Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PEMELIHARAAN TERNAK RUMINANSIA

TEACHING FACTORY

Oleh:

Rafillah 03.03.19.096

Athaya Nada S. 03.03.19.078

Dendi Irawan 03.03.19.081

Yohanes Panca Kristiawan 03.03.19.104

Muhammad Fajar A 03.03.19.091

KEMENTRIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA
MANUSIA PERTANIAN
PROGRAM STUDI PENYULUHAN PETERNAKAN DAN
KESEJAHTERAAN HEWAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN YOGYAKARTA-
MAGELANG
2019/2020
BABI
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada tahun 2017 populasi sapi potong dan sapi perah mengalami
peningkatan bila dibandingkan dengan populasi pada tahun 2016.
Kemudian, pada tahun 2018 populasi sapi potong dan sapi perah juga
mengalami peningkatan. Adapun rinciannya sebagai berikut: pada tahun
2018 populasi sapi potong 17 juta ekor sedangkan pada tahun 2017
populasi sapi potong 16,4 juta ekor, sapi perah pada tahun 2018 550.000
ekor sedangkan pada tahun 2017 540.000 ekor (bestari dkk, 2018).
Menurut Badan Pusat Statisik (2009), populasi setiap tahun diperkirakan
akan terus mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan penduduk,
perbaikan ekonomi masyarakat serta meningkatnya kesadaran masyrakat
akan pentingnya mengkonsumsi protein hewani. Ditambah lagi dengan
daya beli dan perbaikan ekonomi masyarakat sehingga mereka bisa
mencukupi kebutuhan konsumsi protein hewani.

Salah satu penyedia daging untuk memenuhi kebutuhan penduduk


Indonesia adalah dari peternak yang memelihara bangsa sapi lokal dan
sapi hasil persilangan sapi lokal dengan sapi impor. Banyak hal yang dapat
dilakukan dalam mengembangkan dan meningkatkan produktivitas sapi
lokal dan sapi impor tersebutseperti manajemen pemeliharaan yang baik.
Peningkatan populasi sapi potong disebabkan oleh perkembangan dan
kemajuan informasi mengenai dunia peternakan, sementara peningkatan
populasi penduduk juga semakin meningkat sebagai konsumen sehingga
peternak bergairah dalam memelihara sapi potong sebagai mata
pencaharian mereka (Prasetya, 2011).

Pemeliharaan sapi tidak hanya bagaimana sapi yang dipelihara bisa


makan dan tumbuh besar begitu saja. Peternak harus memperhatikan
aspek-aspek terkait dalam hal pemeliharaan sapi. Aspek-aspek tersebut
meliputi pakan yang diberikan, perkandangan, penanganan kesehatan,
perkawinan, pengelolaan limbah, serta aspek terkait lainnya diharapkan
akan menghasilkan produktivitas yang tinggi. Dalam kegiatan teaching
factory ini penulis dapat melatih keterampilan dan paham terhadap Good
Farmiang Practices serta penerapannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Good Farming Practices?
2. Bagaimana penerapan Good Farming Practices?
C. Tujuan
Tujuan Kegiatan Teaching Factory:
1. Untuk melatih keterampilan dalam manajemen pemeliharaan ternak
sapi yang baik dan benar.
2. Untuk mempelajari dan mengevaluasi tentang Good Farming
Practices.
3. Meningkatkan kompetensi dalam bidang peternakan.

Tujuan membuat laporan ini:

1. Untuk melakukan penilitian lebih lanjut tentang pemeliharaan ternak


sapi yang baik.
2. Memahami lebih lanjut tentang metode Good Farming Practices.
D. Manfaat
1. Untuk dapat memperdalam tentang ilmu peternakan.
2. Agar dapat mengetahui perbedaan antara sapi potong dan sapi perah.
3. Untuk dapat mengetahui dan mengidentifikasi tentang fases sapi.
4. Untuk dapat mengetahui cara pembersihan kandang dengan baik dan
benar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Asal-Usul Ternak Sapi


Menurut sudarmono dan sugeng (2016), mengatakan dalam sebuah
bukunya bahwa banyak ahli yang memperkirakan bahwa bangsa sapi
berasal dari Asia Tengah lalu menyebar ke Eropa, ke seluruh kawasan
Asia, dan Afrika. Namun, perlu diketahui bahwa bangsa sapi sebagai salah
satu hewan piaraan di setiap daerah atau negara, sejarah penjinakannya
berbeda. Misalnya di Mesir, India, dan Mesopotamia 8000 tahun SM telah
mengenal sapi piaraan. Akan tetapi, di daratan Eropa dan Cina baru
dikenal pada sekitar 6000 tahun SM. Hal ini disebabkan oleh di masing-
masing daerah atau negara perkembangannya berbeda-beda.
Bangsa sapi yang sekarang tersebar di penjuru dunia, berasal dari
sapi jenis primitif yang telah mengalami domestikasi (Penjinakkan),
Secara garis besar sapi bisa digolongkan menjadi tiga kelompok sebagai
berikut:

1. Bos Indicus
Bos Indicus (zebu:sapi berponok) berkembang di India, lalu
sebagian menyebar ke berbagai negara seperti Asia Tenggara
(termasuk Indonesia), Afrika, Amerika, dan Australia. Di Indonesia
terdapat sapi keturunan zebu yakni sapi Ongole dan Peranakannya
(PO) serta Brahman. Di Amerika dan Australia juga ada bangsa sapi
keturunan zebu yakni American Brahman yang semula dikembangkan
di daerah Gulf semenjak 1854.

2. Bos Taurus
Bos Taurus adalah bangsa sapi yang menurunkan bangsa-bangsa
sapi potong dan perah di Eropa. Golongan ini akhirnya menyebar ke
berbagai penjuru dunia yaitu Amerika, Australia, dan Selandia Baru.
Keturunan Bos Taurus telah banyak diternakkan dan dikembangkan di
Indonesia, misalnya aberdeen, angus, hereford, shorthon, charolais,
simmental, dan limousin.

3. Bos Sondaicus (Bos Bibos)


Golongan ini merupakan sumber asli bangsa-bangsa sapi
Indonesia. Sapi yang kini ada merupakan keturunan banteng (Bos
Bibos), dewasa ini kita kenal dengan nama sapi bali, sapi madura, sapi
jawa, sapi sumatera, dan sapi lokal lainnya.

B. Jenis dan Bangsa Sapi Potong


Bangsa sapi potong adalah jenis-jenis sapi yang memiliki
produktivitas daging tinggi. bangsa sapi potong/pedaging ini memiliki
daya alih (konvesi) pakan menjadi produk protein (daging) yang tinggi,
sedangkan produksi air susunya rendah. Sapi potong atau pedaging terdiri
dari berbagai jenis dengan aneka ukuran badan dan warna kulit (warna
badan). Jenis-jenis sapi potong ini umumnya diternakkan untuk dipotong
sebagai penghasil daging. Di Indonesia ada dua jenis sapi lokal unggul
yang terkenal sebagai penghasil daging yang baik, yaitu sapi bali dan sapi
ongole dengan keturunan-keturunannya. (Cahyono, 2010)
Menurut Yulianto dan Saparinto (2010), mengemukakan tentang
ciri-ciri sapi potong secara umum, di antaranya sebagai berikut:

1) Bentuk tubuh dalam, besar, dan berbentuk balok atau persegi empat.
2) Kualitas dagingnya maksimum.
3) Laju Pertumbuhannya cepat.
4) Cepat mencapai dewasa.
5) Efisien dalam memanfaatkan pakan.
Menurut Sudarmono dan Sugeng (2016) dalam sebuah bukunya
menjelaskan tentang jenis dan bangsa sapi potong yaitu sebagai berikut.

1. Bangsa Sapi Tropis


a. Ciri-ciri
Ciri-ciri mencolok bangsa-bangsa sapi tropis sebagai berikut.
1) Umumnya sapi memiliki ponok.
2) Pada Bagian ujung telinga meruncing dengan kepala panjang dan
dahi sempit.
3) Garis punggung pada bagian tengah berbentuk cekung dan pada
bagian tunggingnya miring.
4) Bahunya pendek, halus, dan rata.
5) Kakinya panjang sehingga gerakannya lincah.
6) Pertumbuhannya lambat sehingga pada umur 5 tahun baru bisa
dicapai berat maksimal.
7) Bentuk tubuh sempit dan kecil serta berat timbangan sekitar 250-
650 kg.
8) Ambingnya kecil sehingga produksi susunya rendah.
9) Toleran terhadap berbagai jenis pakan yang kandungan serat
kasarnya tinggi atau pakan yang sederhana.
10) Tahan terhadap gigitan nyamuk dan caplak.

b. Bangsa sapi tropis di Indonesia


1) Sapi bali
Keturunan dari sapi liar yang disebut banteng (Bos bibos atau
Bos sondaicus) yang sudah mengalami penjinakan. Sapi bali
termasuk sapi pedaging dan kerja. Memiliki bentuk tubuh
menyerupai banteng tetapi lebih kecil akibat proses domestifikasi.
Tinggi sapi dewasa 130 cm. Berat rata-rata sapi jantan 450 kg.
Sedangkan betina 300-400 kg dan hasil karkas 57%.
2) Sapi Madura
Sapi Madura merupakan hasil persilangan antara bos sondaicus
dan bos indicus. Sapi ini termasuk tipe pedaging dan kerja.
Memiliki ciri-ciri panjang badan mirip sapi bali, tetapi berponok
kecil. Berat badan mencapai 350 kg, tinggi badan kira-kira 118
cm dan hasil karkas 48 %.

3) Sapi Ongole
Sapi ongole berasal dari india (madras), sapi ini di eropa
disebut zebu, sedangkan di jawa sangat popular dengan sebutan
sapi benggala. Sapi ongole termasuk tipe potong dan kerja.
Memiliki ukuran tubuh besar, dan panjang, ponoknya besar. Berat
sapi jantan mencapai 550 kg dan betina sekitar 350 kg

4) Sapi American Brahman


Merupakan zebu keturunan kankrey, ongole, gir, krisnha,
hariyana, dan bhagari. Sapi ini termasuk tipe potong yang baik di
daerah tropis. Memiliki ciri- ciri tahan terhadap panas, tahan
terhadap gigitan caplak, dan menyukai pakan yang sederhana

2. Bangsa Sapi Subtropis


a. Ciri-ciri
Ciri-ciri sapi subtropis yaitu sebagai berikut.
1. Sapi tidak memiliki ponok.
2. Ujung telinga berbentuk tumpul atau bulat.
3. Kepala pendek dengan dahi yang lebar.
4. Kulit tebal (7-8 mm).
5. Gasris punggung lurus dan rata.
6. Tulang pinggang lebar dan menonjol keluar
7. Rongga dada berkembang baik.
8. Bulu panjang dan kasar,
9. Kaki pendek sehingga geraknya lamban
10. Cepat menjadi dewasa karena umur 4 tahun bias dicapai
pertumbuhan maksimal.
11. Tidak tahan terhadap suhu tinggi, relatif lebih banyak minum,
dan kotorannya basah.
12. Sapi yang sudah dewasa tumbuh besar. Sapi jantan mencapai
900 kg.

3. Bangsa Sapi Keturunan Bos Taurus dan Bos Sondaicus


a. Sapi sania gerlrudis
Hasil persilangan antara sapi brahman dan shorthorn. Sapi ini
termasuk sapi potong. Ukuran tubuh besar, toleransinya terhadap
panas dan pakan yang sederhana lebih besar dari pada golongan
subtropics murni. Tehan terhadap gigitan caplak. Berat badan betina
sekitar 725 kg dan jantan sekitar 900 kg.
b. Sapi beefmasler
Hasil persilangan antara bos indicus (brahman) dan bos Taurus
dengan hareford dan shorthorn. Sapi ini termasuk sapi tipe potong.
Warnanya tidak seragam, ada yang berwarna cokelat, cokelat
kemerahan, atau merah berbercak putih, Ukuran tubuh besar. Sapi
ini sedikit berponok.
c. Sapi brangus
Hasil persilangan antara brahman dan Aberdeen angus. Sapi ini
termasuk sapi tipe potong. Ciri –ciri : Bulunya halus dan pada
umumnya berwarna hitam atau merah. Sapi ini tidak bertanduk,
bergelambir, bertelinga kecil. Sapi ini berponok, tetapi kecil.
d. Sapi charbay
Hasil persilangan antara brahman dan charolais. Sapi ini termasuk
sapi potong. Ciri –ciri : Warna bulu krem agak putih. Sapi ini
bertanduk dan berponok kecil. Berat badan sapi betina sekitar 860 kg
dan jantan sekitar 1.100 kg.

C. Pemeliharaan Sapi Potong


Salah satu upaya untuk meningkatkan populasi dan mempercepat
penyebaranternak besar oleh peternak adalah dengan cara pemeliharaan
ternak tersebut.Pemeliharaan ternak yang baik sangat mempengaruhi
perkembangbiakan serta terjaminnya kesehatan ternak.Peternak dalam
memelihara ternaknya harus berdasarkan prinsip-prinsip pemeliharaan dan
pembiakan hewan tropis yaitu : pengawasan lingkungan,pengawasan
status kesehatan, pengawasan pegawai, pengawasan makan dan airminum,
pengawasan sistem pengelolaan dan pengawasan kualitas hewan ternak.
Sistem pemeliharaan sapi potong dikategorikan dalam tiga cara yaitu
system pemeliharaan intensif yaitu ternak dikandangkan, sistem
pemeliharaan semi intensif yaitu tenak dikandangkan pada malam hari
dan dilepas di ladang penggembalaan pada pagi hari dan sistem
pemeliharaan ekstensif yaitu ternak dilepas di padang penggembalaan.
Makanan produksi untuk pertumbuhan dan pertambahan berat.
Kebutuhan pakan sapi tropis berbeda dengan sapi subtropis. Sapi tropis
yang adaptasinya terhadap lingkungan cukup bagus membutuhkan pakan
relatif lebih sedikit daripada sapi subtropis. bahan pakan dikelompokkan
menjadi dua yaitu :
1. Menurut asalnya pakan terdiri dari : (1) hijauan alami (rumput
lapangan), (2) hijauan tanaman (rumput gajah), (3) hasil limbah
pertanian (jerami), (4) hasil limbah industri (bungkil), (5) hasil
pengawetan (silase, selai).
2. Menurut kandungan zat makanan dan fungsinya dalam memenuhi
kebutuhan ternak terdiri dari : (1) hijauan kering, (2) hijauan segar,
(3) silase, (4) sumber energi, (5) sumber protein, (6) sumber
mineral, (7) sumber vitamin, dan (8) makanan tambahan.
Pemberian pakannya dapat dilakukan dengan pemotongan rumput
tersebut, kemudian diberikan pada ternak sapi yang ada di dalam kandang.
Pemberian pakan seperti ini disebut cut and carry. Ketersediaan pakan
harus mencukupi kebutuhan ternak, baik yang berasal dari hijauan/rumput,
maupun pakan konsentrat yang dibuat sendiri atau berasal dari pabrik.
Dalam memilih bahan pakan, beberapa pengetahuan penting berikut ini
harus diketahui sebelumnya yaitu :

1. Bahan pakan harus mudah diperoleh dan sedapat mungkin terdapat di


daerah sekitar sehingga tidak menimbulkan masalah biaya transportasi dan
kesulitan mencarinya;

2. Bahan pakan harus terjamin ketersediaannya sepanjang waktu dalam


jumlah yang mencukupi keperluan;

3. Bahan pakan harus mempunyai harga yang layak dan sedapat mungkin
mempunyai fluktuasi harga yang tidak besar;

4. Bahan pakan diusahakan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia


yang sangat utama. Seandainya harus menggunakan bahan pakan tersebut
maka usahakanlah agar digunakan satu macam saja;

5. Bahan pakan harus dapat diganti dengan bahan pakan lain yang
kandungan zat-zat makanannya hampir setara;

6. Bahan pakan tidak mengandung racun dan tidak dipalsukan atau tidak
menampakkan perbedaaan warna, bau atau rasa dari keadaan normalnya.
BAB III
METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat
1. Waktu
Kegiatan teaching factory dilaksanakan pada waktu pagi
hari dari jam 06:00 sampai dengan 07:30 Wib. Kegiatan ini
dilakukan dalam satu minggu.
2. Tempat
Pelaksanaan teaching factorydilaksanakan di kandang
ternak Politeknik Pembangunan Pertanian Jurusan Peternakan,
Kampus Magelang, Jawa Timur.

B. Metode
1. Alat dan Bahan
a. Alat
Adapun alat yang digunakan pada saat Teaching Factory yaitu
Sekop, kereta dorong/arco, ember, dan sikat kain.

b. Bahan
Bahan yang digunakan saat Teaching Factory adalah air
berfungsi untuk menyiram kotoran, pakan konsentrat dan
hijauan untuk memberi pakan sapi.
C. Kegiatan Teaching Factory

Gambar 1. Pembersihan feses dari kandang

Pembersihan feses dari kandang dilakukan dengan cara


membersihkan feses dari ujung ke ujung kandang, supaya lebih efisien
waktu dan lebih teliti dalam membersihkan kandang, membersihkan
kandang juga harus memerhatikan posisi hewan sapi karena biasanya jika
sapi merasa terancam sapi tersebut akan lebih agresif dan yang terpenting
usahakan sapi bisa melihat kita karena sapi mempunyai titik buta
contohnya di bagian belakang, samping kaki bagian belakang, ini adalah
titik rawan terjadi hal yang tidak diinginkan pada orang yang
membersihkan kandang.
Gambar 2. Pengankutan feses dari kandang

Pengangkutan dilakukan setelah feses terkumpul. Selanjutnya fases


tersebut di angkut menggunakan troli dan kemudian di bawa menuju
gudang pupuk. Selanjutnya feses tersebut akan diproses menjadi pupuk
organik.

Gamabar 3. Pembersihan sisa feses di kandang

Pembersihan sisa feses dilakukan dengan cara menyiram air di


setiap sisi lantai kandang supaya kandang terlihat sangat bersih, kegiatan
ini dilakukan agar kandang terhindar dari penyakit – penyakit yang bias
menyerang sapi – sapi tersebut.
Gambar 4. memandikan sapi

Memandikan sapi dilakukan dengan cara menyemprotkan air pada


badan sapi sehingga sapi basah dan kemudian badan sapi di sikat
menggunakan alat yang sudah di sediakan supaya badan sapi bersih dan
tidak ada feses yang menempel di badan sapi.
BAB IV
PEMBAHASAN
Kegiatan teaching factory dikandang ternak besar dilakukan selama satu
minggu yaitu dari tanggal 30 september sampai dengan tanggal 6 oktober 2019.
Kegiatan dimulai pada pukul 06.00 WIB meliputi pemeriksaan kesehatan ternak,
sanitasi kandang, pembersihan lantai kandang, pembersihan tempat pakan, serta
pemberian pakan dan minum. Pelaksanaan ini dilakukan secara kelompok.
Kegiatan teaching factory berakhir pada pukul 07:30 WIB yang dilakukan setiap
pagi selama satu minggu, adapun kegiatan yang lakukan di setiap pagi hari
meliputi:

1. Pemeriksaan kondisi sapi


2. Sanitasi kandang
3. Membersihkan feses dari lantai sekitar kandang
4. Memandikan sapi
5. Memberi makan dan minum
6. Pembersihan alat
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dalam kegiatan tefa ini memiliki banyak berbagai manfaatnya
salah satunya adalah dapat meningkatkan keselerasan proses pengantaran
pengembangan ketrampilan atau biasa disebut skills, dapat mengetahi
lebih detail mengenai apa saja ternak yang berada di Polbangtan
Magelang. Adapun manfaatnya yaitu dapat meningkatkan daya
pengetahuan tentang berbagai jenis ternak, cara pembersihan kandang,
takataran makanan ternak, makanan terna apa saja yang boleh diberikan
kepada ternak.

B. Saran
Sebaiknya teaching factory dilakukan dalam dua waktu yaitu pada
pagi hari dan sore hari agar kandang lebih efisien bersih. Air di kandang
ternak sebaiknya ditingkatkan lagi agar air dapat melimpah dan air
tersebut dapat digunkan untuk meman dikan sapi atau jenis ternak lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, B. 2010. Sukses Beternak Sapi dan Kerbau. Jakarta: Pustaka Mina

Prasetya, A. 2011. Manajemen Pemeliharaan Sapi Potong pada Peternakan


Rakyat di Sekitar Kebun Percobaan Rambatan BPTP. Skripsi. Institut
Pertanian Bogor. Fakultas Peternakan.

Sudarmono, A.S. dan Y. B. Sugeng. 2016. Panduan Beternak Sapi Potong.


Jakarta: Penebar Swadaya.

Yulianto, P. dan C. Saparinto. 2010. Pembesaran Sapi Potong Secara Intensif.


Jakarta: Penebar Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai