Oleh :
RUBIANTO
11022028
HALAMAN PENGESAHAN
Proposal ini disusun dan diajukan sebagai salah satu prasyarat mengikuti Mata
Kuliah Praktik Kerja Perusahaan (PKP) di Fakultas Agroindustri, Program Studi
Industri Peternakan, Universitas Mercu Buana Yogyakarta tahun akademik
2013/2014.
: .....................................................
Tanggal
: .....................................................
Tempat
Mengetahui,
Yogyakarta,
Koordinator PKP
Dosen Pembimbing
ii
Januari 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Esa yang telah
memberikan begitu banyak nikmat kepada saya sehingga penulis dapat menyusun
proposal
Praktik
Kerja
Perusahaan
dengan
judul
MANAJEMEN
Adapun tujuan dan kegunaan Praktik Kerja Perusahaan ini adalah untuk
mengetahui dan menyerap ilmu tentang manajemen pemeliharaan sapi potong secara
nyata di lapangan yang terkadang berbeda dengan teori yang dipelajari.
Pembuatan proposal Praktik Kerja Perusahaan ini tidak lepas dari dukungan berbagai
pihak. Oleh karena itu,pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1.
2. Ir. Sonita Rosningsih, M.S., selaku dosen pembimbing utama yang telah
memberikan bimbingan dan saran pada saat pembuatan proposal Praktik Kerja
Perusahaan sampai dengan selesai.
3. Ir. Lukman Amin, M.P. dan Dr. Ir. Sri Hartati Candra Dewi, M.Si., selaku
dosen pengampu mata kuliah Praktik Kerja Perusahaan.
4. Seluruh dosen Program Studi Industri Peternakan, Fakultas Agroindustri
Universitas Mercu Buana Yogyakarta yang banyak memberikan ilmu yang
berarti bagi penulis.
Penulis menyadari penyusunan proposal ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari
semua pihak, demi perbaikan proposal dimasa yang akan datang.
Yogyakarta,
iii
Penulis
Januari 2014
DAFTAR ISI
ii
iii
Daftar Isi
.......................................................................................................
iv
BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................
10
10
BAB II
iv
10
11
14
16
17
18
19
19
21
21
21
21
21
21
22
22
23
BAB III
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
sering kali sangat kurang. Akibatnya ialah pertumbuhannnya terhambat, sapi yang
sudah dewasa berat badannya menurun atau kurus, sebagian sapi potong tidak
memenuhi syarat, perkembangbiakannya mundur karena fertilitasnya pun menurun,
prosentase karkasnya juga sangat rendah.
Masalah-masalah yang dihadapi dewasa ini dilihat dari perkembangannya
adalah :
1.
2.
Wilayah
berkepadatan
penduduk
tinggi
sehingga
semakin
berkurang
pemahaman
mengenai
kenyataan
di
lapangan
dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
perusahaan lain dan tidak tertinggal oleh perkembangan yang terus berjalan.
Perusahaan harus mempelajari dan menerapkan berbagai perkembangan dan
perubahan yang mampu memberikan manfaat yang efektif dan efisien bagi
perusahaan. Dengan demikian maka perusahaan akan selalu dapat berkembang, dan
berjalan seiring dengan perubahan dan perkembangan yang ada.
j. Bentuk tubuh sempit dan kecil serta berat timbangan berkisar antara
250 - 650 kg.
k. Ambingnya kecil sehingga produksi susu rendah.
l. Tahan terhadap suhu tinggi.
m. Toleran terhadap berbagai jenis pakan yang kandungan serat kasarnya
tinggi.
n. Tubuh tahan terhadap gigitan caplak maupun nyamuk.
Beberapa bangsa sapi tropis yang sudah cukup populer banyak dikembangkan
di Indonesia sampai saat ini yaitu sapi Bali, sapi Madura, sapi Ongole dan American
Brahman.
10
11
manajemen
pakan,
manajemen reproduksi,
pencegahan dan
12
Ambing/puting susu normal, halus, kenyal, dan tidak ada infeksi atau
pembengkakan.
bulu halus.
13
dalam suatu usaha penggemukan sapi potong. Pemilihan bakalan untuk tujuan
penggemukan harus memperhatikan :
a. Bangsa Sapi
Bangsa sapi yang digunakan untuk penggemukan sebaiknya dipilih
bangsa sapi yang mempunyai produktivitas tinggi atau jenis unggul, baik sapi
unggul lokal maupun jenis sapi impor atau persilangan. Beberapa jenis sapi unggul
lokal yang dijadikan ternak potong adalah sapi Bali, Peranakan Ongole (PO) dan sapi
Madura, sedangkan untuk jenis sapi unggul impor adalah sapi Brahman, Simenthal,
Ongole dan Brangus.
b. Jenis Kelamin
Sapi sebaiknya berjenis kelamin jantan. Hal ini disebabkan sapi jantan
pertumbuhannya lebih cepat dibanding sapi betina. Disamping itu juga untuk
mencegah pemotongan ternak betina produktif.
c. Umur
Sapi sebaiknya dipilih yang masih muda, karena pertumbuhannya lebih cepat
dibanding sapi berumur tua.
Ternak sapi bakalan yang lebih muda (umur 1 2,5 tahun) mempunyai
tekstur daging yang lebih halus, kandungan lemak yang lebih rendah,
dan warna lemak daging yang lebih muda sehingga menghasilkan daging
dengan keempukan yang lebih baik dibandingkan sapi tua (umur diatas 2,5
tahun).
14
d. Kondisi Awal
Pilihlah sapi jantan yang keadaan phisiknya tidak terlalu kurus, tetapi
kondisi tubuh secara umum harus sehat.
Semakin berat bobot badan awal sapi (pada umur yang sama), semakin cepat
pertumbuhannya.
Bentuk kepala, tanduk dan kaki kelihatan lebih besar (khusus sapi Bali) tidak
seperti kepala rusa.
Berpenampilan tenang.
Tidak cacat.
2.3.2. Perkandangan
Menurut (Ngadiyono, N. 2012) kandang berfungsi untuk memberikan
kenyamanan bagi ternak, melindungi ternak dari gangguan yang tidak diinginkan, dan
memudahkan pengelolaan. Ternak akan berproduksi optimal jika berada dalam
kondisi yang nyaman. Ternak akan terlindungi dari gangguan yang tidak diinginkan
jika kandang mampu menahan masuknya berbagai macam gangguan, seperti
gangguan alam yang ekstrim (diluar kemampuan ternak untuk beradaptasi), binatang
buas, dan pencurian. Kemudahan pengelolaan akan tercapai jika kandang dibuat
sedemikian rupa sehingga sesuai dengan pola manajemen yang akan diterapkan
(efektif) tanpa meninggalkan pronsip efisiensi.
Pemilihan lokasi kandang harus diperhitungkan secara makro (daerah)
maupun secara mikro (area). Secara makro, lokasi kandang harus dekat dengan
15
sumber sarana produksi (bibit/bakalan, pakan, air, dan obat) dan tempat pemasaran,
sesuai dengan RUTR (rencana umum tata ruang) daerah stempat, dan berada dalam
lingkungan yang mendukung. Lingkungan dalam hal ini meliputi lingkungan sosial
maupun alam (iklim). Secara mikro, kandang harus mudah dijangkau sarana
transportasi sehingga menghemat biaya dan terpisah dari pemukiman sehingga tidak
mengganggu dan terganggu oleh lingkungan.
Setelah lokasi terpenuhi lalu perlu penentuan tata letak kandang supaya lahan
yang tersedia dapat digunakan secara efektif dan efisien. Efektif dalam arti fungsifungsinya dapat dioptimalkan dan pengelolaan farm mudah dilakukan. Efisien dalam
arti tidak banyak lahan kosong di area peternakan yang tidak termanfaatkan.
Kandang harus memenuhi persyaratan atara lain; aliran udara masuk dan
keluar berjalan lancar, sinar matahari pagi bebas masuk, sebaiknya menghadap ke
timur untuk kandang tunggal, dan membujur utara selatan untuk kandang ganda,
tidak lembab, aliran air (drainase) baik, jauh dari pemukiman. Syarat untuk ukuran
kandang yaitu; kandang kelompok ukuran 7 m x 9 m dapat menampung kira-kira 20
ekor sapi. Ukuran kandang induk 1,5 m x 2 m per ekor, untuk induk melahirkan
ukurannya 2 m x 2,5 m per ekor, untuk jantan 1,8 m x 2 m per ekor, untuk anak/pedet
1,5 m x 2 m per 2 ekor, kandang paksa untuk mengawinkan 1,5 m x 0, 75 m, dan
untuk kandang penggemukan setiap ekor sapi dibutuhkan ruangan seluas 3-4 m2.
Bagian lain yang harus diperhatikan adalah tempat pakan dan air minum. Tempat
pakan dibuat dengan ukuran panjang 60 cm, lebar 50 cm, dan dalamnya 30 cm untuk
setiap ekor sapi dewasa.
Dinding kandang dibuat dari bahan yang kuat atau tembok yang berfungsi
sebagai penahan angin secara langsung. Sedangkan untuk lantainya dibuat dengan
semen atau dialasi karpet supaya mudah dibersihkan dan tidak menimbulkan luka
pada kaki.
16
Ransum secara kuantitas dan kualitas sesuai kebutuhan nutrisi ternak. Hijauan
dan konsentrat yang diberikan sesuai dengan berat badan dan status fisiologis
ternak.
Teknik pemberian pakan efisien dan disediakan tempat pakan dan air minum.
17
Limbah industri: ampas tahu, ampas bir, bungkil kelapa, bungkil sawit, dan
sebagainya.
Pada usaha sapi penggemukan, pemberian pakan 2,5-3 % berat badan (BK
basis). Perbandingan rumput dengan konsentrat = 20% : 80% atau 30% : 70%.
ransum sapi potong diperlukan tabel kebutuhan nutrien sapi sesuai dengan bobot
badannya. Tabel kebutuhan nutien untuk sapi dapat dilihat pada tabel beikut ini.
Bobot
Badan
(kg)
150
PBBH
(kg)
BK (kg)
0
0.25
0.50
3.00
3.80
4.20
18
Fosfor
(gram)
6
9
10
PBBH
(kg)
BK (kg)
0.75
1.00
4.40
4.50
200
0
0.25
0.50
0.75
1.00
3.70
4.50
5.20
5.40
5.60
6.30
8.10
9.90
11.70
13.51
1.8
2.2
2.8
3.2
3.7
285
470
554
622
690
6
11
16
21
27
6
9
12
15
17
250
0
0.25
0.50
0.75
1.00
4.40
5.30
6.20
6.40
6.60
7.40
9.52
11.64
13.78
15.84
2.0
2.6
3.2
3.8
4.3
377
534
623
693
760
9
12
16
21
28
9
10
14
17
19
300
0
0.25
0.50
0.75
1.00
5.00
6.00
7.00
7.40
7.50
8.50
10.90
13.40
14.80
18.23
2.4
3.0
3.7
4.3
5.0
385
588
679
753
819
10
15
19
23
28
10
11
14
18
21
350
0
0.25
0.50
0.75
1.00
1.10
5.70
6.80
7.90
8.30
8.50
8.50
9.50
12.22
14.94
17.66
20.38
21.47
2.6
3.3
4.1
4.8
5.6
5.9
432
635
731
806
874
899
12
16
20
25
30
31
12
14
16
18
21
23
Bobot
Badan
(kg)
Fosfor
(gram)
13
16
Kebutuhan
Konsentrat (kg)
Rumput/Hijauan (kg)
4.7
5.5 10
6.1
6.6 13
7.0
7.5 15
19
Kebutuhan
Konsentrat (kg)
Rumput/Hijauan (kg)
350
7.9
8.5 17
400
8.7
9.3 19
450
9.5
10.2 - 21
Bahan pakan dalam asfed, BK konsentrat 86% dan BK hijauan 20%
Berat Badan Sapi (kg)
Waktu birahi
Saat Mengawinkan
Siang sore pada hari
yang sama
Sore hari sampai besok
paginya
Malam hari itu juga
sampai besok pukul 10.00
20
Terlambat
Besok pagi harinya
Besok pagi lebih dari
pukul 08.00
Besok paginya lebih dari
pukul 10.00
Perkawinan sapi yang terlalu dini akan menyebabkan kerugian antara lain;
induk menjadi kerdil, terjadi kesulitan pada saat melahirkan, dan anak yang
dilahirkan kadang kurang sehat. Sebaliknya menunda perkawinan yang terlalu lama
juga akan menyebabkan kerugian karena akan terjadi penimbunan lemak pada sekitar
indung telur yang akan mengganggu proses pembentukan sel telur.
pencegahan
penyakit
sapi
potong
memerlukan pertimbangan dari berbagai segi, baik dari segi penyakit maupun segi
ekonomis. Status kesehatan hewan juga sangat berpengaruh langsung terhadap
status kesehatan reproduksi hewan. Dengan kata lain, kesehatan hewan harus baik
untuk mencapai kesehatan reproduksi yang optimum. Manajemen kesehatan
hewan
meliputi manajemen
kesehatan
umum,
manajemen pencegahan,
21
badan sapi. Program kesehatan hewan pada sapi potong penghasil bibit maupun
sapi potong bakalan akan mampu meningkatkan produktivitas ternak secara nyata.
Arti ekonomis gangguan kesehatan ternak sapi potong secara umum
antara lain dapat disebabkan kematian sapi
dewasa
pertumbuhan sapi dan pedet, ternak sakit perlu biaya tambahan untuk perawatan
dan pengobatan, bila penyakit menular ada kemungkinan terjadinya ancaman
penularan ke sapi lain, abortus, kematian pedet neonatal, inefisiensi produksi dan
reproduksi, dan kerugian-kerugian lainnya. Jadi antara status kesehatan ternak,
status reproduksi dan produktivitasnya, merupakan satu kesatuan bagi berhasilnya
usaha peternakan sapi potong.
22
mobilitas ternak (keluar masuknya ternak), dan pencatatan pemotongan apabila ada
RPH sendiri.
dapat dikatakan bahwa, pupuk kandang ini dapat dianggap sebagai pupuk
2.3.8. Pemasaran
Menurut (Ngadiyono, N. 2012) pemasaran meliputi identifikasi dan
segmentasi pasar, penentuan harga, dan pembayaran. Produk utama yang dihasilkan
dari beternak sapi potong berupa sapi bibit/bakalan, berat hidup (pertambahan berat
badan), karkas, dan daging. Sapi hasil penggemukan dapat dipasarkan dengan dijual
dalam bentuk sapi hidup maupun dipotong (dalam bentuk karkas). Untuk hasil yang
lebih tinggi disarankan dijual dalam bentuk karkas. Seandainya dijual dalam bentuk
hidup, sebaiknya dilakukan penimbangan untuk menentukan harga.
Pemasaran dianggap efisien apabila mampu menyampaikan hasil dari
produsen ke
konsumen
dengan
biaya
murah.
Tinggi rendahnya
margin
pemasaran dan bagian yang diterima peternak merupakan indikator dari efisiensi
pemasaran, semakin rendah margin pemasaran dan semakin besar bagian yang
23
24
BAB III
METODE PELAKSANAAN
25
3.3.3. Wawancara
Metode yang digunakan dengan cara mendapatkan informasi tentang
kelompok tani dan topik yang berkaitan dengan proses pemeliharaan sapi potong
dengan menanyakan langsung kepada pihak-pihak yang terkait dan berkopeten di
bidangnya.
26
DAFTAR PUSTAKA
27
28
Bulan : .........................................
Bangsa
Umur
Jenis kelamin
Bulan : .........................................
Tanggal
Bobot badan(kg)
Tanggal
Pemberian Pakan
Pagi
Siang
Sore
Sisa Pakan
Pagi
Siang
Konsumsi Pakan
Sore
Pagi
Siang
Sore
Pemberian Pakan
Pagi
Siang
Sore
Sisa Pakan
Pagi
Siang
Konsumsi Pakan
Sore
Pagi
Siang
Sore
Nama Nutrien
Kandungan (%)
Bahan kering
Protein kasar
Lemak kasar
Serat kasar
TDN
Ca (Kalsium)
P (Pospor)
No Sapi
Tanggal
Pemeriksaan
Tahun : .........................................
Tanda-tanda
Pengobatan
klinis
Keterangan
Lampiran 7. Kuesioner
DAFTAR KUESIONER PKP
A. Identitas Peternakan / Perusahaan
Nama
: .................................
Alamat
: .................................
Bentuk perusahaan/usaha
: .................................
Pertama kali usaha tahun
: .................................
Struktur Organisasi Perusahaan
: .................................
Tugas masing-masing bagian dalam struktur organisasi : .................................
Wewenang masing-masing bagian dalam struktur organisasi :
.................................
Jumlah ternak yang dipelihara saat ini : ................................. ekor
Komposisi populasi ternak
Induk menyusui
: ................................. ekor
Induk tak menyusui
: ................................. ekor
Pejantan
: ................................. ekor
Dara
: ................................. ekor
Calon pejantan
: ................................. ekor
Sapihan
: ................................. ekor
Pedet
: ................................. ekor
B. Perkandangan
Jumlah kandang
Ukuran
Tipe kandang
Bahan
: ..............
: ..............
: ..............
: ..............
D. Pakan
Jenis pakan hijauan maupun konsentrat yang diberikan: .................
Perbandingan pakan hijauan dengan konsentrat berapa persen:
.....................
Asal pakan hijauan dan konsentrat : ................................................
Cara mengatasi kekurangan pakan : ...........................................
Apakah
sudah
ada
usaha
pengawetan/pengolahan
pakan:
............................
Cara menyusun ransum konsentrat (kalau menyusun sendiri):
........................
Apakah dalam pemberian pakan dibedakan sesuai dengan fase hidup
ternak: ....................................
E. Manajemen pemeliharaan
Berapa lama dalam satu periode penggemukan: ................ bulan
Dalam sehari pakan diberikan sebanyak: ................................. kali
Apakah ternak sering dimandikan: ................................., Jika YA, setiap
berapa hari dimandikan : .................................
Apakah dilakukan kastrasi, vaksinasi, pemotongan tanduk, pemberian
tanda: ..........................
Cara pencegahan dan pengobatan penyakit: .....................................
Cara
memanfaatkan
limbah/pengolahan
limbah
peternakan:
..................
Apakah ada tempat penampungan limbah, berapa jarak tempat tersebut
dengan kandang: ...............................
F. Pemasaran
Ke manakah hasil ternak dijual: ......................
Apa yang menjadi dasar penjualan ternak (bobot hidup atau yang lain):
..................................................
Berapa rata-rata harga beli ternak per ekor: ....................................
Berapa rata-rata harga jual ternak per ekor: ....................................
Harga jual limbah / feses (kalau dijual), dijual kemana: ..........................
MINGGU
I
II
III
IV
No Hari, Tanggal
Waktu
Kegiatan
Paraf
Petugas