Anda di halaman 1dari 29

Tugas : Contoh Analisa Usaha Penggemukan Sapi Potong

ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG

ANALISA USAHA PENGGEMUKKAN SAPI POTONG

Oleh :
Wahyu Cahyo Widodo
201410350311060

Jurusan Peternakan
Fakultas Pertanian Peternakan
Universitas Muhammadiyah Malang

2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usaha peternakan sapi potong di Indonesia telah lama dikenal masyarakat. Agar usaha ini
dapat memberikan keuntungan yang optimal bagi pemiliknya maka perlu diperhatikan beberapa
hal yang menyangkut Manajemen pemeliharaan ternak sapi potong. Penyebaran ternak sapi di
negara kita belum merata. Ada beberapa daerah yang sangat padat, ada yang sedang, tetapi ada
yang sangat jarang atau terbatas populasinya. Tentu saja hal ini ada beberapa faktor penyebab,
antara lain faktor pertanian dan kepadatan penduduk, iklim dan budaya aklimatisasi, serta adat
istiadat dan agama.
Faktor pertanian dan penyebaran penduduk di Indonesia menentukan penyebaran usaha
ternak sapi. Masyarakat petani yang bermata pencaharian bertani tidak bisa lepas dari usaha
ternak sapi, baik untuk keperluan tenaga, pupuk, atau lain sebagainya. Sebab, sapi merupakan
kawan baik petani dalam rangka pengolahan tanah pertanian. Kehidupan maju mundurnya
ternak sapi selama ini tergantung pada usaha pertanian. Karena adanya usaha pertanian yang
lebih maju berarti akan menunjang produksi pakan ternak berupa hijauan, hasil ikutan pertanian
berupa biji-bijian atau pakan penguat, yang kesemuanya sangat diperlukan sapi.
Ternak sapi, khususnya sapi potong, merupakan salah satu sumber daya penghasil daging
yang memiliki nilai ekonomi tinggi, dan penting artinya didalam kehidupan masyarakat.seekor
atau kelompok ternak sapi bisa menghasilkan berbagai macam kebutuhan, terutama sebagai
bahan makanan berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya seperti pupuk kandang, kulit, dan
tulang. Tata cara pengaturan pemeliharaan ternak potong ini dimulai dari tempat cara pemilihan
bibit, tempat berproduksi/ kandang, cara pemberian pakan, cara perkawinan dan cara
pencegahan penyakit serta tatalaksana pemeliharaan.
Prospek penggemukan sapi potong cukup bagus sejalan dengan meningkatnya penduduk,
maka kebutuhan protein hewani akan meningkat. Selain itu, dengan adanya pengurangan kuota
impor sapi dari Australia, mendorong peternakan lokal menjadi trend dan banyak dilirik. Prospek
lain yang mendorong adalah menguatnya isu lingkungan mendorong pemakaian pupuk dan
perlakuan organik bagi tanaman meningkat (sapi penghasil utama pupuk organik dari hewan).
Disamping itu trend harga sapi dari tahun ke tahun tidak pernah menurun, cenderung 5 – 8 % di
atas rata-rata inflasi. Usaha ini diharapkan dapat mensuplai kebutuhan daging sapi. Atas dasar
kenyataan tersebut, maka sangat terbuka peluang bagi usaha penggemukan sapi di Indonesia.
Bisnis penggemukan sapi potong dinilai dapat terintegrasi dengan bisnis lain dimana bahan baku
pakan dapat diperoleh dengan mudah. Sementara itu, limbah kotoran sapi dapat dimanfaatkan
sebagai bahan baku dalam pembuatan pupuk organik yang saat ini permintaanya semakin
meningkat. Dalam hubunganya dengan masyarakat sekitar, jenis usaha ini dapat menciptakan
lapangan kerja baru. Selain itu, dengan adanya usaha ini diharapkan juga dapat memberikan
edukasi bagi masyarakat sekitar dalam menumbuhkan jiwa wirausaha dengan memanfaatkan
sumberdaya lokal.

B. Tujuan
Tujuan usaha pengemukan sapi potong ini adalah sebagai berikut :

1. Membuka lapangan pekerjaan baru.

2. Menumbuhkan dan mengembangkan jiwa wirausaha peternak.

3. Menggali sumber pendapatan untuk meningkatkan kesejahteraan peternak.

BAB II
PROFIL USAHA

A. Teknis Produksi
Usaha penggemukan sapi ini berskala 60 ekor sapi dengan bobot awal antara 250 kg/ekor. Sapi
yang digunakan dalam usaha penggemukan adalah jenis brahman cross.Penggemukan dilakukan
dalam jangka waktu 4 bulan, sehingga diharapkan dapat melakukan usaha penggemukan
sebanyak 3 periode dalam satu tahun. Target pencapaian bobot badan harian (PBBH) adalah 1 kg
per ekor. Sehingga pada akhir periode penggemukan bobot sapi yang diharapkan mencapai 370
kg/ekor. Apabila permintaan pasar terus meningkat, tidak menutup kemungkinan untuk
mengembangkan usaha ini dalam skala yang lebih besar.

B. Lokasi
Lokasi usaha berada di Desa Suka Menanti Kecamatan Kampar Kiri Provinsi Riau. Lokasi yang
sesuai untuk penggemukan sapi harus memenuhi beberapa kriteria penting, diantaranya adalah
:

1. Bebas dari penyakit endemik, misalnya antraks


2. Dekat dengan akses jalan raya
3. Dekat dengan kebun hijauan makanan ternak (HMT), atau terdapat sumber pakan murah berupa
limbah-limbah hasil industri pertanian
4. Dekat dengan sumber bakalan dan pasar.

Desa Suka Menanti merupakan daerah agraris yang sebagian penduduknya bermata pencaharian
sebagai petani. Tanah yang subur menyebabkan sebagian besar tanaman dapat tumbuh dengan
baik. Kondisi ini banyak dimanfaatkan oleh para petani untuk memelihara sapi potong karena
mudahnya mendapatkan rumput untuk makanan. Di Desa Suka Menanti selain pakan mudah
didapat, lahan pemeliharaannya tersedia cukup banyak.. Potensi lainnya, pakan tambahan
seperti bekatul padi, ampas tahu,dan lain-lain banyak didapat dan relative murah.

C. Kandang
Kandang yang digunakan berupa kandang individu dengan ukuran 2,5 x 1,5 m per ekor, sehingga
luas bangunan 1 unit kandang 225 m2. Kandang dibangun secara permanen dengan alas berupa
beton serta atap berupa asbes dan seng dan sistem pembuangan yang sudah terhubung dengan
reactor biogas dan bak penampung kotoran dibelakang kandang ternak sapi potong.

D. Bakalan Sapi
Bakalan sapi yang akan digunakan yaitu sapi Brahman Cross . Dengan menggunakan kedua
jenis sapi tersebut, diharapkan target pertambahan bobot badan harian (PBBH) bisa mencapai 1
kg. Sapi yang akan digemukkan berumur antara 1,5 sampai 2 tahun dengan rata-rata bobot badan
250 (kg/ekor.) berat ideal untuk penggemukkan sapi potong di Indonesia.

E. Pakan
Jenis pakan yang akan diberikan berupa hijauan dan konsentrat dengan perbandingan 60 :
40. Sehingga untuk sapi dengan bobot badan 250 kg, maka hijauan segar yang diberikan sebanyak
10 kg dan konsentrat 3 kg perhari. Pakan hijauan berupa rumput Raja (King Grass) yang
bersumber dari kebun HMT, atau hijauan yang dibeli dengan kisaran harga Rp.350,-/kg.
Sedangkan konsentrat yang akan digunakan ampas tahu dan dedak padi.

F. Tenaga Kerja
Tenaga kerja tetap yang akan dipekerjakan yaitu 4 orang, masing-masing menangani 15 ekor sapi.
Tugas dan tanggungjawab pekerja kandang ini meliputi kegiatan penanganan sapi sehari-hari
seperti pemberian pakan, membersihkan kandang, dan pengolahan limbah atau kotoran ternak.
Upah yang diberikan sebesar Rp. 35.000 perhari atau setara dengan Rp.1.050.000 per bulan
untuk setiap pekerja dalam usaha penggemukan sapi potong jenis brahman.

G. Sarana dan Prasarana


Sarana dan prasarana yang diperlukan dalam usaha penggemukan sapi diantaranya adalah :
gudang pakan beserta peralatanya, bangunan rumah pekerja dan perlengkapanya, serta instalasi
air dan yang utama adalah kandang ternak yang menjadi tempat perkembangan ternak sapi
potong selama penggemukkan.

BAB III
ANALISA USAHA

Analisa Usaha Penggemukan Sapi Potong


Asumsi Usaha Penggemukan Sapi Potong

1. Populasi Sapi : 60 ekor


2. Umur Sapi Bakalan : 1,8 – 2 tahun
3. Jenis Sapi : Brahman
4. Bobot Awal : 250 kg
5. PBBH : 1 kg/hari
6. Lama Penggemukan : 120 hari (4 bulan)
7. Suku Bunga : 9% Bank BRI

A. Investasi Usaha

1. Biaya Kandang Sapi dan Kolam Penampung Kotoran


Luas Kandang 225 m2 x 400.000/m2 : Rp.95.000.000
2. Rumah Pekerja : Rp. 24.500.000
Total : Rp.119.500.000
3. Masa Pakai : 10 tahun (120 Bulan/ 30 Periode)
4. Masa Pakai Per Periode : 4 bulan (120 hari)

Nilai Sisa : Nilai Awal x 10 %


Rp. 119.500.000 x 10%
Rp. 11.950.000

Penyusutan : Nilai Awal – Nilai Sisa x Masa Pakai


Masa Ekonomi
: 119.500.000 – 11.950.000 x 4 bulan
120 Bulan
: 107.550.000 x 4 bulan
120 bulan
: 430.200.000
120 bulan
: Rp.3.585.000

Bunga Modal : Nilai Awal + Nilai Sisa x Bunga Bank


2
: 119.500.000 + 11.950.000 x 9 %
2
: 131.450.000 x 9%
2
: 11.830.050
2
: Rp.5.915.250

B. Biaya Produksi Tetap

Unit Harga Satuan Harga Total

1. Skop 5 50.000 250.000


2. Gerobak Sorong 3 400.000 1.200.000
3. Choper 2 3.500.000 7.000.000
4. Sikat 8 10.000 80.000
5. Sabit 4 35.000 140.000
6. Selang Air 2 roll 125.000 250.000
7. Sumur + pompa air 10.000.000
8. Keranjang pakan 8 15.000 120.000
9. Sapu Lidi 8 5000 40.000
10. Tandon Air 225 L 2 buah 450.000 700.000
Total Rp. 19,980.000

Nilai Sisa : Nilai Awal x 10%


19.980.000 x 10%
1.998.000
Penyusutan : Nilai Awal – Nilai Sisa x Masa Pakai Periode
Bulan dalam Setahun
: 19.980.000 – 1.998.000 x 4 bulan
12
: 17.982.000 x 4 bulan
12
: 71.982.000
12
: 5.994.000
Bunga Modal : Nilai Awal + Nilai Sisa x 9%
2
: 19.980.000 + 1.998.000 x 9%
2
: 21.978.000 x 9%
2
: 1.978.020
2
: 989.010

C. Biaya Produksi Variabel

1. Pembelian Bakalan Rp. 480.000.000


2. Pakan Hijauan Rp. 25.200.000
3. Konsentrat Rp. 180.000.000
4. Obat – obatan Rp. 3000.000
5. Listrik Rp. 400.000
6. Gaji 4 orang pekerja x 1.050.000 Rp. 16.800.000
7. Transport Rp. 760.000
8. Biaya tak terduga Rp. 1.500.000
Total Rp. 707.660.000

Total Input Tetap : Total Penyusutan Modal – Total Penyusutan Tetap


5.994.000 + 3855.000
9.579.000

Modal Input Periode : Imput Tetap + InputVariabel


: 9.579.000 + 707.660.000
: 717.239.000
D. Analisa Usaha

1. Income Pokok Tahun ke - 1 : Sapi 60 ekor x 370 kg x Rp.48.000 x 3 periode


: Rp. 3.196.800.000
Income Pokok Tahun ke - 2 : Sapi 60 ekor x 370 kg x Rp.48.000 x 3 periode
: Rp. 3.196.800.000
Income Pokok Tahun ke - 3 : Sapi 60 ekor x 370 kg x Rp.48.000 x 3
: Rp. 3.196.800.000

Income Pokok Tahun ke - 4 : Sapi 60 ekor x 370 kg x Rp.48.000 x 3

: Rp. 3.196.800.000

Income Pokok Tahun ke - 5 : Sapi 60 ekor x 370 kg x Rp.48.000 x 3

: Rp. 3.196.800.000

Income Pokok Tahun ke - 6 : Sapi 60 ekor x 370 kg x Rp.48.000 x 3

: Rp. 3.196.800.000

Income Pokok Tahun ke - 7 : Sapi 60 ekor x 370 kg x Rp.48.000 x 3

: Rp. 3.196.800.000

Income Pokok Tahun ke - 8 : Sapi 60 ekor x 370 kg x Rp.48.000 x 3

: Rp. 3.196.800.000

Income Pokok Tahun ke - 9 : Sapi 60 ekor x 370 kg x Rp.48.000 x 3

: Rp. 3.196.800.000

Income Pokok Tahun ke - 10 : Sapi 60 ekor x 370 kg x Rp.48.000 x 3

: Rp. 3.196.800.000
1. Income Sampingan Tahun ke -1 : Kotoran 72.000 kg x Rp.700 x 3 periode
: Rp.151.200.000 x 10 tahun
: Rp.1.512.000.000
2. BEP Harga : Total Biaya variabel per periode
Berat Sapi
: 707.660.000
22200
: Rp. 31.876
3. BEP Produksi : Total Biaya variabelper periode
Harga
: 707.660.000
Rp. 48.000
: 14742

4. BCR : Income penjualan Sapi per tahun


Total Biaya Per Tahun

: 3.196.800.000
2.151.717.000
: 1.4 %
5. ROI : Laba Pokok Bersih x 100 %
Biaya Variabel

: 348.361.000 x 100 %
707.660.000
: 0.492 x 100%
: 49.2 %

6. PPC : Invetasi Biaya per tahun x 1 Tahun


Laba Barsih per tahun
: 2.151.717.000 x 1 tahun
1.045.083.000
: 2,05 Tahun
BAB IV
KESIMPULAN

Dalam analisis usaha penggemukan sapi ini menggunakan 60 ekor sapi Brahman Cross (BX)
per periode.Usaha ini dianalisis selama 10 tahun.Dalam usaha ini telah dilakukan pemeliharaan
selama 4 bulan. Penjualan sapi dilakukan selama 3 kali dalam setahun dengan jumlah total ternak
mencapai 180 ekor. Harga jual sapi sebesar Rp 48.000/kg bobot hidup.

Dari analisis ekonomi yang telah dilakukan diketahui bahwa biaya per
tahun sebesar Rp. 2.151.717.000 dan penerimaan per tahun sebesar Rp. 3.196.800.000.
Sehingga didapat keuntungan per tahun sebesar Rp. 1.045.083.000 . Didapat BCR sebesar 1,4
dan PPC selama 2,05 tahun. Karena BCR lebih dari 1, maka usaha peternakan ini layak untuk
dikembangkan.

Analisa Usaha Penggemukan Sapi Potong Untuk 20 Ekor


SUHARTINI NASA WEDNESDAY, OCTOBER 26, 2016 ANALISA USAHA, ARTIKEL PETERNAKAN,
BUDIDAYA SAPI, PENGGEMUKAN SAPI POTONG

Semangat Pagi Peternak sapi Nusantara....

Semoga informasi yang saya paparkan berikut ini bermanfaat untuk semua pembaca, khususnya
yang mempunyai usaha Penggemukan Sapi Potong.
Untuk memberikan gambaran bagi calon peternak mengenai usaha penggemukan sapi potong,
berikut kami tampilkan contoh analisis usahanya.

Asumsi yang digunakan dalam analisis ini antara lain:

 Lahan yang digunakan merupakan tanah pekarangan yang belum dimanfaatkan dan tidak
diperhitungkan untuk sewa lahannya

 Sapi bakalan yang dipelihara: 20 ekor sapi PO

 Harga sapi bakalan: Rp 8.000.000,-/ekor

 Bobot badan awal sapi bakalan: 250 kg/ekor

 Sapi dipelihara selama 3 bulan dengan pertambahan bobot badan (PBB) sekitar 0,8
kg/ekor/hari, sehingga:

PBB selama 4 bulan = 0,8 kg x 90 hari

= 72 kg/ekor

Bobot akhir sapi = 250 kg + 72 kg

= 322 kg

Bobot seluruh sapi = 322 kg x 20 ekor

= 6.440 kg

Hasil penjualan sapi = 6.440 kg x Rp. 40.000/kg bobot hidup sapi

= Rp. 257.600.000

 Luas kandang: 90 m2

 Biaya pembuatan kandang: Rp 400.000/m2

 Penyusutan kandang 20% per tahun (dengan demikian penyusutan untuk satu periode ±
5%)

 Gaji tenaga kerja (2 orang): Rp 600.000,-/bulan

 Biaya listrik: Rp. 180.000

 Biaya air: Rp. 225.000

 Biaya peralatan: Rp 500.000,-/tahun, sehingga untuk satu periode Rp 170.000

 Kotoran yang dihasilkan selama 1 periode sebanyak 7.500 kg dengan harga Rp 300,-/kg
 Biaya pakan untuk satu periode:

 Hijauan : 40 kg x 20 ekor x 90 hari x Rp. 100

 Konsentrat : 3 kg x 20 ekor x 90 hari x Rp. 1.500

 Suplemen pakan Produk Nasa (Viterna, Poc Nasa, Hormonik) per periode: Rp. 227.000 x
20 ekor

 Biaya vitamin B kompleks (1 kali pemberian selama periode pemeliharaan untuk


meningkatkan pertumbuhan dan daya tahan tubuh): Rp. 26.000 untuk 20 ekor sapi

 Biaya obat cacing (1 kali pemberian selama periode pemeliharaan sebagai upaya
mencegah cacingan): Rp. 100.000 untuk 20 ekor sapi

Uraian Biaya

1. BIAYA-BIAYA
BIAYA INVESTASI

Pembuatan Kandang: 90 m2 x 400.000 36.000.000

Peralatan 500.000

TOTAL BIAYA INVESTASI 36.500.000

BIAYA VARIABEL

Pembelian sapi bakalan PO: 20 ekor x Rp. 8.000.000 160.000.000

Biaya hijauan 7.200.000

Biaya Konsentrat 8.100.000

Biaya Suplemen produk NASA 4.540.000

Biaya obat cacing 100.000

Biaya Vitamin B kompleks 26.000

Biaya Listrik 180.000

Biaya air 225.000

TOTAL BIAYA VARIABEL 253.371.000

BIAYA TETAP
Biaya tenaga kerja: 2 orang x 3 bulan x 600.000 3.600.000

Penyusutan kandang: 5% x 36.000.000 1.800.000

Penyusutan peralatan 170.000

TOTAL BIAYA TETAP 5.570.000

TOTAL BIAYA-BIAYA (BIAYA INVESTASI+BIAYA


VARIABEL+BIAYA TETAP)
258.941.000

2. PENDAPATAN
Penjualan sapi 257.600.000

Penjualan kotoran : 7.500 kg x Rp.300 2.250.000

TOTAL PENDAPATAN 259.850.000

KEUNTUNGAN 909.000

Catatan : Analisa ekonomi diatas berlaku untuk masa pemeliharaan yang tidak terjadi kasus
penyakit yang berarti. Jika terjadi serangan penyakit, maka akan ada komponen biaya
pengobatan.

Biaya pembuatan kandang merupakan investasi yang bisa digunakan untuk budidaya sapi
selanjutnya.
Dari hasil uraian perhitungan di atas, diperoleh nilai rasio pendapatan : biaya = 1,17. Ini artinya
dalam satu periode penggemukan, dari setiap modal Rp. 100 yang dikeluarkan akan diperoleh
pendapatan sebanyak Rp. 117. Selain itu, dari perhitungan di atas juga dapat diketahui nilai titik
impas (Break Even Point/BEP) nya, yaitu:

1) BEP harga = total biaya : berat sapi total

= Rp. 221.821.000 : 6.440 kg

= Rp. 34.444/kg

2) BEP produksi = total biaya : harga jual sapi (per kg)

= Rp. 221.821.000 : Rp. 40.000

= 5.545 kg

Dari nilai BEP dapat disimpulkan bahwa usaha penggemukan sapi ini akan mencapai titik impas
jika 20 ekor sapi mencapai bobot badan 5.545 kg atau harga jual Rp 34.444/kg.

Asumsi yang digunakan dalam analisis ini antara lain:

 Lahan yang digunakan merupakan tanah pekarangan yang belum dimanfaatkan dan tidak
diperhitungkan untuk sewa lahannya
 Sapi bakalan yang dipelihara: 10 ekor sapi PO
 Harga sapi bakalan: Rp 8.000.000,-/ekor
 Bobot badan awal sapi bakalan: 250 kg/ekor
 Sapi dipelihara selama 4 bulan dengan pertambahan bobot badan (PBB) sekitar 0,8
kg/ekor/hari, sehingga:

PBB selama 4 bulan = 0,8 kg x 120 hari


= 96 kg/ekor
Bobot akhir sapi = 250 kg + 96 kg
= 346 kg
Bobot seluruh sapi = 346 kg x 10 ekor
= 3.460 kg
Hasil penjualan sapi = 3.460 kg x Rp. 40.000/kg bobot hidup sapi
= Rp. 138.400.000
 Luas kandang: 45 m2
 Biaya pembuatan kandang: Rp 400.000/m2
 Penyusutan kandang 20% per tahun (dengan demikian penyusutan untuk satu periode ±
7%)
 Gaji tenaga kerja (2 orang): Rp 500.000,-/bulan
 Biaya listrik: Rp. 180.000
 Biaya air: Rp. 225.000
 Biaya peralatan: Rp 500.000,-/tahun, sehingga untuk satu periode Rp 170.000
 Kotoran yang dihasilkan selama 1 periode sebanyak 5.000 kg dengan harga Rp 300,-/kg
 Biaya pakan untuk satu periode:

 Hijauan : 40 kg x 10 ekor x 120 hari x Rp. 100


 Konsentrat : 3 kg x 10 ekor x 120 hari x Rp. 1.500
 Suplemen pakan : 3 kg x 10 ekor x 120 hari x Rp. 200
 Biaya vitamin B kompleks (1 kali pemberian selama periode pemeliharaan untuk
meningkatkan pertumbuhan dan daya tahan tubuh): Rp. 13.000 untuk 10 ekor sapi
 Biaya obat cacing (1 kali pemberian selama periode pemeliharaan sebagai upaya
mencegah cacingan): Rp. 50.000 untuk 10 ekor sapi

Dari hasil uraian perhitungan di atas, diperoleh nilai rasio pendapatan : biaya = 1,22. Ini artinya
dalam satu periode penggemukan, dari setiap modal Rp. 100 yang dikeluarkan akan diperoleh
pendapatan sebanyak Rp. 122. Selain itu, dari perhitungan di atas juga dapat diketahui nilai titik
impas (Break Even Point/BEP) nya, yaitu:
1) BEP harga = total biaya : berat sapi total
= Rp. 114.898.000 : 3.460 kg
= Rp. 33.208/kg
2) BEP produksi = total biaya : harga jual sapi (per kg)
= Rp. 114.898.000 : Rp. 40.000
= 2.873 kg
Dari nilai BEP dapat disimpulkan bahwa usaha penggemukan sapi ini akan mencapai titik impas
jika 10 ekor sapi mencapai bobot badan 2.873 kg atau harga jual Rp 33.208/kg.
(http://info.medion.co.id)
Istilah dan Perhitungan Profitabilitas
Perhitungan profitabilitas dengan mengunakan rumus (Munawir, 2004) :

Gross Profit Margin (GPM)


GPM = (Laba Kotor : Penjualan Bersih) x 100 %

Net Profit Margin


NPM = (Laba Bersih : Penjualan Bersih) x 100 %

Total Assets Turnover (TAT)


TAT = (Penjualan : Total Modal) x 100 %

Return on Investment (ROI)


ROI = (Laba Bersih : Total Modal) x 100 %

Return on Equity (ROE)


ROE = (Laba Bersih : Total Ekuitas) x 100 %

Contoh Analisa Usaha Penggemukan Sapi Potong

admin February 8, 2017 Sapi 6 Comments 15,212 Views

Contoh Analisa Usaha Penggemukan Sapi Potong

A. Asumsi

1. Sapi bakalan berupa jantan berbobot 250 Kg, denan hraga Rp.25.000 per Kg Hidup.
2. Target PBBH 1 kg/hari dengan lama pemeliharaan selama 3 bualan. Dengan demikian,
pertambahan bobot bakalan diperkirakan sebesar 90 kg. Jika bobot awal sapi 250 Kg,
maka bobot sapi siap jual bertambah menjadi 340 kg/ekor.
3. Pakan selam penggemukan yaitu rumput gajah, dedak padi halus, garam dapur, kapur,
dan tulang dengan komposisi 25 Kg rumput gajah, 6 Kg dedak padi halus , 100 g garam
dapur, 50 g kapur dan 50 g tepung tulang.
4. Satu orang tenaga kerja bisa menangani 10 ekor sapi
5. Kandang dibuat semi permanen dengan lantai cor semen, dinding, dan kerangka terbuat
dari papan kayu serta atap genting. Kandang bisa dipakai selam 4 tahun.
6. Masa pakai peralatan dengan perlengkapan kandang selama 1 tahun.
7. Dari 10 ekor sapi tersebut, dihasilkan 5 rit kotoan per minggu sehingga selama satu bulan
dihasilkan 60rit. Kotoean tersebut dijual dengan harga Rp. 160.000 per rit.
8. Harga berlaku di Magelang, Boyolali, Wonogiri, dan sekitarnya.

B. Investarsi

 Sewa lahan 500 meter persegi selama 1 tahun Rp. 500.000


 Membangun kandang Rp. 10.000.000
 Peralatan dan perlengkapan kandang Rp. 500.000

Total Investasi Rp. 11.000.000

C. Biaya Operasional

Biaya tetap

 Penyusutan sewa lahan 3/12 x Rp. 500.000 =Rp. 125.000


 Penyusutan kandang 3/48 x Rp. 10.000.000 = Rp. 625.000
 eEnyusutan peralatan dan pelengkapan 3/12 x Rp. 500.000 = Rp. 125.000

Total Biaya Tetap Rp. 875.000

Biaya TIdak Tetap

 Pembelian bakalan 10 ekor x 250 kg x Rp. 25.000/Kg Rp. 62.500.000


 Pakan Selama 3 Bulan
o Rumput gajah 25 Kg x 90 hari x 10 ekor x Rp 100 =Rp.2.250.000
o Dedak Padi halus 6 Kg x 90 hari x10 ekor x Rp. 2.500 = Rp. 13.500.000
o Garam dapur 1 ons x 90 hari x 10 ekor x Rp. 100 =Rp.90.000
o Kapur 0,5 ons x 90 hari x 10 ekor x Rp.100 = Rp. 45.000
o Tepung Tulang 0,5 ons x 90 hari x 10 ekor x Rp 450 =Rp. 202.000
o Tenaga Kerja 1 oran x 90 hari x Rp. 50.000 = Rp. 4.500.000

Total biaya tidak tetap =Rp. 83.087.500


Total Biaya Operasional = Total biaya tetap + Total biaya tidak tetap

= Rp. 875.000 + Rp. 83.087.500

=Rp. 83.962.500

D. Penerimaan

 Penjualan Sapi 10 ekor x 340 kg/ekor x Rp. 25.000/kg =Rp. 85.000.000


 Penjualan kotoran 60 rit x Rp. 160.000 =9.600.000

Total Penerimaan =94.600.000

E. Keuntungan Per Periode

Keuntungan =Total penerimaan – total biaya operasional

=Rp. 94.600.000 – Rp. 83.962.500

=Rp. 10.637.500

F. Break Event Point (BEP)

BEP volume produksi = Total biaya operasional : Harga Produksi

=Rp. 83.962.500 : Rp. 25.000

=3.358,5

Artinya, titi balik modal akan tercapai bila total bobot badan yang digemukkan mencapai
3.358,5 Kg.

BEP harga produksi =Total biaya : Volume produksi

= Rp. 83.962.500 : 3.400 Kg

=Rp. 24.695/Kg

Artinya, titik balik modal akan tercapai bila sapi dijual dengan harga Rp. 24.695/Kg bobot hidut
G. R/C ratio

R/C ratio = Total penerimaan : Total biaya operasional

=Rp. 94.600.000 : Rp. 83,962.500

=1,127

R/C bernilai lebih dari satu artinya usaha penggemukan 10 ekor sapi berbobot masing masing
250 Kg dengan PBH 1 kg/hari selama 3 bulan cukup layak dilakukan

H. Return Of Investment (ROI)

ROI =(Keuntungan : Total Biaya Operasional) X 100%

=(Rp.10.638.00 : Rp. 83.962.500) x 100%

=12,67 %

ROI sebesar 12,67 % berarti setiap pengeluaran sebesar Rp. 1 kan bisa diperoleh keuntungan
sebesar Rp. 0,1267.

Semoga Contoh Analis Usaha Penggemukan Sapi Potong, bermanfaat bagi peternak, sebagai
gambaran untuk memulai usaha peternakan.
Analisis Penggemukan Sapi Potong Simmental dan Limousin
11 Oktober 2009 · by ternakonline

penggemukan sapi potong

Sering kami dimintai pendapat oleh rekan2 peternak baik pemula maupun yang berpengalaman
tentang bagaimana pemilihan calon sapi yang bagus untuk dipelihara dengan tujuan digemukkan
pada perusahaan kami. Pertanyaan ini meliputi mulai tentang jenis sapi (ras), bentuk tubuh,
umur, berat badan, waktu pemeliharaan sampai panen dan kalkulasi harga jual maupun belinya.
Di sini kami hanya ingin berbagi pengalaman saja dan share dengan sesama pelaku usaha
peternakan sapi.

1.Jenis Ras dan bentuk tubuh. Sejatinya semua jenis ras punya kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Tentang hal ini sudah banyak diulas di pelbagai literatur tentang sapi potong.
Hanya kita sebagai Praktisi peternakan seyogyanya perlu memperhatikan nilai-nilai praktis dan
ekonomis dari jenis ras tersebut baik dari sisi kekuatan finansial peternak, peruntukannya dan
timing tepat penjualannya. Seperti kita ketahui, untuk ADG (penambahan Berat harian)
bolehlah diakui memang sapi jenis limosin dan simmental F1 telah menjadi primadona yang
mana ADGnya mampu mencapai 1,3-2kg/ harinya. Disusul di belakangnya silangan SIMPO
dan LIMPO dengan ADG 1-1,7kg/hari. Berlanjut kemudian PO murni, Bali dan seterusnya
yang lebih rendah penambahan berat hariannya dan struktur tubuhnya. Namun poin terpenting
untuk tidak kita lupakan dari semua itu tentunya adalah Fisiologi dan kriteria
performance sapi itu sendiri. Tampilan fisik yang ideal mencakup body frame, power depan
dan belakang sapi akan mempengaruhi ADG, kemudahan pemeliharaan,dan harga purna jualnya.

2.Umur dan berat badan. Usia sapi yang ideal untuk digemukkan adalah mulai 1,5 sampai
dengan 2,5 tahun. di sini kondisi sapi sudah mulai maksimal pertumbuhan tulangnya dan tinggal
mengejar penambahan massa otot (daging) yang secara praktis dapat dilihat dari gigi yang sudah
berganti besar 2 dan 4 buah. Sapi yang sudah berganti 6 gigi besarnya (3 tahun ke atas) juga
cukup bagus. Hanya di usia ini sudah muncul gejala fatt (perlemakan) yang tentunya akan
berpengaruh dengan nilai jual dari pelaku pemotongan ternak. Sapi apabila masih di bawah usia
ideal penggemukan biasanya lebih lambat proses gemuknya dikarenakan selain bersamaan
pertumbuhan tulang dan daging juga sangat rentan resiko penyusutan serta labil proses
penambahan berat disebabkan adaptasi tempat yang baru, pergantian pola pakan dan teknis
perawatan serta penyakit. Tentang variabel berat tubuh, pastinya akan kita lihat dulu dari jenis
ras apa sapi yang akan kita pelihara. Sapi jenis limousin dan simmental maupun silangannya
dengan PO kala umur 1,5 tahun sudah berbobot rata-rata 350-400 kg, sedang sapi PO murni
hanya kisaran 185-275 kg. Nah, dari sini nantinya kita akan mulai berhitung tentang teknis
penilaian ideal untuk mengukur sistem pemeliharaan dan transaksi jual beli.

3.Masa pemeliharaan. Sesuai pengalaman kami yang baru sedikit ini, kami menyarankan pada
mitra peternak kami bahwa sapi yang akan digemukkan agar memakai mekanisme : apabila
masa panen jangka pendek (k.l 100 hari) pilihlah jenis limousin, simmental dan silangannya (F1
maupun F2) dengan berat mulai 390-500 kg. Jika proporsional pemeliharaannya, sapi tersebut
akan mampu bertambah minimal 100kg saat panennya. Namun kalau yang diinginkan masa
panen jangka menegah dan panjang ( k.l 250 hari hingga lebih dari 1 tahun) disarankan agar
memilih jenis F1 simmental dan limousin yang murni genetiknya dengan berat di bawah 350 kg.
Kebanyakan peternak yang berpola seperti ini biasanya untuk investasi, pemurnian genetik
indukannya atau bahkan sebagai hewan kesayangan (klangenan jawa.red). muncul satu
pertanyaan yang menggelitik; lebih untung pola yang mana?

4.Perhitungan harga. Sapi untuk pemeliharaan jangka menengah (k.l 250 hari) dengan berat di
bawah 300 kg rata-rata masih belum dapat mencapai rendemen karkas lebih dari 49%. Sehingga
apabila ingin dijual, pembeli barunya biasanya masih akan meneruskan penggemukannya
lagi.Jika kita analisa, sapi F1 umur 5-8 bulan harga pasaran rata-rata per mei 2009 adalah 7,5-10
juta dengan bobot 250-325 kg. Kita ambil tengah-tengahnya saja lalu kita konversikan dengan
harga timbang hidup jatuhnya sekitar Rp.31.000;/kg timbang di pasar. Kenapa seperti itu ??? sapi
dengan berat 380-525 kg seharga Rp.24.000/kg (sesuai harga loco di farm kami) adalah untuk
kriteria jenis BAKALAN. Jadi di spek ini kita sudah mulai dapat mengukur standar perhitungan
baik umur sapinya, prosentase rendemen karkasnya (berat daging tulang), capaian bobot
maksimal, sampai dengan masa panennya. Beda halnya dengan berat 300kg ke bawah; karena itu
masih tergolong jenis BIBIT.Jadi sistem transaksinya mirip seperti di bursa pelelangan yang
harganya ditentukan berdasarkan kerelaan penjual dengan kepuasan dan jatuh hati sang pembeli.
Maka disitulah kita baru dapatkan harga umum dan rata-rata kepantasan transaksi di pasar
ataupun di peternak yag ketemunya ternyata di harga Rp.31.000.Kita tentu belum dapat
mengukur standarisasi, berapa nanti capaian berat maksimal dan waktu panennya apalagi berapa
rendemen karkasnya.Lain daripada itu, sistem pasar peternakan kita malah sudah tidak ada lagi
sertifikasi /surat keterangan bibit saat sapi dijual yang berbeda saat zaman orde baru dulu, ironi
memang.sehingga kita pasti akan kesulitan mencari blood link sapi, alamat peternak apalagi cara
perawatan dan ransumnya.Kecuali kalau sapi tersebut kita beli langsung di breeder
Sedikit analogi: apakah anda mampu menaksir berapa ton padi dalam 1hektar yang akan anda
panen saat umur benih baru ditancapkan 15 hari atau sebulan sekalipun? bagaimana dengan
resiko hama, kelangkaan pupuk dan pengairannya? apakah anda bisa pastikan akan menuai
panennya? ini analogy untuk BIBIT.
Nah sekarang, kesulitankah anda memprediksi, berapa ton gabah yang akan anda dapatkan saat
padi anda telah berbulir siap menguning? ini kiasan untuk BAKALAN, kalaupun panen anda
akhirnya kurang maksimal masihlah kita dapatkan gabah meski rendah mutu dan tidak banyak
jumlahnya.Taruh kata untuk bibit yang beratnya dibawah 300 kg kalau selama dipelihara sapi
tadi mencapai bobot 600kg (adakah jaminan????) maka akan diperoleh pendapatan sbb; 600 kg
X Rp.24.000/kg (harga siap potong) : Rp. 14.400.000; – Rp. 9.300.000( harga bakalan) =
Rp.5.100.000 selama l.k.250 hari. Bandingkan dengan pola 100 hari, disini
apabila anda membeli bakalan,bobotnya rata-rata 430kg komposisi mix F1 dan F2. harga
dasarnyapun masih logis di banding pola jangka panjang. Analisanya sebagai berikut : 430 kg X
Rp.24.000 = Rp.10.300.000; Masa pemelihara 100 hari dicapai berat 560 kg (banyak yang
menjamin..) dengan ADG 1,3kg X Rp.24.000; akan didapat penghasilan = Rp.13.440.000 –
Rp.10.300.000 (modal pembelian) keuntungannya : Rp.3.100.000 selama 100 hari. Maka dalam
1 tahun kita akan dapat panen 3 kali.

Pola pemeliharaan di perusahaan kami dalam 1 tahun (menurut kalender Hijriyah) adalah : pada
bulan muharram dilaksanakan pengadaan untuk sapi jenis simmental, limousin dan silangannya
yang akan dipanen pada bulan Rabi’ul Akhir. Pengadaan ke II dilaksanakan di bulan Jumadil
Awal dan akan dipanen nantinya pada bulan ramadlan. Di bulan Syawal kami lakukan
pengadaan sapi jenis PO murni karena bulan Dzulhijjah harga sapi PO selisih Rp.3-4000/kg lebih
mahal panenannya. Demikian rotasi ini senantiasa kami tetapkan sebagai acuan kerja.
Segala yang menyangkut istilah seperti tersebut di atas hanyalah sekedar teknis empiris yang
pernah kami alami dan bukanlah istilah ilmiah yang jauh dari pengetahuan kami.
Semuanya ada kelebihan dan kekurangannya.Mohon dikoreksi untuk jadi evaluasi dan
introspeksi kami agar ke depan lebih baik lagi dalam beternak.
Semoga bermanfaat.

Mau beli sapi limousin? baca artikel ini dahulu


Posted on August 7, 2016August 13, 2016 by Okdogi in Binatang Lain, Sapi
3Share

Konsumsi daging sapi yang tinggi di indonesia membuat membuat banyak orang berlomba untuk
beternak sapi potong. Meskipun begitu, kebutuhan konsumsi daging di Indonesia belum juga
tercukupi. Masih terjadi defisit yang cukup signifikan antara permintaan dan produksi, ini
menyebabkan mahalnya harga daging sapi terlebih lagi menjelang hari – hari raya. Daging sapi di
jadikan kebutuhan utama sehingga kenaikannya mencapai 50% per kg, sedangkan sapi potong yang
di jual utuh kenaikan harganya bisa mencapai 3 kali lipat.

Oleh sebab itu banyak petani digalakkan untuk beternak dengan cara penggemukan agar bisa
memenuh kuota permintaan di pasar. Penggemukan sendiri di pengaruhi dari pemilihan bakalan atau
bibitan sapi itu sendiri, oleh sebab itu banyak peternak memilih bakalan sapi pedaging yang berbobot
besar. Salah satu sapi pedaging berbobot besar tersebut adalah sapi jenis limosin.

Deskripsi, perawatan dan harga sapi limousin

Sapi Limosin sendiri adalah bangsa Bos Turus, sapi ini di temukan dan di kembangkan di Haute-
Vienne Prancis, sapi limosin ini memiliki perototan yang lebih baik dari pada sapi simmental. Sudah
selama berabad – abad, sapi ini telah di ternakkan untuk diambil dagingnya dan juga untuk di
jadikan sebagai sapi pekerja di pertanian karena kekuatan dan kecepatannya dalam pengolahan tanah.
Sekarang sapi limosin sudah banyak di temukan di Indonesia, karena banyak yang memeliharanya di
sebabkan keunggulan di bandingkan sapi potong jenis lainnya.

Secara genetik, sapi Limosin adalah sapi potong yang berasal dari wilayah beriklim dingin dan
merupakan sapi potong tipe besar, karena mempunyai volume rumen yang besar, punya kemampuan
menambah konsumsi di luar kebutuhan yang sebenarnya atau di sebut juga voluntary intake dan
metabolisme yang cepat, sehingga di tuntut tata laksana pemeliharaan yang lebih teratur.

sapi limousin via flicker.com

Ciri – ciri dari sapi limosin adalah tubuhnya yang besar, panjang, padat, kompak dan tinggi. Tinggi
tubuhnya bisa mencapai 1,5 meter dengan bulu tebal yang menutupi seluruh tubuh berwarna coklat
tua tapi di sekitar area mata, ambing, kaki dan lutut ke bawah berwarna lebih muda atau putih. Tapi
beberapa jenis sapi limosin juga berwarna coklat kekuningan dan merah keemasan. Pada sapi limosin
jantan terdapat tanduk berwarna cerah yang tumbuh keluar dan bentuknya sedikit melengkung. Saat
sapi limosin lahir, bobotnya tergolong medium sama seperti jenis sapi yang lain sekitar 25 kg tapi
karena pertumbuhannya yang cepat, pada usia dewasa sapi limosin betina bisa mencapai bobot 600
kg sedangkan bobot dari sapi limosin jantan bisa mencapai 1200 kg. Wow, pantas yah sapi ini di
juluki sapi potong terbesar. Selain pertumbuhannya yang cepat, tingkat fertilitas dari sapi limosin
juga cukup tinggi, mudah melahirkan, mampu menyusui dan mengasuh anaknya.
Di Indonesia sendiri sapi limosin sering di kawin silangkan dengan berbagai jenis sapi lain, misalnya
dengan sapi Peranakan Ongole, sapi brahman atau sapi hereford.

Meski harganya jauh lebih mahal, tapi dari hari ke hari permintaan sapi limosin justru semakin
meningkat. Bahkan para peternak dan pedagang sering merasa kewalahan untuk bisa memenuhi
setiap pesanan yang masuk, karena stok dan suplai dari sapi limosin masih sangat terbatas. Untuk itu
bagi yang ingin membuka usaha peternakan khususnya peternakan sapi pasti tidak boleh menyia-
nyiakan kesempatan emas untuk beternak sapi limosin ini.

Selain dari proses pertumbuhannya atau penggemukannya yang lebih cepat yang mempersingkat
masa panen dan ukuran beratnya yang juga lebih tinggi sehingga jumlah dagingnya pasti lebih
banyak, keistimewaan lain dari Sapi Limosin adalah kualitas dagingnya yang di nilai lebih bagus dan
lebih enak untuk di masak. Keunggulan lain memelihara ternak sapi limosin adalah, sapi ini lebih
tahan banting terhadap cuaca, suhu maupun serangan berbagai macam penyakit, terutama antraks
yang membuat rugi banyak peternak karena masih belum adanya pengobatan yang efektif
menyembuhkannya.

Kandang

Dalam berternak ataupun memelihara sapi limosin sebenarnya tidak terlalu jauh berbeda dari cara
memelihara sapi jenis yang lain. Namun beberapa perbedaan yang perlu mendapat perhatian khusus
dari peternak adalah untuk urusan kandangnya. Sapi limosin memiliki ukuran yang lebih besar, maka
kandang yang di butuhkan juga harus lebih luas dari kandang sapi pada umumnya. Kandang sapi
umumnya memiliki dua bentuk yaitu kandang individu dan juga kandang kelompok.

Ukuran pada kandang individu biasanya 2,5 x 1,5 meter dapat di tempati oleh satu ekor sapi limosin.
Kandang individu di rasa lebih cocok bagi sapi limosin untuk bertumbuh lebih cepat, karena tidak
terjadi persaingan dalam mendapatkan pakan seperti yang terjadi jika menggunakan kandag
kelompok. Serta ruang gerak pada kandang individu terbatas, sehingga sapi tidak mengeluarkan
tenaga banyak dan fokusnya hanya makan, tidur dan membesarkan dagingnya.
kandang sapi limousin

Kandang bisa di buat tertutup jika letaknya di daerah berangin cukup kencang, sedangkan jika
letaknya di daerah yang agak panas dan tidak terlalu berangin bisa buat kandang terbuka atau
setengah terbuka. Jangan lupa untuk menjaga kebersihan kandang secara rutin, membersihkannya
dari kotoran serta sisa pakan yang berceceran di lantai. Sehingga si sapi tidak terserang penyakit
yang tidak perlu dan membuat sapi nyaman serta tidak mengalami stress.

Pakan

Pakan sapi limosin adalah faktor penting bagi keberhasilan usaha ternak sapi. Jenis makanannya
sebenarnya tidak jauh berbeda dengan sapi yang lain, tapi mengingat sapi limosin adalah sapi tipe
besar pasti membutuhkan jumlah makanan lebih banyak pula. Peternak pasti ingin sapi limosinnya
gemuk, berkualitas dan sehat tetapi dengan modal seminimal mungkin, sehingga keuntungan yang
didapat lebih besar.

Untuk pakan sapi limosin, bisa di berikan pakan hijauan yang berupa rumput, dedaunan hijau dan
leguminosa. Untuk memperkecil biaya produksi, tidak perlu membeli pakan. Pakan bisa di buat
sendiri dengan menanam berbagai jenis rumput dan legume di sekitar kandang seperti rumput gajah
dan rumput gembala yang tingginya bisa mencapai 1 meter. Untuk pemeliharaan rumputnya bisa
memanfaatkan limbah sapi atau kotoran sapi limosin sebagai pupuk. Karena sudah menanam banyak
jenis rumput sehingga setiap hari pakannya harus berbeda – beda jangan sama agar si sapi tidak
bosan. Memberi makannya tidak hanya sekedar di berikan begitu saja, rumput yang di hasilkan di
olah menggunakan mesin pencacah rumput untuk memotong rumput agar si sapi tidak kesulitan
dalam mencerna makanan.

pakan sapi limousin

Selain itu, untuk mencapai berat yang di inginkan, di berikan juga konsentrat (pakan tambahan) agar
serta vitamin agar sapi nafsu makan dan tetap sehat. Konsentrat sering juga di kenal sebagai bahan
pakan ternak yang memiliki kadar karbohidrat, nutrisi protein, maupun kadar serat kasar yang cukup
rendah di bawah 18%. Agar dapat membuat konsentrat yang berkualitas baik dengan biaya murah
bisa di gunakan bahan alami hasil pengolahan pertanian, seperti bekatul atau dedak padi atau juga
bisa di ganti dengan batang rumbia yang mengandung sagu rumbia. Ada juga yang memberikan
ampas tahu dan ampas singkong. Sebaiknya berikanlah pakan konsentrat 2 – 3 jam sebelum di beri
pakan hijau.

Jangan lupa untuk selalu menjaga kebersihan tempat pakan dan minum. Pilihlah tempat pakan dari
bahan yang aman dan tidak melukai si sapi misalnya bahan dari kayu atau bisa juga di buat permanen
menggunakan tembok yang dibuat persegi panjang. Sedangkan untuk tempat minumnya pilihlah dari
bahan plastik, berupa ember yang tidak mudah pecah serta mudah untuk dibersihkan dan diganti
airnya.

Bibit

Bibit sapi limosin adalah faktor kunci keberhasilan penggemukan, tanpa bibit yang bagus usaha
penggemukan yang kita jalani berbulan – bulan akan menghasilkan keuntungan yang sedikit.
Sedangkan untuk pemilihan bibit yang akan di gunakan untuk beternak sapi limosin unggul pada
intinya juga sama.

1. Pilihlah yang berkelamin jantan karena lebih cepat tumbuh dan bobotnya saat dewasa bisa
mencapai 2 kali lipat dari betinanya, sehingga daging lebih banyak dan lebih mahal. Tapi kalau mau
pelihara untuk di kembang biakan bisa di beli jantan dan betinanya.

2. Perhatikan proporsi badannya, pilihlah yang ukuran kepalanya lebih besar tapi seimbang dengan
tubuhnya.

3. Pilihlah yang lehernya besar, tebal, kuat dan bergelambir. Bentuk ekor yang pendek dan gepeng
serta tanduk yang bersih.

4. Perhatikan pula moncong atau hidungya, sapi yang berkualitas baik memiliki moncong yang
berwarna hitam mengkilat dan selalu menjorok ke depan serta terkadang mengeluarkan lendir.

5. Perhatikan pantatnya, harus bersih tidak terdapat kotoran yang mencirikan sistem pencernaannya
sehat. Bentuk pantat yang besar dan lebar

6. Perut dan tulang rusuk sapi limosin sebaiknya dipilih yang tidak melengkung ke dalam, karena itu
artinya sapi terlihat seperti kurang berisi.

7. Matanya cerah dan terlihat terang. Kulitnya bersih dan mengkilat, bisa menjadi pertanda si sapi
dalam kondisi yang sehat.

8. Sapi limosin jantan memiliki 2 testis dan yang betina memiliki 4 buang puting.

9. Kaki sapi limosin terlihat normal dan tidak cacat (tidak pincang).

10. Tulang bagian punggung harus datar atau sejajar, tidak boleh bengkok atau melengkung.

Untuk menjamin keaslian dari sapi limosin, mintalah jaminan sertifikat yang menyatakan asal usul
sapi yang mau kita pelihara. Karena setiap garis keturunan dari sapi ini punya nilai tersendiri, ada
sapi hasil kawin campuran dan ada sapi yang murni keturunan jenis limosin. Jangan sepelekan
masalah ini karena saat sapi bertumbuh besar, barulah bisa terlihat keaslian jenisnya. Selain itu,
sertifikat sangat di rekomendasikan bagi kamu yang memang sangat berniat untuk membuka usaha
jual – beli sapi limosin agar pelanggan percaya dan respek dengan sapi limosin yang kamu jual.

Perawatan

Secara rutin potonglah kuku sapi, karena pada kondisi tertentu kuku sapi yang terlalu panjang bisa
membuat sapi tidak nyaman dan menyebabkan kakinya sakit. Kalau mau menggembalakannya
sebaiknya sapi di ikat di tiang atau tempat tambatan, serta pilihlah tempat yang lapang dan rumput
tumbuh subur untuk makan sapi limosin anda. Sebaiknya sapi di gembalakan pada waktu yang tepat,
saat siang atau sore hari. Jika pagi hari, rumputan yang jadi pakannya masih basah karena embun dan
ini bisa membuat si sapi kembung atau diare. Mandikan sapi setiap hari untuk menjaga kebersihan
dan kesehatan sapi limosin.
Sapi juga perlu di berikan obat cacing, vaksin dan antibiotik agar sehat, bugar dan terhindar dari
berbagai macam penyakit. Walaupun sapi limosin adalah jenis sapi yang tahan terhadap penyakit
tetapi obat cacing, vaksin serta antibiotik tetap bisa di berikan.

Masa Panen dan Perkembangbiakkan

Sapi limosin sudah bisa di panen atau di jual jika beratnya sudah mencapai 400 – 500 kg. Sebagai
sapi yang pertumbuhan dan perkembangannya cepat, maka sudah bisa di panen setelah 100 hari, itu
apabila di lakukan pemeliharaan dengan baik dan benar. Ada juga yang memeliharanya sampai
beratnya mencapai 1 ton lebih, butuh waktu sekitar 2 tahunan untuk memeliharanya. Pemeliharaan
yang berlangsung lama bertujuan untuk membesarkan dagingnya sehingga harga jualnya pun
semakin tinggi dan keuntungan yang di peroleh semakin besar pula. ( baca: Metode umum beternak
sapi, dapatkan anakan berkualitas )

sapi limousin

Jika kita membeli bibitannya lengkap jantan dan betina, sebaiknya yang di jual atau yang di potong
adalah limosin yang berkelamin jantan karena bobotnya lebih besar sehingga harga jualnya lebih
tinggi. Sedangkan yang berkelamin betina kita pelihara kembali untuk berkembang biak dengan
penjadwalan secara berkala untuk di lakukannya inseminasi buatan. Biasanya inseminasi buatan di
lakukan setiap 3 bulan setelah si sapi betina melahirkan, sedangkan masa kehamilannya kurang lebih
9 bulan. Dalam setiap kelahiran, bisa menghasilkan 1 – 2 ekor anak sapi. Sehingga setiap jangka
waktu tertentu, akan selalu ada sapi – sapi baru yang di lahirkan.
Harga

Harga sapi Limosin masih di taraf yang cukup tinggi tapi sebanding dengan kualitas dan jumlah
daging yang di hasilkan. Umumnya harga jual sapi limosin sekitar dua kali lipat dari harga sapi
pedaging biasa dan menjelang hari raya seperti sekarang ini harganya bisa mencapai 3 kali lipatnya.
Harga yang seekor sapi limosin bisa di pakai untuk membeli beberapa ekor sapi Jawa.

Harga sapi limosin bisa berubah sewaktu – waktu dan berbeda di setiap daerah. Berikut adalah harga
sapi limosin terbaru, untuk tahun 2016.

Harga bakalan sapi limosin usia 4 bulan saja sudah di jual berkisar 15 jutaan.

Usia 5 – 6 bulan dengan bobot sekitar 400 kg di jual berkisar 23 jutaan.

Usia 6 – 8 bulan dengan bobot sekitar 600 kg di jual berkisar 40 jutaan.

Usia 8 – 10 bulan dengan bobot sekitar 800 kg di jual berkisar 65 jutaan.

Sedangkan untuk sapi limosin 1 – 2 tahun yang berbobot 1 ton lebih harganya bisa di atas 100 juta.

Harga tertinggi sapi limousin dapat kalian lihat disini

Sungguh fantastis bukan untung yang bisa kamu dapat kalau memelihara bibitannya yang di beli
seharga 15 jutaan kemudian di kembang biakkan menjadi sapi dewasa yang seberat 1 ton dan di jual
dengan harga 100 juta ke atas

Anda mungkin juga menyukai