1. Identitas
Identitas ternak dapat dibagi menjadi beberapa yaitu identifikasi fisik,
penandaan fisik, dan penandaan tambahan. Identifikasi fisik meliputi ciri-ciri
fisik misalnya warna bulu, konformasi tubuh, bulu sekitar mata, tanduk, kaki,
bentuk telinga, punuk, dll. Penandaan fisik ternak dapat dibedakan menjadi
semi permanen dan permanen. Penandaan permanen adalah penandaan
pada sapi yang bersifat tetap. Sedangkan semi permanen bersifat sementara
saja dan jika sewaktu-waktu diperlukan mudah dihilangkan atau diganti.
Penandaan tambahan adalah penandaan yang diberikan pada sapi di
lingkungan. Sapi tersebut hidup yang memudahkan dikenali meskipun dari
kejauhan. Sebagai contoh pemberian papan nama di atas masing-masing
peternakan. Berikut nama sapi, jenis sapi, kode sapi, tanggal lahir, dan asal
sapi.
2. Dokumentasi
Pada kondisi sekarang ini, upaya mendokumentasikan kegiatan sangat
diperlukan tidak terkecuali untuk sapi jika memang populasinya dalam lokasi
peternakan cukup besar. Pendokumentasian sapi dapat dilakukan melalui
pembuatan sketsa atau gambar individu, profilnya, foto maupun rekaman
video. Data-data tersebut akan membantu memudahkan pengelolaan
ternaknya. UntukUntuk mengidentifikasi ternak dapat pula dilakukan dengan
membuat sketsa badan ternak dan diberi pola belang hitam – putih sesuai
pola belang hitam putih pada ternak sebenarnya.
3. Catatan Khusus
Dalam pengelolaan peternakan besar sangat diperlukan pencatatan detail
bagi setiap individu sapi, sehingga diperlukan pencatatan khusus. Termasuk
pencatatan khusus meliputi nama sapi, tanggal lahir, nomor kode ternak,
asalnya, berat badannya, berat lahir, berat sapi, bangsa, juga kesehatannya.
Selain itu, catatan perkawinan atau inseminasi buatan termasuk dalam hal
ini. Catatan ini harus memuat segala hal lengkap supaya memudahkan bagi
tenaga medis atau perawat ternak yang lain untuk melakukan penanganan
dan mengurangi terjadinya kesalahan.
4. Sertifikat Ternak
Recording yang terakhir ini menjadi penting keberadaannya jika terkait
dengan pembibitan terutama di UPT/ perusahaan pembibitan, jika sapi
berasal dari impor. Ini penting karena untuk memudahkan pelacakan
terhadap kualitas unggul atau tidak, memudahkan seleksi, menjaga
penyebaran bibit semen di lapangan supaya tidak terjadi inbreeding. Dalam
sertifikat ternak ini yang sangat penting harus memuat breeding, asal-usul
tetua pejantan dan betinanya, tanggal lahir. Dengan sertifikat ini, akan
menambah kepercayaan dan kepuasan pengguna bibit sapi.
1. Aspek Teknis
2. Aspek Ekonomi
Aspek ekonomi dalam usaha tidak lepas dari unsur modal, keuntungan atau
kerugian dari suatu usaha. Prinsip utama dalam ilmu ekonomi produksi yaitu
suatu usaha untuk memaksimumkan keuntungan (profit maximization) dan
meminimumkan biaya (cost minimization). Kedua prinsip ini merupakan
pilar utama yang menentukan suatu performa dari usaha peternakan yang
sedang dijalankan. Misalnya orang yang melakukan budidaya ayam broiler.
Jika peternak tidak mampu menerapkan kedua prinsip tersebut maka
produksi yang dihasilkan tinggi dan kualitas produksinya bagus, peternak
tidak akan mampu untuk mengembangkan usaha budidayanya.
• Biaya investasi
• Biaya operasional
b) Pendapatan
c) Keuntungan
d) Kelayakan usaha
Faktor finansial atau kelayakan usaha menjadi tolok ukur utama dari suatu
analisis usaha, terutama cash flow yang terjadi selama kegiatan usaha
berjalan. Indikator yang sering dipergunakan untuk melihat tingkat
kelayakan suatu usaha adalah analisis B/C atau R/C rasio, payback period
(PBP), break even point (BEP). Selain itu, akan lebih baik apabila dilengkapi
dengan perhitungan net present value (NPV), internal rate of return (IRR), dan
return on investment (ROI).
• Analisis benefit cost ratio (B/C) dan revenue cost ratio (R/C)
Analisis benefit cost ratio (B/C) dan revenue cost ratio (R/C), digunakan
untuk melihat tingkat keuntungan atau penerimaan relatif suatu usaha dalam
setahun terhadap total biaya yang dipergunakan dalam kegiatan tersebut,
dengan rumus sebagai berikut:
Total biaya
Analisis break even point (BEP) digunakan untuk melihat batas nilai atau
volume produksi dari suatu usaha. BEP bisa dihitung berdasarkan jumlah
produksi (BEP produksi) atau harga (BEP harga) dengan perhitungan sebagai
berikut:
3) Aspek Legalitas
Perusahaan ternak adalah suatu usaha yang dijalankan secara teratur dan
terus menerus pada suatu tempat. Dalam jangka waktu tertentu untuk tujuan
komersial meliputi kegiatan menghasilkan ternak (ternak bibit atau ternak
potong), telur, susu serta usaha penggemukan suatu jenis terna k terma suk
mengumpulkan, mengedarkan, dan memasarkannya untuk tiap jenis ternak.
Jumlahnya melebihi jumlah yang ditetapkan untuk tiap jenis ternak pada
peternakan rakyat. Tujuan komersial yang meliputi perusahaan pemotongan,
pabrik pakan, dan perusahaan perdagangan sarana produksi peternakan.
Telah di tetapkan dalam rancangan Undang-undang nomor 1 tahun 2009.
Setiap perusahaan peternakan yang dalam skala usaha tertentu sebagaimana
dimaksud pada lampiran 1 keputusan ini wajib memenuhi ketentuan di
bidang perijinan usaha yang meliputi:
Untuk efisiensi produksi, sistem catatan kesehatan sapi perlu didekatkan dan
disatukan dengan sistem catatan produksi. Beberapa informasi tentang
breeding dan status reproduksi (seperti tanggal estrus, tanggal perkawinan,
kebuntingan dan identifikasi pejantan yang digunakan) perlu ditampilkan
bersamaan dengan informasi atau catatan produksi. Informasi lain yang
dapat ditampilkan juga termasuk status saluran reproduksi atau hasil
pemeriksaan fertilitas setelah beranak, penyakit dan pengobatannya.
Pencatatan perkawinan ini dapat digunakan berbagai cara. Ternak sapi hidup
hanya beberapa tahun, maka cara loose leaf book dapat dipakai lebih baik.
Dengan menggunakan kalender kecil dapat digunakan untuk pencatatan
sehari–hari pada sapi–sapi yang birahi, dikawinkan, melahirkan, kematian
dan data yang dijual. Kemudian catatan tersebut dipindahkan ke dalam buku
catatan, hal ini lebih praktis dan lengkap.
c. Masa Birahi
Peternak akan membuat catatan kapan sapi dara atau dewasa tersebut
berahi karena apabila hewan tersebut tidak dikawinkan pada saat tersebut,
maka perkawinan yang dilakukan tidak akan menghasilkan kebuntingan. Jika
peternak mengetahui waktu akhir dari periode berahi, ia akan dapat
meramalkan periode birahi berikutnya.
d. Masa Kelahiran
Masa kelahiran dapat menentukan saat di mana sapi dikawinkan kembali
yaitu antara 50 – 60 hari setelah melahirkan. Hal ini dimaksudkan supaya
cukup waktu untuk penyembuhan alat – alat reproduksi dan menjaga
interval kelahiran.
h. Catatan Lain
Beberapa peternak menginginkan catatan yang lengkap dalam hal konsumsi
pakan sapi-sapinya. Catatan lain yang mungkin juga penting bagi peternak
adalah catatan tentang penjualan dari bangsa sapi murni, tipe kelas sapinya
dan catatan asal usul keturunan sapi. Peternak harus memiliki catatan yang
meliputi semua pemasukan dan pengeluaran untuk usaha peternakannya.
Catatan yang sederhana dari pemasukan minimal meliputi jumlah susu yang
terjual setiap bulan dan jumlah penerimaan dari ternak yang terjual. Catatan
keuangan juga berguna untuk mengevaluasi perkembangan usaha, di
samping juga untuk menentukan perhitungan pajak pendapatan tahunan.
a) Konsumsi Pakan
Contoh:
Pada data recording diketahui bahwa pada Sabtu sapi “A” diberi pakan
konsentrat 6 kg, dan sisanya 0,5 kg, maka konsumsi pakan konsentrat sapi
tersebut adalah 6 kg – 0,5 kg = 5,5 kg.
Pada recording, pertambahan bobot badan dapat diketahui bobot badan awal,
bobot badan akhir dan tanggal penimbangan.
Pertambahan bobot badan dapat dihitung dengan cara bobot badan akhir
dikurangi dengan bobot badan awal.
Contoh:
Contoh: