Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta adalah pasar yang

besar untuk produk daging. Konsumsi daging setiap tahunnya meningkat sebesar

4,2% per kapita. Kebutuhan ini semakin tinggi dengan adanya permintaan daging

kurban pada hari Raya Idul Adha. Peningkatan konsumsi daging tersebut belum

dapat diimbangi oleh peningkatan produksi. Apalagi, konstribusi daging

ruminansia kecil pada konsumsi daging nasional hanya sebesar 6%.

Ternak hewan ruminansia berukuran kecil seperti kambing memiliki

potensi cukup besar untuk dikembangkan sebagai sumber pedaging. Beberapa

keuntungan beternak kambing, di antaranya hewan ini mudah beradaptasi dengan

lingkunagn, dapat dipelihara di daerah kering (marjinal), kebutuhan modal lebih

rendah dibandingkan hewan ternak ruminansia besar seperti sapi dan kerbau.

Untuk memenuhi kebutuhan daging kambing dan domba pada masa yang akan

datang, salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan

ternak kambing maupun domba secara konsepsional. Ada beberapa permasalahan

yang dihadapi peternak, yaitu kurang lengkapnya informasi pasar akan sumber

bibit yang bagus, cara beternak kambing ataupun domba yang benar, serta belum

dimanfaatkannya potensi kambing dan domba, potensi pasar dan potensi sumber

daya manusia secara optimal.

Kambing merupakan salah satu jenis ternak yang cukup digemari dan telah

menyatu dengan kehidupan masyarakat, namun skala usahanya masih terbatas

dengan sistem pemeliharaan dan perkembangbiakan yang masih tradisional.

ASMIAR PUSPA SARI (I 111 12 010) 1


Meskipun secara tradisional telah memberikan hasil yang lumayan, jika

pemeliharaannya ditingkatkan (menjadi semi intensif atau intensif), pertambahan

berat badannya dapat mencapai 50-150 gr/hari maka hasilnya akan meningkat dan

dapat dijadikan cabang usaha tani ataupun usaha pokok di mana Produksi yang

dihasilkan dari ternak kambing atau domba yaitu daging, susu, kulit, bulu, dan

kotoran sebagi pupuk yang sangat bermanfaat. Dengan mengelompokkan bangsa-

bangsa kambing dan dengan mengetahui karakteristik dari masing-masing ternak

maka kita dapat meningkatkan produksi ternak dan menjadikan peternak yang

sukses maka hal inilah yang melatarbelakangi di buatnya makalah ternak

kambing.

II.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu untuk mengetahui

sejarah asal usul, ciri-ciri, karakteristik dan bentuk adaptasi dari macam-macam

ternak kambing, dapat mengetahui sistem atau manajemen pemeliharaan dari

ternak kambing serta mengetahui kentungan beternak kambing.

II.3 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai

berikut:

1. Jenis-jenis ternak kambing ?

2. Tatalaksana beternak kambing ?

3. Bagaimana pengendalian Penyakit ternak kambing ?

4. Apa saja kentungan beternak kambing ?

ASMIAR PUSPA SARI (I 111 12 010) 2


BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Jenis-jenis Ternak Kambing


1. Kambing Kacang

Kambing Kacang adalah ras unggul yang pertama dikembangkan di

Indonesia (Purnama,B.2008).

Menurut Purnama,B (2008) yaiut ciri-ciri kambing kacang :

1) Tubuh kambing relatif kecil dengan kepala ringan dan kecil.

2) Telinganya tegak, berbulu lurus dan pendek.

3) Pada umumnya memiliki warna bulu tunggal putih, hitam, coklat, atau

kombinasi ketiganya.

4) Kambing jantan maupun betina memiliki dua tanduk pendek.

5) Berat tubuh jantan dewasa dapat mencapai 30 kg, serta betina dewasa

mencapai 25 kg.

6) Tinggi yang jantan 60 – 65 cm, sedangkan yang betina 56 cm.

7) Memiliki bulu pendek pada seluruh tubuh, kecuali pada ekor dan dagu, pada

kambing jantan juga tumbuh bulu panjang sepanjang garis leher, pundak dan

punggung sampai ekor dan pantat.

Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia yang dapat pula

ditemukan di Malaysia dan Filipina. Perkembangan kambing Kacang sangat

cepat, bahkan pada umur 15-18 bulan sudah dapat menghasilkan keturunan.

Kambing ini cocok digunakan sebagai penghasil daging dan kulit. Kambing

kacang bersifat prolifik (sering melahirkan kembar 2 atau 3), lincah, tahan

terhadap berbagai kondisi, dan mampu beradaptasi dengan baik di berbagai

ASMIAR PUSPA SARI (I 111 12 010) 3


lingkungan yang berbeda, termasuk dalam kondisi pemeliharaan yang sangat

sederhana. Bulu kambing kacang cukup pendek dan berwarna hitam, coklat, putih

atau campuran ketiga warna tersebut (Purnama,B.2008).

2. Kambing PE (Peranakan Etawa)

Kambing ini merupakan hasil persilangan kambing Etawa (asal India)

dengan kambing lokal / Kacang. Kambing PE dimanfaatkan sebagai penghasil

daging dan susu (perah). Penampilan kambing PE mirip dengan kambing ettawa,

tetapi peranakan tubuhnya lebih kecil. Peranakan yang penampilannya mirip

kambing kacang disebut bligon atau jawarandu yang merupakan tipe bligon atau

jawarandu yang merupakan tipe pedaging (Nursiam,I.2010).

Karakteristik kambing PE, antara lain bentuk muka cembung melengkung

dan dagu berjanggut, terdapat gelambir di bawah leher yang tumbuh dari sudut

janggut, telinga panjang, lembek, menggantung, dan ujungnya agak berlipat,

ujung tanduk agak melengkung, tubuh tinggi, pipih, bentuk garis punggung

mengombak ke belakang sedangkan bulu tumbuh panjang di bagian leher,

pundak, punggung, dan paha. Bulu paha panjang dan tebal (Nursiam,I.2010).

ASMIAR PUSPA SARI (I 111 12 010) 4


Ciri-ciri kambing Peranakan Etawa (PE) yaitu :

1. Warna bulu belang hitam, putih, merah, coklat dan kadang putih.

2. Badannya besar sebagaimana Etawa, bobot yang jantan bisa mencapai 91 kg,

sedangkan betina mencapai 63 kg.

3. Telinganya panjang dan terkulai ke bawah, bergelambir yang cukup besar

4. Dahi dan hidungnya cembung.

5. Kambing jantan maupun betina bertanduk kecil/pendek.

6. Daerah belakang paha, ekor dan dagu berbulu panjang

7. Kambing Etawa mampu menghasilkan susu hingga tiga liter per hari.

3. Kambing Boer

Kambing Boer aslinya berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak

teregristrasi selama lebih dari 65 tahun. Kata “Boer” artinya petani. Kambing

Boer merupakan kambing pedaging yang sesungguhnya karena pertumbuhannya

yang sangat cepat. Pada umur 5-6 bulan, berat badan kambing ini sudah mencapai

35-45 kg dan sudah siap untuk dipasarkan. Namun, jika dibiarkan sampai usia

ASMIAR PUSPA SARI (I 111 12 010) 5


dewasa (2-3 tahun), bobot badan kambing jantan bisa mencapai 120 kg

(Nursiam,I.2010).

Kambing boer bertubuh panjang dan lebar, keempat kaki sangat pendek,

warna kulit cokelat, berbulu putih, berkaki pendek, berhidung cembung,

bertelinga panjang menggantung, serta kepala berwarna cokelat kemerahan atau

cokelat muda hingga cokelat tua. Beberapa kambing boer memiliki garis putih ke

bawah di wajahnya. Kambing ini mudah beradaptasi dengan lingkungan baru, dan

memiliki daya tahan tubuh yang sangat bagus (Nursiam,I.2010).

Kambing boer yang ada di Indonesia sudah banyak mengalami persilangan

dengan kambing lokal Indonesia. Istilah “kambing boer bangsa murni” akan

digunakan oleh registrasi kambing boer Indonesia jika seekor kambing sudah

mencapai paling tidak generasi kelima baik dari sisi induk maupun pejantan,

berdasarkan catatan silsilahnya. Salah satu contoh hasil persilangan kambing boer

adalah boerka yang merupakan hasil persilangan dengan kambing kacang

(Nursiam,I.2010).

ASMIAR PUSPA SARI (I 111 12 010) 6


II.3 Pengendalian Penyakit Ternak Kambing

Tindakan pertama yang dilakukan pada usaha pemeliharaan kambing

adalah melakukan pencegahan terjangkitnya penyakit pada ternak. Beberapa

langkah pencegahan adalah sebagai berikut : (Lara,2010)

 Lahan yang digunakan untuk memelihara kambing harus bebas dari penyakit

menular.

 Kandang kambing harus kuat, aman dan bebas penyakit. Apabila digunakan

kandang bekas kambing yang telah terserang penyakit, kandang cukup

dicucihamakan dengan disinfektan, kemudian dibiarkan beberapa saat. Apabila

kandang tersebut bekas kado sehat cukup dicuci dengan air biasa.

 Kambing yang baru masuk sebaiknya dimasukkan ke kandang karantina dulu

dengan perlakuan khusus. Ternak yang diduga bulunya membawa penyakit

sebaiknya dimandikan dan digosok dengan larutan sabun karbol, Neguvon,

Bacticol Pour, Triatex atau Granade 5% EC dengan konsentrasi 4,5 gram/3

liter air. Untuk membasmi kutu, Kado dapat juga dimandikan larutan Asuntol

berkonsentrasi 3-6 gram/3 liter air.

 Kandang dan lingkungan tidak boleh lembap dan bebas dari genangan air.

Kelembapan yang tinggi dan genangan air mengakibatkan perkembangan

nyamuk atau hewan sejenis yang menggigit dan menghisap darak ternak.

Beberapa penyakit yang dapat menyerang Kambing dan domba adalah : 1)

Penyakit parasit (kudis, kutu, cacingan); 2) Penyakit Bakterial (Antarks, Cacar

mulut, Busuk Kuku); 3) Penyakit Virus (Orf); 4) Penyakit lain (Keracunan

sianida, Kembung Perut, Keguguran). Hal penting dalam pengendalian penyakit

ASMIAR PUSPA SARI (I 111 12 010) 7


adalah meningkatkan kesehatan ternak dan kebersihan kandang dan lingkungan

sekitarnya serta monitoring/pengamatan yang kontinyu pada ternak sehingga

apabila terdapat gejala penyakit, segera dapat diketahui jenis penyakit tersebut dan

cara pencegahan dan pengobatannya (Lara,2010)

II.4 Keuntungan Beternak Ternak Kambing

Menurut Lara (2010) terdapat beberapa keuntungan beternak kambing

adalah :

1. Tidak memerlukan tempat yang luas, cukup dengan kandang yang kecil dan

sederhana.

2. Pemeliharaannya mudah dan tidak memerlukan banyak tenaga.

3. Makanannya sederhana dan mudah didapat.

4. Kambing cepat berkembang biak karena, mempunyai anak lebih dari satu

ekor setiap kali melahirkan dan anaknya cepat besar.

5. Kambing dipelihara sebagai tabungan dan mudah dijual bilamana pemiliknya

memerlukan uang.

6. Selain menghasilkan daging, akan diperoleh pula hasil lain berupa kulit dan

kotoran yang baik untuk pupuk.

7. Modal yang diperlukan untuk pemeliharaannya relatif tidak begitu besar.

BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Kambing merupakan salah satu jenis ternak yang cukup digemari dan telah

menyatu dengan kehidupan masyarakat, namun skala usahanya masih terbatas

ASMIAR PUSPA SARI (I 111 12 010) 8


dengan sistem pemeliharaan dan perkembangbiakan yang masih tradisional. Jenis

kambing seperti kambing Kacang, kambing PE (Peranakan Etawa) dan kambing

Boer sedangkan hal-hal yang harus di perhatikan di dalam beternak kambing yaitu

memilih bibit yang berkualitas, memahami waktu kawin, memahami penangan

kelahiran, perawatan anak/pedet ternak kambing, pemahaman lama penyususan

dan pemahaman umur kambing. Manajemen pemeliharaan ternak kambing

meliputi perkandangan, pakan dan tatalaksana reproduksi di dalam manajemen

pemeliharaan pun harus memerhatikan pengendalian penyakit di mana terlebih

dahulu melakukan pencegahan sebelum terjangkitnya penyakit yaitu lahan yang di

gunakan harus bebas dari penyakit menular, kandang kambing harus kuat, aman

dan bebas penyakit, kambing yang baru masuk pun harus melakukan karantina

dan kandang ataupun lingkungan tidak boleh lembap, bebas dari genangan air

serta di lakukan vaksinasi secara teratur.

III.2 Saran

Adapun saran dari makalah ternak kambing ini adalah pemberian

pemahaman kepada masyarakat terntang tatalaksana dari ternak kambing seperti

pemilihan pakan yang baik, serta penanganan waktu kawin agar lebih produktiv.

Penanganan penyakit pada ternak kambing harus lebih dioptimalkan utamanya

pada saat musim dingin. Keuntungan beternak kambing bukan saja berdampak

pada kelompok profit tetapi akan lebih kepada jaringan ternak dan komunitas

peternak serta ilmu yang luas.

ASMIAR PUSPA SARI (I 111 12 010) 9


DAFTAR PUSTAKA

Iqra. 2010. Cara Beternak Kambing.http://iqra5.blogspot.com/2010/08/cara-cara-


beternak-kambing.html. Diakses pada tanggal 12 Desember 2014.

ASMIAR PUSPA SARI (I 111 12 010) 10


Nursiam, I. 2010. Tipe – Tipe Kambing Potong di Indonesia. http://www.
kambingakikah.com/tag/kambing/page/2/.Diakses tanggal 12 Desember
2014.

Purnama, B. 2008. Kambing Kacang Sebagai Penghasil Daging. http://alveoli.


wordpress.com/2008. Diakses pada tanggal 12 Desember 2014.

Santoso, P. 2011. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Kambing Potong. IPB.


Bogor.

Wello, B. 2012. Produksi Ternak Potong dan Kerja. Masagena Press. Makassar.

Tugas Individu
Manajemen Ilmu Ternak Potong

ASMIAR PUSPA SARI (I 111 12 010) 11


TERNAK KAMBING

Nama : Asmiar Puspa Sari

Nim : I 111 12 010

Kelas : B (Genap)

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014

ASMIAR PUSPA SARI (I 111 12 010) 12

Anda mungkin juga menyukai