Anda di halaman 1dari 10

Data Pencatatan (Recording) Ternak Ruminansia Perah

Pencatatan ternak (recording) merupakan salah satu kegiatan penting dari


beberapa kegiatan yang dilakukan dalam usaha peternakan. Recording
berasal dari kata record, artinya catatan atau rekaman. Recording adalah
catatan segala kejadian mengenai ternak yang dipelihara dan dapat
memberikan informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan yang
objektif. Didasarkan atas fakta yang ada, sehingga keputusan yang dibuat
merupakan keputusan yang baik.

Catatan dapat berupa blangko yang berisi beberapa catatan sederhana


hingga sistem yang kompleks dapat digunakan untuk mentabulasi dan
analisis dengan program komputer. Sistem recording yang dilakukan dalam
usaha peternakan dapat bervariasi sesuai dengan tujuan usaha (breeding,
dairy, atau fattening) dan jenis ternak yang dipelihara. Sebagai contoh, pada
usaha breeding dan dairy, aspek-aspek reproduksi dan produksi susu
menjadi hal yang utama. Pada usaha fattening, Average Daily Gain (ADG)
merupakan parameter yang penting dalam mengetahui tingkat pertumbuhan
ternak. Jenis ternak yang dipelihara juga menentukan aspek-aspek yang
dicatat dalam sistem recording.

Secara umum recording dibedakan menjadi:

1. Identitas
Identitas ternak dapat dibagi menjadi beberapa yaitu identifikasi fisik,
penandaan fisik, dan penandaan tambahan. Identifikasi fisik meliputi ciri-ciri
fisik misalnya warna bulu, konformasi tubuh, bulu sekitar mata, tanduk, kaki,
bentuk telinga, punuk, dll. Penandaan fisik ternak dapat dibedakan menjadi
semi permanen dan permanen. Penandaan permanen adalah penandaan
pada sapi yang bersifat tetap. Sedangkan semi permanen bersifat sementara
saja dan jika sewaktu-waktu diperlukan mudah dihilangkan atau diganti.
Penandaan tambahan adalah penandaan yang diberikan pada sapi di
lingkungan. Sapi tersebut hidup yang memudahkan dikenali meskipun dari
kejauhan. Sebagai contoh pemberian papan nama di atas masing-masing
peternakan. Berikut nama sapi, jenis sapi, kode sapi, tanggal lahir, dan asal
sapi.

2. Dokumentasi
Pada kondisi sekarang ini, upaya mendokumentasikan kegiatan sangat
diperlukan tidak terkecuali untuk sapi jika memang populasinya dalam lokasi
peternakan cukup besar. Pendokumentasian sapi dapat dilakukan melalui
pembuatan sketsa atau gambar individu, profilnya, foto maupun rekaman
video. Data-data tersebut akan membantu memudahkan pengelolaan
ternaknya. UntukUntuk mengidentifikasi ternak dapat pula dilakukan dengan
membuat sketsa badan ternak dan diberi pola belang hitam – putih sesuai
pola belang hitam putih pada ternak sebenarnya.

3. Catatan Khusus
Dalam pengelolaan peternakan besar sangat diperlukan pencatatan detail
bagi setiap individu sapi, sehingga diperlukan pencatatan khusus. Termasuk
pencatatan khusus meliputi nama sapi, tanggal lahir, nomor kode ternak,
asalnya, berat badannya, berat lahir, berat sapi, bangsa, juga kesehatannya.
Selain itu, catatan perkawinan atau inseminasi buatan termasuk dalam hal
ini. Catatan ini harus memuat segala hal lengkap supaya memudahkan bagi
tenaga medis atau perawat ternak yang lain untuk melakukan penanganan
dan mengurangi terjadinya kesalahan.

4. Sertifikat Ternak
Recording yang terakhir ini menjadi penting keberadaannya jika terkait
dengan pembibitan terutama di UPT/ perusahaan pembibitan, jika sapi
berasal dari impor. Ini penting karena untuk memudahkan pelacakan
terhadap kualitas unggul atau tidak, memudahkan seleksi, menjaga
penyebaran bibit semen di lapangan supaya tidak terjadi inbreeding. Dalam
sertifikat ternak ini yang sangat penting harus memuat breeding, asal-usul
tetua pejantan dan betinanya, tanggal lahir. Dengan sertifikat ini, akan
menambah kepercayaan dan kepuasan pengguna bibit sapi.

Manfaat pencatatan ternak (recording) di antaranya sebagai berikut:


1. Memudahkan pengenalan terhadap ternak, terutama recording yang
terpasang langsung pada ternak ataupun di dekat ternak seperti anting
telinga (ear tag), pengodean ternak, penamaan, papan nama, foto, dan
pemberian ciri-ciri pada ternak.
2. Memudahkan dalam melakukan penanganan, perawatan maupun
pengobatan pada ternak, berdasarkan catatan-catatan yang dimiliki.
3. Memudahkan manajemen pemeliharaan terutama jika ternak
membutuhkan perlakuan khusus.
4. Menghindari dan mengurangi kesalahan manajemen pemeliharaan,
pengobatan, pemberian pakan dan lain-lain.
5. Memudahkan dalam melakukan seleksi ternak sehingga didapatkan ternak
yang unggul, melalui sertifikat ternak, catatan kesehatan, berat lahir, dan
lain-lain.
6. Menghindari terjadinya kawin keluarga (inbreeding).
7. Menjadikan pekerjaan lebih efektif dan efisien terutama dalam sebuah
usaha peternakan yang besar.
Ada beberapa cara untuk membuat catatan ini antara lain:
a. Permanent Page Book yaitu berupa buku, cara ini kurang fleksibel.
b. Loose Leaf Book yaitu catatan berbentuk sebuah kartu yang dicetak dan
dapat dipakai untuk jenis sapi yang berbeda. Dengan cara ini akan lebih baik.
c. Separator Folder (Files) yaitu berupa lembaran kertas yang dilipat, oleh
karena itu bentuknya kurang baik bila dibandingkan dengan kedua cara
tersebut.

Data-data administrasi usaha peternakan (aspek teknis produksi, aspek


ekonomi, aspek legalitas dll)

1. Aspek Teknis

Ada beberapa pencatatan (recording) menyangkut aspek teknis yang umum


digunakan dalam usaha peternakan antara lain:
a. Aspek manajemen pemeliharaan, meliputi peternakan, pemeliharaan,
pengolahan limbah, dan pengendalian penyakit
b. Aspek perkembangan populasi, meliputi populasi, kelahiran dan kematian
ternak, dan mutasi
c. Aspek produktivitas, meliputi produksi anak, produksi susu, produksi telur,
dan pertambahan bobot badan harian atau Average Daily Gain (ADG)
d. Aspek reproduktivitas, meliputi umur pertama dikawinkan, tanggal kawin,
tanggal pemeriksaan kebuntingan, tanggal beranak, jenis kelamin anak, jarak
beranak, frekuensi beranak, kasus-kasus reproduksi, (abortus, distokia,
retensi plasenta, peletakan fetus, dll), tanggal mulai bertelur, masa bertelur,
molting, dan seleksi (culling).

2. Aspek Ekonomi

Aspek ekonomi dalam usaha tidak lepas dari unsur modal, keuntungan atau
kerugian dari suatu usaha. Prinsip utama dalam ilmu ekonomi produksi yaitu
suatu usaha untuk memaksimumkan keuntungan (profit maximization) dan
meminimumkan biaya (cost minimization). Kedua prinsip ini merupakan
pilar utama yang menentukan suatu performa dari usaha peternakan yang
sedang dijalankan. Misalnya orang yang melakukan budidaya ayam broiler.
Jika peternak tidak mampu menerapkan kedua prinsip tersebut maka
produksi yang dihasilkan tinggi dan kualitas produksinya bagus, peternak
tidak akan mampu untuk mengembangkan usaha budidayanya.

Berikut adalah beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam


pencatatan ternak (recording) mengenai aspek ekonomi dan usaha
peternakan antara lain:
a) Biaya
Biaya adalah segala sesuatu yang diinvestasikan, baik berupa uang, tanah dan
bangunan, tenaga kerja, serta aset-aset lainnya yang diperlukan dalam proses
produksi untuk menghasilkan suatu produk tertentu. Biaya tersebut
dikeluarkan secara kontan (cash) atau kredit.

• Biaya investasi

Pencatatan biaya investasi memuat tentang biaya yang dikeluarkan untuk


memulai suatu usaha, misalnya biaya beli lahan, pembuatan kendang ternak,
peralatan atau mesin, dan izin usaha. Biaya investasi ini diperhitungkan
sebagai penyusutan.

• Biaya operasional

Pencatatan biaya operasional memuat tentang biaya-biaya operasional suatu


usaha. Biaya operasional dibedakan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed
cost). Biaya tetap adalah semua biaya yang besarannya tetap hingga batas
tertentu walaupun hasil produksinya berubah. Beberapa komponen biaya
yang termasuk biaya tetap ini, di antaranya sewa lahan dan tenaga kerja.
Sementara itu, biaya tidak tetap (variable cost) adalah biaya yang jumlahnya
berubah sesuai dengan perubahan tingkat produksi, misalnya biaya
pembelian ternak, pakan, suplemen, obat-obatan, dan peralatan ternak habis
pakai.

b) Pendapatan

Pendapatan adalah seluruh penerimaan uang yang diperoleh dari penjualan


produk suatu kegiatan usaha. Hasil penjualan tersebut meliputi penjualan
ternak hidup, penjualan karkas, penjualan pupuk ternak atau kompos,
penjualan susu, penjualan telur, penjualan anak ternak dan lain-lain.

c) Keuntungan

Keuntungan adalah selisih antara pendapatan dengan total biaya yang


diperlukan pada proses produksi suatu produk.

d) Kelayakan usaha

Faktor finansial atau kelayakan usaha menjadi tolok ukur utama dari suatu
analisis usaha, terutama cash flow yang terjadi selama kegiatan usaha
berjalan. Indikator yang sering dipergunakan untuk melihat tingkat
kelayakan suatu usaha adalah analisis B/C atau R/C rasio, payback period
(PBP), break even point (BEP). Selain itu, akan lebih baik apabila dilengkapi
dengan perhitungan net present value (NPV), internal rate of return (IRR), dan
return on investment (ROI).

• Analisis benefit cost ratio (B/C) dan revenue cost ratio (R/C)
Analisis benefit cost ratio (B/C) dan revenue cost ratio (R/C), digunakan
untuk melihat tingkat keuntungan atau penerimaan relatif suatu usaha dalam
setahun terhadap total biaya yang dipergunakan dalam kegiatan tersebut,
dengan rumus sebagai berikut:

B/C ratio= Total Penerimaan - Total Biaya

Total biaya

R/C ratio = Total Penerimaan Total biaya

• Break even point (BEP)

Analisis break even point (BEP) digunakan untuk melihat batas nilai atau
volume produksi dari suatu usaha. BEP bisa dihitung berdasarkan jumlah
produksi (BEP produksi) atau harga (BEP harga) dengan perhitungan sebagai
berikut:

BEP produksi = Total Biaya harga Penjualan

BEP Harga = Total Biaya Total Produksi

• Payback period (PBP)

Analisis payback period (PBP) digunakan untuk mengetahui lamanya


pengembalian modal yang telah diinvestasikan dalam suatu usaha.

PBP = Total investasi x 1 tahun Keuntungan

3) Aspek Legalitas

Perusahaan ternak adalah suatu usaha yang dijalankan secara teratur dan
terus menerus pada suatu tempat. Dalam jangka waktu tertentu untuk tujuan
komersial meliputi kegiatan menghasilkan ternak (ternak bibit atau ternak
potong), telur, susu serta usaha penggemukan suatu jenis terna k terma suk
mengumpulkan, mengedarkan, dan memasarkannya untuk tiap jenis ternak.
Jumlahnya melebihi jumlah yang ditetapkan untuk tiap jenis ternak pada
peternakan rakyat. Tujuan komersial yang meliputi perusahaan pemotongan,
pabrik pakan, dan perusahaan perdagangan sarana produksi peternakan.
Telah di tetapkan dalam rancangan Undang-undang nomor 1 tahun 2009.
Setiap perusahaan peternakan yang dalam skala usaha tertentu sebagaimana
dimaksud pada lampiran 1 keputusan ini wajib memenuhi ketentuan di
bidang perijinan usaha yang meliputi:

a) Izin Lokasi/HG/sesuai dengan ketentuan yang berlaku

b) Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

c) Izin Tempat Usaha/HO


d) Izin Tenaga Kerja

e) Izin Pemasangan Instalasi serta peralatan yang diperlukan, serta membuat


Upaya Kelestarian Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan
(UKL/UPL) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Permohonan persetujuan prinsip disampaikan kepada bupati/wali
kota atau pejabat yang ditunjuk olehnya sesuai kewenangan.

Macam–macam Catatan Sapi Perah

a. Catatan Data Produksi (Production Records)

Dari catatan produksi, dapat diketahui sapi-sapi yang harus tetap


dipertahankan dan sapi yang harus dikeluarkan (culling) dan berapa ekor
ternak pengganti yang harus disediakan setiap tahunnya. Demikian pula
halnya dalam mengambil keputusan yaitu langkah yang harus diambil
apabila kapasitas produksi telah melebihi kapasitas daya tampung
pemasaran. Apakah jumlah sapi laktasi yang harus dikurangi atau kualitas
ransum yang harus diturunkan.

Catatan produksi berguna untuk tujuan seleksi dan pembuatan silsilah


(keturunan) dari sapi–sapi tersebut. Catatan produksi ini dapat dilakukan
dengan beberapa cara antara lain dicatat setiap hari, setiap minggu atau
sebulan sekali. Hal terbaik adalah yang dicatat setiap hari, akan tetapi
pencatatan sebulan sekali telah diakui oleh semua negara. Terutama
pencatatan ini harus mencakup segala keterangan dari setiap ekor sapi dari
seluruh peternakan. Hal ini untuk mengevaluasi pelaksanaan manajemen
selanjutnya serta rencana jangka panjang.

Pencatatan produksi meliputi:


1. Catatan Produksi Susu Harian (Daily Record)
2. Catatan Produksi Mingguan (Weekly Record) dan Bulanan (Monthly Record)
3. Sistem Pencatatan oleh Diri Sendiri (Owner Sampler Record /OSR)
4. Pencatatan Sebulan Sekali (Weight a Day a Month Record)

b. Standardisasi Produksi Susu

Adapun maksud dari standardisasi produksi air susu ialah untuk


membandingkan kemampuan produksi air susu tiap ekor sapi bagi
kepentingan seleksi untuk memilih bibit yang bermutu. Seekor sapi muda
baru satu atau dua kali beranak dan seekor sapi yang sudah enam atau tujuh
kali beranak akan berbeda nilainya. Meskipun produksi kedua sapi tersebut
sama pada satu periode laktasi. Faktor–faktor yang harus diperhatikan dalam
standardisasi ini ialah lamanya laktasi, frekuensi pemerahan, umur sapi dan
kadar lemak susu yang dihasilkan.

c. Catatan untuk Pedet

Catatan pedet dilakukan secara individual meliputi identifikasi nomor pedet,


tanggal lahir, jenis kelamin, nomor induk dan bapaknya, tanggal vaksinasi,
tanggal serta keterangan kematian atau dikeluarkan dari peternakan. Dari
data ini dapat ditentukan umur berapa dan kapan pedet tersebut mati,
penyebabnya, sehingga dapat dilakukan perubahan dalam program
manajemen pedet. Sistem catatan yang lebih lengkap termasuk informasi
tentang ukuran pedet saat lahir (berat lahir), adanya kesulitan waktu lahir,
dan waktu pada hari kelahiran.

d. Catatan untuk Heifer

Catatan heifer sebaiknya meliputi sejarah vaksinasi, keadaan penyakit, dan


perlakuannya. Lebih lengkapnya meliputi informasi berat badan dalam
berbagai umur, breeding, informasi nomor pejantan dan hasil pemeriksaan
kebuntingan. Informasi ini akan lebih memudahkan pengamatan breeding.
Kesehatan dan status umum dari heifer.

e. Catatan untuk Sapi Dewasa

Untuk efisiensi produksi, sistem catatan kesehatan sapi perlu didekatkan dan
disatukan dengan sistem catatan produksi. Beberapa informasi tentang
breeding dan status reproduksi (seperti tanggal estrus, tanggal perkawinan,
kebuntingan dan identifikasi pejantan yang digunakan) perlu ditampilkan
bersamaan dengan informasi atau catatan produksi. Informasi lain yang
dapat ditampilkan juga termasuk status saluran reproduksi atau hasil
pemeriksaan fertilitas setelah beranak, penyakit dan pengobatannya.

f. Pencatatan Perkawinan (Breeding Records)

Tujuan catatan perkawinan ternak yaitu sebagai sumber informasi untuk


terlaksananya manajemen perusahaan sapi perah dengan baik. Catatan ini
peternak memiliki tiap ekor sapi dan ia akan membuat keputusan tentang
dasar perkawinan berdasarkan catatan yang ada.

Pencatatan perkawinan ini dapat digunakan berbagai cara. Ternak sapi hidup
hanya beberapa tahun, maka cara loose leaf book dapat dipakai lebih baik.
Dengan menggunakan kalender kecil dapat digunakan untuk pencatatan
sehari–hari pada sapi–sapi yang birahi, dikawinkan, melahirkan, kematian
dan data yang dijual. Kemudian catatan tersebut dipindahkan ke dalam buku
catatan, hal ini lebih praktis dan lengkap.

Catatan perkawinan ini akan berguna dalam:


1. Menetapkan masa kering seekor induk.
2. Menunjukkan kapan sapi tersebut akan melahirkan.
3. Menggambarkan apabila pejantan yang digunakan mandul.
4. Mendiagnosis masalah–masalah reproductive disease.
5. Untuk dapat menentukan feeding program yang lebih baik.
6. Mencerminkan induk–induk dari pedet tersebut.
7. Menetapkan tanggal untuk pemeriksaan kebuntingan.

Informasi yang tercantum dalam catatan perkawinan tersebut antara lain:

a. Pencirian dari Ternak


Tanggal lahir, nama pejantan, nama induk harus dicatat. Tanggal lahir dapat
menolong untuk menentukan bila sapi tersebut menjadi sapi dara dan akan
dikawinkan.

b. Nama Pejantan dan Nomor Identifikasinya


Informasi ini dibutuhkan untuk mencegah inbreeding. Mencegah hal tersebut
peternak lebih banyak menyukai penggunaan inseminasi buatan.

c. Masa Birahi
Peternak akan membuat catatan kapan sapi dara atau dewasa tersebut
berahi karena apabila hewan tersebut tidak dikawinkan pada saat tersebut,
maka perkawinan yang dilakukan tidak akan menghasilkan kebuntingan. Jika
peternak mengetahui waktu akhir dari periode berahi, ia akan dapat
meramalkan periode birahi berikutnya.

d. Masa Kelahiran
Masa kelahiran dapat menentukan saat di mana sapi dikawinkan kembali
yaitu antara 50 – 60 hari setelah melahirkan. Hal ini dimaksudkan supaya
cukup waktu untuk penyembuhan alat – alat reproduksi dan menjaga
interval kelahiran.

e. Masa Kering Kandang


Untuk menentukan sapi–sapi di peternakan, maka harus melihat pada
catatan perkawinan. Untuk mengeringkan sapi–sapi tersebut selama 4 – 8
bulan sebelum beranak.

g. Pencatatan Kesehatan Sapi (Health Records)


Di dalam suatu perusahaan sapi perah, kelengkapan data dari setiap individu
ternak termasuk catatan kesehatan ternak sangat diperlukan. Data
pencatatan kesehatan digunakan untuk:
1. Catatan vaksinasi
2. Catatan dari Brucellosis dan tes – tes lainnya untuk beberapa penyakit.
3. Catatan infeksi mastitis
4. Catatan untuk beberapa penyakit yang serius atau merugikan.

h. Catatan Lain
Beberapa peternak menginginkan catatan yang lengkap dalam hal konsumsi
pakan sapi-sapinya. Catatan lain yang mungkin juga penting bagi peternak
adalah catatan tentang penjualan dari bangsa sapi murni, tipe kelas sapinya
dan catatan asal usul keturunan sapi. Peternak harus memiliki catatan yang
meliputi semua pemasukan dan pengeluaran untuk usaha peternakannya.
Catatan yang sederhana dari pemasukan minimal meliputi jumlah susu yang
terjual setiap bulan dan jumlah penerimaan dari ternak yang terjual. Catatan
keuangan juga berguna untuk mengevaluasi perkembangan usaha, di
samping juga untuk menentukan perhitungan pajak pendapatan tahunan.

Menghitung Dan Menganalisis Data Recording

Berdasarkan data yang tertera pada recording, selanjutnya dapat dilakukan


perhitungan dan analisis hasil perhitungan data yang dimaksud. Perhitungan
data recording yang dimaksud di antaranya adalah konsumsi pakan,
pertambahan bobot badan, konversi pakan, dan lain-lain.

a) Konsumsi Pakan

Konsumsi Pakan = Jumlah Pemberian Pakan - Sisa Pakan

Pada recording, pemberian pakan dapat diketahui jumlah pemberian dan


jumlah sisa. Konsumsi pakan dapat dihitung dari jumlah pakan yang
diberikan dikurangi dengan sisa pakan.

Contoh:

Pada data recording diketahui bahwa pada Sabtu sapi “A” diberi pakan
konsentrat 6 kg, dan sisanya 0,5 kg, maka konsumsi pakan konsentrat sapi
tersebut adalah 6 kg – 0,5 kg = 5,5 kg.

Jika dikonversikan ke dalam BK (bahan kering), maka perlu diketahui kadar


BK konsentrat. Misalnya kadar BK konsentrat adalah 87%, maka konsumsi
BK nya adalah 5,5 kg x 87/100 = 4,78 kg BK.

b) Pertambahan Bobot Badan (PBB)

Pada recording, pertambahan bobot badan dapat diketahui bobot badan awal,
bobot badan akhir dan tanggal penimbangan.
Pertambahan bobot badan dapat dihitung dengan cara bobot badan akhir
dikurangi dengan bobot badan awal.

PBB = Bobot badan akhir – bobot badan awal

Sedangkan pertambahan bobot badan harian dapat dihitung dengan cara


pertambahan bobot badan dibagi dengan jumlah hari selang penimbangan
pertama dan penimbangan berikutnya.

Contoh:

Diketahui penimbangan bobot badan akhir = 458 kg

Penimbangan bobot badan awal = 422 kg

Pertambahan bobot badan = 36 kg

Pertambahan bobot badan harian (PBB) = pertambahan bobot badan :


jumlah hari pemeliharaan

Contoh:

Penimbangan bobot badan akhir pada 30 September 2010. Penimbangan


bobot badan awal pada tanggal 1 September 2010. Selisihnya adalah 29 hari.
Jadi PBB harian adalah 36 kg / 29 hari = 1,24 kg/ekor/hari

Anda mungkin juga menyukai