identifikasi
Masalah dan masalah pada unit Kelompok
Merumuskan usaha. Tani
Pemecahan Masalah 2 2-3 b) Rumusan Ternak
Pada Unit 1Usaha pemecahan Gangsar
Agribisnis. masalah pada unit Makmur
usaha
3 Membuat Rencana Rencana usaha
Usaha agribisnis/bussines
Agribisnis/Bussines 1 4 plan Kampus
Plan

4 Penyusunan Laporan Laporan PKL I


PKL 1 4 sesuai dengan Kampus
petunjuk teknis

3) Merumuskan Kesimpulan dan Saran


Setelah melakukan Pengenalan kondisiunit usaha agribisnis dan
menganalisis masalah serta merumuskan pemecahan masalah usaha maka
diakhir kegiatan membuat kesimpulan dan saran atas pelaksanaan magang
agribisnis.
a) Kesimpulan
a. Menilai prospektif usaha di tempat magang
b. Minat mahasiswa dalam melakukan usaha
b) Saran hasil magang

15
BAB IV
HASIL PELAKSANAAN

4.1. Gambaran Umum Kelompok


Berikut sekilas mengenai gambaran umum Kelompok Tani Ternak
Gangsar Makmur adalah sebagai berikut:
a. Nama Kelompok
Kelompok ternak yang berada dilokasi magang bernama Kelompok Tani
Ternak Gangsar Makmur. Gangsar adalah kata yang berasal dari bahasa Jawa
yang artinya lancar, semua tugas, pekerjaan dapat dikerjakan dan diselesaikan
dengan baik, hambatan dan rintangan dapat dilalui dan diatasi. Makmur adalah
tujuan yang diharapkan dari organisasi. Jadi gangsar makmur mempunyai arti
anggota yang dapat menyelesaikan semua usaha dan kegiatan dengan lancar
untuk mencapai sebuah kemakmuran.
b. Status Kelompok
Status dari Kelompok Tani Ternak Gangsar Makmur sudah terdaftar di
Dinas Peternakan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Kediri dengan sertifikat
kelas kelompok sebagai berikut:
a) Kelas pemula pada tanggal 16 Desember 2002.
b) Kelas lanjut pada tanggal 4 Desember 2006.
c) Kelas madya pada tanggal 29 Juni 2010.
c. Populasi Ternak
Untuk saat ini populasi ternak sapi potong program pembibitan yang ada
di Kelompok Tani Ternak Gangsar Makmur berjumlah 17 ekor sapi yang terdiri
dari sapi jenis PO dan Crossbreed (persilangan antara Limousin dengan
Peranakan Ongole dan Simmental dengan Peranakan Ongole).
Tabel 2. Populasi (jumlah) kepemilikan sapi potong di KTT Gangsar Makmur
tahun 2017
No. Status populasi Jumlah Keterangan
Peranakan Ongole = 13 ekor
1. Betina dewasa 17
Crossbreed = 4 ekor
2. Betina Dara 1 Crossbreed (Limousin >< PO)
3. Pedet 3 3 ekor betina PO
Sumber: Data primer diolah, 2017.

Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah sapi yang dipelihara dalam kelompok


sebanyak 21 ekor, dimana status pemiliknya selain menjadi anggota KTT

16
Gangsar Makmur juga ada pengurus dari kelompok yang membudidayakan sapi
potong. Dari jumlah tersebut, berarti rata-rata kepemilikan sapi tiap peternak
memelihara 1 - 2 ekor. Melihat proporsi sapi induk mendominasi dalam struktur
populasi, menggambarkan bahwa pembibitan (penghasil pedet) merupakan
tujuan utama dalam budidaya sapi potong. HADI et al. dalam PRAJOGO et al.
(2002) melaporkan bahwa pembibitan sapi rakyat umumnya berkisar 1 – 3
ekor/peternak dan kecilnya skala usaha pembibitan sapi rakyat karena
terbatasnya modal dan tenaga kerja, sistem manajemen yang masih tradisional
serta hanya merupakan usaha sampingan. Dari 21 ekor sapi yang dipelihara
anggota kelompok, bangsa Peranakan Ongole merupakan jenis sapi yang
terbanyak dipelihara peternak. Sapi Crossbreed oleh peternak biasa disebut
Urap yaitu sapi yang merupakan keturunan dari hasil kawin silang lebih dari dua
bangsa, contohnya hasil persilangan PO dengan Limousine yang kemudian di
Inseminasi Buatan dengan semen Simental atau sebaliknya.
d. Alamat Kelompok
a. Dusun : Prapatan
b. Desa : Asmorobangun
c. Kecamatan : Puncu
d. Kabupaten : Kediri
e. Provinsi : Jawa Timur
f. Alamat Email : gangsarmakmur@yahoo.co.id
g. Kode Pos : 64292
e. Identitas Ketua Kelompok
a. Nama : Waridi
b. Tempat/tanggal lahir : Kediri, 20 Juli 1971
c. Agama : Islam
d. Alamat : Dsn Prapatan, Ds. Asmorobangun, Kec. Puncu,
Kab.Kediri
e. Nomor HP : 081359415006
f. Pendidikan terakhir : SMK
a. Penghargaan yang pernah diterima oleh kelompok
Sejak berdiri tahun 2002, kelompok terus berbenah diri untuk
mengembangkan usaha dari hulu sampai hilir guna meningkatkan kesejahteraan
anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Dan setelah berumur
5 tahun kelompok sudah mulai menunjukkan prestasinya diberbagai bidang baik
bidang budidaya maupun bidang sosial kemasyarakatan. Berikut ini catatan

17
prestasi yang sudah didapatkan oleh KTT Gangsar Makmur dalam berbagai
perlombaan:
1. Juara Pertama dalam kelompok peternak terbaik tingkat Kabupaten Kediri
tahun 2007.
2. Juara Pertama kelompok peternak BLM tingkat Jawa Timur tahun 2008.
3. Juara Ketiga kontes ternak kategori Induk PO dalam Eksponak Kediri
tahun 2009.
4. Juara Pertama kelompok ternak agribisnis sapi potong tingkat Kabupaten
Kediri tahun 2009.
5. Juara Pertama kelompok ternak terbaik tingkat provinsi Jawa Timur.

Berikut disajikan beberapa gambaran awal mengenai kondisi awal usaha


pembibitan sapi potong adalah sebagai berikut:

a) Keunggulan Komparatif
Di Kelompok Tani Ternak Gangsar Makmur memiliki beberapa
keunggulan komparatif antara lain sebagai berikut:
1. Adanya SDA yang tersedia banyak seperti lahan yang luas, kandang, dan
Hijauan Makanan Ternak.
2. Adanya tenaga kerja ahli yang menjadi pengurus di kelompok Gangsar
Makmur sehingga kelompok menjadi lebih maju dan mudah dalam
pengembangannya serta manajemennya seperti Pak Sarana (ketua Gangsar
Makmur tahun 2014) dan Bima Ade Rusandy (dokter hewan) alumni UGM
tahun 2015 yang menghandle penanganan penyakit dan kesehatan pada
kandang kelompok.
3. Sistem manajemen dalam kelompok yang sudah berjalan dengan baik
bahkan sudah pernah memperoleh juara di tingkat Nasional maupun
Propinsi.
4. Model manajemen dalam kelompok yang mampu mensejahterakan
kelompok karena menggunakan sistem bagi hasil.

b) Keunggulan Kompetitif
Salah satu keunggulan kompetitif di Kelompok Tani Ternak Gangsar
Makmur adalah adanya jasa pelayanan pengantaran ternak sapi ke pembeli
pada saat berlangsungnya transaksi penjualan.

18
c) Potensi Alam Dan Pasar
Sumber daya alam di Indonesia semua potensi alam dapat
dikembangkan untuk proses produksi. Kecamatan Puncu merupakan salah satu
lokasi Sentra Peternakan Rakyat Kab. Kediri yang masih kaya akan Sumber
Daya Alam, baik pertanian maupun peternakan. Dalam menunjang proses
budidaya, penyediaan hijauan makanan ternak yang sangat tercukupi, seperti
rumput gajah, limbah tanaman jagung seperti tebon dan janggelnya, daun pucuk
tebu, rumput-rumputan, maupun limbah pertanian yang lain.

d) Usaha Pokok Kelompok


Fokus usaha kelompok dibidang peternakan di Kelompok Tani Ternak
Gangsar Makmur adalah pembibitan sapi potong, meskipun demikian juga ada
anggota yang membesarkan pedet untuk digemukkan. Untuk menjalankan usaha
pokok ini kelompok menyediakan fasilitas permodalan dan pelayanan/jasa
pemasaran dengan program sebagai berikut:
a. Program Pinjaman KKPE, Jasa 6%/tahun
Kelompok bekerjasama dengan Bank Jatim Pare, menyalurkan kredit
KKPE dengan jasa 0,5/bulan, pokok dibayar 6 bulan sekali.
b. Program Penggaduhan Sistem 30 : 70
Usaha ini diperuntukkan untuk anggota dan masyarakan sekitar, dengan bagi
hasil keuntungan 30% untuk kelompok dan 70% bagi penggaduh. Dalam
melaksanakan kegiatan dan usahanya, Kelompok Tani Ternak Gangsar Makmur
bekerjasama dengan berbagai pihak, sehingga visi dan misinya akan dapat
segera dicapai. Kerjasama-kerjasama yang dilakukan oleh kelompok yaitu
kerjasama dengan pihak koperasi, perbankan, gapoktan, kelompoktani, dinas
instansi terkait, pihak swasta dan perguruan tinggi. Berikut adalah kerjasama
yang telah dilakukan oleh Kelompok Tani Ternak Gangsar Makmur:
a. KUD Tani Jaya Puncu
b. Koperasi Pertanian Argomulyo
c. Koperasi Serba Usaha Gangsar Makmur
d. Perbankan Bank Jatim Cabang Pare
e. Gapoktan Bangun Makmur
f. Kelompok Tani Sido Waras Sae
g. Kios Pertanian dan Bahan Pangan Primaguna Asmorobangun
h. Alma Poultry Shop Kediri
i. Dinas Peternakan Kabupaten Kediri

19
j. Pemerintah Desa Asmorobangun
k. SMPN 1 Puncu
l. Usaha Mikro Binaan
m. BPTP Karangploso Malang
n. Balitnak Ciawi Bogor
o. BBPP Batu
p. Biro Hukum dan Humas Sekjen Kementerian Pertanian
q. Fakultas Peternakan Universitas Nusantara PGRI Kabupaten Kediri
r. Jagal SUHUD
s. Kelompok binaan Gangsar Makmur

4.2. Usaha Kelompok


a) Visi dan Misi Kelompok
Visi Kelompok Tani Ternak Gangsar Makmur adalah “Petani, Peternak dan
pengusaha mikro yang makmur dan sejahtera”. Untuk mencapai visi, diperlukan
beberapa misi antara lain:
a. Menjadikan kelompok sebagai wahana belajar dan akses untuk memperoleh
tekhnologi, informasi pasar, modal usaha.
b. Menjadikan kelompok sebagai: wahana usaha untuk kesejahteraan anggota
dan masyarakat sekitar.
c. Mengelola limbah pertanian dan peternakan sebagai rotasi yang
berkesinambungan.
d. Membuka lapangan kerja.
e. Memberikan pembiayaan/pinjaman modal usaha.
f. Memberikan konsultan dan pelatihan kepada anggota definitif, peternak,
usaha mikro dan kelompok binaan.

b) Bentuk Usaha
Bentuk usaha yang dijalankan adalah usaha kelompok. Dengan hak
kepemilikan tanah adalah menggunakan sistem sewa ke desa yang disewa
dengan harga Rp 1.500.000/tahun, ternak milik kelompok dan dikelola oleh
kelompok dan hak milik dari bangunannya juga milik kelompok.

c) Deskripsi tentang Usaha


Produk utama yang dihasilkan dalam usaha pembibitan sapi potong
Peranakan Ongole adalah pedet (anakan sapi) serta bakalan, sedangkan hasil

20
sampingan berupa limbah kotoran sapi yang dijual untuk dijadikan pupuk
kandang atau pupuk kompos sesuai kebutuhan pembeli. Konsep dari usaha
pembibitan sapi potong Peranakan Ongole yang digunakan oleh Kelompok Tani
Ternak Gangsar Makmur adalah sistem pembagian keuntungan atau bagi hasil
yang diterapkan dalam budidaya menggunakan perbandingan 30 : 70 yang
melibatkan pengelola dalam kelompok dan peternak yang bersedia memelihara
sapi potong. Dimana dalam hal ini 30% untuk kelompok yang sudah
menyediakan bibit atapun indukan ternak sapi dan 70% untuk petenak yang mau
bergabung dalam kelompok, yang mana perannya hanya mengelola sapi sampai
bisa menghasilkan anakan baru, sehingga adil dalam hal pembagian
keuntungan. Untuk biaya operasional pemeliharaan dan biaya pengobatan
maupun biaya Inseminasi Buatan ditanggung oleh peternak yang bersangkutan.
Usaha yang dijalankan masih dalam skala kecil.
Apabila peternak tidak memiliki modal dalam usaha pemeliharaan sapi
tersebut, dana dapat dipinjamkan dari kelompok sehingga pada akhir
pemeliharaan atau puncak panen penjualan sapi potong dapat diambil dari hasil
penjualan sapi tersebut. Teknologi yang digunakan oleh kelompok dalam usaha
pembibitan sapi potong adalah menggunakan teknik Inseminasi Buatan. Untuk
menjaga kualitas ternak dalam menjaga daya saing, kelompok mengatasinya
dengan cara menjaga jaminan kualitas ternak maupun bibit dengan cara
penanganan kesehatan yang lebih intensif dan rutin. Karena kesehatan
merupakan hal yang sangat kritis dalam dunia peternakan. Teknis pembibitan
sapi potong di Kelompok Tani Ternak Gangsar Makmur dapat dijabarkan dalam
uraian berikut ini:
a. Perkandangan
Dari hasil kegiatan magang di kandang Gangsar Makmur, tipe kandang
yang digunakan adalah kandang koloni/komunal yang dibangun di atas tanah
milik desa seluas 0,22 ha dengan biaya Rp. 1.500.000/tahun yang ditanggung
oleh kelompok, dimana sapi-sapi para peternak dijadikan satu dalam atap
kandang yang sama sehingga lebih efisien dalam pemeliharaan. Kandang
komunal terletak 200 m diluar pemukiman warga. Kandang komunal dibangun
secara permanen yang dibuat dengan kandang terbuka (tanpa dinding)
menggunakan atap genting, lantai dari semen sehingga dalam satu deret
kandang dapat diisi sebanyak 5 – 10 ekor ternak.

21
Kandang permanen ini berukuran 1,5 X 2 m per ekor dilengkapi dengan
fasilitas tempat pakan, tiang, instalasi listrik, televisi, rumah jaga, kandang jepit
untuk PKB dan IB dan lantai beton. Managemen pemberian minum menggunaan
air dari PDAM dan juga dilengkapi dengan rumah pakan. Untuk sistem
perkandangan yang terdapat pada KTT Gangsar Makmur dapat dilihat pada
Gambar 1.

Gambar 1. Sistem kandang koloni di KTT Gangsar Makmur

b. Pakan
Pakan sapi potong terdiri dari pakan kasar dan konsentrat. Pakan kasar
ditandai dengan tingginya kandungan serat kasar, pakan ini dikategorikan
sebagai pakan yang memiliki kandungan air banyak saat muda dan pakan
berserat saat dewasa. Pakan kasar yang terdapat dikandang berupa jerami padi,
tebon jagung, rumput-rumputan liar, dan daun pucuk tebu (momol).

Gambar 2. Jerami kering

Konsentrat yang diberikan sangat jarang, karena harga bahan baku


konsentrat pun mahal, didukung ketersediaan pakan hijauan yang masih
melimpah. Pada prinsipnya, hijauan diberikan 10% dari berat badan sapi. Untuk
dapat mengetahui berat badan sapi dapat diketahui dengan cara mengukur
lingkar dada sapi. Untuk mengukur lingkar dada sapi, alat yang biasa digunakan

22
adalah pita meter. Cara mengukurnya adalah dengan melingkarkan pita meter
tepat di belakang siku kaki depan sapi. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Pengukuran lingkar dada sapi

Kemudian hasil pengukuran dimasukkan dalam rumus Schroll. Adapun


hasil perhitungannya salah satu sapi PO adalah sebagai berikut:
Berat Badan = (Lingkar Dada (LD) + 22)2
100

= (172 cm + 22)2
100

= 376,4 kg

Sehingga dalam 376, 4 kg berat badan sapi, jumlah hijauan yang diberikan
berkisar antara 37 – 40 kg per hari. Hijauan pakan ternak dapat diberikan dalam
bentuk segar. Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari yaitu pagi hari pukul
07.00 WIB dan pada sore hari sekitar pukul 16.00 WIB.
Palungan tempat pemberian pakan terbuat dari pengecoran semen yang
ditempatkan dikandang bagian depan. Sedangkan untuk tempat pemberian
minum hanya menggunakan bak/timba yang bersifat portable/dapat dipindah-
pindahkan. Untuk pemberian air minum dilakukan secara ad libitum yang
dicampurkan dengan pemberian zat mineral berupa garam yang dilakukan 2 kali
sehari, yaitu pagi dan sore. Untuk pemberiannya dicampurkan dengan air minum
yang diletakkan di dalam ember. Pemberian garam dimaksudkan untuk
menambah nafsu makan ternak dan berupa penyediaan mineral bagi ternak yang
berguna untuk pertumbuhan tulang ternak.
c. Bibit (bangsa) Ternak
Bibit yang digunakan adalah sapi dara siap kawin jenis Peranakan
Ongole yang diperoleh dari dana hibah Dinas Ketahanan Pangan dan
Peternakan Kabupaten Kediri dalam bentuk sapi potong dara Peranakan Ongole

23
sebanyak 13 ekor pada tanggal 23 November 2016, serta sapi Crosbreed dana
dari kelompok sebanyak 4 ekor. Program breeding di KTT Gangsar Makmur
bukan hanya untuk mencari profit, tetapi juga merupakan bagian program
pemuliaan sapi PO.
Sapi yang akan dijadikan sebagai calon bibit memiliki kesehatan yang
baik. Tampak dilihat dari kondisi tubuh (tubuh bulat berisi, tidak ada eksternal
parasit); sikap dan tingkah laku (tegap, keempat kaki memperoleh titik berat
sama); pernafasan (bernafas dengan tenang dan teratur); pencernaan (dapat
memamahbiak dengan tenang, pembuangan feses dan urine berjalan lancar)
dan pandangan sapi (mata cerah dan tajam) dengan ciri-ciri antara lain yaitu:
warna bulu putih dan abu-abu, berpunuk, kepala panjang, telinga sedang dan
agak menggantung, tanduk pendek, umur bibit 2 tahun, bobot badan betina
kurang lebih 450 kg seperti yang tertera pada Gambar 4.

Gambar 4. Indukan sapi PO


Dari 17 total populasi indukan sapi potong yang dipelihara, jenis PO
menjadi prioritas utama untuk dikembangkan karena selain menjaga kemurnian
dan mencegah terjadinya Crossbreed pada sapi PO, juga dimaksudkan untuk
konservasi sapi PO yang hampir musnah dikalangan masyarakat. Sapi PO
memiliki keunggulan tropis yaitu, daya adaptasi iklim tropis yang tinggi, tahan
terhadap panas, tahan terhadap gangguan parasit, disamping itu juga
menunjukkan toleransi yang baik terhadap pakan.
d. Tatalaksana pemeliharaan
Sistem pemeliharaan ternak sapi di KTT “Gangsar Makmur” adalah
secara intensif dengan penyediaan pakan cut and carry. Semua aktivitas sapi
dilakukan didalam kandang, mulai dari pemberian pakan, minuman dan
pelaksanaan IB (Inseminasi Buatan). Tujuan dari sistem pemeliharaan ini adalah
untuk mempermudah dalam pemeliharaan ternak sapi seperti pemberian pakan.
e. Kesehatan

24
Pemeliharan sapi potong tidak terlepas dari perawatan dan
pemeliharaannya. Sapi-sapi yang ditempatkan didalam kandang mudah menjadi
kotor, baik itu dari kotorannya sendiri maupun diakibatkan adanya daki atau
kotoran yang melekat pada sela-sela bulu sapi. Kotoran yang melekat pada
permukaaan tubuh ini akan menggangu pengeluaran keringat dan pengaturan
keringat tubuh sehingga peredaran sangat terganggu. Disamping itu, kotoran
juga dapat mengundang infeksi berbagai kuman penyakit dan parasit yang dapat
menimbulkan rasa gatal pada kulit, sehingga sapi menjadi tidak nyaman. Oleh
karena itu, peternak harus rajin memandikan sapi dengan menyikat seluruh
permukaan kulitnya. Dalam pemeliharaan sapi PO, peternak Gangsar Makmur
melakukan sanitasi ternak dengan cara memandikan ternak yang terlihat pada
Gambar 5.

Gambar 5. Memandikan ternak sapi

Untuk pembersihan kandang sendiri lakukan 2 kali sehari yaitu pagi dan
sore antara jam 07.00 WIB dan jam 16.00 WIB. Adapun tujuan utama dari
pembersihan kandang yaitu mempersiapkan kandang yang bersih, lingkungan
yang sehat untuk ternak dan menghilangkan mikroba yang dapat menyebabkan
penyakit dari flok sebelumnya serta mencegah kontaminasi penyakit dari luar.
Sehingga pembersihan kandang ini hal yang wajib dilakukan oleh peternak.
Untuk kebersihan kandang hampir semua peternak kurang memperhatikan
karena tidak setiap hari dibersihkan. Penyakit yang sering menyerang adalah
penyakit mencret, serta lalat yang banyak menghinggapi pada luka yang ada
ditubuh sapi. Penampungan kotoran dan sisa pakan tersedia pada setiap
kandang meskipun kondisinya rata-rata kurang baik.
f. Manajemen reproduksi/perkembangbiakan
Pembibitan yang diterapkan di KTT Gangsar Makmur dilakukan dengan
cara:

25
a. Dengan membeli sapi dara siap bunting atau indukan umur sekitar 2
tahun sampai dengan 3 tahun.
b. Dari hasil breeding dengan cara Inseminasi Buatan.

Pelaksanaan IB dilakukan oleh tenaga inseminator dari anggota kelompok


itu sendiri dengan menggunakan straw (semen beku) yang didapat secara
swadaya (dibeli sendiri) dari Dinas Peternakan dan Ketahanan Pangan Kab.
Kediri dan kadang juga dilaksanakan oleh tenaga inseminator dari Dinas
Peternakan dan Ketahanan Pangan Kab. Kediri juga. Apabila terdapat sapi
betina yang menunjukan tanda-tanda birahi pada pagi hari maka pada sore
harinya sapi tersebut dikawinkan. Apabila dalam pemantauan terdapat sapi
betina yang birahi pada siang atau sore hari maka akan dikawinkan keesokan
harinya pada pagi hari. Kelahiran merupakan prinsip utama dalam pembibitan
sapi potong. Pada gambar 6 di bawah ini menunjukkan indukan PO yang sedang
mengeluarkan fetus, sehingga nampak tali pusar yang masih tersambung
dengan anaknya.

Gambar 6. Penanganan fetus

Service per conseption (S/C)


Sejak diterimanya program hibah dari Dinas Peternakan dan Ketahanan
Pangan Kab. Kediri terdapat 13 ekor indukan Peranakan Ongole (PO) yang
dapat ditelusuri mengenai catatan kebuntingan. Service per connception
merupakan perbandingan berapa kali perlakuan pelaksanaan perkawinan sampai
terjadi kebuntingan. Dari hasil analisis yang dilakukan pada bulan Maret 2017,
diketahui terdapat 13 ekor indukan Peranakan Ongole (PO) dengan total
pelaksanaan IB secara keseluruhan sebanyak 17 kali. Adapun ternak yang
bunting dari hasil IB tersebut adalah 4 ekor. Sehingga S/C yang didapatkan
berkisar 4,25. Artinya untuk dapat menghasilkan anakan dibutuhkan IB sebanyak
4,25 kali. Kurang berhasilnya IB dikelompok Gangsar Makmur dengan

26
ditunjukannya nilai S/C yang relatif tinggi. Untuk kriteria S/C yang baik berkisar
antara 1,6 – 2. Faktor-faktor yang mengakibatkan tingginya S/C antara lain
disebabkan oleh:
a. Masih rendahnya keterampilan peternak dalam mendeteksi birahi.
b. Gangguan reproduksi pada ternak (endometritis uterus).
c. Kualitas dan handling straw yang belum maksimal.
d. Kurang tepatnya pelaksanaan IB oleh petugas inseminator.

4.3. Analisis Usaha


a) Analisis Pasar dan Pemasaran
Dalam memasarkan ternaknya, peternak di Gangsar Makmur memiliki
ketergantungan yang tinggi pada jasa pedagang pengumpul dalam memasarkan
ternaknya, meskipun tersedia fasilitas pasar ternak yang cukup memadai. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya:
1. Skala usaha yang relatif kecil sehingga biaya angkutan ke pasar tidak
efisien.
2. Minimnya pengetahuan akses pasar oleh peternak.
3. Transaksi didasarkan oleh pembeli, bobot badan ternak dan indikator-
indikator lainnya terabaikan sehingga posisi tawar peternak lemah.
4. Adanya blantik dadung sebagai makelar dipasar yang berpotensi
mengurangi pendapatan peternak.

Dalam kaitannya dengan rantai pemasaran organisasi agribisnis sapi


potong maka dalam laporan ini berusaha mendeskripsikan konstruksi fenomena
alamiah aktifitas pemasaran sapi potong melalui proses mengkaji dalam rangka
membangun struktur pemasaran yang dianggap lebih tepat (baik) khususnya di
Kelompok Tani Ternak Gangsar Makmur itu sendiri. Sehingga makna dari proses
pemasaran yang dilakukan mampu memberikan tingkat kesejahteraan yang lebih
baik khususnya bagi peternak. Serta dapat dikatakan makna dari pola
pemasaran yang lebih berpihak pada peternak akan menggairahkan minat untuk
memelihara sapi potong yang dapat diupayakan sebagai usaha on farm yang
lebih difokuskan sebagai usaha prioritas “bukan usaha sampingan”.
Melalui menjual sapi potong dapat diupayakan oleh peternak dipilih
pembeli yang potensial. Realitas terjadinya proses pemasaran sapi potong
melalui jual beli antara peternak dan pedagang sapi. Dapat dipahami bahwa
pada dasarnya proses pemasaran sapi potong baik pada peternak kelompok
maupun peternak individu telah terjadi proses pembelajaran ekonomi melalui

27
kemampuan peternak mereduksi peran belantik (makelar), peternak memahami
peran belantik (makelar) akan menambah biaya atau mengurangi keuntungan.
Adapun upaya yang dilakukan peternak dalam proses pemasaran sapi
potong yang telah mampu mereduksi peranan belantik (makelar), dapat dimaknai
melalui proses pemasaran bahwa ditingkat peternak kelompok pada saat
menjual sapi potong. Selanjutnya melalui proses pendampingan kelompok dapat
dimaknai kaitannya dengan eksistensi kelompok yang juga mampu memberikan
pertimbangan peternak penjual (peternak anggota) baik terkait harga yang
diinginkan serta model pembayarannya.
Melalui kelompok yang menjual sapi dikandang komunal peternak harus
mendapat pembayaran cash (tunai) serta jika pedagang menawar dengan harga
yang dianggap belum cocok menurut pertimbangan kelompok, maka sapi tidak
akan dijual. Kelompok memiliki tanggungjawab untuk berusaha mencarikan
pedagang yang lebih potensial. Keberadaan pendampingan kelompok pada
anggotanya dapat memberikan posisi tawar yang lebih kuat pada proses
penjualan sapi oleh peternak anggota. Meskipun pada proses pemasaran sapi
yang akan dijual telah mampu mereduksi peranan blantik, artinya jika dilihat dari
kondisi faktual proses penjualan sapi potong langsung ke pedagang sapi.

Bagan 1. Rantai Pemasaran Sapi Potong

Bagan 1. Pola Pemasaran Sapi Potong di KTT Gangsar Makmur


(Sumber: Jurnal Manejemen Agribisnis,Vol. 13, No. 1, Januari 2013)

28
Segmentasi Pasar
1. Segmentasi Geografi
Segmentasi ini membagi pasar menjadi unit-unit geografi yang
berbeda, seperti negara, propinsi, kabupaten, kota, wilayah, daerah atau
kawasan. Didalam pemasaran Kelompok Tani Ternak Gangsar Makmur
hanya memasarkan ternaknya masih dalam tingkat lokal dan antar
kabupaten.
2. Segmentasi Demografi
Segmentasi ini memberikan gambaran bagi pemasar kepada
siapa produk ini harus ditawarkan. Untuk segmentasi demografis,
Kelompok Tani Ternak Gangsar Makmur melakukan penjualan pada
berbagai tingkatan umur dan tidak ada diskriminasi untuk memisahkan
laki-laki dan perempuan dalam penjualan. Namun rata-rata pembeli
ternak pembibitan sapi potong adalah laki-laki dengan umur > 40 tahun.

Tidak ada target dalam memasarkan pembibitan sapi potong, karena


kebanyakan peternak menjual ternaknya sesuai pada kebutuhan pribadinya.
Sekiranya umur ternak, bobot badan dan jenis kelamin sudah memenuhi
persyaratan untuk dijual dan sudah ada yang akan membelinya, maka ternak
akan dijual sesuai harga kesepakatan dengan blanthik maupun peternak
pembeli. Peran dalam kelompok juga penting dalam membantu menentukan
harga sapi dan calon pembeli yang bagus. Kebanyakan sapi yang dibibitkan
dibeli oleh blanthik dan peternak pembeli yang ingin membesarkan sapi potong.
Harga yang ditetapkan mengacu pada harga pasar yang sedang trend dan juga
berdiskusi/sharing dengan para anggota kelompok serta pengurus kelompok saat
melakukan penjualan sapi bakalan.

b) Strategi Pemasaran
Pemasaran merupakan fungsi yang memiliki kontak paling besar dengan
lingkungan eksternal, padahal perusahaan hanya memiliki kendali yang terbatas
terhadap lingkungan eksternal. Oleh karena itu pemasaran memainkan peranan
penting dalam pengembangan strategi.
a) Product (produk)
Dimensi sifat dan mutu keragaman adalah dimensi yang dinilai baik
kinerjanya oleh pelanggan dan merupakan salah satu kekuatan utama dari aspek
internal perusahaan maka aternatif strategi yang dapat dilakukan adalah
mempertahankan sifat dan mutu produk. Selain itu pelayanan harus lebih

29
ditingkatkan, karena usaha ini berhubungan langsung dengan konsumen dengan
produk ternak hidup (pedet dan dara), maka perlu ada nilai tersendiri untuk
bersaing dengan perusahaan sapi potong, dengan cara meningkatkan kecepatan
dan keramahan dalam penjualan.
b) Price (struktur harga)
Penentuan harga merupakan proses unik, karena melibatkan tawar
menawar yang dapat diprediksikan dari aspek cost, value dan competitor, karena
ini paling spesifik dan unik dari tiap kasus yang dihadapi kelompok. Alternatif
yang digunakan adalah dengan menetapkan harga yang lebih bersaing (lebih
rendah). Alternatif lain adalah memberikan potongan harga untuk transaksi
pembelian dengan jumlah tertentu, misalnya dengan strategi potongan harga
secara teratur dan disesuaikan dengan momen tertentu, tetapi tidak lupa dengan
pertimbangan perhitungan biaya selama pemeliharaan.
c) Promotion (strategi promosi)
Strategi distribusi yang dilakukan dinilai baik oleh konsumen, tetapi ada
beberapa kekurangan yang harus segera diantisipasi oleh kelompok, yaitu
jumlah pemasaran yang terbatas, maka alternatif strateginya adalah melakukan
promosi untuk lebih meningkatkan penjualan. Pelaksanaan strategi hendaknya
diiringi oleh upaya membuat studi kelayakan untuk melihat, apakah strategi
tersebut tepat diilakukan. Selain memerlukan investasi dalam jumlah besar,
kelompok juga harus mampu melihat, apakah terdapat konsumen yang menjadi
pasar sasarannya. Strategi yang dapat dijalankan untuk kegiatan promosi
adalah:
1. Personal selling
Strategi personal selling adalah menjaring konsumen melalui
penawaran dengan alat komunikasi, dimana telepon merupakan andalan
dalam masyarakat. Selain itu pengenalan kualitas ternak dari mulut ke
mulut melalui konsumen yang sudah ada. Strategi untuk meningkatkan
kegiatan personal selling dapat dilakukan dengan memberikan bonus
kepada masyarakat yang telah membantu mempromosikan ternak sapi.
2. Testimoni
Testimoni dapat dilakukan di pasar tradisional untuk memperoleh
pengakuan dari konsumen yang datang dan meyakinkan konsumen
tentang uraian dari pihak Kelompok Tani Ternak Gangsar Makmur
mengenai mutu produk dari hasil kelompok.

30
d) Place (strategi distribusi)
Lokasi yang digunakan dalam proses pembibitan sapi potong Peranakan
Ongole terletak di dusun Prapatan, desa Asmorobangun, Kec. Puncu, Kab. Kediri
yang berjarak sekitar 500 meter dari rumah penduduk.
e) People
Pihak-pihak yang terlibat dalam melakukan strategi pemasaran dalam
kelompok adalah anggota yang tergabung dalam kelompok itu sendiri (Kelompok
Tani Ternak Gangsar Makmur), didampingi oleh pengurus kelompok beserta
dibantu oleh masyarakat sekitar. Peran serta antar anggota kelompok sangat
membantu dalam melakukan penjualan maupun pemasaran ternak masing-
masing karena peran aktif antar anggota yang mampu menentukan nilai
penjualan dan juga dalam mencari bakul/blanthik dan peternak yang
membutuhkan.
f) Process
Pembibitan ternak sapi potong Peranakan Ongole berdasarkan SOP
Pembibitan ternak sapi potong dimana usaha dimulai dari pemeliharaan indukan
sampai menghasilkan anakan dan dana diperoleh dari dana hibah Dinas
Ketahanan Pangan dan Peternakan pada tanggal 23 November 2016.
g) Physicall evidence
Proses budidaya pembibitan sapi potong yang dilakukan masih
menggunakan sistem tradisional dimana peternak mengandangkan ternak
sapinya dengan milik ternak sapi yang lain dalam kandang yang sama.

c) Analisis SWOT
Perumusan strategi dilakukan dengan mengombinasikan berbagai faktor
yang telah diidentifikasi dan dikelompokkan menjadi empat kelompok perumusan
strategi (Tabel 2) yang terdiri dari strategi Kekuatan – Peluang (S – O), Kekuatan
– Ancaman (S – T), Kelemahan – Peluang (W – O) dan Kelemahan – Ancaman
(W – T). Hasil analisis SWOT berupa perumusan strategi perlu
diimpelementasikan pada kebijakan Kelompok Tani Ternak Gangsar Makmur.
Langkah-langkah tersebut diimplementasikan pada aspek bauran pemasaran
(4P) seperti product, price, place and promotion.

31
Tabel 3. Matriks Analisis SWOT
Faktor Internal Faktor Kekuatan (S) Faktor Kelemahan (W)
1. Tenaga kerja yang handal di 1. Manajemen bersifat
bidang produksi keluargaan
2. Mutu ternak yang terjamin 2. Tenaga pemasaran
3. Fasilitas penunjang yang sapi potong kurang
mendukung seperti alat handal
timbangan dan sarana 3. Kurangnya promosi
transportasi ternak
4. Loyalitas antar anggota dalam 4. Pemanfaatan
kandang limbah untuk pakan
5. Pakan mudah diperoleh ternak yang belum
maksimal
5. Jumlah produk yang
masih terbatas
6. Kematian ternak

Faktor Eksternal

Faktor Peluang (O) Strategi SO (agresif) Strategi WO


1. Kapasitas 1. Memperluas jaringan (diversifikasi)
produksi pakan pemasaran sapi potong 1. Meningkatkan
ternak yang dengan melakukan penetrasi volume penjualan
memadai pasar sapi potong
2. Kapasitas 2. Mengembangkan pilihan jenis 2. Mengadakan
kandang yang sapi yang lebih banyak pelatihan dan
memadai untuk 3. Memanfaatkan teknologi untuk peningkatan
penambahan meningkatkan mutu ternak pengetahuan
jumlah ternak 4. Memperkuat permodalan agar peternak di bidang
3. Pangsa pasar mampu bersaing dengan peternakan
ternak yang luas perusahaan lain yang sejenis 3. Memanfaatkan para
4. Kemajuan investor untuk
teknologi meningkatkan
Inseminasi modal
Buatan (IB)
5. Meningkatnya
daya beli
maasyarakat
6. Peluang pasar
tinggi
Faktor Ancaman (T) Strategi ST (diferensiasi) Strategi WT (defensif)
1. Keberadaan 1. Konsisten dengan 1. Meningkatkan
kelompok- mempertahankan mutu sapi kerjasama dengan
kelompok lain di potong agar diterima pasar peminjam modal,
bidang 2. Meningkatkan loyalitas serta balai pelatihan
peternakan yang pelanggan/konsumen bidang peternakan
sejenis 2. Mengadakan
2. Daya tawar pelatihan pada
menawar pembeli peternak tentang
3. Penyakit pemanfaatan limbah
sapi dan
manajemen
pemeliharaan sapi
yang baik

32
d) Analisis Keuangan
Analisis laporan keuangan disini bertujuan untuk mengetahui posisi
keuangan di Kelompok Tani Ternak Gangsar Makmur saat ini. Biaya yang
dikeluarkan oleh KTT Gangsar Makmur terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.
a) Biaya Investasi
Yaitu seluruh biaya yang digunakan untuk investasi harta tetap. Harta
tetap adalah sarana prasarana usaha yang mempunyai jangka usia ekonomi
atau usia pemakaian yang panjang atau berumur tahunan. Misalnya : biaya
pembangunan kandang, biaya peralatan, biaya gudang paka, mesin pencacah,
serta sewa tanah.
b) Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah sedikitpun walaupun jumlah
barang yang diproduksi dan dijual berubah-ubah dalam kapasitas normal. Biaya
tetap dalam analisa usaha di Kelompok Tani Ternak Gangsar Makmur terdiri dari
gaji karyawan, sewa lahan, bangunan kandang, bangunan gudang pakan, mesin
pencacah dan peralatan kandang.
c) Biaya Variabel
Adalah besarnya biaya yang tergantung pada banyaknya produk dan jasa
yang dihasilkan. Semakin besar produk yang ingin dihasilkan, biaya tidak tetap
akan semakin tinggi dan sebaliknya. contoh biaya variabel antara lain: pembelian
bibit sapi betina, biaya HMT, konsentrat, mineral, vitamin dan obat-obatan serta
jasa inseminator.

33
Tabel 4. Analisis usaha pembibitan sapi potong dalam 1 periode (2 tahun).

Hasil perhitungan usaha pembibitan sapi potong, nilai penerimaan


penjualan sapi bakalan masih menggunakan asumsi, dikarenakan sapi
Peranakan Ongole baru check in pada tahun 2016 sehingga belum bisa untuk
diperhitungan analisa secara real. Adapun nilai pembelian bibit sapi betina siap
kawin diberi warna merah dikarenakan dana yang diperhitungkan masuk dalam
dana hibah oleh Dinas Peternakan dan Ketahanan Pangan Kab. Kediri tahun
2016. Tingkat mortalitas yang digunakan sebesar 5% dari total ternak sapi yang
dipelihara, sehingga diperoleh sebanyak 1 ekor.

Tabel 5. Penyusutan kandang, gudang pakan, dan peralatan kandang.

34
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
Nilai penyusutan didapatkan dari . dari perhitungan diatas
𝑗𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎 𝑒𝑘𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖

didapatkan nilai penyusutan dari usaha ini sebanyak Rp. 1.350.000 dalam 1
periode pembbitan.

a. Analisa kelayakan Usaha.


1. Pendapatan laba kotor (Income)
I= R (Revenue) – VC (Variable Cost)
Rp. 132.000.000,- – Rp. 43.585.000,-
Rp. 88.415.000,-

2. Pendapatan usaha/Laba usaha


I= R (Revenue) – TC (Total Cost)
Rp. 132.000.000,- – Rp. 64.585.000,-
Rp. 67.415.000,-

3. Pendapatan bersih/laba bersih/benefit


Laba usaha = laba kotor – (biaya usaha + biaya penyusutan)
= Rp. 88.415.000,- – (Rp.67.415.000,- + Rp. 2.250.000,-)
= Rp. 18.750.000,-
Total pajak dan bunga bank = (pajak + bunga bank) x TC (Total Cost)
2 tahun (5% + 2%) x Rp. 64.585.000,-
Rp. 9.041.900,00-
Laba bersih = R − (TC + total pajak dan bunga bank)
Rp 132.000.000,- – (Rp 64.585.000,-+ Rp 9.041.900,-)
Rp 58.373.100,-

b. Analisis Kelayakan Finansial


1. Laba/rugi
Laba/rugi = R – TC
Rp 132.000.000,- – Rp 64.585.000,-
Rp 67.415.000,-

2. Break event point (BEP) harga


𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 (𝑇𝐶)
BEP harga pedet =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖

35
Rp 64.585.000
=
17 𝑒𝑘𝑜𝑟

= Rp 3.799.118,-
Berdasarkan hasil analisis BEP harga sapi, nilai BEP harga = Rp. 3.799.118,-
< Rp. 7.000.000,- dimana usaha ini dinilai layak karena nilai BEP harga sapi
lebih rendah daripada harga jual sapi yaitu Rp 3.799.118,- /ekor

3. Break Event Point (BEP) produksi


𝐵𝐸𝑃 ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎
BEP produksi = ( ) × 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑗𝑢𝑎𝑙

𝑅𝑝 3.799.118,00
=( ) × 17 𝑒𝑘𝑜𝑟
𝑅𝑝 7.000.000

= 9 ekor
Berdasarkan hasil analisis BEP Produksi, nilai BEP produksi = 9 ekor dimana
usaha ini dinilai untung. Sehingga untuk dapat menghasilkan keuntungan
maka peternak dalam memelihara sapi potong harus memperoleh hasil
anakan (pedet) minimal 9 ekor tiap 1 kali periode pemeliharaan dengan
indukan sebanyak 17 ekor.

4. Return Cost Ratio (R/C)


𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 (𝑅)
R/C =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 (𝑇𝐶)

Rp 132.000.000
=
Rp 64.585.000

=2
Berdasarkan hasil analisis R/C Ratio, usaha pembibitan sapi potong dikatakan
untung karena nilai R/C Ratio = 2 > 1, sehingga usaha dikatakan layak untuk
dikembangkan. Artinya bahwa setiap Rp. 1,00,- biaya yang dikeluarkan
peternak untuk hasil produksi akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp.
2,0 atau keuntungan sebesar Rp. 1,0.
5. Benefit Cost Ratio (B/C)
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
B/C = × 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 (𝑇𝐶)

Rp 58.373.100,−
= × 100%
Rp 64.585.000

= 3,7

36
Hasil analisis usaha menunjukkan bahwa B/C Ratio pada usaha pembibitan sapi
potong dinilai untung karena diperoleh nilai B/C Ratio sebesar 3,7. Usaha dinilai
layak jika B/C Ratio > 1.
d) Analisis Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumber Daya Manusia (SDM) adalah faktor sentral dalam suatu
organisasi. Organisasi merupakan wahana untuk mencapai tujuan. Profil
peternak sebagai SDM pertanian adalah salah satu faktor penting yang perlu
diamati dalam proses produksi. Secara kualitas profil peternak dapat dilihat dari
umur, pendidikan, pengalaman dan pekerjaan. Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-
rata umur peternak masih muda (45,5) tahun. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi
fisik peternak masih mendukung untuk bekerja lebih baik. Kelompok yang
sudah mencapai tingkat madya dan berusia tua dinilai sudah tidak dinamis lagi
malahan mengarah ke kelompok yang tidak efektif. Pendidikan merupakan hal
penting yang dapat mempengaruhi pola pikir dan daya tangkap terhadap hal-hal
baru yang diterima. Peternak yang mempunyai pendidikan tinggi (7,7%) menjadi
motivator, mobilisator dan juga menjadi komunikator untuk menjalin komunikasi
dengan unit kerja pemerintahan maupun swasta terkait.

Tabel 6. Analisis kompetensi SDM (Sumber Daya Manusia)


Jumlah
Kriteria
No. Uraian peternak Presentasi (%)
(tahun)
(orang)
a. Umur peternak
Muda 15 – 20 3 17,6
Sedang 35 – 58 9 29,5
Tua 59 – 70 5 52,9
b. Pendidikan
SD (Orang) - 10 58,8
SMP - SMA (Orang) - 7 41,2
Perguruan tinggi - - -
(orang)
c. Pekerjaan
Petani - 14 82,3
Pengusaha/pedagang - 3 17,7
PNS (Orang) - - -
d. Pengalaman beternak
Berpengalaman > 4 13 76,5
Belum berpengalaman < 4 4 23,5

37
Sedangkan pada tabel 7 akan dijelaskan mengenai pembagian
kompetensi pada bidang jabatan beserta spesialisasi pekerjaan atau jabatan
yang diemban pada Kelompok Tani Ternak Gangsar Makmur sesuai profil
kelompok yang terdapat pada tabel 3 diatas.

Tabel 7. Analisis kompetensi pada bidang jabatan


No. Bagian/Departemen Jumlah
Spesialisasi pekerjaan
1. Staf Manajemen 1 Manajer
Staf Bagian Produksi (On farm) 17
Proses pembudidayaan
2.
dan pembibitan
Staf Bagian Keuangan dan 1 Bendahara dan
3.
Administrasi Sekretaris
Lain-lain 1 Operasional dan
4.
pemasaran
Total 20 -
Keunggulan dan Kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) di KTT Gangsar
Makmur antara lain sebagai berikut:
a) SDM yang dimiliki oleh Kelompok Tani Ternak Gangsar Makmur
merupakan SDM yang memang sudah memiliki keahlian dibidangnya
masing-masing.
b) Dalam bidang produksi, operasional maupun pemasaran dilakukan oleh
anggota kelompok yang memiliki karakteristik yang berbeda dimana
mereka mau dan mampu dalam mengelola ternak sapi.
c) Untuk bagian keuangan dan administrasi dilakukan oleh lulusan minimal
SMA dimana mereka mampu dalam mengolah data di komputer untuk
dibuatkan dalam laporan harian maupun bulanan.
d) Manajer dipilih oleh seseorang yang mampu dalam memimpin kelompok,
ia harus mampu mengarahkan kelompok menjadi lebih berkembang lagi.

Untuk analisis tingkat SDM pada kegiatan pembibitan sapi potong di


Kelompok Tani Ternak Gangsar Makmur dapat dijabarkan pada tabel 9
sebagaimana pada tabel berikut ini.
Tabel 8. Analisis Jabatan SDM
Tingkat Pengalaman
No. Jabatan Keahlian khusus
Pendidikan (Tahun)
Dapat mengelola dan
SMA atau
1. Manajer > 3 tahun mengarahkan kelompok
sederajat S1
dengan baik
Dapat mengelola ternak
2. Bagian produksi Minimal SD > 2 tahun dan
membudidayakannya

38
SMA atau Dapat mengelola
sederajat S1 keuangan serta segala
Administrasi dan
3. (mahir dalam > 1 tahun pencatatan baik itu
keuangan
mengelola pemasukan maupun
keuangan) pengeluaran
Dapat bekerjaa sesuai
Pemasaran dan
4. Minimal SD > 3 tahun target serta kebutuhan
operasional
intern maupun ekstern

Hasil analisis sumber daya manusia pada kelompok tani ternak Gangsar
Makmur menunjukkan bahwa peran antara peternak dengan pengelola sangat
berpengaruh terhadap kemajuan usaha pembibitan sapi potong. Hasil yang
diperoleh pada tabel 6 tentang analisis kompetensi SDM peternak rata-rata
masih sangat kurang jika dilihat dari umur, pekerjaan, pendidikan dan
pengalaman beternak. Rata-rata peternak menjadikan usaha pembibitan sapi
potong hanya untuk usaha sampingan saja. Pada tabel 7 dan 8 menunjukkan
analisis kondisi pengelolaan kelompok oleh pengurus, jika dibandingkan dengan
standar kompetensi pada bidang jabatan dan keahlian khusus, sudah pasti dinilai
sangat kurang. Perlu ada kriteria dan kompetensi yang lebih baik dan
terkualifikasi serta mempunyai keahlian khusus agar mampu mengelola
kelompok dengan baik lagi. Dengan demikian perlu adanya analisis kebutuhan
dan pengembangan SDM sebagai strategi awal dalam pengembangan usaha
pembibitan sapi potong agar lebih baik lagi, adapun data disajikan pada tabel 9
berikut ini.
Tabel 9. Analisis Kebutuhan dan Pengembangan SDM
Tingkat Pengalaman
No. Jabatan Keahlian khusus
Pendidikan (Tahun)
Mempunyai jiwa
pemimpin serta
1. Manajer S1 > 5 tahun
kemampuan dalam
memecahkan masalah
Pernah mempunyai
2. Bagian produksi Minimal SD > 3 tahun usaha budidaya sapi
potong
Mempunyai kecakapan
Administrasi dan
3. Minimal SMA > 3 tahun dalam mengoperasikan
keuangan
komputer
Mampu mengetahui
Pemasaran dan
4. Minimal SMP > 3 tahun berita ter up date mulai
operasional
dari hulu - hilir

39
Persyaratan untuk menjadi anggota kelompok yaitu harus harus melalui
tahap-tahap :berdasarkan penilaian masyarakat/anggota dan pengurus,
kepribadian calon anggota, serta kesanggupan dalam memelihara ternak sapi.

e) Analisis Dampak dan Resiko Usaha


Dalam suatu usaha pembibitan sapi potong pasti ada resiko usaha yang
akan terjadi, seperti resiko kematian sapi pasca melahirkan atau sebelum
kelahiran yang seluruhnya akan dibebankan kepada peternak, sehingga tidak
ada hasil keuntungan yang diperoleh. Resiko lain adalah pencemaran lingkungan
yang dihasilkan oleh limbah dari feces sapi potong, hal ini terutama dikaitkan
dengan dicanangkan kebijaksanaan pemerintah tentang perluasan lahan,
pemukiman dan wisata. Akibatnya pengembangan peternakan yang potensial
tersebut membutuhkan waktu lama untuk membangunnya kembali karena
menyangkut masalah ekonomi, sosial dan daya dukung lingkungan yang baru
tersebut.
Untuk mengatasi hal tersebut antara lain melalui penanganan pra
produksi dan pasca produksi yang lebih baik, agar resiko terjadinya kematian
(pesentase mortalitas) dapat ditekan. Dalam mengatasi pencemaran udara dapat
diatasi dengan pengolahan limbah yang dihasilkan oleh ternak sapi yaitu feces
dengan diolah menjadi pupuk organik maupun bokhasi.

f) Organisasi Usaha
Cara pemiilihan pengurus kelompok berdasarkan hasil musyawarah dan
mufakat yang diadakan didalam rapat anggota sebagai kekuasaan tertinggi
organisasi Kelompok Tani Ternak Gangsar Makmur. Ketentuan tentang
kepengurusan terdapat dalam Anggaran Dasar Kelompok Tani Ternak Gangsar
Makmur Bab VII; Anggaran Rumah Tangga Kelompok Tani Ternak Gangsar
Makmur pasal 5 dan Peraturan Khusus Bab II tentang Ketentuan, Hak dan
Kewajiban Pengurus. Susunan kepengurusan inti saat sekarang untuk masa
bhakti 2014-2017 dijelaskan pada bagan 2 tentang Pengurus Kelompok Tani
Ternak Gangsar Makmur.

40
Pembina dan
Penasehat
Ketua Pengawas

Wakil
Ketua/Ketua
Sekretaris Bendahara
Bidang
Peternakan

Sie Instalasi, Sie produksi


Sie Administrasi, Sie Keamanan
limbah pakan, IB,
Data, Recording dan Kebersihan
Keswan

Keterangan:
Ketua : Waridi
Pembina dan Penasehat : PPL (Siti Fatimah, S.Pd)
Mantri Ternak (Hadisono)
Kades Asmorobangun (Jasatin)
Pengawas : Darminto, Sukarlin, SE, Purnomo
Wakil Ketua/Ketua Bidang Peternakan : Suyono Sri
Sekretaris : Suyono Aini
Bendahara : Riyanto
Sie Instalasi, Limbah : Suwaji
Sie Produksi, Pakan, IB, Keswan : Suwaji
Sie Adm, data, recording : Kusnandar
Sie Keamanan dan Kebersihan : Sutrisno

Uraian tugas:
a) Ketua:
a. Sebagai pemimpin dan bertanggungjawab atas kegiatan kelompok
b. Memimpin dan mengendalikan kegiatan kelompok
c. Penghubung antara kelompok dengan dinas atau instansi lainnya
d. Pembahas dan pelopor dalam penerapan teknologi serta pemantuan
pelaksanaan kegiatan

b) Pembina dan penasehat:


a. Membina dan membimbing suatu kelompok

41
b. Memberikan nasehat, petunjuk, bimbingan dan intervensi yang
dianggap perlu atas pengelolaan dan pelaksanaan suatu kegiatan
c. Melakukan pengawasan dan penilaian atas sistem pengendalian,
pengelolaan dan pelaksanaan pada seluruh kegiatan kelompok dan
memberikan saran-saran perbaikannya.
c) Pengawas:
a. Pengawas wajib dengan itikad baik dan penuh tanggungjawab
menjalankan tugas pengawas untuk kepentingan kelompok
b. Pengawas berwenang bertindak untuk dan atas nama pengawas
c. Pengawas berwenang memeriksa dokumen, pembukuan ataupun data
lainnya yang terkait dengan kelompok
d. Mengetahui segala tindakan yang dijalankan oleh pengurus dan
memberi peringatan kepada pengurus
d) Ketua Bidang:
a. Membantu ketua dalam mengurusi bidang yang diampunya
b. Menghimpun permasalahan yang ada dan melaporkan kegiatannya
pada ketua
c. Membantu tugas dan kedudukan Ketua I apabila berhalangan
d. Melakukan wewenang Ketua I apabila berhalangan
e) Sekretaris:
a. Membantu ketua dalam bidang administrasi kelompok
b. Merencanakan dan merekam dalam buku notulen setiap kegiatan
c. Menghimpun masalah dan melaporkan kegiatan ketua
d. Membenahi, menyimpan dan memelihara data-data yang ada
f) Bendahara:
a. Menginventarisir keuangan kelompok (keluar masuknya uang) dalam
buku kas
b. Mengupayakan pemupukan modal untuk memperkuat modal
kelompok
c. Melaporkan perkembangan keuangan kepada anggota dan ketua
g) Sie:
Membantu tugas ketua bidang sesuai dengan sie yang diampunya

42
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari hasil pelaksanaan magang (PKL 1) di Kelompok Tani Ternak
Gangsar Makmur, dapat diperoleh kesimpulan antara lain sebagai berikut:
a. Sistem pemeliharaan ternak yang diterapkan dalam kandang komunal
masih bersifat tradisional, baik dalam proses budidaya/manajemen
pemeliharaan maupun dalam penyediaan pakan ternak karena hanya
mengandalkan hijauan.
b. Pembagian kewenangan pada pengelola dengan pengurus berdasarkan
spesifikasi pekerjaan sudah sesuai, hanya perlu kriteria standar pemilihan
pengurus kelompok lebih baik lagi.
c. Rantai pemasaran ternak sapi potong yang masih panjang karena peran
makelar yang masih tinggi dalam penjualan. Dari peternak (Gangsar
Makmur) sesama peternak blanthik/makelar pejagal (RPH/TPH)
pasar hewan.
d. Berdasarkan hasil analisa kelayakan finansial bahwa usaha pembibitan
sapi potong dinilai layak ditinjau dari aspek laba diperoleh untung sebesar
Rp. 67.415.000, Break Event Point (BEP) harga sebesar Rp 3.799.118,
Break Event Point (BEP) produksi sebesar 9 ekor, Return Cost Ratio
(R/C) sebesar 2 dimana usaha dinilai layak jika R/C > 1, Benefit Cost
Ratio (R/C) sebesar 3,7 dimana usaha dinilai layak jika B/C > 1.
5.2. Saran
a. Dalam proses budidaya perlu dikenalkan tentang pemanfaatan teknologi
pakan alternatif dengan memanfaatkan usaha peternak dalam bidang
pertanian seperti pemanfaatan tebon jagung untuk dibuat pakan silase
sehingga pakan tidak tergantung pada hijauan segar.
b. Perlu penegakan mengenai fungsi AD-ART tentang pemilihan pengurus
kelompok.
c. Perlu pemutusan rantai penjualan sehingga tingkat profitabilitas yang
diterima peternak bertambah.
d. Perlu penyuluhan kepada peternak tentang pembuatan analisa usaha
agar dapat meningkatkan ekonomi dan pengetahuan peternak tentang
usaha yang dijalankannya.

43
DAFTAR PUSTAKA

Daroini, Ahsin. "Pola Pemasaran Sapi Potong pada Peternakan Skala Kecil Di
Kabupaten Kediri." Jurnal Manajemen Agribisnis 13.1 (2013): 55-62.

Davis, J dan Ray Goldberg. 1957. Definition Of Agribisnis.


http://www.is.mendelucz/eknihovna/opory/zobraz_cast.pl?cast=66579 [01
Maret 2017].

Feradis. 2010. Bioteknologi Reproduksi pada Ternak. Alfabeta. Bandung

Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi ke-4. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.

HADI, P.U. dan N. ILHAM. 2002. Problem dan prospek pengembangan usaha
pembibitan sapi potong di Indonesia. J. Penelitian danPengembangan
Pertanian. 21(4): 148 – 157.

Hafez, B. dan E.S.E. Hafez. 2000. Reproduction in Farm Animal 7th Edition.
Lippincott William & Wilkins : Baltimore, USA.

HARDJOSUBROTO, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan.


Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Iliawati, R. 2009. Efektifitas Penggunaan Berbagai Volume Asam Sulfat Pekat
untuk Menguji Kandungan Esterogen dalam Urine Sapi Brahman Cross Bunting.
Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian. Sijunjung.

Partodihardjo, S. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara Sumber Widya. Jakarta

Permentan No. 54. Pedoman Pembibitan Sapi Potong yang Baik (Good Breeding
Practice).

Putu, I.G., P. Situmorang, A. Lubis, T.D. Chaniago, E. Triwulaningsih, T. Sugiarti,


I.W. Mathius dan B. Sudaryanto. 1998. Pengaruh pemberian pakan
konsentrat tambahan selama dua bulan sebelum dan sesudah kelahiran
terhadap performan produksi dan reproduksi sapi potong. Prosiding
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor, 1-2 Desember 1998.

Saragih, B. 1999. Agribisnis Kreatif. Jakarta: Penebar Swadaya.

Sarana. 2011. Profil Kelompok Tani Ternak Sapi Potong Gangsar Makmur. Dinas
Peternakan. Provinsi Jawa Timur, Kediri.

Sugeng, Y.B. 2003. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta

44
LAMPIRAN
Lampiran 1. Instrumen Magang Agribisnis
i. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG Keterangan
Gambaran umum perusahaan Kelompok Tani Ternak Gangsar Makmur
adalah suatu kelompok usaha agribisnis
yang bergerak dalam bidang peternakan,
khususnya pembibitan sapi potong
Peranakan Ongole. Sampai saat ini
jangkauan pasar yang telah dicapai oleh
kelompok masih dalam taraf lokal.
Kelompok ini didirikan pada tanggal 2 Mei
2002 yang berlokasi di rumah Bapak
Sarana.
Keunggulan komparatif 5. Adanya SDA yang tersedia banyak
seperti lahan, kandang, dan HMT.
6. Adanya tenaga kerja ahli yang menjadi
pengurus di kelompok Gangsar Makmur
sehingga kelompok menjadi lebih maju
dan mudah dalam pengembangannya.
7. Sistem manajemen dalam kelompok
yang sudah berjalan dengan baik.
8. Model manajemen dalam kelompok
yang mampu mensejahterakan
kelompok karena menggunakan sistem
bagi hasil.
Keunggulan kompetitif Mempunyai jasa pelayanan pengantaran
ternak sapi ke pembeli pada saat
berlangsungnya transaksi penjualan.
Potensi alam dan pasar Kecamatan Puncu merupakan bagian dari
Sentra Peternakan Rakyat Kab. Kediri yang
masih kaya akan SDA, baik pertanian
maupun peternakan. Dalam menunjang
proses budidaya, penyediaan HMT sangat
tercukupi. Seperti daun gajah, daun pucuk
tebu, rumput-rumputan, maupun limbah
pertanian.
2. Tujuan
Untuk apa melakukan usaha 1. Menumbuhkan rasa persaudaraan dan
persatuan petani peternak dan
pengusaha kecil mikro.
2. Meningkatkan kesejahteraan anggota
pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya.
3. Meningkatkan ilmu dan pengetahuan
anggota dalam berusaha tani terna dan
usaha kecil mikro.
ii. IDENTIFIKASI USAHA
1. VISI DAN MISI
Visi “Petani, Peternak dan pengusaha mikro
yang makmur dan sejahtera”.
Misi a. Menjadikan kelompok sebagai wahana
belajar dan akses untuk memperoleh
tekhnologi, informasi pasar, modal usaha.
b. Menjadikan kelompok sebagai: wahana
usaha untuk kesejahteraan anggota dan
masyarakat sekitar.
c. Mengelola limbah pertanian dan
peternakan sebagai rotasi yang
berkesinambungan.
d. Membuka lapangan kerja.
e. Memberikan pembiayaan/pinjaman modal
usaha.
f. Memberikan konsultan dan pelatihan
kepada anggota definitif, peternak, usaha
mikro dan kelompok binaan.
2. IDENTIFIKASI PELAKU USAHA
Nama usaha Pembibitan sapi potong di Kelompok Tani
Ternak Gangsar Makmur.
Bentuk Usaha Usaha Kelompok
SIUP -
SITU -
Perijinan lainnya Perijinan ke Desa dan Dinas Peternakan
Pemilik usaha Kelompok Tani Ternak Gangsar Makmur
Hak kepemilikan aset
1. Tanah: Sewa

2. Bangunan:
Kelompok

3. Ternak sapi
Kelompok

Alamat usaha Dusun Prapatan, Desa Asmorobangun,


Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri
3. RUANG LINGKUP USAHA BIDANG PERTANIAN DAN PETERNAKAN
Agroinput . Pedet/bakalan
4. DESKRIPSI TENTANG USAHA
Jenis usaha Agroinput (Pembibitan Sapi Potong)
6. DESKRIPSI PRODUK
Jenis produk Pedet/bakalan
Keunikan Adanya sistem bagi hasil 30 : 70. Dimana
30 adalah untuk kelompok, sedangkan 70
untuk peternak sendiri.
Teknologi Teknologi perkawinan menggunakan IB.
Daya Saing Tetap menjaga jaminan kualitas pada
ternak maupun bibit. Serta penanganan
kesehatan yang terkontrol setiap hari.

III. ANALISIS USAHA


1. ANALISIS PASAR DAN Keterangan
PEMASARAN
Rantai pasar

Segmentasi
 Geografis Kelompok Tani Ternak Gangsar Makmur
hanya memasarkan ternaknya masih dalam
tingkat lokal dan antar kabupaten.

 Demografis Penjualan kepada segala tingkatan umur dan


semua jenis kelamin. Namun rata-rata
pembeli laki-laki dengan umur >40 tahun.
Target
 Permintaan Sesuai dengan kebutuhan pembeli (umur,
jenis kelamin) dan bobot ternak sapi.

 Penawaran -

 Peluang (market space)


Blantik, pasar hewan, dan sesama peternak
Harga (penetapan harga) Berdasarkan harga pasar
Strategi pemasaran
Product Pedet/bakalan
Price Sesuai perkembangan harga pasar
Promotion Personal selling atau tawar menawar secara
langsung. Melalui mulut ke mulut maupun
secara testimoni.
Place Dusun Prapatan, Desa Asmorobangun
Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri
People Pengepul (blanthik), masyarakat sekitar,
peternak, RPH
Process Pembibitan sapi potong dari pemeliharaan
induk sampai menghasilkan anakan baru
Physical Evidence Tradisional
Analisis pesaing
Strenghth 7. Tenaga kerja yang handal di bidang
produksi
8. Mutu ternak yang terjamin
9. Fasilitas penunjang yang mendukung
seperti alat timbangan dan sarana
transportasi
10. Loyalitas antar anggota dalam kandang
11. Bahan baku mudah diperoleh
Weakness 7. Manajemen bersifat keluargaan
8. Tenaga pemasaran sapi potong kurang
handal
9. Kurangnya promosi ternak
10. Pemanfaatan limbah untuk pakan
ternak yang belum maksimal
11. Jumlah produk yang masih terbatas
12. Kematian ternak
Opportunities 6. Kapasitas produksi pakan ternak yang
memadai
7. Kapasitas kandang yang memadai untuk
penambahan jumlah ternak
8. Pangsa pasar ternak yang luas
9. Kemajuan teknologi Inseminasi Buatan
(IB)
10. Meningkatnya daya beli masyarakat
11. Peluang pasar tinggi
Threats 1. Banyak pesaing
2. Daya tawar menawar pemmbeli
3. Penyakit
2. ANALISIS KEUANGAN
Laporan keuangan TC = Rp 64.585.000,-
Laba = Rp 67.415.000,-
BEP Harga = Rp 3.799.118,-
BEP Produksi = 9 ekor
R/C Ratio =2
B/C Ratio = 3,7
Kebutuhan investasi 1. Bangunan kandang
2. Bangunan gudang pakan
3. Peralatan kandang
Rencana arus kas (cash-flow) -
Rencana kebutuhan pinjaman -
Rencana pengembalian dana -
pinjaman
Agunan yang dimiliki -
4. ANALISIS SDM
Persyaratan menjadi anggota Berdasarkan penilaian masyarakat/anggota
kelompok dan pengurus, kepribadian calon anggota,
serta kesanggupan dalam memelihara ternak
sapi.
Analisis kebutuhan dan (Dalam tabel laporan)
pengembangan SDM
5. RENCANA PENGEMBANGAN USAHA
Rencana pengembangan
usaha
 Jangka pendek Diversifikasi produk berupa penambahan
kualitas dan kuantitas sapi potong serta
kontinuitas dalam melakukan penjualan
ternak
 Jangka menengah
Memiliki produk pakan maupun pupuk sendiri
dan beternak modern tanpa ngarit
 Jangka panjang

Menjadikan Kec. Puncu menjadi Village


Breeding Centre
Tahapan pengembangan 1.
Mengaktifkan anggota kelompok
2.
Perekrutan anggota baru
usaha
3.
Mengaktifkan pertemuan kelompok
4.
Perbaikan dan pemenuhan sarpras
5.
Mengadakan pelatihan cara pemanfaatan
limbah pertanian dan pengolahan feces
6. ANALISIS DAMPAK DAN RESIKO USAHA
Dampak Usaha 1. Resiko kematian
2. Pencemaran udara
3. Resiko zoonosis
Upaya pengendalian dampak 1. Penanganan pra produksi dan pasca
produksi yang lebih baik
2. Pengolahan feces sapi menjadi pupuk
berkualitas
7 PERMODALAN
.
Sumber modal usaha:
 Modal usaha berapa? Dana Hibah dari Dinas Ketahanan Pangan
dan Peternakan 2016 berupa sapi PO 13
ekor dan bahan-bahan material kandang
 Berapa modal sendiri? -
 Berapa modal pinjaman?
-
Biaya produksi Biaya tetap = Rp 21.000.000,-
Biaya variabel = Rp 43.585.000,-
Modal investasi Biaya investasi = Rp 5.000.000,-
8. ORGANISASI USAHA
Struktur organisasi Struktur Organisasi Kelompok Tani Ternak
Gangsar Makmur:

Ketua : Waridi
Pembina dan penasehat : PPL, Mantri
Ternak,
Kades
Pengawas : Darminto
Kabid Nak : Suyono Sri
Sekertaris : Suyono Aini
Bendahara : Riyanto
Seksi-seksi:
1. Sie Instalasi : Suwaji
2. Sie Produksi, keswan : Helmi, Bima Ade
3. Sie adm, data, rec : Kusnandar
4. Sie keamanan dan kebersihan : Sutrisno
Uraian tugas  Ketua:
- Sebagai pemimpin dan
bertanggungjawab atas kegiatan
kelompok
- Memimpin dan mengendalikan
kegiatan kelompok
- Penghubung antara kelompok dengan
dinas atau instansi lainnya
- Pembahas dan pelopor dalam
penerapan teknologi serta pemantuan
pelaksanaan kegiatan
 Pembina dan penasehat:
- Membina dan membimbing suatu
kelompok
- Memberikan nasehat, petunjuk,
bimbingan dan intervensi yang
dianggap perlu atas pengelolaan dan
pelaksanaan suatu kegiatan
- Melakukan pengawasan dan penilaian
atas sistem pengendalian, pengelolaan
dan pelaksanaan pada seluruh
kegiatan kelompok dan memberikan
saran-saran perbaikannya.
 Pengawas
- Pengawas wajib dengan itikad baik
dan penuh tanggungjawab
menjalankan tugas pengawas untuk
kepentingan kelompok
- Pengawas berwenang bertindak untuk
dan atas nama pengawas
- Pengawas berwenang memeriksa
dokumen, pembukuan ataupun data
lainnya yang terkait dengan kelompok
- Mengetahui segala tindakan yang
dijalankan oleh pengurus dan memberi
peringatan kepada pengurus
 Ketua Bidang
- Membantu ketua dalam mengurusi
bidang yang diampunya
- Menghimpun permasalahan yang ada
dan melaporkan kegiatannya pada
ketua
- Membantu tugas dan kedudukan Ketua
I apabila berhalangan
- Melakukan wewenang Ketua I apabila
berhalangan
- Bersama Sekretaris menandatangani
surat-surat keluar dan ke dalam yang
berkaitan dengan kelompok apabila
Ketua I berhalangan
- Memantau kinerja setiap seksi.
 Sekretaris:
- Membantu ketua dalam bidang
administrasi kelompok
- Merencanakan dan merekam dalam
buku notulen setiap kegiatan
- Menghimpun masalah dan melaporkan
kegiatan ketua
- Membenahi, menyimpan dan
memelihara data-data yang ada
 Bendahara:
- Menginventarisir keuangan kelompok
(keluar masuknya uang) dalam buku
kas
- Mengupayakan pemupukan modal
untuk memperkuat modal kelompok
- Melaporkan perkembangan keuangan
kepada anggota dan ketua
 Sie:
- Membantu tugas ketua bidang sesuai
dengan sie yang diampunya
Lampiran 2. Dokumentasi Kegiatan

Gambar 1. Pengantaran surat izin magang Gambar 2. Wawancara pada peternak

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017. Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017.


Gambar 3. Pemberian obat vitol Gambar 4. Sanitasi ternak

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017. Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017.


Gambar 5. Pengumpulan data Gambar 6. KTT Gangsar Makmur

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017. Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017.

Anda mungkin juga menyukai