Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kambing merupakan ternak yang banyak dipelihara oleh masyarakat luas, karena
memiliki sifat yang menguntungkan bagi pemeliharaannya seperti, ternak kambing mudah
berkembang biak, tidak memerlukan modal yang besar dan tempat yang luas, dapat
digunakan memanfaatkan tanah yang kosong dan membantu menyuburkan tanah, serta
dapat dibuat sebagai tabungan (Sasroamidjojo dan Soeradji, 1978). Menurut pendapat
Williamson dan Payne (1993) sebagaimana yang dikutip oleh Mildatul (2010), Kambing
merupakan ternak yang sudah lama dibudidayakan, memelihara kambing tidak sulit yang
penting manajemen pemeliharaan dan pengendalian penyakit dilakukan secara baik dan
benar. Peternakan kambing dan domba di Indonesia masih merupakan usaha sampingan
untuk menambah penghasilan (Hastono, 2003).
Ternak kambing/domba atau sering disebut juga ternak ruminansia kecil merupakan
ternak yang sangat populer di kalangan petani di Indonesia terutama yang berdomisili di
areal pertanian/ perkebunan. Selain lebih mudah dipelihara, ternak kambing juga memiliki
pasar yang selalu tersedia setiap saat dan hanya memerlukan modal yang relatif sedikit bila
dibandingkan ternak yang lebih besar seperti ternak sapi.
Selain itu banyak manfaat yang bisa diperoleh dari usaha ternak kambing antara lain
kotoran (feses) ternak kambing dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik maupun biogas,
Urine kambing juga dapat diolah menjadi pupuk cair.
Kambing perah (etawah, peranakan etawah, saanen, dll) merupakan jenis ternak
kambing yang dapat menghasilkan susu. Apabila pengelolaan usaha ternak kambing dapat
dilaksanakan secara optimal maka akan lebih memberikan manfaat yang nyata dalam
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan bagi petani peternak. Apalagi apabila
didukung dengan ketersediaan sumber daya alam yang mendukung dan memadai sebagai
sumber pakan ternak maka usaha ternak kambing akan lebih mudah untuk dilaksanakan
oleh berbagai lapisan masyarakat.

1.2. Rumusan Masalah


Berapakah kebutuhan pakan untuk ternak kambing?

1.3. Tujuan Penelitian


Mengetahui jenis-jenis kambing di Indosesia dan beberapa penyakit dan cara
penanggulangannya.
1.4. Manfaat Penelitian
Membantu untuk mengetahui cara budidaya ternak kambing.

1
BAB I I
PEMBAHASAAN

2.1. Budidaya Ternak Kambing

Kambing merupakan jenis ternak yang sudah lama dibudidayakan.


Memelihara kambing tidak sulit karena pakannya cukup beragam. Berbagai jenis
hijauan dapat dimakannya. Jenis daun-daunan yang cukup digemari oleh kambing
antara lain daun turi, lamtoro dan nangka. Delapan bangsa kambing asli Indonesia
adalah kambing Marica, Samosir, Muara, Kosta, Gembrong, Benggala, Kacang dan
Etawah (Pamungkas et al., 2009).

Beberapa jenis kambing di Indonesia tersebar di daerah kering dan berbukit atau
daerah pegunungan. Kambing adalah jenis hewan yang takut air. Ternak kambing dapat
digolongkan menjadi 2 tipe, yaitu:
a. Kambing potong (penghasil daging).

b. Kambing dwi-guna (penghasil daging dan susu).

Berdasarkan tujuan pemeliharaan, ternak kambing dapat digolongkan menjadi dua,


yaitu:

a. Kambing untuk pembibitan.

b. Kambing untuk penggemukan.

Beberapa jenis kambing yang telah dikenal oleh masyarakat umum adalah:

a. Kambing Kacang.

b. Kambing Peranakan Etawah (PE).

Kedua jenis kambing ini sudah beradaptasi dengan baik dengan kondisi tropis
basah di Indonesia. Kambing Kacang mempunyai keistimewaan dibandingkan kambing
PE, yaitu: beranak kembar dan jarak beranak yang lebih pendek.

2.1.1. Bangsa-Bangsa Kambing Asli Indonesia

Kambing Marica

Kambing Marica tersebar di Propinsi Sulawesi Selatan. Kambing Marica ini


hampir mirip dengan kambing Kacang, namun ada perbedaan, yaitu penampilan tubuh
lebih kecil dibanding kambing kacang, telinga berdiri menghadap samping arah ke
depan, tanduk relatif kecil dan pendek.

2
Gambar 1. Kambing Marica

Kambing Samosir

Kambing ini dipelihara secara turun menurun oleh penduduk yang tinggal di
Pulau Samosir, di tengah Danau Toba, Kabupaten Samosir, Propinsi Sumatera Utara.

Gambar 2. Kambing Samosir


Kambing Muara

Kambing Muara dijumpai di daerah Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli


Utara di Propinsi Sumatera Utara. Penampilannya gagah, tubuh kompak dan
sebaran warna bulu berva iasi antara warna bulu coklat kemerahan, putih dan
hitam. Bobot kambing Muara lebih besar dibandingkan kambing Kacang.

Gambar 3. Kambing Muara


Kambing Kosta

Lokasi penyebaran kambing Kosta di sekitar Jakarta dan Propinsi Banten.


Kambing ini mempunyai bentuk tubuh sedang, hidung rata dan kadang-

3
kadang ada yang melengkung, tanduk pendek dan berbulu pendek.

Gambar 4. Kambing Kosta

Kambing Gembrong
Kambing gembrong tersebar di daaerah kawasan Timur Pulau Bali terutama
di Kabupaten Karangasem. Ciri khas dari kambing ini adalah berbulu panjang.
Panjang bulu sekitar 15-25 cm, bahkan rambut pada bagian kepala sampai
menutupi muka dan telinga. Rambut panjang terdapat pada kambing jantan,
sedangkan kambing Gembrong betina berbulu pendek berkisar 2-3 cm.
Kambing Gembrong ini lebih kecil dari kambing PE namun lebih besar dari
kambing Kacang.

Gambar 5. Kambing Gembrong


Kambing Benggala

Kambing Benggala diduga merupakan hasil persilangan kambing Black


Benggala dengan kambing Kacang. Kambing ini tersebar di daerah sekitar Pulau
Timor dan Pulau Flores di Propinsi Nusa Tenggara Timur.

Gambar 6. Kambing Benggala

4
5
Kambing Kacang

Kambing kacang merupakan kambing asli Indonesia. Kambing ini tersebar


hampir di seluruh Indonesia. Ciri-ciri kambing kacang: badan kecil, telinga
pendek tegak, leher pendek, punggung meninggi, jantan dan betina bertanduk,
tinggi badan jantan dewasa rata-rata 60–65 cm, tinggi badan betina dewasa rata-
rata 56 cm, bobot dewasa untuk betina rata-rata 20 kg dan jantan 25 kg.
Gambar 7. Kambing Kacang

Kambing Peranakan Etawah (PE)

Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan kambing hasil persilangan


antara kambing Etawah (asal India) dengan kambing Kacang. Kambing ini
tersebar hampir di seluruh Indonesia. Penampilannya mirip kambing Etawah,
tetapi lebih kecil. Kambing PE merupakan kambing tipe dwiguna, yaitu sebagai
penghasil daging dan susu (perah). Peranakan yang penampilannya mirip
kambing Kacang disebut Bligon atau Jawa randu yang merupakan tipe pedaging.
(Pamungkas et al., 2009). Ciri-ciri Kambing PE: telinga panjang dan terkulai,
panjang telinga 18–30 cm, warna bulu bervariasi dari coklat muda sampai hitam.
Bulu kambing PE jantan bagian atas leher dan pundak lebih tebal dan agak
panjang. Bulu kambing PE betina pada bagian paha panjang. Berat badan
kambing PE jantan dewasa 40 kg dan betina 35 kg, tinggi pundak 76-100 cm.

Gambar 8. Kambing Peranakan Etawah (PE)

8
2.1.2. Memilih Bibit
a. Pejantan
Kondisi tubuh sehat, tubuh besar (sesuai umur), bulu bersih dan
mengkilap, badan panjang, kaki lurus, tidak cacat, tumit tinggi,
penampilan gagah, aktif dan nafsu kawin tinggi, mudah ereksi, buah zakar
normal (2 buah, sama besar dan kenyal).
b. Betina
Kondisi tubuh sehat, tidak terlalu gemuk dan tidak cacat, bulu
bersih dan mengkilap, alat kelamin normal, mempunyai sifat keibuan
(mengasuh anak dengan baik), ambing (buah susu) normal (halus kenyal
tidak terinfeksi atau terjadi pembengkakan).

2.2. Sistem Perkandangan


Kandang yang dignakan sebagian besar menggunakan bahan baku berupa dan
beberapa menggunakan kayu atau papan dengan beratapkan genting, sistem kandang
yang digunakan peternak adalah sistem panggung.
Perkandangan merupakan hal yang penting dalam peternakan terutama kandang
miring dan panggung baterai sehingga peternak menyimpan informasi dari hasil
pengamatan ke modelnya. Kandang panggung yang tinggi juga dapat mengurangi
penguapan sehingga tidak mengganggu pernapasan kambing. Prinsip dari kandang SOP
yaitu terdapat lantai dengan kemiringan tertentu asal kencing bisa mengalir. Sedangkan
baterai biasa yaitu panggung dan disekat menjadi beberapa kamar tanpa plester miring.
Jika kandang baterai, urine langsung turun ke tanah, dan kandang SOP diplester miring
sehingga kotoran turun ke selokan, kandang lebih bersih dan tidak mengganggu
lingkungan, namun tetap membersihkan selokan agar tidak bau.
Ukuran kandang disesuaikan dengan jumlah kambing yang akan dipelihara,
secara umum kandang dibagi menjadi dalam beberapa kamar atau sekat dimana setiap
kamar dihuni oleh 1-2 kambing dewasa.
sistem perkandangan kambing terdiri dari dua macam kandang, yaitu kandang
panggung dan bukan panggung. Sistem perkandangan yang lebih baik adalah sistem
panggung. Pengambilan kotoran ternak pada kandang panggung lebih mudah dilakukan.
Kotoran berada di bawah kandang sehingga pengambilan kotoran tidak mengganggu
ternaknya sendiri

2.3. Pakan
Pemberian pakan dilakukan saat menjelang sore hari, dimana peternak
menyediakan pakan saat pulang dari kebunnya masing-masing
Pengeluaran untuk produksi terutama pakan bisa ditekan karena ketersediaan
8
sumber pakan hijauan.
Pakan merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi produktivitas ternak.
Kondisi pakan baik kualitas maupun kuantitas yang tidak mencukupi kebutuhan akan
menyebabkan produktivitas ternak menjadi rendah yang ditunjukkan oleh laju
pertumbuhan yang lambat serta bobot badan yang rendah. Pakan sangat dibutuhkan oleh
kambing untuk tumbuh dan berkembangbiak, pakan yang sempurna mengandung
kelengkapan protein, karbohidrat, lemak, air, vitamin dan mineral. Ditinjau dari sudut
pakan, kambing tergolong dalam kelompok herbivora, atau hewan pemakan tumbuhan.
Secara alamiah, kareana kehidupan awalnya di daerah-daerah pegunungan, kambing
lebih menyukai rambanan (daun-daunan) dari pada rumput

2.4. Sistem Pemeliharaan

Pemeliharaan yang dilakukan secara tradisional berlangsung dalam lingkungan


keluarga dan pengawasannya dilakukan secara berkala, pada umumnya ternak kambing
dilepaskan di padang pengembalaan dan melakukan perkawinan bebas secara alam
yang pada akhirnya berpengaruh pada penurunan mutu genetik ternak kambing.
Penurunan mutu genetik ternak kambing akan mempengaruhi produktifitas sehingga
secara tidak langung akan berdampak pada penurunan terhadap pendapatan peternak.

Pemeliharaan induk dengan jumlah anak kembar, harus diiringi dengan


manajemen pemeliharaan yang lebih intensif untuk menekan laju mortalitas cempe
prasapih. Jika manajemen produksi dalam pemeliharaan dapat ditingkatkan maka
penerimaan oleh peternak dari penjualan ternak maupun by product dapat lebih
optimal.

Kelebihan dari sistem pemeliharaan ekstensif yaitu ternak dapat memanfaatkan


lahan yang kondisi tanah tidak cocok untuk peningkatan pertanian, Ternak mampu
mencari makan sendiri di padang rumput atau tempat sumber pakan lain pada siang
hari dan pulang pada malam hari, Ternak tidak memiliki kandang sebagai tempat
berlindung. Dan dikatakan juga bahwa kekurangan sistem pemeliharaan ekstensif
yaitu: tidak mendapatkan makanan tambahan atau penguat, tidak dikontrol oleh
peternak. Kambing yang diternakan secara intensif membutuhkan perhatian penuh dari
pemiliknya berupa kegiatan rutin sehari-hari dimana kambing dipelihara secara
terpisah dan terkumpul sesuai dengan jenis kelamin, kondisi ternak. Kegiatan rutin
yang dilakukan setiap hari adalah membersihkan kandang setiap hari, membersihkan
tempat pakan, tempat minum dan lantai kandang, menyimpan pakan hijauan, pakan
penguat dan air minum sesuai dengan jadwal yang dibutuhkan. Dalam sistem
pemeliharaan ini perlu dilakukan pemisahan antara jantan dan betina sehubungan
dengan ini perlu memisahkan kambing betina muda dari umur tiga bulan sampai cukup
8
umur untuk dikembangbiakkan, sedangkan untuk pejantan dan jantan harus
dikandangkan atau ditambatkan terpisah.

2.5. Perawatan Kambing


1. Memandikan
Ternak dimandikan secara rutin untuk jantan seminggu sekali sedangkan
betina dapat dimandikan sebulan sekali. Dalam memandikan ternak jantan dapat di
dalam kandang atau dapat dilakukan di luar kandang atau di tempat pemandian
(sumur dan kolam renang), sedangkan ternak betina dimandikan di dalam kandang
sekaligus untuk sanitasi kandang.  Tujuan memandikan ternak kambing yaitu
untuk menjaga kesehatan dari kuman penyakit, parasit dan jamur yang bersarang
dalam bulu. Ternak kambing yang dimandikan tampak lebih bersih, menarik dan
lebih sehat.
2. Pemotongan Kuku
Kuku yang panjang akan mengganggu proses pertumbuhan anak, karena
anak akan berjalan dengan tidak wajar akibat terganggu oleh kuku. Cara berjalan
yang tidak wajar tersebut akan terus terbawa sampai dewasa, hal ini akan
menurunkan nilai jual. Pada kambing dewasa, pemotongan kuku juga merupakan
langkah preventif terhadap kemungkinan terjangkitnya penyakit kuku
(pododermatitis) akibat banyak terselipnya kuman-kuman penyakit pada sela-sela
kuku. Selain itu kuku yang panjang terutama pada jantan akan mengganggu proses
perkawinan karena pejantan tidak bisa berdiri secara sempurna. Jika kuku tersebut
patah maka akan mengakibatkan luka dan infeksi. 
Pemotongan kuku pada anak dimulai sejak anak berumur 6 bulan dan
selanjutnya dilakukan seperti pada induk betina dan pejantan, yaitu 3-6 bulan
sekali. 

2.6. Kesehatan
1. Penyakit Cacingan
Penyebab
Penyakit cacingan pada kambing dapat disebabkan oleh cacing gilig,
pipih dan cacing pita.
Gejala

Kambing semakin kurus, bulu berdiri dan kusam, nafsu makan


berkurang, kambing terlihat pucat, kotoran lembek sampai mencret.
Penanganan

1. Obat tradisional

8
a. Daun nanas yang dikeringkan dan dihaluskan, kemudian ditimbang
300 mg untuk 1 kg berat badan kambing, dicampur air, selanjutnya
diminumkan dan diulang 10 hari sekali (jangan diberikan pada ternak
bunting).
b. Daun nanas segar dihilangkan durinya, ditimbang 600 mg untuk 1 kg
berat badan kambing, kemudian diberikan pada kambing dan diulang
10 hari sekali (jangan diberikan pada ternak bunting).
2. Obat pabrikan
Biasanya menggunakan albendazole, valbanzen atau ivermectin
yang diulang setiap 3 bulan sekali.
Pencegahan

a. Jagalah kandang tetap bersih dan kering.

b. Buanglah kotoran, sampah dan sisa pakan jauh dari lokasi kandang
atau dibuat kompos.
c. Jangan menggembalakan kambing pada pagi hari dan pada satu
area (usahakan berpindah-pindah).
d. Jangan berikan rumput yang masih berembun.

e. Sabitlah rumput 2-3 cm di atas permukaan tanah.

2. Penyakit Kudis (Scabies/Kurap)

Penyebab

Parasit kulit (Sarcoptes sp)

Gejala

a. Kulit merah dan menebal.

b. Gatal dan gelisah, sering menggaruk-garukkan kulit yang terinfeksi pada


dinding kandang.
c. Bulu rontok.

d. Bagian tubuh yang sering diserang muka, telinga, pangkal ekor dan leher.

Penanganan

1. Obat tradisional

a. Oli 1 cangkir + cuka 1 sendok makan + belerang yang sudah


dihaluskan 1 sendok makan atau 4 siung bawang merah yang sudah
dihaluskan, kemudian semua bahan dicampur dan oleskan 2x sehari
pada kulit kambing sampai sembuh.
8
b. Belerang dihaluskan 3 sendok makan + 1 sendok makan minyak
goreng oleskan 2x sehari sampai sembuh.
2. Obat pabrikan

Suntik dengan Ivermectin secara sub cutan (dibawah kulit).

Pencegahan

a. Jauhkan kambing sakit dengan kambing sehat.

b. Bersihkan kandang setiap hari, lebih baik lagi menggunakan sabun


atau zat pembersih kandang.
c. Jagalah kebersihan kambing dengan memandikan kambing dengan
larutan asumtol 2%.
d. Mencuci tangan sebelum dan sesudah bersentuhan dengan kambing.

3. Diare

Penyebab

Pakan berjamur atau terlalu muda, bakteri, virus dan protozoa.

Gejala

a. Kotoran encer dan warnanya hijau terang/hijau gelap sampai hijau


kekuningan.

b. Kambing lemas, bila dibiarkan dapat menyebabkan kematian.

c. Bulu-bulu sekitar dubur kotor akibat kotoran.

Penanganan

a. Pisahkan kambing sakit dari kambing sehat.

b. Berikan larutan oralit, larutkan 2 sendok makan garam + 2 sendok makan


gula dalam 2,5 liter air dingin yang sudah dimasak.

c. Bila keadaannya tidak membaik segera hubungi petugas kesehatan


hewan (dokter hewan).
Pencegahan

a. Hindari pemberian pakan yang menyebabkan diare.

b. Jagalah kandang tetap bersih.

4. Keracunan

Penyebab

Tanaman beracun atau tanaman yang tercemar pestisida.


8
Gejala

Mulut berbusa, kejang-kejang, muka kemerahan dan bengkak, diare


berdarah, dan kematian mendadak.
Penanganan
a. Berikan air kelapa.

b. Berikan norit 2-3 tablet.

c. Hubungi petugas kesehatan hewan (dokter hewan).

Pencegahan
a. Jangan menggembalakan kambing di tempat yang banyak tanaman beracun.

b. Jauhkan kambing dari sawah atau ladang yang sedang dipupukan


atau disemprot pestisida.

5. Kembung Perut
Penyebab
Gas yang ditimbulkan oleh makanan (rumput muda).
Gejala
Perut sebelah kiri membesar, napas pendek dan cepat, tidak mau makan.
Penanganan
Berikan larutan gula merah dan asam jawa, keluarkan gas dengan
cara mengurut-urut perut kambing.
Pencegahan
Jangan diberi rumput muda.

2.7. Reproduksi
Pemeliharaan yang sesuai dan sumber induk kambing yang unggul sangat
mempengaruhi kualitas keturunan ternak yang dihasilkan. Kambing Peranakan Etawa betina
mulai dapat dikawinkan umur ternak 12-15 bulan. Sedangkan kambing jantan pada umur 1,5
tahun. Kambing jantan berpotensi mengawini kambing betina setiap bulannya mencapai 12-16
ekor. adanya pengaturan interval beranak adalah delapan bulan, maka potensi kelahiran selama
dua tahun menghasilkan tiga kali masa kelahiran. Lamanya kambing bunting adalah sekitar
144-156 hari. Setelah melahirkan, pemberian susu pada anak kambing pra sapih sebaiknya
umur 1-7 hari yang bersumber dari susu induknya. Minggu ke dua mulai di perkenalkan susu
sapi dan susu kambing (50:50%) sebanyak 800ml/hari/ekor. Usia anak kambing 3-4 minggu
mulai ditingkatkan pemberian susu hingga 1 liter susu sapi/hari/ekor. Sedangkan minggu ke 5-
10 diberikan susu sapi sebanyak 1,5-2 liter sapi/hari/ekor dan mulai memperkenalkan pakan
tambahan seperti rumput. Hingga minggu ke 11- 12 pemberian susu sapi mulai dikurangi
hingga ternak tersebut beralih memakan rumput/konsentrat.

8
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu dalam pembuatan suatu usaha
peternakan kambing, yang perlu dilakukan yaitu persiapan kandang, persiapan bibit
kambing, pakan yang dibutuhkan, perawatan yang dilakukan pada kambing.

4.2. Saran
Saran untuk membentuk suatu usaha peternakan yakni hendaknya dipersiapkan
bibit yang bagus agar produksi kambing berkualitas baik, dan tak luput dari
manajemen pemeliharaan yang bhaik agar hasil produksi yang didapatkan baik.

Anda mungkin juga menyukai