Anda di halaman 1dari 17

DASAR DASAR MANAJEMEN MANAJEMEN SAPI PERAH

TUGAS
DASAR DASAR MANAJEMEN
MANAJEMEN SAPI PERAH

OLEH :DWI ANANTA


BP : 1210611037

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
BAB I
PENDAHULUAN

I.I LATAR BELAKANG


Keberhasilan dalam usaha peternakan sapi perah sebagaimana pada usaha-
usaha lainnya, menghendaki program-program terencana yang berlandaskan pada
performans standar yang realistik dan secara langsung berhubungan dengan tujuan
usaha peternakan sapi perah. Dalam hal ini, tingkat keuntungan yang telah ditargetkan
sangat bergantung kepada tingkat kemampuan dan pengalaman peternak/pengusaha
dalam membuat solusi dari berbagai problema yang biasa terjadi di peternakan, serta
kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan yang tepat yang berhubungan
dengan tatalaksana peternakan, seperti tatalaksana perkawinan, pemberian pakan, dan
pemeliharaan, serta pemasaran hasil produksi peternakan.
Untuk hal tersebut, seorang peternak sapi perah dituntut harus memiliki
pemahaman terhadap prinsip-prinsip dasar dalam ilmu manajemen dalam system
perencanaan dan pengorganisasian.Dalam makalah ini penulis memaparkan system
cara perencanaan dan pengorganisasian dalam memulai suatu usaha sehingga dapat
mewujudkan tujuan setiap usaha yaitu menghasilkan keuntungan yang besar. Dan
dalam makalah ini penulis menembahkan pengetahuan tentang usaha di bidang
peternakan usaha sapi potong.

I.II TUJUAN PENULISAN


Selain untuk memenuhi dan melengkapi salah satu tugas mata kuliah Dasar-Dasar
Manajemen, pembuatan makalah ini juga mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Meningkatkan jiwa kewirausahaan
2. Menambah pengetahuan dalam penghendelan dalam berusaha
3. Meningkatkan pengendalian perencanaan dan pengorganisasian dalam berusaha
4. Mengaplikasikan pembelajaran dasar-dasar manajemen ke usaha yang dipaparkan.

I.III RUANG LINGKUP


Ruang lingkup makalah ini adalah tentang pengenalan bagaimana
memanajemenkan usaha pengelolaan ternak sapi perah dalam system perencanaan dan
pengorganisasian.

I.IV METODE PENULISAN


Metode pembahasan yang digunakan oleh penulis dalam menyusun makalah ini
adalah yaitu perbandingan dari beberapa sumber buku dan internet.

BAB II
PEMBAHASAN

Di masa yang lalu, para peternak sapi perah tradisional lebih banyak
menggantungkan usahanya terhadap manfaat hasil penggunaan tiga sumberdaya, yaitu:
ternak, tanah, dan tenaga kerja, sedangkan sumberdaya modal dan manajemen belum
mendapat perhatian atau diabaikan. Sejalan dengan kebutuhan yang semakin
meningkat, setiap kegiatan mengarah ke modernisasi usaha, maka kebutuhan akan
modal dan manajemen sangat dirasakan keperluannya, sehingga menjadikan suatu ciri
khas dalam usaha peternakan sapi perah di masa sekarang. Dengan demikian,
penggabungan seluruh sumberdaya tersebut (5 sumber pokok) dalam suatu kesatuan
yang utuh, merupakan langkah yang harus diambil oleh peternak dalam melaksanakan
proses produksi untuk mencapai tigkatan yang diharapkan dan menguntungkan.
Berbicara mengenai manajemen, para ahli telah banyak mendefinisikannya.
Namun demikian, walaupun berbeda versi menurut visi keahliannya, akan tetapi secara
harfiah mempunyai kesamaan pengertian. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen
sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan
pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Efektif
berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien
berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai
dengan jadwal.
Aspek menajemen ini sangat penting, karena hal ini menentukan akan berhasilnya
suatu usaha atau malah mengalami kebangkrutan usaha. Khususnya dalam usaha
ternak sapi perah. Oleh karena itu, manajemen merupakan kunci kegiatan yang
sepenuhnya bergantung pada kualitas manusianya sebagai subjek pemeran utama.
Aspek manajemen tidak dapat dihitung jumlahnya dan juga sulit untuk mengukur
keterampilan manajemen secara parsial. Penilaian dapat dilakukan hanya berdasarkan
hasil akhir dari suatu kegiatan, apakah manajemennya baik atau buruk.
Khusus dalam bidang peternakan sapi perah, terdapat istilah general
management, yaitu pengelolaan semua faktor produksi, termasuk pemasaran,
dan practical management, yaitu tatalaksana rutin yang dijalankan sehari-hari yang
berkaitan dengan ternaknya.

I. Aspek Dalam Pengembangan Usaha Sapi Perah


Secara umum penilaian dan keberhasilan dalam peternakan sapi perah yang telah
dijalankan oleh peternak, dapat digambarkan atau ditinjau dari berbagai aspek dalam
proses budidaya peternakan, sebagai berikut:

1. Aspek Produksi
Tingkat produksi susu per ekor tinggi, tetapi secara ekonomi masih tetap berada dalam
batas-batas yang menguntungkan
Produksi susu per tenaga kerja mencapai rasio (imbangan) yang tinggi
Jumlah sapi yang dipelihara cukup banyak, tetap selalu dalam imbangan yang
menguntungkan
Produksi hijauan (tanaman makanan ternak) per hektar cukup banyak, sehingga
memungkinkan tersedia sepanjang tahun
2. Aspek Reproduksi
Setiap ekor sapi perah dewasa beranak tiap tahun dengan selang beranak tidak lebih
dari 14 bulan
Semua aspek reproduksi yang bernilai ekonomis (masa kosong, service per conception,
conception rate, umur pertama kawin, dan umur beranak) selalu dipertahankan pada
tingkat yang efisien menguntungkan
Setiap pedet yang dilahirkan tumbuh normal dan tingkat pertumbuhan sesuai dengan
umurnya
Selalu tersedia sapi pengganti (replacement stock) dengan umur dan bobot badan yang
seragam
3. Aspek Ekonomi
Tingkat keuntungan (profit) per ekor sapi selalu dapat dipertahankan tinggi, berarti
investasi pada setiap ekor sapi perah tetap berada pada tingkatan rendah
Tenaga kerja digunakan secara efisien pada berbagai sektor produksi, sehingga ongkos
tenaga kerja yang dikeluarkan cukup memadai
Perhitungan dan penggunaan modal (capital) dilakukan secara tepat dan efisien
terhadap unit-unit produksi
Kualitas produksi selalu dapat dipertahankan, sehingga nilai jual tinggi
4. Aspek Fasilitas
Pengadaan sarana dan fasilitas dalam jumlah yang memadai dan efisien dalam
penggunaannya
Penempatan perkandangan dan bangunan-bangunan lainnya diatur secara strategis dan
efisien bagi para tenaga kerja, serta luasnya sesuai dengan kebutuhan
Pelaksanaan dan penggunaan semua catatan (recording) dari setiap kegiatan dilakukan
secara teratur dan akurat, sehingga dapat mempermudah dan memperlancar evaluasi,
serta pembuatan keputusan yang bersifat manajemen (managerial)
Apabila keadaan tersebut dapat dilaksanakan oleh para peternak sapi perah,
berarti para peternak tersebut telah mampu atau tingkat manajemennya baik, sehingga
tingkat keuntungan peternak selalu dapat dipertahankan. Sebaliknya, apabila aspek
manajemen tersebut diabaikan atau kurang mendapat perhatian, sekalipun dalam
peternakan itu menggunakan sapi-sapi yang unggul dan mendapat bahan makanan
yang berkualitas baik, maka tingkat produksi akan tetap rendah atau tingkat
keuntungan tetap sedikit (rendah). Oleh karena itu, baik tidaknya pelaksanaan kegiatan
usaha yang berhubungan dengan aspek manajemen tersebut sepenuhnya bergantung
pada kemampuan, keterampilan, dan wawasan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh
peternak/manager.
Seorang peternak mempunyai status/kedudukan sebagai pemimpin, peng-awas,
dan pemelihara (pengusaha) yang senantiasa mengharapkan keuntungan dari
usahanya. Oleh karen itu, peternak adalah faktor penentu untuk mengoperasikan suatu
usaha peternakan. Akan tetapi. Pada kenyataannya hal tersebut sering terlupakan,
terutama pada peternakan-peternakan skala kecil. Hal ini disebabkan karena:
Tekanan/desakan kemanjuan ilmu pengetahuan
Kemajuan teknologi dan produk-produk teknologi, seperti embryo transfer dan ransum
jadi
Program perbaikan mutu genetik
Oleh karena itu, dengan adanya kemajuan ilmu dan teknologi, jika seorang peternak
tidak berusaha untuk mengikutinya, maka usaha peternakannya akan ketinggalan.
Kemampuan dan keterampilan seorang peternak/manager akan berpengaruh
terhadap hasil yang dicapai peternakan sapi perah, kemampuan tersebut antara lain
mencakup beberapa aspek, yaitu:
1. Kemampuan peternak untuk mendapatkan dan menjual ternak yang baik
2. Kemampuan untuk meningkatkan mutu sapi yang dimilikinya
3. Kemampuan cara mengatasi kejadian-kejadian stress sapi perah dan memper-tahankan
kesehatan sapi perahnya
4. Kemampuan untuk mengefisienkan pakan yang diberikan pada seluruh kondisi ternak
5. Kemampuan untuk mengetahui dan memahami ekspresi potensi genetik sapi perah dan
cara memanfaatkan kemampuan secara optimum
6. Kemampuan untuk mempertahankan kualitas dan kuantitas produksi susu yang baik
dan menguntungkan
7. Kemampuan untuk mengelola dan mengefisienkan tenaga kerja di peternakannya
8. Kemampuan untuk menjalin hubungan dengan para peternak lainnya dan dengan
lembaga atau instansi terkait, baik secara langsung maupun secara tidak langsung
9. Kemampuan untuk mendapatkan keuntungan yang optimal dan sikap dalam
menghadapi resiko kerugian
Dengan demikian, kualitas seorang peternak/manager peternakan sapi perah sangat
diperlukan, karena merupakan faktor utama sebagai unsur pelaksana kegiatan yang
dapat menentukan berhasil-tidaknya suatu usaha.
Secara garis besarnya, seorang peternak/manager dapat dinilai berhasil dengan
baik jika dilihat dari segi:
a. Skala usaha atau jumlah sapi yang dipelihara semakin berkembang dalam proporsi atau
rasio ternak yang menguntungkan
b. Keberhasilan menggunakan metode usaha yang baik, sehingga selalu memberikan
jaminan dari usahanya yang kurang menguntungkan menjadi suatu usaha yang lebih
menguntungkan
Kualitas seorang peternak/manager selain dapat dinilai berdasarkan
kemampuan, keterampilan dan pengetahuannya, juga diperlukan tambahan yang
berkaitan dengan sikap dan kepribadiannya, serta kebijaksanaan-kebijaksanaan yang
dapat membawa keberhasilan.
Adapun sikap dan kepribadian yang dituntut dari seorang peternak/manager
adalah sebagai berikut:
1. Memiliki kecintaan yang besar terhadap sapi-sapi yang dipeliharanya. Sikap ini timbul
baik secara alami (bawaan) ataupun bisa timbul karena merasa memiliki dan
menyayanginya. Sikap tersebut akan memudahkan dalam mengelola ternak, karena
secara tidak langsung akan tersalurkan kepada ternak-ternaknya, sehingga akan lebih
jinak dan penurut. Setelah timbul saling pengertian dan kerjasama antara peternak dan
ternak yang dipeliharanya, maka secara bersama akan menikmati hasilnya
2. Memiliki kepribadian yang teguh, rajin, dan tekun bekerja
3. Bijaksana dan cukup pengalaman dalam berbagai tindakan, sehingga keputusan-
keputusan manajerial selalu tepat
4. Percaya diri akan kemampuannya
Beberapa macam bidang kemampuan yang diperlukan oleh seorang peternak/ manager
dalam manajemen peternakan sapi perah, secara berurutan sebagai berikut:
No Bidang Kegiatan Jenis Kemampuan
1 Pendataan Mendata dan memelihara catatan perkawinan
catatan Mengidentifikasi dan mengenal seluruh ternak
Menganalisis dan menggunakan catatan produksi
Menjaga dan memelihara semua catatan peternakan, serta
mengana-lisisnya minimal satu bulan sekali
2 Pemerahan Menggunakan/melaksanakan prosedur pemerahan yang benar
Mempertahankan sistem pemerahan yang efisien dan
memelihara peralatan pemerahan dalam keadaan baik
Menjaga sekecil mungkin terjadinya mastitis
3 Kesehatan Minimalisasi kematian pedet
ternak Mengenal dan mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan
ternak dan mengetahui waktu vaksinasi/pengobatan
4 Makanan Menggunakan prinsip-prinsip dasar dalam nutrisi
Dapat menggunakan teknologi untuk membuat formulasi pakan
yang lebih menguntungkan
Dapat menyediakan pakan cukup dan berimbang untuk semua
kelompok ternak
5 Perkawinan Mendeteksi dapi-sapi yang berahi dan menentukan waktu yang
tepat untuk dikawinkan
Merencanakan dan melaksanakan program perkawinan yang
telah tersusun secara ketat
Melaksanakan sendiri IB secara baik jika diperlukan
Memilih sapi-sapi yang baik berdasarkan produksinya, dan
berdasarkan sifat-sifat yang mempunyai nilai ekonomis tinggi
Melakukan penyingkiran sapi-sapi di bawah rata-rata produksi
6 Tatalaksana Mempertahankan dan memelihara tingkat produksi yang layak
usaha dan menguntungkan
Mendapatkan dan menggunakan fasilitas kredit secara efisien
dan menyeluruh
7 Perkandangan Memamahami kebutuhan sarana dan fasilitas kandang yang
diperlukan
Menangani bahan-bahan kandang seminimal mungkin
disesuaikan dengan tenaga kerja yang diperlukan
8 Tenaga kerja Merencanakan kebutuhan tenaga kerja, mengestimasi dan
menyediakan beban kerja yang optimal
Menggunakan tenaga kerja yang efisien dan mengenal
keseluruhan lingkungan peternakan
9 Pemasaran Membut saluran pemasaran (market channel) yang efisien
Memperluas pemasaran dan produk olahan yang diminati
konsumen
Mempertahankan kualitas produk dan memperkecil resiko
kerusakan
Menekan biaya pemasaran

II. Pengaplikasian fungsi-fungsi manajemen dalam usaha ternak sapi perah.

A. Perencanaan(planning)

Perencanaan (planning) merupakan pemilihan atau penetapan tujuan organisasi dan penentuan
strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan. dalam perencanaan usaha ternak sapi perah ada beberapa hal
yang harus diperhatikan, diantaranya:

1. Anggaran permodalan
Sebelum melaksanakan suatu usaha maka terlebih dulu melakukan analisa usaha, berikut ini
gambaran usaha Sapi Perah (analisis usaha sapi) per ekor. Beberapa asumsi yang digunakan, yaitu
sebagai berikut :

1. Lahan yang digunakan merupakan tanah pekarangan yang tidak digunakan untuk keperluan
sehari-hari sehingga tidak membutuhkan biaya sewa.

2. Harga sapi dara bunting dibuat rata-rata Rp 12.000.000,- per ekornya.

3. Sapi dipelihara selama enam bulam sudah beranak, dengan tafsiran harga jual pedet umur 2 bulan
rata-rata yaitu Rp 2.500.000,- per ekornya.

4. Biaya pembuatan kandang tidak ada, karena masing-masing petani telah memiliki kandang
ternak walaupun masih sederhana.

5. Biaya beli Karpet Rp 500.000,-.

6. Pakan yang diperlukan untuk 1 ekor sapi selama 6 bulan pemeliharaan yaitu

a. Pakan hijauan 3000 kg/ ekor dengan harga Rp 100,-

b. Konsentrat selama 6 bulan Rp 900.000,-

c. Bekatul 120 kg/ ekor dengan harga Rp 600,-

7. Biaya obat-obatan seharga Rp 30.000,-/ ekor/ 6 bulan.

8. Satu orang dapat mengerjakan 3 ekor sapi dengan biaya Rp 750.000,- jadi biaya tenagakerja per
ekor sapi/bln adalah Rp 250.000,-.

9. Dibutuhkan peralatan (sapu, sikat, selang air, cangkul, sekop, cikrak/ trisula, arit, tambang
pengikat, dan alat fermentasi.) seharga Rp 758.000,- dengan masa pakai selama dua tahun (4
periode), sehingga biaya per periode adalah Rp 189.500,-.

2. Tabel Analisis Usaha Sapi Perah Per Ekor Per Periode (Enam Bulan)

Keterangan Jumlah (Rp)

Biaya Variabel

1. Biaya pembelian satu ekor sapi dara bunting 12.000.000

2. Pakan hijauan 3000 kg x Rp 100,- 300.000

3. Konsentrat 900.000

4. Bekatul 90 kg/ ekor dengan harga Rp 1000,- 90.000

5. Biaya obat-obatan : Rp 30.000,-/ ekor/ 6 bulan. 30.000

Total Biaya Variabel Rp 13.320.000,-

Biaya Tetap

1. Biaya Tenaga kerja per ekor sapi/ 6 bulan 1.500.000

2. Biaya Perbaikan kandang. 350.000


3. Biaya Penyusutan Peralatan. 200.000

Total Biaya Tetap Rp 2.050.000,-

Total Biaya Produksi = Tot. Biaya Variabel + Tot. Biaya Rp 15.370.000,-


Tetap

= 13.320.000 + 2.050.000

Pendapatan Rp 13.500.000,-

Penjualan sapi induk , dengan tafsiran harga Rp Rp 5.670.000


11.000.000,- dan Pedet umur 2 bln Rp 2.500.000

Produksi susu 450 Liter/ bulan x 4 bulan @ 3.150

Keuntungan Rp 3.800.000,-

Keuntungan = Penjualan Sapi dan susu Total Biaya


Produksi

= 19.170.000 15.370.000

Keuntungan Riill selama enam bulan pemeliharaan awal

Kuntungan Real = Keuntungan + Biaya Tenaker + Biaya


Pakan Hijauan

= 3.800.000 + 1.500.000 + 300.000

= Rp 5.600.000,-

2. Seleksi Bibit

Jenis sapi perah yang biasa dipelihara adalah sapi FH (Fries Holland) dengan ciri-ciri sebagai berikut :

- Warna bulu putih dengan bercak hitam.

- Berat badan betina dewasa 625 kg dan jantan 900 kg.

- Pembawaan betina tenang dan jinak sedangkan jantan agak panas.

- Daya merumput (Grazing ability) hanya baik pada pasture yang baik saja.

- Dewasa kelamin sapi FH agak lambat, umur pertama kali dikawinkan 15 18 bulan.

- Produksi susu relatif lebih tinggi dibandingkan sapi perah lainnya.

3. Pakan

Pakan sapi perah umumnya dibagi tiga :

a. Hijauan :

- Rumput - rumputan : Rumput gajah ( Pennisetum purpureum), Rumput Raja (King grass), setaria,
benggala (Pennisetum maximum), rumput lapang dan BD (Brachiariadecumbens),
- Kacang-kacangan : Lamtoro, turi, gamal

b. Konsentrat :

Dedak, bunkil kelapa, bungkil kacang tanah, jagung kedelai.

c. Limbah pertanian :

Jerami padi, jerami jagung, jerami kedelai, dll.

Pakan yang diberikan kepada sapi perah secara umum berupa hijauan 60 % dari BK (berat kering)
dan 40 % Konsentrat.

Dalam hal ini hijauan yang digunakan 75 % rumput alam dan 25 % rumput unggul.

Sebagai contoh bila berat sapi 450 kg dan produksi susu 13 kg / hari lemak 3,5 % dapat diberikan
pakan : rumput alam 21 kg, rumput gajah 7,5 kg dan konsentrat pabrik 6 kg.

4. Kandang dan Peralatan

kandang yang dibuat harus memenuhi syarat antara lain : Terpisah dari rumah + 10 m, drainase dan
ventilasi baik, lantai tidak licin, ada penampungan kotoran dan ukuran kandang 1,5 X 2,5 m / ekor.

5. Kesehatan Hewan

Sapi perah sangat penting dijaga kesehatannya , karena sapi perah sering diserang oleh beberapa
penyakit seperti : radang ambing, antrak dan burcellosis.

6.Pengelolaan/ Manajemen

a. Sapi dara : Sapi betina berumur 1 2 tahun atau lebih dan belum pernah beranak. Pemeliharaan
dan pemberian pakan pada sapi dara sebelum beranak sangat mempengaruhi pertumbuhan.

b. Sapi Betina Dewasa : Dilakukan exercise (gerak jalan), pemeliharaan kuku, kebersihan badan, dan
perlu diperhatikan perkembangan reproduksi seperti masa birahi, masa perkawinan, kebuntingan
dan beranak.

c. Pembuatan catatan meliputi catatan reproduksi dan kesehatan.

7. Pemasaran

Pemasaran dapat dilakukan melalui kelompok atau koperasi. Produk yang dipasarkan dapat berupa
susu dan hasil olahannya, daging atau kulit.pemasaran juga bias melalui pasar,supermarket, ibu
rumah tangga dan orang terdekat dengan kita,atau orang sekitar kita

C.PENGARAHAN (ACTUATING)
Kegiatan menggerakkan anggota-anggota atau pekerja untuk melaksanakan pekerjaan
sesuai dengan tugas masing-masing.
Hal yang perlu di terapkan dalam melakukan pengarahan adalah sebagai berikut :
1. Melakukan kegiatan partisipasi dengan senang hati terhadap semua keputusan,
tindakan atau perbuatan .
2. Mengarahkan danmenantang orang lain agar bekerja sebaik-baiknya
3. Memotivasi anggota
4. Berkomunikasi secara efektif
5. Meningkatkan anggota agar memahami potensinya secara sepenuhnya
6. Member imbalan penghargaan terhadap pekerja yang melakukan pekerjaan yang baik
7. Mencukupi keperluan pegawai sesuai dengan kegiatan pekerjaannya
8. Berupaya memperbaiki pengarahan sesuai dengan petunjuk pengawasan.

D. PENGENDALIAN (CONTROLING)
Kegiatan untuk menyesuaikan antara pelaksanaan dan rencana-rencana yang telah di
tentukan.pengendalian sangat penting dalam perusahaan.
1. Membandingka hasil pekerjaan dengan rencana secara keseluruhan.
2. menilai hasil pekerjaan dengan standar hasil kerja.
3. membuat media pelaksanaan secara tepat .
4. memberikan media pengukur pekerjaan .
5. memindahkan sdata secara terperinci agar dapat dilihat perbandingan dan
penyimpangan-penyimpangannya
6. membuat saran tindakan-tindakan perbaikan jika dirasa oleh anggota
7. memberitahu anggota-anggota yang bertanggung jawab terhadap pemberian
penjelasan

BAB III
PENUTUP

I. KESIMPULAN

PRODUK PEMASARAN
PLANNING *Sistem perkandangan *Pasar ternak
yang sesuai Kandang * Tetangga sekitar
*Bibit yang unggul *Pabrik susu
*Pakan yang berkwalitas *koperasi
*vaksinasi scara teratur *pasar
* penyediaan obat obatan *dll
seperti vitamin dan anti
stress
*sanitasi kandang
* konsentrat dan pakan
tambahan
*kering kandang yang
teratur
*System pengelolaan dan
kebesihan area kandang
*Perlakuan produk pasca
panen
*dll
ORGANIZING * memilih tenaga kerja yang * komunikasi dengan
ahli pabrik dan pengusaha
* jadwal pemerahan susu pengelola susu
*memberi penghargaan *mempromosikan usaha
bagi karyawan yang aktif baik media cetak, online, dll
* jadwal sanitasi
* pengafkiran
* manajmen
*jadwal kering kandang
* jadwal pengecekan
penyakit
*Jadwal pemerahan
*transportasi
*mencari langganan bahan
pakan
*mencari langganan bibit

II. SARAN
Kami menyadari bahwa makalah kami jauh dari kesempurnaan oleh sebab itu kami
minta sarannya kepada pembaca.

BAB I Usaha Peternakan Sapi Perah


PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara sedang berkembang yang memiliki karakteristik laju
pertumbuhan ekonomi yang cukup baik dibarengi dengan laju pertumbuhan yang pesat.
Peningkatan jumlah penduduk saat ini memberikan dampak yang besar terhadap peningkatan
permintaan (demand) produk pangan masyarakat. Selain itu, perkembangan masyarakat saat
ini lebih ke arah yang lebih maju baik dari segi pendapatan maupun tingkat pengetahuan
masyarakat mengenai pentingnya nilai gizi pangan. Hal ini
membuat masyarakat cenderung lebih meningkatkan konsumsi pangan yang mengandung
gizi tinggi. Salah satu produk pangan yang terus mengalami peningkatan permintaan setiap
tahunnya adalah susu. Peningkatan tersebut ditandai dengan meningkatnya konsumsi susu per
kapita dari tahun ke tahun, mulai dari 5,79 kg/kapita pada tahun 2001 dan meningkat menjadi
6,8 kg/kapita pada tahun 2005 (Ditjen Bina Produksi Peternakan, 2009).
Pengembangan sektor peternakan khususnya usaha ternak sapi perah di Indonesia saat
ini perlu dilakukan karena kemampuan pasok susu peternak lokal saat ini baru mencapai 25
persen sampai 30 persen dari kebutuhan susu nasional (Direktorat Jenderal Peternakan,
2007). Besarnya volume impor susu menunjukkan prospek pasar yang sangat besar dalam
usaha peternakan sapi perah untuk menghasilkan susu sapi segar sebagai produk substitusi
susu impor.
Meningat kondisi geografis, ekologi dan kesuburan lahan di beberapa wilayah
Indonesia memiliki karakteristik yang cocok dalam pengembangan peternakan sapi perah
(agribisnis persusuan) serta besarnya kekurangan pasokan susu dalam negeri, sebenarnya
banyak sekali kerugian yang diperoleh Indonsia akibat dilakukannya kebijakan impor susu.
Diantaranya adalah terkurasnya devisa nasional, tidak dimanfaatkannya potensi sumber daya
manusia yang ada khususnya masyarakat pedesaan untuk pengembangan agribisnis
persusuan, dan hilangnya potensi pendapatan yang seharusnya diperoleh pemerintah dari
pajak apabila agribisnis persusuan ini dikembangan secara baik.
1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimana Memulai suatu Usaha Peternakan Sapi Perah di Kabupaten Gowa
2. Bagaimana Perencanaan Pengembangan Sapi Perah di Kabupaten Gowa

BAB II PEMBAHASAN

Menurut Firman (2007), seiring dengan perkembangan waktu, perkembangan


agribisnis persusuan di Indonesia dibagi menjadi tiga tahap perkembangan, yaitu Tahap
I(periode sebelum tahun 1980) disebut fase perkembangan sapi perah, Tahap II (periode
1980-1997) disebut periode peningkatan populasi sapi perah, dan Tahap III (periode 1997-
sampai sekarang) disebut periode stagnasi. Stagnasi tersebut menyebabkan sampai saat ini
Indonesia belum mampu untuk memenuhi kebutuhan susu dalam negeri. Hal ini terjadi akibat
banyaknya kendala dalam melakukan pengembangan usaha ternak sapi perah seperti
keterbatasan modal, tingginya harga pakan konsentrat, keterbatasan sumber daya dan juga
lahan untuk penyediaan hijauan, minimnya rantai pemasaran susu. Hal lain yang menjadi
kelemahan dalam usaha ternak sapi perah adalah terbatasnya teknologi pengolahan kotoran
hewan ternak saat ini yang menyebabkan pencemaran.
Menurut Direktorat Jenderal Peternakan (2007), perkembangan ekspor susu olahan
dan impor susu bubuk (Skin Milk Powder-SMP) mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Berdasarkan data dari tahun 2003-2006, volume ekspor dan produk susu olahan tertinggi
dicapai pada tahun 2003 sebesar 49.593.646 kg dengan nilai US $54.830.373. Sedangkan,
volume impor tertinggi juga dicapai pada tahun 2005 sebesar 173.084.444 kg dengan nilai
US $399.165.422. Dari angka tersebut, terlihat bahwa volume impor susu jauh lebih besar
daripada volume ekspornya. Hal ini mengindikasikan bahwa kondisi perkembangan
peternakan sapi perah di Indonesia masih jauh dari target.
Susu merupakan bahan makanan asal ternak yang memiliki kandungan gizi tinggi.
Hal ini mengakibatkan permintaan akan susu meningkat seiring dengan semakin
bertambahnya populasi manusia setiap tahunnya. Saat ini sebagian besar susu di Indonesia
masih harus diimpor (sekitar 70 %), sedangkan 30%nya di pasok dari produksi susu domestic
yang sebagian besar dihasilkan oleh peternakan sapi perah rakyat. Selain itu, susu yang
dihasilkan oleh peternak sapi perah Indonesia banyak yang tidak memenuhi standar IPS,
sehingga banyak susu yang ditolak pabrik pengolahan susu. Tidak ada langkah lain selain
membuang susu, dan hal ini tentu akan merugikan peternak Indonesia (Anonim, 2012).
Sebagai generasi bangsa, setiap masyarakat Indonesia dituntut peran sertanya dalam
pembangunan. Salah satu aspek penting dan vital bagi rakyat Indonesia adalah bidang
pertanian, karena sebagian besar masyarakat Indonesia bergerak dalam sector pertanian,
termasuk didalamnya subsector peternakan. Langkah yang dapat dilakukan untuk mencukupi
kebutuhan konsumsi susu masyarakat Indonesia adalah dengan banyak masyarakat yang
membudidayakan peternakan sapi perah. Supaya peternakan sapi perah berjalan sesuai
dengan tujuan yaitu memberikan produksi susu yang tinggi dan memberikan kesejahteraan
bagi masyarakat, maka diperlukan perencanaan yang matang sebelum memulai
membudidayakan peternakan sapi perah (Sudono, 1999).
2.1 Memulai Suatu Usaha Peternakan Sapi Perah
Sebelum memulai beternak sapi perah, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan
dan diperhitungkan secara matang. Persiapan dan perhitungan ini sangat menentukan
keberhasilan peternakan. Paling tidak, ada tiga hal yang harus dipersiapkan dan
dipertimbangkan yaitu : lahan untuk kandang dan tempat memnanam rumput, ketersediaan
air dan keberadaaan bibit sapi perah.
A. PERSIAPAN LAHAN
1. Lahan Untuk Kandang
Lahan yang dibutuhkan untuk kandang berdasarkan keadaan sapi perah terbagi atas 3
yaitu sebagai berikut :
-. Kandang seekor sapi masa produksi membutuhkan lahan seluas 380 x 140 cm = 5,32 m.
luas lahan ini sekaligus termasuk selokan, jalan kandang dan tempat pakan.
-. Kandang sapi dara siap bunting sampai bunting membutuhkan lahan 12 x 20 m = 240 m/
10 ekor. Dalm hal ini, sapi-sapi dara dilepaskan secara berkelompok.
-. Kandang seekor sapi pedet membutuhkan lahan seluas 150 x 120 cm =1,8 m
2. Lahan Untuk Penanaman Rumput
Usaha peternakan sapi perah sangat tergantung pada ketersediaan pakan hijaun. Pakan
berupa hijauan ini bisa diperoleh dari lahan pertanian dan hasil budidaya atau penananaman
secara khusus. Agar peternak memiliki persediaan hijauan, keberadaan lahan untuk
penanaman rumput mutlak diperlukan. Lahan untuk kebutuhan ini disesuaikan dengan jumlah
sapi perah yang dipelihara. Menurut pengalaman, lahan seluas 1 ha bisa memenuhi kebutuhan
hijauan sekitar 10-14 ekor sapi dewasa selama 1 tahun.
B. KETERSEDIAAN AIR
Air mutlak diperlukan dalam usaha peternakan sapi perah. Hal ini disebabkan susu
yang dihasilkan 87% berupa air dan sisanya berupa bahan kering. Disamping itu, untuk
mendapatkan 1 litter susu, seekor sapi perah membutuhkan 3-4 litter air minum. Untuk
menghasilkan susu yang sebgaian besar berupa air tersebut, keberadaan atau ketersediaan air
dilingkungan sekitar lokasi peternakan harus diperhitungkan. Dengan perhitungan yang
matang, peternak diharapkan tidak mendapat kesulitan di belakang hari.
Dalam peternkan ini, air digunakan tidak hanya untuk minum sapi namun juga digunakan
untuk memnadikan sapid an membersihkan kandang. Khusus untuk minum, sebaiknya sapi
diberikan minum secara adlibitum atau tidak terbatas jumlahnya (sekenyangnya).
C. BIBIT
Bibit sapi perah yang akan dipelihara sangat menentukan keberhasilan usaha ini. Hal
ini juga seperti yang terjadi pada rekan saya yaitu bpk. Atta yang bergerak dalam usaha sapi
perah yang pernah mengalami kerugian akibat sapi bibit yang dibelinya ternyata merupakan
sapi yang freemartin (sapi betina namun memiliki sifat sapi jantan -> tidak bisa bunting).
Oleh karena itu maka pemilihan bibit harus dipikirkan dan dan dilakukan dengan cermat
dengan memperhatikan hal-hal berikut :
1. Genetic atau keturunan
Bibit sapi perah harus berasal dari induuk yang produktivitasnya tinggi dan pejantan yang
unggul. Hal ini disebabkan sifat unggul kedua induk akan menurun kepada anaknya. Akan
lebih baik lagi jika bibit tersebut berasal dari induk yang produktifitasnya tinggi yang
dikawinkan dengan pejantan unggul.
2. Bentuk ambing
Bentuk ambing pada sapi perah dapat menentukan kuantitas dan kualitas susu yang akan
dihasilkan. Ambing yang baik adalah ambing yang besar, pertautan antara otot kuat dan
memanjang sedikit ke depan, serta putting normal (tidak lebih dari 4)
3. Eksterior atau Penampilan
Secara keseluruhan, sosok bibit sapi perah harus proporsional, tidak kurus dan tidak terlalu
gemuk, kaki berdiri tegak dan jarak antara kaki kanan dan kai kiri cukup lebar (baik kai
depan maupun belakang), serta bulu mengkilat. Perlu diketahui, besar tubuh tidak
menentukan kauntitas atau jumlah susu yang dihasilkan serta tidak menentukan ketahaan
terhadap penyakit.
4. Umur Bibit
Umur bibit sapi perah betina yang ideal adalh 1,5 tahun dengan bobot sekitar 300 kg.
sementara itu, umur pejantan 2 tahun dengan bobot badan sekitar 350 kg.
2.2 Perencanaan Pengembangan Sapi Perah
Suatu usaha yang didasarkan pada rencana sebelumnya, hasilnya akan lebih baik
dibandingkan dengan usaha yang dilakukan tanpa ada rencana sebelumnya. Beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam membuat perencanaan sapi perah adalah sebagai berikut:
1. Merintis Usaha
Sebelum memulai usaha kita harus menentukan titik awal atau latar belakang kita
berusaha, apakah usaha kita merupakan pendirian usaha atau pengembangan usaha. Jika
pendirian usaha, maka perencanaan akan dimulai dari awal, sedangkan jika pengembangan
usaha, maka perencanaan usahanya merupakan perencanaan lanjutan. Persiapan dalam
merintis usaha yaitu harus memperhatikan:
1. Aspek Umum yang umumnya terdiri dari social, budaya, tanggapan
masyarakat, dukungan pemerintah, dan lain-lain,
2. Aspek Ekonomi, yaitu berkaitan dengan analisis usaha yang nantinya apakah
usahanya akan menguntungkan atau sebaliknya memperoleh kerugian. Sehingga
aspek ekonomi ini merupakan aspek yang vital dalam perencanaan usaha peternakan
sapi perah,
3. Aspek Teknis Operasional yaitu aspek yang terkait dengan teknis dan
lingkungan. Tanpa adanya aspek ini, maka produksi tidak dapat dihasilkan. Untuk
memperoleh usaha yang menguntungkan, maka harus dimulai dari aspek teknis yang
baik dan berkualitas.
2. Rencana Kerja Usaha
Rencana kerja disusun setelah ada ide merintis usaha. Tahap ini merupakan tahap yang
menentukan dalam awal usaha yang dilakukan. Rencana kerja dapat dibagi kedalam lima
bagian, yaitu:
1. Maksud dan tujuan usaha
Usaha peternakan sapi perah dijalankan sebagai usaha produksi susu saja atau ditambah
dengan usaha pembibitan sapi perah. Kejelasan maksud dan tujuan akan memudahkan dalam
kelanjutan usaha kedepannya.
2. Ternak yang akan diusahakan
Ternak yang diusahakan akan menggunakan jenis ternak tertentu, kemudian jenis kelamin
tertentu dan harus dipastikan jumlah awal ternaknya berapa banyak atau jika pengembangan
maka penambahan ternaknya harus diperhatikan berapa banyak.
3. Kandang dan Gudang
Hal ini disesuaikan dengan rintisan usaha, apakah akan membuat bangunan awal atau
membuat bangunan tambahan.
4. Pakan
Pakannya harus dipantau ketersediaannya, sehingga terjadi kontinyuitas penyediaan pakan.
Maka ternak dapat tercukupi kebutuhan pakannya baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
5. Pasar
Usaha ternaknya harus mempunyai pasar yang baik. Jika pasarnya kurang baik, meskipun
produksinya tinggi dan baik maka susu atau pedet tidak dapat dijual dan hal ini akan
menyebabkan kerugian pada usaha peternakan sapi perah.
3. Rencana Penggunaan Modal
Rencana penggunaan modal juga merupakan aspek yang memiliki peran vital dalam usaha,
karena tanpa modal usaha hanya akan menjadi rencana saja dan tidak adapat diaplikasikan.
Modal usaha yang harus dikeluarkan dalam menyusun rencana usaha peternakan sapi perah
yaitu:
1. Investasi
Kandang
Gudang
Perumahan
Peralatan pemerahan
Peralatan teknis pemeliharaan
2. Biaya Tetap
Sapi betina (Laktasi dan kering kandang)
Sapi jantan
Pedet betina
Pedet jantan
3. Biaya Operasional
Pakan (Hijauan dan konsentrat)
Gaji karyawan
Obat-obatan
Penyusutan bangunan dan peralatan
Listrik
Penyusutan kematian ternak (sekitar 4-5 %)
Pajak
Biaya lain-lain.
4. Perkembangbiakan ideal sapi perah
Sebelum memulai usaha, peternak atau pengusaha harus mengetahui perkembangbiakan sapi
perah. Beberapa hal yang harus diketahui dan diperhatikan adalah sebagai berikut:
Lama kebuntingan 9 bulan
Masa kering kandang 2 bulan
Siklus birahi 21 hari
Lama birahi 2 sampai 3 hari
Umur afkir induk atau pejantan 8 sampai 9 tahun
Pedet betina diberikan susu sampai umur 4 bulan
Pedet jantan diberikan susu sampai umur 2 bulan
Pedet jantan dapat dijual setelah umur 1,5 sampai 2 bulan
Langkah yang perlu dilakukan setelah usaha peternakan sapi perah berjalan adalah
dilakukan evaluasi. Evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana target
yang direncanakan tercapai. Sehingga dapat mengambil langkah preventif sebaliknya
pengembangan pada usaha peternakan sapi perah. Hal ini tentu akan membantu mengurangi
ketergantungan bangsa Indonesia akan impor susu. Siapa lagi yang akan membangun
Indonesia jika bukan para penerus dan generasi bangsa.

KESIMPULAN
Berdasarkan Pembahasan diatas Kabupaten Gowa khususnya Desa Malino sangat
berpotensi untuk dijadikan sebagai tempat atau lahan peternakan Sapi Perah karena lokasi
yang cukup strategis dan suhu yang sangat mendukung untuk peternakan sapi perah sesuai
yang telah di jelaskan diatas.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2012. http://www.ilmu-peternakan.com/2009/05/perencanaan-peternakan-sapi-perah.html. di
akses pada tanggal 1 Oktober 2012.

Anonim.2012. http://www.fedcosierra.com/2011/07/persiapan-sebelum-memulai-ternak-sapi.html. di
akses pada tanggal 1 oktober 2012.
Firman, Achmad. 2007. Manajemen Agribisnis Sapi Perah : Suatu Telaah Pustaka. Fakultas
Peternakan, Universitas Padjadjaran. Bandung
Sudono, Adi. 1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. Jurusan Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor.
[Ditjennak] Direktorat Jenderal Peternakan. 2008. Statistik Peternakan 2008. Jakarta: Departemen
Pertanian.

Anda mungkin juga menyukai