Jumlah SDG Hewan yang telah ditetapkan hingga kini sebanyak 57 rumpun, diantaranya
kambing Kaligesing, kambing Lakor, domba Kisar, domba Garut, domba Wonosobo, domba
Batur, domba Sapudi, kambing Kacang, kambing Marica, domba Compass Agrinak dan
kambing Senduro, semua rumpun ternak yang telah di tetapkan ditindak lanjuti dengan di
daftarkan pada lembaga Dunia yaitu FAO. Rumpun kambing/domba yang di Indonesia dan
akan dilestarikan serta dipertahankan pada lokasi kabupaten terpilih untuk tahun 2015 yaitu:
domba Garut, kambing Peranakan Ettawa dan kambing Gemrong. Selain itu untuk rumpun
ternak yang belum ditetapkan perlu di lestarikan. Salah satu upaya yang dilakukan oleh
Pemerintah untuk keberlangsungan rumpun yang telah ditetapkan untuk melestarikannya,
maka perlu dilakukan kegiatan terobosan dan integratif dari seluruh stakeholders yang
terkait dengan pembangunan peternakan secara berkelanjutan. Salah satu kegiatan
tersebut adalah penguatan pembibitan kambing/domba di Kabupaten Terpilh (
Kapahiyang, Tanggamus, Garut, Karang Asem dan Maluku Barat Daya).
Untuk dapat terlaksananya kegiatan tersebut maka perlu disusun Pedoman Pelaksanaan
Penguatan Pembibitan Kambing/Domba di Kabupaten Terpilih sebagai acuan bagi semua
pihak yang terkait dalam pelaksanannya.
SYUKUR IWANTORO
i
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
A. Sarana ................................................................................... 7
B. Manajemen Pemeliharaan ................................................... 8
C. Produksi Bibit ........................................................................ 8
A. Persiapan .............................................................................. 11
B. Pelaksanaan ......................................................................... 11
BAB. IV. PENDANAAN ............................................................................... 15
ii
ii
DAFTAR FORMAT
Halaman
10. FORMAT 10. KARTU REKORDING KAMBING PERAH ANAK – MUDA ...... 34
11. FORMAT 11. KARTU REKORDING KAMBING PERAH ANAK – MUDA ...... 35
15. FORMAT 15. Contoh Surat Keterangan Layak Bibit (SKLB) Kambing PE.... 41
16. FORMAT 16. Contoh Surat Keterangan Layak Bibit (SKLB) Ternak Domba. 42
iii
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
iv
iv
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN DAN
KESEHATAN HEWAN
NOMOR : 1213/Kpts/F/12/2014
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN PENGUATAN PEMBIBITAN KAMBING/DOMBA
DI KABUPATEN TERPILIH (KAPAHIYANG, TANGGAMUS, GARUT, KARANG ASEM,
MALUKU BARAT DAYA )
TAHUN 2015
v
4. Undang-undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah.
5. Undang-undang RI Nomor 41 tahun 2014 tentang perubahan atas
Undang-undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan
Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 84,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 5015);
6. Undang-undang RI Nomor 27 Tahun 2014 tentang Angaran
Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2015.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2011 tentang Sumberdaya
Genetik Hewan dan Perbibitan Ternak (Lembaran Negara Tahun
2011 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5260);
8. Peraturan Presiden RI Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,
Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara, serta Susunan Organisasi,
Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 135
Tahun 2014;
9. Peraturan Presiden Nomor 53 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas
Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran
Negara Tahun 2010 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4214);
10. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012
Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54
Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
11. Peraturan Presiden RI Nomor 13 Tahun 2014 tentang Perubahan
Kelima Atas Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisaasi Kementerian Negara;
12. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang
Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja
Periode 2014 - 2019;
13. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 61/Permentan/OT.140/10/2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian;
14. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 64/Permentan/OT.140
/11/2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pertanian
Nomor : 48/Permentan/OT.140/7/2011 tentang Pewilayahan Sumber
Bibit;
15. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 102/Permentan/OT.140/7/2014
tentang Pedoman Pembibitan Kambing dan Domba yang Baik;
vi
vi
MEMUTUSKAN:
Pasal 1
Pedoman Pelaksanaan menetapkan Pedoman Pelaksanaan Penguatan Pembibitan
Kambing dan domba di kabupaten Terpilih (Kapahiyang, Tanggamus, Garut, Karang Asem
dan Maluku Barat Daya) Tahun 2015, seperti tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.
Pasal 2
Pedoman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, sebagai dasar hukum dan acuan
pelaksanaan kegiatan Penguatan Pembibitan Kambing dan domba di kabupaten Terpilih
(Kapahiyang, Tanggamus, Garut, Karang Asem dan Maluku Barat Daya) Tahun Anggaran
2015 bagi aparat pusat dan daerah dengan tujuan untuk memperlancar kegiatan secara
tertib, efektif, efisien, akuntabel dan tranparan .
Pasal 3
Di tetapkan di Jakarta
pada tanggal 12 Desember 2014
SYUKUR IWANTORO
vii
vii
LAMPIRAN : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN
HEWAN
NOMOR
LAMPIRAN :: 1213 /Kpts/F/12/2014
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN
TANGGAL : HEWAN
12 Desember 2014
NOMOR : 1213 /Kpts/F/12/2014
TANGGAL : 12 Desember 2014
PEDOMAN PELAKSANAAN
PENGUATAN PEMBIBITAN KAMBING DAN DOMBA DI 5 (LIMA)
PEDOMAN PELAKSANAAN
KABUPATEN TERPILIH
PENGUATAN PEMBIBITAN KAMBING DAN DOMBA DI 5 (LIMA)
(KAPAHIYANG, TANGGAMUS, GARUT, KARANG ASEM, MALUKU BARAT DAYA)
KABUPATEN TERPILIH
(KAPAHIYANG, TANGGAMUS, GARUT, KARANG ASEM, MALUKU BARAT DAYA)
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I
A. Latar Belakang PENDAHULUAN
1
kabupaten pada tahun 2015 telah mengalokasikan kegiatan penguatan pembibitan di 5
(lima) kabupaten terpilih untuk pemurnian dan pelestarian pembibitan kambing/domba
sebagai berikut :
1. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung, Dinas Peternakan
dan Kesehatan Hewan Kabupaten Tanggamus jenis ternak kambing PE;
3. Dinas Pertanian Provinsi Maluku, Dinas Pertanian Kabupaten Maluku Barat Daya
jenis ternak kambing Lakor;
Secara ringkas untuk melaksanakan amanat salah satu pasal dari Undang-Undang
Nomor 18/2009 melalui kegiatan Penguatan Pembibitan Kambing/domba di
Kabupaten Terpilih yang merupakan wilayah sebaran geografis rumpun
kambing/domba dimulai dari : (1) persiapan; (2) input; (3) proses; (4) output; dan (5)
pengelolaan berkelanjutan. Skema program pembibitan dan pemurnian
kambing/domba di Provinsi dan kabupaten tertera dalam gambar di bawah ini :
2
2
Gambar 1. Skema pembibitan kambing/domba di Provinsi
Koordinasi dengan Pelaksanaan kegiatan (t1.... tn) antara lain uji Berkembangnya usaha pembibitan
stakeholder performance, kontes ternak dll kambing/domba rumpun murni
Kesepakatan dengan Pembinaan (teknis dan kelembagaan) Terjaganya populasi rumpun murni
masyarakat setempat Monitoring dan evaluasi kegiatan
Meningkatnya kesejahteraan peternak
Kebijakan
Analisis Potensi Wilayah
Penyusunan buku
pedoman pembibitan
Penyusunan proposal
jangka panjang program
pembibitan
Koordinasi pemerintah
pusat-daerah
Membentuk Tim
Pelaksana
1. Maksud
tersusunnya pedoman ini adalah sebagai acuan dasar utama dalam pelaksanaan
kegiatan Penguatan Pembibitan Kambing/domba di Kabupaten Terpilih
(Kapahiyang, Tanggamus, Garut, Karang Asem dan Maluku Barat Daya) Tahun
2015.
2. Tujuan
a. Memfasilitasi sarana perbibitan.
C. Keluaran
D. Sasaran
a. Jangka Pendek
- Tersedianya sarana perbibitan.
- Terlaksananya penerapan prinsip-prinsip pembibitan di kelompok peternak
rumpun kambing PE di Kabupaten Tanggamus dan Kabupaten Kapahiyang,
Kambing gembrong di Kabupaten Karang Asem, Kambing Lakor di Kabupaten
Maluku Barat Daya, domba garut di Kabupaten Garut.
b. Jangka Menengah
Terbentuknya kelompok pembibit rumpun kambing PE di Kabupaten Tanggamus
dan Kabupaten Kapahiyang, Kambing gembrong di Kabupaten Karang Asem
Kambing Lakor di Kabupaten Maluku Barat Daya , domba garut di Kabupaten Garut.
c. Jangka Panjang
- Terbentuknya wilayah sumber bibit rumpun kambing PE di Provinsi Lampung
Selatan dan Provinsi Bengkulu, domba garut di Provinsi Jawa Barat, kambing
Lahor di Provinsi Maluku dan kambing Gemrong di Provinsi Bali.
- Terlaksananya pengelolaan wilayah sumber bibit secara berkelanjutan.
E. Pengertian
4
4
d. Ternak asli adalah ternak yang kerabat liarnya berasal dari Indonesia, dan proses
domestikasinya terjadi di Indonesia.
e. Rumpun adalah segolongan ternak dari suatu spesies yang mempunyai ciri-ciri
fenotipe yang khas dan dapat diwariskan pada keturunannya.
f. Silsilah adalah catatan mengenai asal-usul keturunan ternak yang meliputi nama,
nomor dan performans dari ternak dan tetua penurunnya.
g. Pemuliaan adalah rangkaian kegiatan untuk mengubah komposisi genetik pada
sekelompok ternak dari satu rumpun atau galur guna mencapai tujuan tertentu.
h. Seleksi adalah kegiatan memilih tetua untuk menghasilkan keturunannya melalui
pemeriksaan dan atau pengujian berdasarkan kriteria dan tujuan tertentu dengan
menggunakan metoda atau teknologi tertentu.
i. Wilayah sumber bibit adalah suatu kawasan agroekosistem yang tidak dibatasi oleh
wilayah administrasi pemerintahan dan mempunyai potensi untuk pengembangan
bibit dari jenis atau rumpun tertentu.
j. Sertifikasi bibit ternak adalah rangkaian pemberian sertifikat terhadap bibit ternak
yang dilakukan oleh lembaga sertifikasi melalui pemeriksaan lapangan, pengujian
laboratorium dan atau pengawasan serta memenuhi semua persyaratan untuk
diedarkan.
k. Pengawasan bibit adalah proses pengawasan mutu bibit yang dilakukan oleh
petugas pemerintah yang memenuhi syarat untuk melaksanakan pengawasan bibit
ternak sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
l. Kambing/domba kriteria bibit adalah kambing/domba secara performance memenuhi
persyaratan kualitatif dan kuantitatif pada SNI/PTM.
m. Standar Nasional Indonesia adalah spesifikasi teknis yang dibakukan termasuk tata
cara dan metode yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait.
n. Persyaratan Teknis Minimal yang selanjutnya disebut PTM adalah batasan terendah
dari spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tata cara dan metode
yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait dengan
memperhatikan syarat-syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan
hidup, perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk memperoleh
manfaat yang sebesar-besarnya yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian.
o. Dinas adalah instansi yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan di
provinsi/kabupaten/kota.
p. Tim Pusat adalah kelompok kerja yang terdiri dari unsur Direktorat Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan dan pakar yang ditetapkan dengan Surat
Keputusan.
F. Ruang Lingkup
6
6
BAB II
Bibit adalah ternak yang mempunyai sifat unggul dan mewariskannya serta memenuhi
persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 48/2011 tentang Sumber Daya Genetik dan Perbibitan Ternak). Persyaratan bibit
yang diedarkan wajib memiliki sertifikat layak bibit yang memuat keterangan mengenai
silsilah dan ciri-ciri keunggulannya, yang dikeluarkan oleh lembaga sertifikasi produk (benih
dan/atau bibit ternak). Karena sudah ada pengertian “bibit” dan persyaratan peredarannya
yang baku dan mempunyai kekuatan hukum, untuk selanjutnya seluruh masyarakat agar
menyamakan persepsi tentang istilah bibit. Hal ini dikarenakan masih banyak khalayak
yang menyatakan bahwa bibit adalah ternak yang dapat digunakan untuk
perkembangbiakan (induk dan jantan dewasa) tanpa melihat keunggulan genetiknya.
Upaya untuk mendapatkan ternak dengan kualifikasi bibit dapat dilakukan melalui
pemuliaan. Pengertian pemuliaan adalah rangkaian kegiatan untuk mengubah komposisi
genetik pada sekelompok ternak dari suatu rumpun atau galur guna mencapai tujuan
tertentu. Cara untuk mengubah komposisi genetik dapat dilakukan dengan melakukan
seleksi dan pengaturan perkawinan. Pengaturan perkawinan dapat dilakukan dalam rumpun
murni (within breed) atau antar rumpun/persilangan (between breed).
Untuk mempertahankan kemurnian dan menghindari penurunan mutu genetik kambing asli/
lokal, pelaku pembibitan harus menerapkan prinsip-prinsip pembibitan sesuai dengan
Pedoman Pembibitan Kambing/domba yang Baik (Good Breeding Practice/GBP). Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam menerapkan prinsip-prinsip pembibitan antara lain : sarana,
manajemen pemeliharaan, produksi bibit (perkawinan, recording, seleksi, replacement dan
sertifikasi).
A. Sarana
Sarana yang harus dimiliki kelompok peternak sehingga dapat menerapkan prinsip-
prinsip pembibitan antara lain : (nomor identitas ternak, timbangan ternak, tongkat
ukur, pita ukur, kartu ternak dan komputer).
a. Nomor Identitas Ternak
Nomor identitas ternak untuk mengidentifikasi (penandaan) ternak sehingga
dapat dilakukan pencatatan individu dalam kartu ternak dan seleksi. Nomor
identitas ternak dapat berupa ear tag, microchip, kalung dan lainnya.
b. Timbangan Ternak
Timbangan ternak di perlukan untuk mengetahui bobot ternak kambing/domba
mulai saat lahir sampai masuk usia bibit sesuai SNI. Bobot ternak
kambing/domba tersebut digunakan sebagai salah satu dasar seleksi.
c. Tongkat ukur
Tongkat ukur digunakan untuk mengukur tinggi pundak dan panjang badan
kambing/domba. Tongkat ukur berskala dan spesifik digunakan untuk
kambing/domba.
d. Pita ukur
Pita ukur digunakan untuk mengukur lingkar dada dan lingkar scrotum
kambing/domba. Pita ukur berskala dan spesifik digunakan untuk
kambing/domba.
e. Kartu ternak
Kartu ternak digunakan untuk mencatat hasil penimbangan dan pengukuran
sekaligus sebagai bukti tertulis yang menggambarkan kondisi ternak
kambing/domba (tertera pada format terlampir).
f. Komputer
Komputer digunakan untuk menyimpan dan mengolah data hasil penimbangan
dan pengukuran ternak kambing/domba serta data lainnya yang dibutuhkan
dalam seleksi calon bibit.
B. Manajemen Pemeliharaan
C. Produksi Bibit
a. Perkawinan
Dalam upaya memperoleh bibit yang sesuai standar, teknik perkawinan dapat
dilakukan dengan cara intensifikasi kawin alam atau inseminasi buatan (IB)
Secara rinci pengaturan perkawinan terdapat pada Pedoman Pembibitan
Kambing/domba Yang Baik.
b. Rekording
Pencatatan/Rekording meliputi catatan rumpun, identitas, silsilah, perkawinan
(tanggal, pejantan/kode semen, IB/kawin alam, induk), induk melahirkan
(tanggal, tunggal/kembar, normal/distokia), pedet lahir (tanggal, tunggal/kembar,
8
8
bobot lahir, jenis kelamin, induk, pejantan/kode semen, tinggi gumba, panjang
badan), penyapihan (tanggal, bobot kambing/domba, tinggi gumba, panjang
badan), vaksinasi, pengobatan (tanggal, perlakuan/treatment) dan mutasi
(pemasukan dan pengeluaran). Proses pencatatan/rekording meliputi
penimbangan, pengukuran dan penghitungan.
d. Penghitungan
Penghitungan dilakukan untuk mengetahui rataan hasil pengukuran dan
penimbangan terhadap populasi yang digunakan sebagai dasar seleksi.
Penghitungan dilakukan menggunakan komputer.
e. Seleksi
Pelaksanaan seleksi mengikuti petunjuk pedoman yang usulan tim pakar pusat
dan daerah.
Seleksi bibit kambing/domba dilakukan berdasarkan performan anak dan
individu calon bibit kambing/domba tersebut, dengan mempergunakan kriteria
seleksi sebagai berikut :
1) Seleksi dilakukan oleh peternak terhadap bibit ternak yang akan
dikembangkan di bawah bimbingan petugas yang berwenang.
2) Seleksi calon bibit jantan dipilih 10% terbaik dari hasil keturunan, sedangkan
calon bibit betina dipilih 25% terbaik dari hasil keturunan untuk selanjutnya
digunakan sebagai replacement.
g. Sertifikasi
Untuk mendapatkan sertifikasi bibit kelompok harus menerapkan GBP dan
sistem manajemen mutu sesuai ISO 9001:2008, dan produk yang dihasilkan
sesuai SNI.
Kondisi saat ini menunjukkan belum semua pelaku usaha dapat memenuhi
persyaratan untuk mensertifikasikan produknya ke Lembaga Sertifikasi Produk
(LSPro) Atas dasar hal tersebut, diupayakan dengan penerbitan Surat
Keterangan Layak Bibit (SKLB) Ternak, setelah dinilai kesesuaian produk bibit
ternak terhadap standar (SNI/PTM/Standar Daerah) yang telah ada. Diharapkan
surat keterangan tersebut dapat menjadi awal bagi proses sertifikasi, setelah
melalui pembinaan terhadap pelaku usaha ke arah pembibitan secara terus
menerus. Secara rinci pengaturan penerbitan SKLB ternak terdapat pada
Petunjuk Teknis Surat Keterangan Layak Bibit Ternak.
10
10
BAB III
A. Persiapan
1. Perencanaan Operasional
Perencanaan operasional Penguatan Pembibitan Kambing/domba di Provinsi
Terpilih (Jawa Barat, Bengkulu, Lampung Selatan, Maluku dan Bali) Tahun 2015
dapat dituangkan dalam Pedoman Pelaksanaan yang disusun oleh Tim Pusat,
Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) yang disusun oleh Tim Pembina Provinsi dan
Petunjuk Teknis (Juknis) kegiatan oleh Tim Teknis Kabupaten.
2. Sosialisasi Kegiatan
Sosialisasi kegiatan ini diberikan kepada pelaksana/aparat pusat dan daerah yang
terkait, kelompok yang menjadi sasaran dan dilaksanakan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Sosialisasi secara langsung dilaksanakan melalui rapat
koordinasi dan pembinaan kegiatan secara intensif dan berjenjang mulai dari Pusat,
Provinsi, Kabupaten sampai tingkat lapangan.
Sosialisasi dilaksanakan oleh Tim Pusat, Tim Pembina Provinsi dan Tim Teknis
Kabupaten sesuai dengan tingkatannya. Sosialisasi secara tidak langsung
dilaksanakan melalui bahan publikasi.
B. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan disesuaikan pada alokasi dana yang ada pada DIPA masing-
masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Secara garis besar kegiatan ini
meliputi antara lain : (1) Penyusunan grand design pembibitan kambing/domba (2)
Penyusunan pedoman pembibitan kambing/domba (3) Penguatan wilayah sumber bibit
dan kelembagaan usaha pembibitan (4) Pengadaan sarana dan prasarana
(pembangunan kandang, sarana rekording, optimalisasi padang pengembalaan,
pengadaan peralatan puskeswan, pembangunan embung dan sumber air lainnya) (5)
Inventarisasi kambing keriteria bibit dan penerbitan SKLB (6) Penjaringan atau
pengadaan ternak (7) Penguatan kelompok pembibitan (9) Operasional penetapan
wilayah sumber bibit (10) Penyusunan regulasi (11) Peningkatan SDM (pembentukan
Tim Teknis, pembinaan rekorder, pembinaan teknis manajemen pembibitan dan
pembinaan kelembagaan pembibitan) (12) Operasional kegiatan (rekording,
pendampingan dan pembinaan) dan (13) Adminstrasi.
Secara garis besar pengadaan sarana prasarana untuk pemurnian dan pelestarian
kambing/domba di Provinsi antara lain berupa : pembangunan kandang, sarana
rekording, optimalisasi padang pengembalaan, pengadaan peralatan puskeswan,
pembangunan embung dan sumber air dan sumber air lainnya.
12
12
5. Operasional Penetapan Wilayah Sumber Bibit
Operasional penetapan wilayah sumber bibit dimaksudkan untuk mendorong daerah
mengusulkan lokasi yang berpotensi sebagai wilayah sumber bibit untuk ditetapkan
menjadi wilayah sumber bibit.
Operasional yang dimaksud antara lain mengatur :
a. Sosialisasi kegiatan perwilayahan sumber bibit.
b. Identifikasi ke wilayah yang berpotensi sebagai wilayah sumber bibit.
c. Koordinasi dengan dinas Provinsi dan Perguruan Tinggi atau Balai Penelitian
Teknologi Pertanian (BPTP) setempat dalam rangka penyusunan proposal
penetapan wilayah sumber bibit.
d. Konsultasi dan Koordinasi ke Pusat.
e. Monitoring dan evaluasi.
6. Penyusunan Regulasi
Regulasi dimaksudkan untuk mendukung keberhasilan kegiatan yang akan
dilaksanakan.
Regulasi yang dimaksud antara lain mengatur :
a. Program perbibitan yang dilaksanakan oleh dinas (pemurnian, pelestarian dan
seleksi dll) sampai terbentuknya wilayah sumber bibit.
b. Pemasukan dan/atau pengeluaran kambing/domba di wilayah kegiatan.
c. Pengelolaan ternak di kelompok.
d. Keberlanjutan program.
7. Peningkatan SDM
Secara garis besar peningkatan SDM pembibitan Kambing/domba yang Baik (Good
Breeding Practice (GBP) dialokasikan bagi petugas maupun peternak antara lain,
meliputi : pelatihan Tim Teknis, rekorder, teknis manajemen pembibitan dan
kelembagaan pembibitan dan Pelatihan inseminator. Khusus untuk pelatihan bagi
petugas diutamakan untuk pengawas bibit ternak dan calon pengawas bibit ternak
yang akan ditugaskan di lokasi tersebut.
Lokasi dan pelaksanaan pelatihan :
a. Pelatihan rekording dan inseminator dapat dilakukan di UPT Perbibitan.
b. Pelatihan bagi seluruh anggota kelompok diselenggarakan oleh dinas dengan
materi pelatihan yang tertera pada format terlampir.
8. Administrasi
Salah satu keberhasilan kegiatan ditunjukkan oleh pelaksanaan tertib administrasi
untuk setiap kegiatan/aktivitas. Pengelolaan administrasi harus dilakukan sesuai
dengan ketentuan.
14
14
BAB IV
PENDANAAN
Uraian kegiatan dan pendanaan secara rinci terdapat pada masing-masing satker.
Secara umum berada dalam jenis belanja barang, sehingga tatakelola pemanfaatan
dan pertanggung jawabannya sesuai akun tersebut yang diatur sesuai ketentuan.
Pendanaan tersebut berada pada masing-masing SKPD Provinsi sehingga
pemanfaatan dana secara tepat dan benar menjadi tanggungjawab masing-masing
SKPD provinsi.
A. Pembinaan
B. Pengorganisasian
16
16
2. Tim Pembina Provinsi
a. Menyusun petunjuk pelaksanaan dengan mengacu kepada pedoman pelaksanaan
dan disesuaikan dengan kondisi spesifik masing-masing daerah yang ditetapkan
oleh kepala dinas provinsi.
b. Melakukan verifikasi terhadap calon kelompok terpilih.
c. Menetapkan kelompok peternak penerima kegiatan penguatan pembibitan
kambing/domba.
d. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan dengan instansi terkait di tingkat Pusat,
provinsi dan kabupaten.
e. Melakukan sosialisasi dan pembinaan kegiatan serta penanganan masalah di
tingkat provinsi.
f. Melaksanakan pembinaan, monitoring dan evaluasi serta penanganan masalah di
tingkat provinsi.
g. Menyusun dan melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan untuk
disampaikan kepada kepala dinas provinsi dan kemudian diteruskan kepada
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.
18
18
BAB VI
B. Indikator Keberhasilan
1. Indikator Input
Tersedianya dana yang dialokasikan pada masing-masing Satker Provinsi.
2. Indikator Keluaran (Output)
a. Kelompok harus menerapkan prinsip-prinsip pembibitan dan Good Breeding
Practice (GBP) kambing/domba di 5 (lima) Provinsi;
b. Data inventarisasi kambing/domba kriteria bibit;
c. Jumlah penjaring atau pengadaan kambing/domba yang kriteria bibit.
20
20
BAB VII
A. Pemantauan
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan diperlukan pemantauan untuk mengetahui
perkembangan realisasi (segi fisik maupun keuangan). Disamping itu dapat
terkendalikan secara cepat berbagai kendala – kendala yang dihadapi dalam
pelaksanaan kegiatan mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten dan kelompok serta
memberikan saran alternatif pemecahan masalah.
B. Pelaporan
Pelaksanaan pelaporan diperlukan untuk mengetahui serta dapat mengevaluasi berbagi
perkembangan dan progres kegiatan. Untuk itu perlu tertulis dan ditetapkan mekanisme
secara berjenjang sebagai berikut :
1. Kelompok wajib membuat laporan pelaksanaan kegiatan, setiap 3 (tiga) bulan
kepada Dinas Kabupaten.
2. Dinas Kabupaten melakukan rekapitulasi seluruh laporan yang diterima dari
kelompok dan melaporkan perkembangan kegiatan yang dilakukan setiap 3 (tiga)
bulan kepada Dinas Provinsi.
3. Dinas Provinsi melakukan rekapitulasi seluruh laporan yang diterima dari Dinas
Kabupaten dan melaporkan perkembangan kegiatan yang dilakukan setiap 3 (tiga)
bulan kepada Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan c.q. Direktur
Perbibitan Ternak.
PENUTUP
Berbagai hal yang bersifat spesifik dan belum diatur atau tertuang dalam pedoman ini maka
dapat dituangkan lebih lanjut di Petunjuk Pelaksanaan (JUKLAK) yang diterbitkan oleh
Dinas Provinsi dan Petunjuk Teknis (JUKNIS) yang diterbitkan oleh Dinas Kabupaten
dengan memperhatikan berbagai potensi dan kondisi masing-masing wilayah.
SYUKUR IWANTORO
22
22
CONTOH KARTU REKORDING
KAMBING/DOMBA
*) **)
pilih sesuai jenis ternak ; pilih sesuai tipe lahir
TK Pjt TB JL Nomor BL JK JS BS
(ek) Anak (kg) (j/b) (ek) (kg)
24
24
FORMAT 2. KARTU REKORDING KAMBING/DOMBA *) INDUK
Kawin Anak
Nomor Tgl Bera-
Tgl Kawin
Pejantan Rumpun nak Nomor BL (kg) JK
/straw*)
Keterangan :
BL : bobot lahir
JK : jenis kelamin (J = jantan; b = betina)
*) : untuk kawin dengan IB adalah nomor/kode straw. Induk yg lebih dari 3 kali kawin, perlu
dicurigai adanya kemajiran, rendahnya kualitas semen, atau prosedur IB yg tidak tepat.
Tanggal Keterangan
Keterangan :
Diisi dengan kejadian seperti : penyakit (tanda-tanda sakit, pengobatan dengan apa, dan
hasil pengobatan); keguguran; dijual dan harga jual; mati; dipotong; digaduhkan; kondisi
pakan; lainnya
25
FORMAT 3. KARTU REKORDING KAMBING/DOMBA *) ANAK–MUDA
26
26
FORMAT 4. KARTU REKORDING KAMBING/DOMBA *) ANAK–MUDA
Tanggal Keterangan
Keterangan :
Diisi dengan kejadian seperti : penyakit (tanda-tanda sakit, pengobatan dengan apa, dan
hasil pengobatan); keguguran; dijual dan harga jual; mati; dipotong; digaduhkan; kondisi
pakan; lainnya
27
FORMAT 5. KARTU REKORDING KAMBING/DOMBA *) PEJANTAN
Nama Peternak : Foto k/d (sisi kiri)
Nama Kelompok :
Alamat : RT : RW :
Desa :
Kecamatan :
Kabupaten/Kota :
Provinsi :
Nomor ternak :
Jenis kelamin : Jantan/betina*)
Rumpun :
Tanggal lahir : Foto k/d sisi kanan
Tipe kelahiran : 1/2/3/4/5*)
Tipe sapih **) : 1/2/3/4/5*)
Nomor induk :
Rumpun induk :
Nomor bapak/straw :
Rumpun bapak :
Warna tubuh dominan
:
*)
coret salah satu
**)
ditulis pada saat k/d anak berumur 3 bulan
lahir
3
6
12
18
Keterangan :
PB : panjang badan; LD : lingkar dada; TP : tinggi pundak
BB : bobot badan; LS : lingkar scrotum
28
28
FORMAT 6. KARTU REKORDING KAMBING/DOMBA*) PEJANTAN
Tanggal Keterangan
Keterangan :
Diisi dengan kejadian seperti : penyakit (tanda-tanda sakit, pengobatan dengan
apa, dan hasil pengobatan); keguguran; dijual dan harga jual; mati; dipotong;
digaduhkan; kondisi pakan; lainnya
29
CONTOH KARTU REKORDING
KAMBING PERAH
30
FORMAT 7. KARTU REKORDING KAMBING PERAH INDUK
*) **)
pilih sesuai jenis ternak ; pilih sesuai tipe lahir
TK Pjt TB JL Nomor BL JK JS BS
(ek) Anak (kg) (j/b) (ek) (kg)
31
FORMAT 8. KARTU REKORDING KAMBING PERAH INDUK
Kawin Anak
Tgl
Tgl Nomor Bera-
Kawin Pejantan Rumpun Nomor BL (kg) JK
nak
/straw*)
Keterangan :
BL : bobot lahir
JK : jenis kelamin (J = jantan; b = betina)
*) : untuk kawin dengan IB adalah nomor/kode straw. Induk yg lebih dari 3 kali
kawin, perlu dicurigai adanya kemajiran, rendahnya kualitas semen, atau prosedur IB yg
tidak tepat.
Tanggal Keterangan
Keterangan :
Diisi dengan kejadian seperti : penyakit (tanda-tanda sakit, pengobatan dengan apa,
dan hasil pengobatan); keguguran; dijual dan harga jual; mati; dipotong; digaduhkan;
kondisi pakan; lainnya
32
32
FORMAT 9. KARTU REKORDING PRODUKSI SUSU KAMBING PERAH
Nama peternak :
Nomor ternak :
Laktasi ke :
33
FORMAT 10. KARTU REKORDING KAMBING PERAH ANAK – MUDA
Desa :
Kecamatan :
Kabupaten/Kota :
Provinsi :
Nomor ternak :
Jenis kelamin : Jantan/betina*)
Rumpun : Foto kamb sisi kanan
Tanggal lahir :
Tipe kelahiran : 1/2/3/4/5*)
Tipe sapih **) : 1/2/3/4/5*)
Nomor induk :
Rumpun induk :
Nomor bapak/straw :
Rumpun bapak :
Warna tubuh dominan
:
*)
coret salah satu
**)
ditulis pada saat anak berumur 3 bulan
Umur PB LD
tanggal TP (cm) BB (kg) LS (cm)
(bln) (cm) (cm)
lahir
3
6
12
18
Keterangan :
PB : panjang badan; LD : lingkar dada; TP : tinggi pundak
BB : bobot badan; LS : lingkar scrotum, hanya untuk kambing jantan
34
34
FORMAT 11. KARTU REKORDING KAMBING PERAH ANAK – MUDA
Tanggal Keterangan
Keterangan :
Diisi dengan kejadian seperti : penyakit (tanda-tanda sakit, pengobatan dengan apa, dan
hasil pengobatan); keguguran; dijual dan harga jual; mati; dipotong; digaduhkan; kondisi
pakan; lainnya
Pedoman Pelaksanaan Penguatan Pembibitan Kambing/Domba di Kabupaten Terpilih Tahun 2015 3535
FORMAT 12. KARTU REKORDING KAMBING PERAH PEJANTAN
Nama Peternak : Foto kamb (sisi kiri)
Nama Kelompok :
Alamat : RT : RW :
Desa :
Kecamatan :
Kabupaten/Kota :
Provinsi :
Nomor ternak :
Jenis kelamin : Jantan/betina*)
Rumpun : Foto kamb sisi kanan
Tanggal lahir :
Tipe kelahiran : 1/2/3/4/5*)
Tipe sapih **) : 1/2/3/4/5*)
Nomor induk :
Rumpun induk :
Nomor bapak/straw :
Rumpun bapak :
Warna tubuh dominan
:
*)
coret salah satu
**)
ditulis pada saat kambing anak berumur 3 bulan
lahir
12
18
Keterangan :
PB : panjang badan; LD : lingkar dada; TP: tinggi pundak
BB : bobot badan; LS : lingkar scrotum
36
36
FORMAT 13. KARTU REKORDING KAMBING PERAH PEJANTAN
Tanggal Keterangan
Keterangan :
Diisi dengan kejadian seperti : penyakit (tanda-tanda sakit, pengobatan dengan apa, dan
hasil pengobatan); keguguran; dijual dan harga jual; mati; dipotong; digaduhkan; kondisi
pakan; lainnya.
37
FORMAT 14. MATERI PELATIHAN PENINGKATAN SDM PETERNAK
38
38
a. menerangkan tentang tetua ternak bibit yang dipilih/dipelihara;
b. dapat mengetahui tidak terjadi kawin sedarah (Crosbreeding);
c. membedakan ciri-ciri bangsa ternak/strain;
d. membedakan bentuk tubuh ternak.
40
40
Format 16. Contoh Suarat Keterangan Layak Bibit (SKLB) Kambing PE
42
42
Kanpus Kementerian Gd. C Lt. 8, Jl. RM Harsono No.3 Ragunan Pasar Minggu Jakarta Selatan 12550 Telp. +62.21.7815781 Fax. +62.21.7811385