Anda di halaman 1dari 43

PROPOSAL PRAKTIK KERJA PERUSAHAAN

MANAJEMEN PEMELIHARAAN SAPI POTONG


DI PETERNAKAN LEMBU EYANG DARMO

Oleh :
RUBIANTO
11022028

PROGRAM STUDI INDUSTRI PETERNAKAN


FAKULTAS AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
2014

HALAMAN PENGESAHAN

Proposal ini disusun dan diajukan sebagai salah satu prasyarat mengikuti Mata
Kuliah Praktik Kerja Perusahaan (PKP) di Fakultas Agroindustri, Program Studi
Industri Peternakan, Universitas Mercu Buana Yogyakarta tahun akademik
2013/2014.

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui serta disahkan pada:


Hari

: .....................................................

Tanggal

: .....................................................

Tempat

: Universitas Mercu Buana Yogyakarta

Mengetahui,

Yogyakarta,

Koordinator PKP

Dosen Pembimbing

(Ir. Lukman Amin, M.P.)

(Ir. Sonita Rosningsih, M.S.)

ii

Januari 2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Esa yang telah
memberikan begitu banyak nikmat kepada saya sehingga penulis dapat menyusun
proposal

Praktik

Kerja

Perusahaan

dengan

judul

MANAJEMEN

PEMELIHARAAN SAPI POTONG DI PETERNAKAN LEMBU EYANG


DARMO

Adapun tujuan dan kegunaan Praktik Kerja Perusahaan ini adalah untuk
mengetahui dan menyerap ilmu tentang manajemen pemeliharaan sapi potong secara
nyata di lapangan yang terkadang berbeda dengan teori yang dipelajari.
Pembuatan proposal Praktik Kerja Perusahaan ini tidak lepas dari dukungan berbagai
pihak. Oleh karena itu,pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1.

Ir. Wafit Dinarto, M.Si., selaku dekan Fakultas Agroindustri Universitas


Mercu Buana Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk melaksanakan
Praktik Kerja Perusahaan sampai selesai.

2. Ir. Sonita Rosningsih, M.S., selaku dosen pembimbing utama yang telah
memberikan bimbingan dan saran pada saat pembuatan proposal Praktik Kerja
Perusahaan sampai dengan selesai.
3. Ir. Lukman Amin, M.P. dan Dr. Ir. Sri Hartati Candra Dewi, M.Si., selaku
dosen pengampu mata kuliah Praktik Kerja Perusahaan.
4. Seluruh dosen Program Studi Industri Peternakan, Fakultas Agroindustri
Universitas Mercu Buana Yogyakarta yang banyak memberikan ilmu yang
berarti bagi penulis.
Penulis menyadari penyusunan proposal ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari
semua pihak, demi perbaikan proposal dimasa yang akan datang.
Yogyakarta,
iii

Penulis

Januari 2014

DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................

Halaman Pengesahan ......................................................................................

ii

Kata Pengantar ................................................................................................

iii

Daftar Isi

.......................................................................................................

iv

BAB I

PENDAHULUAN ........................................................................

1.1. Latar Belakang ......................................................................

1.2. Tujuan Praktik Kerja Perusahaan ..........................................

1.2.1. Tujuan Umum ..............................................................

1.2.2. Tujuan Khusus ..............................................................

1.3. Manfaat Praktik Kerja Perusahaan ........................................

TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................

2.1. Manajemen Umum Perusahaan .............................................

2.2. Bangsa-bangsa Sapi Potong ...................................................

2.2.1. Bangsa Sapi Tropis ......................................................

2.2.1.1. Sapi Bali ............................................................

2.2.1.2. Sapi Madura ......................................................

2.2.1.3. Sapi Ongole .......................................................

2.2.1.4. Sapi American Brahman ...................................

2.2.2. Bangsa Sapi Subtropis .................................................

2.2.2.1. Sapi Shorthorn ...................................................

2.2.2.2. Sapi Simmental .................................................

2.2.2.3. Sapi Hereford ....................................................

2.2.2.4. Sapi Charolais ...................................................

2.2.2.5. Sapi Amberden Angus ......................................

2.2.2.6. Sapi Limousin ...................................................

10

2.3. Pemeliharaan Sapi Potong .....................................................

10

BAB II

iv

2.3.1. Pemilihan Bakalan ........................................................

10

2.3.2. Perkandangan ...............................................................

11

2.3.3. Manajemen Pakan ........................................................

14

2.3.4. Manajemen Reproduksi ................................................

16

2.3.5. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ......................

17

2.3.6. Identifikasi dan Pencatatan ...........................................

18

2.3.7. Pengelolaan Limbah .....................................................

19

2.3.8. Pemasaran .....................................................................

19

METODE PELAKSANAAN .......................................................

21

3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan ...........................................

21

3.2. Alat dan Bahan ......................................................................

21

3.3. Metode Praktik Kerja Perusahaan ..........................................

21

3.3.1. Observasi .....................................................................

21

3.3.2. Praktik di Lapangan ....................................................

21

3.3.3. Wawancara ..................................................................

22

3.3.4. Studi Pustaka ...............................................................

22

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

23

BAB III

LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Praktik Kerja Perusahaan merupakan Mata Kuliah Wajib bagi Mahasiswa
Jurusan Peternakan, Universitas Mercu Buana Yogyakarta. Mata kuliah tersebut
mempunyai bobot 3 SKS (Satuan Kredit Semester), yang kesemuanya ini
dititikberatkan pada Praktik di lapangan. Sehingga nantinya mahasiswa mempunyai
kemapuan khusus di bidang peternakan yang diminati, kemudian bertambah wawasan
dan pengetahuan mahasiswa serta mendapatkan pengalaman Praktik langsung di
lapangan.
Salah satu upaya meningkatkan derajat kesehatan dan kecerdasan masyarakat
Indonesia adalah dengan meningkatkan konsumsi protein hewani, yang telah
diketahui secara luas memiliki kandungan asam amino esensial dengan komposisi
yang seimbang. Upaya meningkatkan konsumsi protein hewani bagi masyarakat
berarti juga harus meningkatkan produksi bahan pangan asal ternak. Pada akhirnya
hal tersebut berarti upaya peningkatan produksi ternak.
Pemberian pakan, baik terhadap ternak besar maupun kecil harus dilakukan
secara kontinu sepanjang waktu. Sebab, pemberian pakan yang tidak kontinu akan
menimbulkan goncangan terhadap ternak yang dipelihara yang berada di daerah
tropis, termasuk di negara kita. Pertumbuhan sapi-sapi yang dipelihara di daerah
tropis sering mengalami kurva naik-turun yang sangat tajam. Pada musim penghujan
pertumbuhan dan pertambahan berat badannya sangat cepat, karena mendapat
makanan yang cukup dan memenuhi syarat. Tetapi pada musim kemarau
pertumbuhan dan berat badannya dapat menurun drastis. Hal itu disebabkan karena
musim kemarau daya cerna hijauan atau rerumputan berkurang terutama disebabakan
oleh hilangnya energi, mineral, dan protein yang terkandung dalam hijaun atau
rerumputan akibat kekurangan air. Dengan demikian hijauan atau rerumputan yang
diberikan kepada ternak tidak memenuhi syarat, bahkan volume pemberiannya pun
1

sering kali sangat kurang. Akibatnya ialah pertumbuhannnya terhambat, sapi yang
sudah dewasa berat badannya menurun atau kurus, sebagian sapi potong tidak
memenuhi syarat, perkembangbiakannya mundur karena fertilitasnya pun menurun,
prosentase karkasnya juga sangat rendah.
Masalah-masalah yang dihadapi dewasa ini dilihat dari perkembangannya
adalah :
1.

Populasi ternak yang ada sekarang terlalu sedikit untuk mengimbangi


permintaan suplai daging yang semakin meningkat.

2.

Wilayah

berkepadatan

penduduk

tinggi

sehingga

semakin

berkurang

kemampuannya dalam mengembangkan peternakan.


3.

Kemampuan berproduksi dari ternak yang ada belum dapat mengimbangi


peningkatan permintaan.

Praktik Kerja Perusahaan ini dapat meningkatkan keterampilan, pengetahuan


dan pengalaman, untuk mengetahui seberapa jauh hubungan antara teori dengan
kenyataan sebenaranya dilapangan, mengetahui dan mempelajari teknik pemberian
pakan sapi dan jenis-jenis pakan apa yang digunakan, berfikir kritis dan analitis,
sehingga dimasa yang akan datang mampu memajukan dunia peternakan bangsa
Indonesia.

1.2. Tujuan Praktik Kerja Perusahaan


1.2.1. Tujuan Umum
a. Meningkatkan

pemahaman

mengenai

kenyataan

di

lapangan

dan

penerapannya sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni dalam perkuliahan.


b. Memberikan pengalaman kerja kepada

mahasiswa, agar mempunyai

kompetensi di bidang usaha peternakan.


c. Memberi wahana untuk memperkaya bidang ilmu dan menumbuhkan
inspirasi untuk bahan penyusunan tugas akhir.

d. Meningkatakan keterampilan sesuai dengan ilmu yang dipelajari sehingga


dapat digunakan sebagai bekal untuk memasuki dunia kerja.

1.2.2. Tujuan Khusus


a. Mengetahuai teknik pemberian pakan ternak sapi.
b. Mengetahui cara perawatan sapi.
c. Mengetahui cara penanganan limbah kotoran sapi.

1.3. Manfaat Praktik Kerja Perusahaan


a. Mahasiswa dapat belajar bagaimana manajemen pemeliharaan sapi potong
dari aspek budi daya sampai dengan pemasaran.
b. Mahasiswa mendapatkan keterampilan teknis dan manajemen pemeliharaan
sapi potong.
c. Menjadi sarana latihan yang digunakan sebagai bekal ketika terjun di dunia
kerja bagi mahasiswa.
d. Dapat menjalin kerja sama antara institusi dengan mahasiswa.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manajemen Umum Perusahaan


Menurut (Zulkifli. 2011) manajemen suatu perusahaan adalah nyawa dari
suatu perusahaan. Manajemen yang menentukan pertumbuhan atau kebangkrutan
suatu perusahaan. Dengan adanya suatu pengelolaan dan manajemen yang baik maka
suatu perusahaan akan mampu bertahan dari segala tekanan, kendala, dan rintangan
yang ada. Bahkan akan berkembang menjadi lebih besar dan lebih baik lagi.
Dalam mengelola perusahaan maka ada prinsip dan standarisasi dimana halhal tersebut akan sangat membantu perkembangan perusahaan bila diterapkan dengan
baik. Prisip dan standar ini bukanlah nilai mutlak dalam kesuksesan suatu
perusahaan. Tidak selamanya suatu perusahaan yang telah melakukan segala
sesuatunya dengan baik akan sukses. Berikut adalah beberapa prinsip dan standarisasi
yang diharapkan mampu mendukung kemajuan dan perkembangan suatu perusahaan:
a. Perencanaan Yang Matang
Sebelum suatu perusahaan berdiri maka biasanya modal merupakan kendala
awal yang harus dipenuhi sebelum perusahaan berjalan. Tidak selamanya modal besar
pasti memberikan keuntungan besar. Pengelolaan modal yang efektif dan efisien akan
memberikan keuntungan yang maksimal. Dengan melakukan perencanaan dan
perancangan perusahaan secara matang maka perusahaan akan siap menghadapi
berbagai kendala dan rintangan karena telah diperhitungkan sebelumnya.

b. Sumber Daya Manusia Yang Berkualitas, Loyal, dan Sejahtera


Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan kunci
penggerak perusahaan. Dengan adanya SDM yang mampu menggerakkan perusahaan
dengan baik maka suatu perusahaan akan mampu berkembang dan melakukan
bisnisnya dengan efektif dan efisien. SDM yang berkualitas tidaklah cukup untuk

menjalankan perusahaan dalam jangka panjang. Diperlukan loyalitas pegawai


terhadap perusahaan tempat dimana dia bekerja.

c. Manager Yang Terbuka, Tegas, dan Demokrat


Kepemimpinan seorang manager merupakan penunjuk jalan yang benar bagi
perusahaan. Mereka adalah nakhoda kapal yang akan menentukan apakah perusahaan
akan mencapai tujuan atau tidak. Jiwa kepemimpinan yang berwibawa harus dimiliki
oleh seorang manager perusahaan, namun dengan wibawa bukan berarti bersikap
tertutup terhadap pegawainya. Justru sikap terbuka seorang pemimpin yang mau
menerima masukan dan saran dari bawahannya akan membantu seorang manager
dalam memimpin perusahaan atau departement yang dibawahinya.
Ketegasan dalam memimpin dan mengambil keputusan sangat diperlukan
oleh seorang manager, karena di tangan mereka keputusan akan jalan yang ditempuh
oleh perusahaan akan menentukan perkembangan dan operasional perusahaan.
Hubungan antara manager dan bawahan juga harus baik dan terjaga.
Sebisa mungkin ada hubungan dus arah antara manager dan bawahan, bukan
hubungan searah dimana manager terus-terusan memberi perintah kepada bawahan
tanpa mau mendengar keluhan dan perasaan bawahannya. Bila ada hubungan
harmonis seperti keluarga dalam suatu perusahaan maka akan tercipta team kerja
yang solid dan kuat dalam menjalankan perusahaan.

d. Lingkungan Kerja Yang Nyaman dan Mendukung


Lingkungan kerja yang nyaman, kondusif, dan mendukung pekerjaan mutlak
diperlukan. Lingkungan kerja bukan berarti hanya kantor saja, akan tetapi termasuk
suasana kerja, dan hubungan antar pegawai perusahaan.

e. Terbuka dan Selalu Belajar


Perkembangan dunia bisnis begitu cepat. Dengan selalu mempelajari
perubahan dan perkembangan maka suatu perusahaan akan dapat bersaing dengan
5

perusahaan lain dan tidak tertinggal oleh perkembangan yang terus berjalan.
Perusahaan harus mempelajari dan menerapkan berbagai perkembangan dan
perubahan yang mampu memberikan manfaat yang efektif dan efisien bagi
perusahaan. Dengan demikian maka perusahaan akan selalu dapat berkembang, dan
berjalan seiring dengan perubahan dan perkembangan yang ada.

2.2. Bangsa-bangsa Sapi Potong


Dewasa ini di dunia terdapat banyak bangsa sapi yang jumlahnya juga sangat
banyak. Sehubungan dengan hal itu, peternak harus selalu mengikuti perkembangan
yang ada dan dapat menyesuaikan jenis ternak yang cocok untuk dikembangkan di
daerahnya. berikut ini akan dikemukakan tentang beberapa kelompok sapi tropis dan
subtropis serta keturunannya yang sering dipelihara dan dikembangkan di Indonesia.

2.2.1. Bangsa Sapi Tropis


Menurut (Sudarmono dan Sugeng. 2008) kelompok sapi tropis secara umum
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Umumnya sapi memiliki punuk.
b. Bagian ujung telinga runcing.
c. Kepalanya panjang dengan dahi sempit.
d. Kulitnya longgar dan tipis dengan kelenjar keringat yang besar.
e. Timbunan lemak yang ada di bawah maupun dalam kulit dan di ototototnya rendah.
f. Garis punggung pada bagian tengah berbentuk cekung dan pada
bagian tunggingnya miring.
g. Bahunya pendek, halus, dan rata.
h. Kakinya panjang sehingga gerakannya lincah.
i. Lambat dewasa karena pertumbuhannya lambat sehingga pada umur 5
tahun baru bisa dicapai berat maksimal.

j. Bentuk tubuh sempit dan kecil serta berat timbangan berkisar antara
250 - 650 kg.
k. Ambingnya kecil sehingga produksi susu rendah.
l. Tahan terhadap suhu tinggi.
m. Toleran terhadap berbagai jenis pakan yang kandungan serat kasarnya
tinggi.
n. Tubuh tahan terhadap gigitan caplak maupun nyamuk.

Beberapa bangsa sapi tropis yang sudah cukup populer banyak dikembangkan
di Indonesia sampai saat ini yaitu sapi Bali, sapi Madura, sapi Ongole dan American
Brahman.

2.2.1.1. Sapi Bali


Sapi Bali menurut (Sudarmono dan Sugeng. 2008) merupakan keturunan dari
sapi liar yang disebut banteng (Bos bibos atau Bos sondaicus) yang telah mengalami
domestikasi berabad-abad lamanya. Daerah lokasi penyebarannya yang utama berada
di Bali. Tipe sapi ini adalah pedaging dan pekerja.
Bentuk tubuh menyerupai banteng, namun ukurannya lebih kecil akibat dari
proses domestikasi. Warna bulu pada sapi bali ketika masih pedet sawo matangatau
merah bata. Akan tetapi ketika dewasa warna bulu pada betina bertambah merah bata,
sedangkan pada jantan berubah menjadi kehitam-hitaman. yang menjadi ciri khas sapi
bali yaitu baik jantan maupun betina pada keempat kakinya pada bagian sendi kaki
sampai kuku dan bagian pantatnya berwarna putih. Kepala agandek dengan dahi
datar. Tanduk pada jantan tumbuh agak ke bagian luar kepala, sedangkan pada betina
agak ke bagian dalam kepala. Berat rata-rata pada jantan 450 kg dan pada betina
300 400 kg dengan hasil karkas sekitar 57%.

2.2.1.2. Sapi Madura


Sapi Madura menurut (Sudarmono dan Sugeng. 2008) merupakan hasil
persilangan antara Bos sondaicus dan Bos indicus. Lokasi penyebaran terutama di
pulau Madura, Jawa Timur. Sapi ini merupakan tipe pedaging dan pekerja.
Ciri-ciri sapi madura mirip dengan sapi bali. Yang membedakan yaitu pada
sapi madura baik jantan maupun betina warna bulunya merah bata, paha bagian
belakang berwarna putih, dan kaki depan berwarna merah muda. Tanduk pada sapi
madura pendek dan kecil. Panjang badannya mirip dengan sapi bali dengan punuk
kecil. Berat badan rata-rata 350 kg dengan hasil karkas sekitar 48%.

2.2.1.3. Sapi Ongole


Menurut (Sudarmono dan Sugeng. 2008) bangsa sapi ini berasal dari India
(Madras) yang beriklim tropis dan memiliki curah hujan rendah. Sapi ongole di Jawa
sering disebut sapi benggala. Sapi ini merupakan tipe potong dan kerja.
Sapi ongole memiliki ukuran tubuh yang besar dan panjang dengan punuk
yang besar. Leher pada sapi ini pendek, namun kakinya panjang. Warna bulu putih,
tetapi pada sapi jantan pada bagian leher dan punuk sampai kepala berwarna putih
keabu-abuan sedangkan pada lututnya berwarna hitam. Ukuran kepalanya panjang
dan telinganya sedang agak menggantung. Tanduk pendek dan tumpul dengan bagian
pangkal yang besar. Gelambir yang dimiliki lebar, menggantung, dan berlipat-lipat
sampai tali pusarnya. Berat sapi jantan rata-rata 550 kg dan pada betina rata-rata
350 kg.
Sapi Peranakan Ongole (PO) adalah hasil perkawinan antara sapi ongole
dengan sapi jawa. Sapi ini adalah jenis pekerja yang baik. Tenaga besar, ukuran tubuh
besar, sifat sabar, tahan terhadap panas, lapar dan haus, serta mampu mengkonsumsi
pakan berkualitas rendah. Sifat dan daya reproduksi sapi PO betina lebih tinggi
dibandingkan dengan sapi bali dan madura.

2.2.1.4. Sapi American Brahman


Menurut (Sudarmono dan Sugeng. 2008) sapi ini berasal dari Amerika Serikat
dan merupakan tipe sapi potong yang berkembang di daerah tropis. Ciri-ciri yang
dimiliki sapi ini bervariasi. Secara umum memiliki ukuran tubuh besar dan panjang.
Bagian punggungnya lurus. Kakinya sedang sampai panjang. Warna bulu abu-abu
muda, namun ada juga yang berwarna merah atau hitam. Warna pada jantan lebih
gelap dibandingkan dengan betinanya. Sapi american brahman memiliki kepala
panjang dengan telinga yang menggantung. Ukuran tanduk yang ada bervariasi.
Ukuran punuk pada jantan besar dan pada betina kecil. Gelambir lebar tumbuh
sampai ke tali pusar, namun yang tumbuh sampai bagian tali pusar kurang
berkembang.
Keunggulan dari sapi American Brahman antara lain pertambahan berat badan
relatif cepat, prosentase karkas besar, serta merupakan sapi potong tipe dwiguna yang
mampu berkembang dengan baik pada lingkungan yang tidak menguntungkan. Tahan
terhadap gigitan caplak dan nyamuk. Resisten terhadap demam Texas dan dapat
beradaptasi terhadap makanan yang kurang baik.

2.2.2. Bangsa Sapi Subtropis


Menurut (Sudarmono dan Sugeng. 2008) kelompok sapi subtropis secara
umum memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Sapi tidak memiliki punuk.
b. Ujung telinga berbentuk tumpul atau bulat.
c. Kepala pendek dengan dahi yang lebar.
d. Kulit tebal.
e. Kandungan lemak sapi dewasa tebal.
f. Garis punggung lurus dan rata.
g. Tulang pinggang lebar dan menonjol ke luar.
h. Bulu panjang dan kasar.
i. Kaki pendek sehingga pergerakan lamban.
9

j. Sapi cepat dewasa, umur 4 tahun dapat mencapai pertumbuhan


maksimal.
k. Tidak tahan terhadap suhu tinggi dan relatif lebih banyak minum.
l. Kotoran basah.
Beberapa sapi subtropis yang dipelihara di Indonesia misalnya; Shorthorn,
Simmental, Hereford, Charolais, Amberdeen angus, dan Limousin.

2.2.2.1. Sapi Shorthorn


Sapi Shorthorn menurut (Sudarmono dan Sugeng. 2008) adalah sapi potong
impor yang berasal dari Inggris, namun berkembang dengan baik di Amerika Serikat
sejak tahun 1873. Bangsa sapi yang termasuk sapi terberat di antara bangsa sapi yang
berasal dari Inggris ini dapat mencapai bobot badan dewasa rata-rata 1.000 kg pada
jantan dan 750 kg 770 kg pada betina. Sapi Shorthorn merupakan salah satu bangsa
sapi potong subtropis yang digunakan peternak Indonesia sebagai bibit sapi potong.

2.2.2.2. Sapi Simmental


Menurut (Sudarmono dan Sugeng. 2008) bangsa sapi simental ini berasal dari
negara Switzerland dan merupakan salah satu bangsa sapi yang paling terkenal di
Eropa. Sapi simmental memiliki ciri-ciri yaitu berwarna merah dan bervariasi mulai
dari merah gelap sampai hampir kuning, totol-totol serta mukanya berwarna putih.
Bentuk badan dari sapi simmental ini panjang, padat dan kompak. Sapi ini terkenal
karena memiliki kemampuan menyusui anaknya dengan baik serta pertumbuahan
yang cepat dengan penimbunan lemak di bawah kulit rendah. Tergolong sapi yang
berukuran berat, baik pada saat kelahiran, penyapihan maupun saat mencapai dewasa
dengan pertumbuhan yang baik. Berat badan dapat mencapai 800 kg untuk sapi yang
betina sedang untuk sapi yang jantan dapat mencapai 1150 kg. Bangsa sapi
simmental ini di Indonesia dikembangkan di daerah Kabupaten Batang dan hasil
silangnya (keturunannya) memiliki ADG yang dapat mencapai sebesar 1,0 kg/hari.

10

2.2.2.3. Sapi Hereford


Menurut (Sudarmono dan Sugeng. 2008) sapi hereford dikenal sebagai white
face cattle adalah sapi potong impor yang berasal dari Inggris. Dalam
perkembangannya, sapi hereford banyak dikembangkan di Amerika Latin, Kanada,
Australia, Selandia Baru, dan Afrika Selatan. Bangsa sapi ini sangat baik jika
digemukan dengan sistem pastur atau padang penggembalaan karena cara
merumputnya yang baik. Sapi hereford memiliki ciri-ciri mutu daging sangat baik,
daya adaptasi tinggi terhadap suhu tinggi atau suhu rendah, pakan sederhana. Berat
badan sapi jantan dewasa rata-rata 850 kg dan 650 kg pada betina. Ciri-ciri fisik
lainnya yaitu tubuhnya rendah, tegap, dan berurat daging padat. Punggung sapi lebar
dan rata dengan warna bulu merah, dimana pada bagian muka, dada, sisi badan, perut
bawah, bahu, ekor dan keempat kaki dari batas lutut berwarna putih.

2.2.2.4. Sapi Charolais


Sapi Charolais menurut (Sudarmono dan Sugeng. 2008) adalah sapi potong
import yang berasal dari Perancis. Sapi ini memiliki bobot badan dewasa rata-rata
1.000 kg pada jantan dan 750 kg pada betina. Ciri-ciri fisik yang dimiliki sapi
charolais antara lain tubuh berpostur besar, padat, dan kasar, bulu berwarna krem
muda atau keputih-putihan. Warna putih cream dengan pigmentasi kemerahan pada
kulit, khususnya disekitar hidung, mata dan perut. Sapi charolais umumnya
bertanduk, tetapi ada pula yang tidak bertanduk. Berat lahir maupun berat sapih
tergolong berat, yaitu berat lahir dapat mencapai 45 kg dan berat sapih dapat
mencapai 275 kg. Bangsa sapi charolais ini di Indonesia dikembangkan di daerah
kabupaten Banjarnegara dengan hasil silangnya (keturunannya) dapat memiliki ADG
sebesar 0,71 kg/hari. Sapi charolais merupakan salah satu bangsa sapi pedaging
subtropis yang digunakan peternak Indonesia sebagai bibit sapi pedaging.

11

2.2.2.5. Sapi Amberdeen angus


Menurut (Sudarmono dan Sugeng. 2008) sapi berasal dari Scotlandia Utara.
Sapi yang termasuk Bos taurus ini masuk ke Indonesia sekitar tahun 1973. Sapi ini
termasuk sapi tipe potong terbaru. Pertumbuhannya cepat, pakan sederhana, mutu
karkasnya tinggi, masak awal, pertumbuhannya serasi, tulangnya ringan, serta daging
yang tebal dan empuk pada umur sapi 18 bulan.
Sapi amberdeen angus memiliki bulu hitam agak panjang, keriting, dan halus.
Sapi tidak memiliki tanduk, bentuk tubuh panjang dan kompak seperti balok. Berat
tubuh betina dewasa sekitar 700 kg dan jantan dewasa sekitar 900 kg.

2.2.2.6. Sapi Limousin


Menurut (Sudarmono dan Sugeng. 2008) sapi Limousin berasal dari Prancis.
Merupakan sapi tipe potong. Warna bulu merah coklat/coklat hitam, kecuali pada
ambingnya. Pada jantan tanduknya mencuat keluar dan sedikit melengkung. Sapi ini
termasuk sapi potong berkalitas baik, bentuk tubuhnya panjang dan tingkat
pertumbuhannya tinggi. Sapi Limousin dengan perototan yang lebih baik
dibandingkan Sapi Simmental. Secara genetik sapi limousin dari wilayah beriklim
dingin, tipe besar, volume rumen yang besar. Sapi jenis limousin ini merupakan salah
satu yang merajai pasar-pasar sapi di Indonesia dan merupakan sapi primadona untuk
penggemukan, karena perkembangan tubuhnya termasuk cepat, bisa sampai 1,1
kg/hari saat masa pertumbuhannya.

2.3. Pemeliharaan Sapi Potong


Manajemen pemeliharaan pada sapi potong meliputi pemilihan bakalan,
perkandangan,

manajemen

pakan,

manajemen reproduksi,

pencegahan dan

pengendalian penyakit, identifikasi dan pencatatan, pengelolaan limbah, dan


pemasaran.

12

2.3.1. Pemilihan Bakalan


Menurut (Ngadiyono, N. 2012) dalam usaha pembibitan, kualitas induk dan
pejantan yang digunakan sangat berpengaruh terhadap keturunan yang dihasilkan.
Untuk itu perlu dilakukan penentuan bangsa (breed) pejantan atau indukan yang akan
digunakan dalam pembibitan, melihat catatan (pedigree) dan penilaian bentuk luar
atau performa (judging).
Pemilihan induk berdasarkan penampilannya, yaitu sebagai berikut:

Memiliki postur tubuh baik, kaki kuat dan lurus.

Ambing/puting susu normal, halus, kenyal, dan tidak ada infeksi atau
pembengkakan.

bulu halus, mata bersinar.

Nafsu makan baik.

Alat kelamin normal, tanda-tanda birahi teratur.

Sehat, tidak terlalu gemuk dan tidak cacat.

Umur siap kawin (kurang lebih dua tahun).

Penampilan pejantan berdasarkan penampilannya, yaitu sebagai berikut:

Postur tubuh tinggi/besar, dada lebar dan dalam.

Kaki kuat, lurus, dan mata bersinar.

bulu halus.

Testis simetris dan normal.

Seks libidonya tinggi (agresif).

Memberikan respons yang baik terhadap induk yang sedang birahi.

Sehat dan tidak cacat.

Umur dewasa tubuh (lebih dari dua tahun).

Menurut (Syafrial, Endang Susilawati, Bustami. 2007) keterampilan dalam


memilih bibit (sapi bakalan) merupakan langkah awal yang sangat menentukan

13

dalam suatu usaha penggemukan sapi potong. Pemilihan bakalan untuk tujuan
penggemukan harus memperhatikan :
a. Bangsa Sapi
Bangsa sapi yang digunakan untuk penggemukan sebaiknya dipilih
bangsa sapi yang mempunyai produktivitas tinggi atau jenis unggul, baik sapi
unggul lokal maupun jenis sapi impor atau persilangan. Beberapa jenis sapi unggul
lokal yang dijadikan ternak potong adalah sapi Bali, Peranakan Ongole (PO) dan sapi
Madura, sedangkan untuk jenis sapi unggul impor adalah sapi Brahman, Simenthal,
Ongole dan Brangus.
b. Jenis Kelamin

Sapi sebaiknya berjenis kelamin jantan. Hal ini disebabkan sapi jantan
pertumbuhannya lebih cepat dibanding sapi betina. Disamping itu juga untuk
mencegah pemotongan ternak betina produktif.

Sapi kebiri juga baik untuk digemukkan, karena cepat pertumbuhannya.

c. Umur

Sapi sebaiknya dipilih yang masih muda, karena pertumbuhannya lebih cepat
dibanding sapi berumur tua.

Ternak sapi bakalan yang lebih muda (umur 1 2,5 tahun) mempunyai
tekstur daging yang lebih halus, kandungan lemak yang lebih rendah,
dan warna lemak daging yang lebih muda sehingga menghasilkan daging
dengan keempukan yang lebih baik dibandingkan sapi tua (umur diatas 2,5
tahun).

Umur sapi yang baik/ideal untuk digemukkan berkisar antara 1 2,5


tahun, hal ini juga tergantung dari kondisi ternak sapi. Namun menurut
pengalaman beberapa peternak di lapangan untuk penggemukan sapi bali
sebaiknya digunakan sapi yang berumur 1,5 2,5 tahun.

14

d. Kondisi Awal

Pilihlah sapi jantan yang keadaan phisiknya tidak terlalu kurus, tetapi
kondisi tubuh secara umum harus sehat.

Semakin berat bobot badan awal sapi (pada umur yang sama), semakin cepat
pertumbuhannya.

Bentuk kepala, tanduk dan kaki kelihatan lebih besar (khusus sapi Bali) tidak
seperti kepala rusa.

e. Tanda-tanda Umum Sapi Potong Yang Baik

Badan panjang, bulat, dari samping tampak berbentuk segi empat.

Dada depan lebar, dalam, dan menonjol ke depan.

Kepala pendek dan mulut lebar.

Bulu mengkilat dan tidak kaku.

Kaki pendek, leher dan bahu lebar.

Berpenampilan tenang.

Tidak cacat.

2.3.2. Perkandangan
Menurut (Ngadiyono, N. 2012) kandang berfungsi untuk memberikan
kenyamanan bagi ternak, melindungi ternak dari gangguan yang tidak diinginkan, dan
memudahkan pengelolaan. Ternak akan berproduksi optimal jika berada dalam
kondisi yang nyaman. Ternak akan terlindungi dari gangguan yang tidak diinginkan
jika kandang mampu menahan masuknya berbagai macam gangguan, seperti
gangguan alam yang ekstrim (diluar kemampuan ternak untuk beradaptasi), binatang
buas, dan pencurian. Kemudahan pengelolaan akan tercapai jika kandang dibuat
sedemikian rupa sehingga sesuai dengan pola manajemen yang akan diterapkan
(efektif) tanpa meninggalkan pronsip efisiensi.
Pemilihan lokasi kandang harus diperhitungkan secara makro (daerah)
maupun secara mikro (area). Secara makro, lokasi kandang harus dekat dengan

15

sumber sarana produksi (bibit/bakalan, pakan, air, dan obat) dan tempat pemasaran,
sesuai dengan RUTR (rencana umum tata ruang) daerah stempat, dan berada dalam
lingkungan yang mendukung. Lingkungan dalam hal ini meliputi lingkungan sosial
maupun alam (iklim). Secara mikro, kandang harus mudah dijangkau sarana
transportasi sehingga menghemat biaya dan terpisah dari pemukiman sehingga tidak
mengganggu dan terganggu oleh lingkungan.
Setelah lokasi terpenuhi lalu perlu penentuan tata letak kandang supaya lahan
yang tersedia dapat digunakan secara efektif dan efisien. Efektif dalam arti fungsifungsinya dapat dioptimalkan dan pengelolaan farm mudah dilakukan. Efisien dalam
arti tidak banyak lahan kosong di area peternakan yang tidak termanfaatkan.
Kandang harus memenuhi persyaratan atara lain; aliran udara masuk dan
keluar berjalan lancar, sinar matahari pagi bebas masuk, sebaiknya menghadap ke
timur untuk kandang tunggal, dan membujur utara selatan untuk kandang ganda,
tidak lembab, aliran air (drainase) baik, jauh dari pemukiman. Syarat untuk ukuran
kandang yaitu; kandang kelompok ukuran 7 m x 9 m dapat menampung kira-kira 20
ekor sapi. Ukuran kandang induk 1,5 m x 2 m per ekor, untuk induk melahirkan
ukurannya 2 m x 2,5 m per ekor, untuk jantan 1,8 m x 2 m per ekor, untuk anak/pedet
1,5 m x 2 m per 2 ekor, kandang paksa untuk mengawinkan 1,5 m x 0, 75 m, dan
untuk kandang penggemukan setiap ekor sapi dibutuhkan ruangan seluas 3-4 m2.
Bagian lain yang harus diperhatikan adalah tempat pakan dan air minum. Tempat
pakan dibuat dengan ukuran panjang 60 cm, lebar 50 cm, dan dalamnya 30 cm untuk
setiap ekor sapi dewasa.
Dinding kandang dibuat dari bahan yang kuat atau tembok yang berfungsi
sebagai penahan angin secara langsung. Sedangkan untuk lantainya dibuat dengan
semen atau dialasi karpet supaya mudah dibersihkan dan tidak menimbulkan luka
pada kaki.

16

2.3.3. Manajemen Pakan


Menurut (Ngadiyono, N. 2012) tujuan manajeman pakan adalah untuk
memperoleh tingkat efisiensi pakan yang tinggi dalam suatu peternakan. Untuk
tujuan tersebut perlu dibuat formulasi ransum yang tepat. Kebutuhan pakan
tergantung pada macam ternak, status fisiologis ternak, tujuan pemeliharaan, berat
badan, dan pertambahan berat badan harian (PBBH) yang ingin dicapai.
Prinsip manajemen pakan antara lain sebagai berikut:

Bahan murah, mudah diperoleh, tersedia di daerah setempat, dan tidak


beracun.

Usahakan pakan tersedia secara kontinyu.

Bahan pakan diusahakan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia (misal,


sisa hasil pertanian).

Ransum secara kuantitas dan kualitas sesuai kebutuhan nutrisi ternak. Hijauan
dan konsentrat yang diberikan sesuai dengan berat badan dan status fisiologis
ternak.

Teknik pemberian pakan efisien dan disediakan tempat pakan dan air minum.

Pakan yang diberikan pada ternak berguna untuk mempertahankan hidup


pokok, antara lain digunakan untuk mempertahankan suhu, energi dalam kondisi
normal, protein, mineral, dan mengganti jaringan tubuh yang aus. Pakan juga
digunakan untuk pertumbuhan, produksi susu dan tenaga kerja, dan reproduksi
(kawin, bunting, beranak, dan menyusui).
Bahan pakan yang dapat diberikan pada ternak terdiri atas berbagai macam,
yaitu:

Hijauan segar: rumput, leguminosa, dedaunan/rambanan, dan limbah


pertanian.

Hijauan awetan: silase dan hay.

17

Konsentrat: berupa campuran dari berbagai macam bahan pakan yang


merupakan sumber tenaga, sumber protein, dan sebagainya.

Limbah industri: ampas tahu, ampas bir, bungkil kelapa, bungkil sawit, dan
sebagainya.

Pakan tambahan: vitamin, mineral, kapur, garam, molases/tetes, probiotik, dan


sebagainya.
Konsentrat yang baik adalah dalam bentuk kering, apabila digenggam

kemudian dilepaskan tidak menggumpal. Pemberian pakan pada ternak dapat


mengacu pada ketentuan berikut:

Pemberian pakan dapat dilakukan 2-3 kali sehari.

Air minum harus tersedia dan diganti setiap hari.

Pemberian konsentrat dapat dilakukan secara kering ataupun basah


(komboran).

Pada usaha sapi penggemukan, pemberian pakan 2,5-3 % berat badan (BK
basis). Perbandingan rumput dengan konsentrat = 20% : 80% atau 30% : 70%.

Pada tahap adaptasi pakan sapi (penggemukan), konsentrat diberikan secara


bertahap.

Pemberian rumput, kalau masih basah sebaiknya diangin-anginkan terlebih


dahulu, kemudian rumput dipotong-potong sekitar 10 cm.

Pemberian rumput setelah konsentrat.


Menurut (Uum Umiyasih dan Yenny Nur Anggraeny. 2007) dalam menyusun

ransum sapi potong diperlukan tabel kebutuhan nutrien sapi sesuai dengan bobot
badannya. Tabel kebutuhan nutien untuk sapi dapat dilihat pada tabel beikut ini.
Bobot
Badan
(kg)
150

PBBH
(kg)

BK (kg)

0
0.25
0.50

3.00
3.80
4.20

Kebutuhan Nutrien Sapi Jantan


Me
TDN
Protein Kalsium
(Mcal)
(kg)
(gram)
(gram)
5.10
1.4
231
6
6.56
1.8
400
12
8.02
2.2
474
16

18

Fosfor
(gram)
6
9
10

PBBH
(kg)

BK (kg)

0.75
1.00

4.40
4.50

Kebutuhan Nutrien Sapi Jantan


Me
TDN
Protein Kalsium
(Mcal)
(kg)
(gram)
(gram)
9.55
2.6
589
21
10.93
3.0
607
27

200

0
0.25
0.50
0.75
1.00

3.70
4.50
5.20
5.40
5.60

6.30
8.10
9.90
11.70
13.51

1.8
2.2
2.8
3.2
3.7

285
470
554
622
690

6
11
16
21
27

6
9
12
15
17

250

0
0.25
0.50
0.75
1.00

4.40
5.30
6.20
6.40
6.60

7.40
9.52
11.64
13.78
15.84

2.0
2.6
3.2
3.8
4.3

377
534
623
693
760

9
12
16
21
28

9
10
14
17
19

300

0
0.25
0.50
0.75
1.00

5.00
6.00
7.00
7.40
7.50

8.50
10.90
13.40
14.80
18.23

2.4
3.0
3.7
4.3
5.0

385
588
679
753
819

10
15
19
23
28

10
11
14
18
21

350

0
0.25
0.50
0.75
1.00
1.10

5.70
6.80
7.90
8.30
8.50
8.50

9.50
12.22
14.94
17.66
20.38
21.47

2.6
3.3
4.1
4.8
5.6
5.9

432
635
731
806
874
899

12
16
20
25
30
31

12
14
16
18
21
23

Bobot
Badan
(kg)

Fosfor
(gram)
13
16

Menurut (Ngadiyono, N. 2012) rata-rata kebutuhan pakan sapi penggemukan


dengan PBBH kira-kira 1 kg, terlihat pada tabel berikut.
Berat Badan Sapi (kg)
200
250
300

Kebutuhan
Konsentrat (kg)
Rumput/Hijauan (kg)
4.7
5.5 10
6.1
6.6 13
7.0
7.5 15

19

Kebutuhan
Konsentrat (kg)
Rumput/Hijauan (kg)
350
7.9
8.5 17
400
8.7
9.3 19
450
9.5
10.2 - 21
Bahan pakan dalam asfed, BK konsentrat 86% dan BK hijauan 20%
Berat Badan Sapi (kg)

2.3.4. Manajemen Reproduksi


Menurut (Ngadiyono, N. 2012) tujuan manajemen reproduksi adalan untuk
menghasilkan panen anak sapi (pedet) yang tinggi dan memperoleh pedet dengan
kualitas yang baik. Untuk mewujudkan hal itu diperlukan perkawinan yang baik dan
tepat waktu.
Sistem perkawinan sapi menurut (Bambang Setiadi, 2001) ada dua macam,
yaitu perkawinan secara alam (sapi betina yang birahi dikwinkan langsung dengan
sapi jantan) dan perkawinan buatan yang dikenal dengan IB (Inseminasi Buatan) atau
orang jawa sering menyebutnya kawin suntik. Kawin suntik dilakukan dengan cara
sapi betina yang sedang birahi disuntik dengan mani sapi jantan unggul.
Cara IB akan lebih baik hasilnya karena mani yang disuntikkan berasal dari
pejantan unggul. Keuntungan lain dari IB adalah petani tidak perlu memelihara
pejantan. Sapi betina yang masa birahinya hanya pada waktu-waktu tertentu harus
diperhatikan oleh peternak supaya masa birahi tidak terlewatkan. Sebagai acuan
untuk peternak dapat memperhatikan tabel berikut.
No

Waktu birahi

Pagi pukul 10.00

Siang pukul 13.00

Sore malam hari

Saat Mengawinkan
Siang sore pada hari
yang sama
Sore hari sampai besok
paginya
Malam hari itu juga
sampai besok pukul 10.00

20

Terlambat
Besok pagi harinya
Besok pagi lebih dari
pukul 08.00
Besok paginya lebih dari
pukul 10.00

Perkawinan sapi yang terlalu dini akan menyebabkan kerugian antara lain;
induk menjadi kerdil, terjadi kesulitan pada saat melahirkan, dan anak yang
dilahirkan kadang kurang sehat. Sebaliknya menunda perkawinan yang terlalu lama
juga akan menyebabkan kerugian karena akan terjadi penimbunan lemak pada sekitar
indung telur yang akan mengganggu proses pembentukan sel telur.

2.3.5. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit


Menurut (Prabowo P. Putro, 2004) keberhasilan usaha sapi potong, baik
penghasil bibit (breeding) maupun penggemukan (fattening), sangat tergantung
dari kesehatan ternak. Sehingga penanganan, pengendalian dan pencegahan
penyakit harus menjadi prioritas utama. Kesehatan hewan merupakan faktor
utama dalam usaha peternakan sapi potong, baik dalam skala kecil maupun skala
besar. Penanganan, pengendalian dan

pencegahan

penyakit

sapi

potong

memerlukan pertimbangan dari berbagai segi, baik dari segi penyakit maupun segi
ekonomis. Status kesehatan hewan juga sangat berpengaruh langsung terhadap
status kesehatan reproduksi hewan. Dengan kata lain, kesehatan hewan harus baik
untuk mencapai kesehatan reproduksi yang optimum. Manajemen kesehatan
hewan

meliputi manajemen

kesehatan

umum,

manajemen pencegahan,

pengendalian dan penanganan penyakit-penyakit organik, infeksi bakteri, virus,


jamur, serta parasit.
Program kesehatan hewan bagi sapi potong bakalan meliputi penanganan,
pengendalian, dan pencegahan penyakit infeksi menular maupun penyakit hewan
menular

strategis (PHMS) pada sapi seperti brucellosis, anthrax, septicaemia

epizootica, penyakit Jembrana, infectious bovine rhinotracheitis, bovine viral


diarrhea dan lainnya, akan sangat merugikan secara ekonomis pada sapi potong.
Begitu pula parasit cacing Neoascaris vitulorum, Fasciola gigantica, Haemonchus
contortus akan berpengaruh pada hambatan pertumbuhan berat badan, di samping
juga menyebabkan kerusakan jaringan-jaringan tubuh dan turunnya skor kondisi

21

badan sapi. Program kesehatan hewan pada sapi potong penghasil bibit maupun
sapi potong bakalan akan mampu meningkatkan produktivitas ternak secara nyata.
Arti ekonomis gangguan kesehatan ternak sapi potong secara umum
antara lain dapat disebabkan kematian sapi

dewasa

dan pedet, hambatan

pertumbuhan sapi dan pedet, ternak sakit perlu biaya tambahan untuk perawatan
dan pengobatan, bila penyakit menular ada kemungkinan terjadinya ancaman
penularan ke sapi lain, abortus, kematian pedet neonatal, inefisiensi produksi dan
reproduksi, dan kerugian-kerugian lainnya. Jadi antara status kesehatan ternak,
status reproduksi dan produktivitasnya, merupakan satu kesatuan bagi berhasilnya
usaha peternakan sapi potong.

2.3.6. Identifikasi dan Pencatatan


Menurut (Ngadiyono, N. 2012) pada peternakan sapi potong, identifikasi
(pemberian tanda) dan pencatatan segala hal yang berkaitan dengan ternak sangat
diperlukan, terutama dalam usaha pembibitan untuk dapat melakukan evaluasi dan
seleksi ternak bibit yang dihasilkan.
Metode identifikasi pada ternak ada tiga macam, yaitu metode permanen,
metode semipermanen, metode temporer (sementara). Metode permanen atara lain
cap (branding), tato (ear tattooing), sobekan pada telinga (ear notching), dan foto
atau gambar (photographs) ciri khusus ternak. Metode semipermanen antara lain
anting telinga (ear tag), tanda pada ekor (tail tag), dan kalung leher (neck chain).
Metode temporer (sementara) antara lain pemotongan bulu ekor dan pewarnaan
dengan tinta atau cat.
Pencatatan bermanfaat untuk mengetahui keuntungan yang diperoleh sebagai
dasar perencanaan pengembangan usaha dan sebagai sumber data untuk kepentingan
seleksi ternak pada usaha pembibitan. Pencatatan yang biasanya digunakan dalam
usaha ternak potong antara lain pencatatan pakan, pembibitan (aspek reproduksi),
penggemukan (aspek pertumbuhan dan pertambahan berat badan), kesehatan,

22

mobilitas ternak (keluar masuknya ternak), dan pencatatan pemotongan apabila ada
RPH sendiri.

2.3.7. Pengelolaan Limbah


Menurut (Rahayu, Dyah Purwaningsih, dan Pujianto, 2009) pemanfaatan
kotoran ternak sebagai sumber pupuk organik sangat mendukung usaha pertanian
tanaman sayuran. Dari sekian banyak kotoran ternak yang terdapat di daerah
sentra produksi ternak banyak yang belum dimanfaatkan secara optimal,
sebagian di antaranya terbuang begitu saja, sehingga sering merusak lingkungan
yang akibatnya akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Satu ekor sapi dewasa
dapat menghasilkan 23,59 kg kotoran tiap harinya. Pupuk organik yang berasal dari
kotoran ternak dapat menghasilkan beberapa unsur hara yang sangat dibutuhkan
tanaman. Di samping menghasilkan unsur hara makro, pupuk kandang juga
menghasilkan sejumlah unsur hara mikro, seperti Fe, Zn, Bo, Mn, Cu, dan Mo.
Jadi

dapat dikatakan bahwa, pupuk kandang ini dapat dianggap sebagai pupuk

alternatif untuk mempertahankan produksi tanaman.

2.3.8. Pemasaran
Menurut (Ngadiyono, N. 2012) pemasaran meliputi identifikasi dan
segmentasi pasar, penentuan harga, dan pembayaran. Produk utama yang dihasilkan
dari beternak sapi potong berupa sapi bibit/bakalan, berat hidup (pertambahan berat
badan), karkas, dan daging. Sapi hasil penggemukan dapat dipasarkan dengan dijual
dalam bentuk sapi hidup maupun dipotong (dalam bentuk karkas). Untuk hasil yang
lebih tinggi disarankan dijual dalam bentuk karkas. Seandainya dijual dalam bentuk
hidup, sebaiknya dilakukan penimbangan untuk menentukan harga.
Pemasaran dianggap efisien apabila mampu menyampaikan hasil dari
produsen ke

konsumen

dengan

biaya

murah.

Tinggi rendahnya

margin

pemasaran dan bagian yang diterima peternak merupakan indikator dari efisiensi
pemasaran, semakin rendah margin pemasaran dan semakin besar bagian yang
23

diterima peternak, maka sistem pemasaran tersebut dikatakan efisien (Mubyarto,


1995) dan dilanjutkan oleh Yusuf dan Nulik (2008) menyatakan bahwa margin
pemasaran adalah perbedaan harga yang diterima peternak dengan pedagang
dalam pemasaran ternak potong.

24

BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Praktik Kerja Perusahaan dilakukan di Peternakan Lembu Eyang Darmo,
Dusun Cerme, Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Pelaksanaan Praktik Kerja Perusahaan dilaksanakan selama 1
bulan yang dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2014.

3.2. Alat dan Bahan


Bahan yang digunakan dalam pemeliharaan sapi potong adalah sapi, hijauan,
konsentrat, obat-obatan. Alat yang digunakan merupakan peralatan kandang yang
tersedia di kandang kelompok.

3.3. Metode Praktik Kerja Perusahaan


3.3.1. Observasi
Metode ini digunakan dengan cara mengadakan pengamatan langsung di
lokasi Praktik Kerja Perusahaan terutama yang berkaitan dengan proses pemeliharaan
sapi potong yang diterapkan di Peternakan Lembu Eyang Darmo dan melakukan
beberapa pencatatan untuk mempelajari proses pemeliharaan sapi potong serta untuk
mengetahui data sekunder dari sumber-sumber yang dapat dipertanggungjawabkan.
Sebagai alat observasi digunakan kuesioner (lampiran 7).

3.3.2. Praktik di Lapangan


Metode yang digunakan dengan cara mengikuti semua kegiatan yang
berhubungan dengan proses pemeliharaan sapi potong secara langsung sehingga
dapat memperoleh data yang akurat.

25

3.3.3. Wawancara
Metode yang digunakan dengan cara mendapatkan informasi tentang
kelompok tani dan topik yang berkaitan dengan proses pemeliharaan sapi potong
dengan menanyakan langsung kepada pihak-pihak yang terkait dan berkopeten di
bidangnya.

3.3.4. Studi Pustaka


Metode yang digunakan dengan cara mencari informasi dari buku, jurnal,
internet maupun yang lainya, yang diperlukan guna melengkapi data yang berkaitan
dalam penyusunan proposal Praktik kerja perusahaan.

26

DAFTAR PUSTAKA

A.S. Sudarmono dan Y. Bambang Sugeng, 2008. Sapi Potong+Pemeliharaan,


Perbaikan Produksi, Prospek Bisnis, Analisis Penggemukan. Edisi Revisi,
Penebar Swadaya, Jakarta.
A. Widitananto, G. Sihombing dan A. I. Sari, 2012. Analisis Pemasaran Ternak Sapi
Potong di Kecamatan Playen

Kabupaten Gunungkidul. Program Studi

Peternakan/Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Jurnal Tropical


Animal Husbandry Vol. 1 (1), Oktober 2012: 59-66
Ngadiyono, N. 2012. Beternak Sapi potong Ramah Lingkungan. PT Citra Aji
Pratama. Yogyakarta
Prabowo P. Putro, 2004. Pencegahan, Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit
Hewan Menular Strategis Dalam Pengembangan Usaha Sapi Potong. Bagian
Reproduksi dan Obstetri, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
Rahayu, Dyah Purwaningsih, dan Pujianto, 2009. Pemanfaatan Kotoran Ternak Sapi
Sebagai Sumber Energi Alternatif Ramah Lingkungan Beserta Aspek Sosio
Kulturalnya, FISE Universitas Negeri Yogyakarta, Inotek, Volume 13, Nomor
2, Agustus 2009
Setiadi B. 2001. Betrnak Sapi Daging dan Masalahnya, CV. Aneka Ilmu. Semarang
Syafrial, Endang Susilawati, Bustami. 2007. Manajaemen Pengelolaan Sapi Potong.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi
Uum Umiyasih dan Yenny Nur Anggraeny, 2007. Petunjuk Teknis Ransum
Seimbang, Strategi Pakan Pada Sapi Potong. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan, Departemen Petanian, Bogor
Yusuf dan J. Nulik. 2008. Kelembagan pemasaran ternak sapi potong di Timor
Barat, Nusa Tenggara Timur. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan
Teknologi Pertanian. Vol. 11, No.2: 132-1

27

Zulkifli. 2011. Manajemen Perusahaan.www.manajemenn.web.id/2011/04/


manajemen-perusahaan.html diakses 15/01/2014

28

Lampiran 1. Tabel Data Populasi Ternak


No Sapi

Bulan : .........................................
Bangsa

Umur

Jenis kelamin

Lampiran 2. Tabel Pengamatan Pertambahan Bobot Badan


No Sapi

Bulan : .........................................
Tanggal

Bobot badan(kg)

Tanggal

Bobot badan (kg)

lampiran 3. Tabel Pengamatan Konsumsi Pakan Hijauan


Hari, Tanggal : .........................................
No
Sapi

Pemberian Pakan
Pagi

Siang

Sore

Sisa Pakan
Pagi

Siang

Konsumsi Pakan
Sore

Pagi

Siang

Sore

lampiran 4. Tabel Pengamatan Konsumsi Pakan Konsentrat


Hari, Tanggal : .........................................
No
Sapi

Pemberian Pakan
Pagi

Siang

Sore

Sisa Pakan
Pagi

Siang

Konsumsi Pakan
Sore

Pagi

Siang

Sore

Lampiran 5. Tabel Komposisi Nutrien Konsentrat


No
1
2
3
4
5
6
7

Nama Nutrien

Kandungan (%)

Bahan kering
Protein kasar
Lemak kasar
Serat kasar
TDN
Ca (Kalsium)
P (Pospor)

Lampiran 6. Tabel Data Kesehatan

No Sapi

Tanggal
Pemeriksaan

Tahun : .........................................
Tanda-tanda
Pengobatan
klinis

Keterangan

Lampiran 7. Kuesioner
DAFTAR KUESIONER PKP
A. Identitas Peternakan / Perusahaan
Nama
: .................................
Alamat
: .................................
Bentuk perusahaan/usaha
: .................................
Pertama kali usaha tahun
: .................................
Struktur Organisasi Perusahaan
: .................................
Tugas masing-masing bagian dalam struktur organisasi : .................................
Wewenang masing-masing bagian dalam struktur organisasi :
.................................
Jumlah ternak yang dipelihara saat ini : ................................. ekor
Komposisi populasi ternak
Induk menyusui
: ................................. ekor
Induk tak menyusui
: ................................. ekor
Pejantan
: ................................. ekor
Dara
: ................................. ekor
Calon pejantan
: ................................. ekor
Sapihan
: ................................. ekor
Pedet
: ................................. ekor
B. Perkandangan
Jumlah kandang
Ukuran
Tipe kandang
Bahan

: ..............
: ..............
: ..............
: ..............

C. Breeding / Bibit / Bakalan


Bangsa/breed yang dipelihara
: .................................
Alasan memilih bangsa ternak tersebut : .................................
Cara dan dasar / kriteria pemilihan bibit/bakalan: .........................
Tempat pembelian bibit (kalau membeli): .................................
Jenis kelamin
: .................................
Umur awal bibit / bakalan
: . .................................

D. Pakan
Jenis pakan hijauan maupun konsentrat yang diberikan: .................
Perbandingan pakan hijauan dengan konsentrat berapa persen:
.....................
Asal pakan hijauan dan konsentrat : ................................................
Cara mengatasi kekurangan pakan : ...........................................
Apakah
sudah
ada
usaha
pengawetan/pengolahan
pakan:
............................
Cara menyusun ransum konsentrat (kalau menyusun sendiri):
........................
Apakah dalam pemberian pakan dibedakan sesuai dengan fase hidup
ternak: ....................................
E. Manajemen pemeliharaan
Berapa lama dalam satu periode penggemukan: ................ bulan
Dalam sehari pakan diberikan sebanyak: ................................. kali
Apakah ternak sering dimandikan: ................................., Jika YA, setiap
berapa hari dimandikan : .................................
Apakah dilakukan kastrasi, vaksinasi, pemotongan tanduk, pemberian
tanda: ..........................
Cara pencegahan dan pengobatan penyakit: .....................................
Cara
memanfaatkan
limbah/pengolahan
limbah
peternakan:
..................
Apakah ada tempat penampungan limbah, berapa jarak tempat tersebut
dengan kandang: ...............................
F. Pemasaran
Ke manakah hasil ternak dijual: ......................
Apa yang menjadi dasar penjualan ternak (bobot hidup atau yang lain):
..................................................
Berapa rata-rata harga beli ternak per ekor: ....................................
Berapa rata-rata harga jual ternak per ekor: ....................................
Harga jual limbah / feses (kalau dijual), dijual kemana: ..........................

Lampiran 8. Rencana Kegiatan Praktik Kerja Perusahaan


KEGIATAN
a. Ramah tamah
b. Pegenalan perusahaan dan
wawancara
c. Orientasi lokasi kerja
d. Pengenalan bahan-bahan pakan
yang digunakan
e. Pemberian pakan
f. Penimbangan berat badan
g. Evaluasi mingguan
h. Pengamatan konsumsi pakan
i. Mengikuti kegiatan rutin di
kandang
j. Evaluasi mingguan
k. Mengikuti kegiatan rutin di
kandang
l. Evaluasi mingguan
m. Mengikuti kegiatan rutin di
kandang
n. Evaluasi keseluruhan data
yang diperoleh dari pengelola
o. Penutupan PKP / Perpisahan

MINGGU
I

II

III

IV

Lampiran 9. Rincian Kegiatan Selama Praktik

No Hari, Tanggal

Waktu

Kegiatan

Paraf
Petugas

Anda mungkin juga menyukai