Anda di halaman 1dari 8

USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG

A. Pendahuluan
Usaha penggemukan sapi potong merupakan salah satu peluang usaha yang
prospektif yang dapat dikembangkan di Kabupaten Subang. Hal ini dilatarbelakangi oleh
semakin meningkatnya kebutuhan akan konsumsi daging di Indonesia dari tahun ke
tahun, sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan rata-rata kualitas hidup
masyarakat serta semakin tingginya kesadaran dari masyarakat untuk mengkonsumsi
pangan dengan kualitas baik dan kuantitas yang cukup.
Usaha penggemukan sapi potong juga relevan dengan upaya pelestarian
sumberdaya lahan. Kotoran sapi yang diperoleh selama masa penggemukan, selain
volumenya yang cukup besar juga memiliki berbagai kandungan senyawa dan
mikroorganisme yang dapat digunakan untuk memperbaiki tekstur dan kesuburan tanah.
Dalam tinjauan makro, pengembangan usaha penggemukan sapi juga merupakan salah
satu upaya penghematan devisa. Pengembangan usaha penggemukan sapi merupakan
salah satu upaya substitusi impor. Dengan demikian usaha penggemukan sapi sangat
layak dalam tinjauan mikro, dan sangat terpuji dalam pandangan makro
Usaha pemeliharaan sapi saat ini bertujuan untuk penggemukan (fattening).
Sistem pemeliharaan untuk tujuan penggemukan dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu :
1. Penggemukan dry lot fattening, cara penggemukan dengan pemberian pakan penguat
yang terdiri dari : biji-bijian, jagung serta hasil ikutan produk pertanian seperti katul,
bungkil kelapa dan bungkil kacang. Pada pola ini ternak dikandangkan terus menerus
2. Penggemukan pasture fattening, cara penggemukan dengan cara melepas ternak di
padang penggembalaan
3. Penggemukan campuran, merupakan perpaduan antara dry lot fattening dan pasture
fattening. Selain digembalakan juga diberi pakan penguat (konsentrat).
Jenis Ternak Sapi Potong
Jenis sapi potong yang sudah dikenal di Indonesia antara lain : sapi tropis (sapi
Madura, Bali, Ongole dan Brahman), sapi subtropis (Simental, Limousin, Shorthorn,
Hereford, Charolais, Aberdeen Angus) dan sapi persilangan (Brahman Cross). Sapi
potong memiliki ciri seperti tubuh berbentuk persegi empat/balok, kualitas daging
maksimum, laju pertumbuhan cepat, cepat dewasa dan efesiensi pakan tinggi.
Pemilihan Bibit/Bakalan Sapi Potong

Keberhasilan budidaya sapi potong sangat tergantung pada pemilihan bibit dan
pemeliharaan yang baik. Bakalan untuk penggemukkan umumnya jantan. Bibit harus
sehat, tidak cacat, dada dalam dan lebar, tidak kurus, mempunyai perimbangan tubuh
yang harmonis, untuk pejantan mempunyai testis yang normal dan berumur setidaknya
2 tahun (sudah siap bereproduksi) dengan bobot badan sekitar 250-300 kg (sapi PO).
Pemilihan Lokasi dan Konstruksi Kandang
Lokasi kandang harus strategis, dekat dengan lokasi pertanian dan perkebunan
agar terjalin integrasi tanaman-ternak, cukup jauh ( 50 m) dari pemukiman, memiliki
sumber air bersih dan dekat dengan jalan. Konstruksi kandang harus kuat, luasan
memenuhi syarat, sirkulasi udara dan sinar matahari cukup, drainase limbah baik, mudah
dibersihkan, lantai rata, tidak licin, tidak kasar, mudah kering, tahan injak, terdapat
tempat pakan dan minum.
Ada 2 tipe kandang :
1) Kandang koloni ; terdiri dari satu ruangan untuk memelihara ternak dalam jumlah
banyak. Kandang seukuran 8 x 9 m dapat menampung 20 ekor sapi.
2) Kandang tunggal; terdiri dari satu ruangan, digunakan untuk memelihara satu ekor
ternak, Kandang 4 m2/ekor .
Pakan Ternak Sapi
Dalam usaha budidaya ternak, hewan ternak membutuhkan zat makanan yang
mengandung protein dan energi. Pakan ternak ruminansia meliputi hijauan rumputrumputan sebagai sumber energi dan hijauan leguminosa sebagai sumber protein serta
dapat disertakan pakan tambahan konsentrat. Kebutuhan kebutuhan hijauan segar 10%
dari bobot badan, sedangkan pakan konsentrat sebanyak 12 % dari bobot badan.
Konsentrat merupakan pakan tambahan yang mempunyai kadar serat rendah dan kadar
energi tinggi. Hijauan rumput yang biasa dijadikan pakan ternak seperti rumput alam,
rumput gajah (Pennisetum purpureum), rumput setaria (Setaria sphacelata), rumput
benggala, rumput raja (Pennisetum purpureophoides). Sedangkan jenis leguminosa
seperti lamtoro (Leucaena leucocephala), kaliandra (Calliandra calothyrsus Meissn),
gamal (Gliricidia sepium), turi (Sesbania grandiflora), albesia. Sisa hasil pertanian yang
dapat dijadikan sumber hijauan pakan ternak seperti jerami padi, daun dan tongkol
jagung, jerami kacang tanah. Jerami padi mempunyai kadar serat yang tinggi dan kadar
energi rendah sehingga nilai cernanya rendah. Untuk itu diperlukan suatu perlakuan agar

mudah dicerna yaitu dengan proses fermentasi.Produktivitas ternak ruminansia dapat


diperbaiki dengan memanfaatkan mikroorganisme probiotik dalam pakan guna
meningkatkan kualitas pakan dan memperbaiki kondisi rumen.
Ada dua cara pengolahan hijauan pakan ternak yaitu melalui pengawetan dan melalui
teknologi pengkayaan nutrisi (khusus untuk limbah hasil pertanian/perkebunan).
Pengolahan Limbah Ternak
Disamping menghasilkan produk utama berupa daging, usaha peternakan juga
menghasilkan produk sampingan berupa limbah kotoran ternak (feses). Setiap harinya,
seekor sapi menghasilkan kotoran 10-15 kg. Pada peternakan skala kecil mungkin hal ini
tidak begitu berpengaruh karena jumlahnya yang sedikit. Akan tetapi pada usaha
peternakan skala besar limbah dapat menimbulkan masalah bagi pelestarian lingkungan
bila tidak ditangani dengan benar. Karena itu, perlu dilakukan pengolahan limbah secara
tepat dan ramah lingkungan.
Selama ini, limbah ternak dapat diolah untuk dijadikan kompos dan sebagai bahan baku
penghasil biogas. Dengan adanya pengolahan limbah ternak ini selain dapat mengatasi
masalah lingkungan juga dapat memberikan nilai tambah bagi peternak karena
mempunyai nilai ekonomis. Pembuatan kompos dapat mendukung kegiatan pertanian
untuk mengembalikan kesuburan lahan. Adapun pembuatan biogas dapat dijadikan
alternatif pengganti sumber energi yang tidak dapat diperbaharui seperti bahan bakar
fosil. Selain menghasilkan gas metan, biogas juga menghasilkan pupuk organik padat
dan pupuk organik cair.
Penanganan Penyakit
Beberapa jenis penyakit yang dapat menyerang pada sapi, yaitu :
a. Foot Root (kuku busuk). Disebabkan oleh infeksi bakteri / kuman Fusobacterium
necrophorus dan Fusiformis nodosus pada daerah kuku. Pengobatan dilakukan
dengan cara membersihkan jaringan mati/busuk di kuku, kuku dipotong sampai
bagian sehat terlihat, kemudian direndam dalam cairan desinfektan seperti formalin
10%, dan diperban.
b. Septichaemia Epizooticae (SE / ngorok). Penyakit ini menular akibat bakteri
Pasteurella multocida. Pencegahan dilakukan dengan vaksinasi dan pengobatan dapat
digunakan antibiotik streptomisin, teramisin atau aeromisin.

c. Malighnant Catarrhal Fever (MCF/ingus jahat). Disebabkan oleh virus herpes dan
merupakan suatu penyakit infeksi. Pengobatan belum ada, untuk mencegah infeksi
sekunder dapat diberikan antibiotik berspektrum luas, tidak menempatkan kandang
ternak sapi dekat dengan kandang domba.
d. Anthrax (radang limpa / cenang hideung). Bersifat menular dan merupakan penyakit
zoonosis yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis. Pencegahan dilakukan di
daerah yang pernah terjadi penyakit dengan vaksinasi. Sedangkan pengobatan yang
efektif yaitu dengan memberikan antiserum homolog dan dapat juga dikombinasikan
dengan antibiotik penisilin atau streptomisin.
e. Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Merupakan penyakit sangat menular pada hewan
berkuku genap yang disebabkan oleh virus. Pengendalian dapat dilakukan dengan
vaksinasi hewan-hewan rentan dan pengobatan dengan antibiotik dapat diberikan
untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder
B. Informasi tentang kondisi dan permintaan pasar
Kegiatan usaha penggemukan sapi potong dimulai dari membeli sapi bakalan
jantan berumur 2-2,5 tahun, usaha dirancang untuk menghasilkan 20 ekor sapi PO
(peranakan ongole) setiap periode penggemukan untuk digemukkan selama 3-4 bulan,
kemudian dijual kembali. Berbeda dengan usaha pembibitan, dimana kegiatannya dimulai
dengan memelihara sapi induk hingga dewasa dan menghasilkan pedet/bibit-bibit baru
sapi bakalan untuk digemukkan.
Dengan demikian, perputaran modal pada usaha penggemukan akan jauh lebih
cepat dibanding usaha pembibitan. hanya dalam waktu 3-4 bulan, peternak sudah bisa
menjual sapi potong-nya kembali dan mendapatkan keuntungan. Permintaan ini
meningkat menjelang hari raya. Terutama, jika dijual pada hari raya besar ( seperti Idul
Fitri dan Idul Adha), keuntungannya bisa lebih besar lagi.
Belum lagi dengan besarnya keuntungan yang akan diperoleh peternak jika dapat
menggemukan sapi dengan pemberian pakan yang lebih efisien. Contohnya dengan
memberi pakan berupa konsentrat dan limbah pertanian, peternak dapat menghemat biaya
pakan. Di samping itu, penjualan kotoran sapi sebagai pupuk kompos dapat memberikan
keuntungan tambahan.
Di sisi lain, usaha penggemukan sapi potong nampaknya akan terus mempunyai
peluang yang baik. Hingga saat ini pasar daging sapi Indonesia masih terus kekurangan
pasokan.

C. Besarnya Permintaan yang akan dipenuhi


Peluang peningkatan bisnis ternak sapi untuk pasar domestik sangat terbuka luas.
Ternak sapi secara periodik memiliki permintaan yang tinggi yaitu menjelang Hari Raya
Qurban. Selain itu ternak sapi juga dapat dikembangkan untuk pemenuhan kebutuhan
konsumsi daging harian.
Target pemasaran sapi penggemukan adalah untuk mengisi kebutuhan pasar lokal
Subang dan beberapa RPH (Rumah Potong Hewan), yang cukup intens di daerah Subang
adalah Rumah Potong Hewan Bina Mentari Tunggal (RPH-BMT) dengan total
permintaan sapi perhari antara 50-100 ekor, dalam kondisi lebaran mencapai 100-120
ekor, sedangkan kapasitas RPH mencapai 250 ekor per hari. Namun demikian jumlah
produksi tersebut masih belum memenuhi permintaan untuk pasar. Sehingga dalam
rencana usaha ternak penggemukan sapi potong ini ditargetkan untuk mengisi kebutuhan
pasar sapi siap potong untuk rumah potong hewan (RPH).
D. Siapa Konsumennya, dimana, berapa banyak
Pemasaran sapi penggemukan adalah beberapa RPH (Rumah Potong Hewan)
seperti Rumah Pemotongan Hewan (RPH) milik pemerintah yang masih digunakan di
Kabupaten Subang tercatat sebanyak 3 buah yang terletak di Kecamatan Subang,
Kecamatan Pagaden dan Kecamatan Ciasem, yang cukup intens di kabupaten Subang
adalah RPH swasta Bina Mentari Tunggal (RPH-BMT) , di samping itu di Kabupaten
Subang tercatat 10 buah pasar hewan yang tersebar di 10 kecamatan yaitu Subang,
Jalancagak, Sagalaherang, Cisalak, Tanjungsiang, Purwadadi, Pabuaran, Pagaden,
Pamanukan dan Ciasem

ANALISIS KEUANGAN
Asumsi Keuangan

Usaha dirancang untuk menghasilkan 20 ekor sapi PO ( peranakan ongole) setiap periode
penggemukan.

Satu ekor sapi membutuhkan luas kandang individual 4 m2, sehingga luas kandang yang
dibutuhkan 80 m2 (biaya 1 m2 = Rp 250.000,00),

Total biaya pembuatan kandang Rp 20.000.000,00.


Dengan masa pakai 10 tahun maka biaya penyusutan per tahun = Rp 2.000.000,00
atau per 90 hari masa penggemukan = Rp. 500.000,00

Sapi digemukan selama 90 hari. Berat awal sapi bakalan rata-rata 300 kg dengan harga
per kg Rp. 17.000,00.

Pertambahan berat badan harian yang diinginkan adalah 0.5 kg per hari, sehingga berat akhir
sapi setelah masa penggemukan 90 hari adalah 345 kg.
Maka total pendapatan adalah 20 ekor x 345 x Rp. 17.000,00 =

Rp.117.300.000,00

Setiap sapi menghasilkan 10 kg kotoran, sehingga selama periode penggemukan 90 hari


seekor sapi menghasilkan 900 kg kotoran dengan harga per kg Rp. 200.

Total pendapatan dari hasil penjualan kotoran sapi 20 ekor x 900 kg x Rp 200,00 =
3.600.000,00
Rencana Investasi
Hasil analisis asumsi keuangan usaha ternak sapi potong volume 20 ekor periode produksi 90
hari dapat dilihat dalam tabel di bawah ini
SATUAN
UNIT

VOLUME

1. Pembuatan Kandang

Meter

80

250.000

20.000.000

2. Pembelian Sapi Bakalan

Ekor

20

5.100.000

102.000.000

3. Pakan Konsentrat

Kg

1800

1.000

1.800.000

4. Pakan Hijauan

Kg

54.000

100

5.400.000

botol

20

50.000

1.000.000

NO

URAIAN

5. Obat-Obatan
Total

HARGA /
UNIT (Rp)

NILAI (Rp)

130.200.000

No.

INVESTASI

JUMLAH (Rp)

1.
2.

Biaya Tetap
Penyusutan Kandang
Penyusutan Peralatan

1.
2.
3.

Biaya Variabel /Produksi


Pembelian sapi bakalan
Pakan konsentrat
Pakan hijauan

1.
2.

Biaya lain-lain
Biaya listrik & Telpon
Transportasi

300.000,00
500.000,00

Total biaya produksi

110.700.000,00

Pendapatan
Penjualan sapi hasil penggemukan
Penjualan kotoran sapi

117.300.000,00
3.600.000,00

Total Pendapatan
Proyeksi laba / rugi (keuntungan)

120.900.000,00
10.200.000,00

1.
2.

500.000,00
200.000,00
102.000.000,00
1.800.000,00
5.400.000,00

Berdasarkan data-data diatas dimana jumlah konsumsi penduduk kabupaten ini sangatlah
besar yaitu 18.650.631 setahunnya untuk memenuhi kebutuhan tersebut Kabupaten Subang
masih mendatangkan pasokan sapi dari luar yaitu sebanyak 19.628 ekor sapi, yang berarti
peluang pasar yang masih sangat besar dan layak untuk dimanfaatkan
Analisi SWOT

Untuk mendirikan suatu usaha penting untuk mengetahui aspek-aspek yang


mempengaruhi usaha tersebut. Aspek-aspek tersebut adalah aspek strength (kekuatan),
aspek weakness (kelemahan), aspek opportunities (peluang pasar), dan aspek threath
(ancaman).
a) Aspek strength (kekuatan) usaha budidaya sapi secara garis besar tidaklah sulit
Kelurahan Karangwangi memeiliki sarana yang mendukung untuk mendirikan usaha
tersebut,

sarana

akses

transportasi,

listrik,

telekomunikasi

sumber

daya

manusia(dengan mengikutsertakan santri sebagai tenaga pengelolanya), akses


keuangan perbankan karena berada daerah perkotaan Kabupaten Subang. Dukungan
kebijakan Pemerintah Kabupaten Subang yang besar terhadap pengembangan

budidaya sapi didaerahnya. Harga jualnya yang stabil daripada ternak lain dan
cendrung terus meningkat.
b) Aspek weaknes (kelemahan) Terbatasnya ketersediaan bibit ternak dan atau bakalan
ternak. Belum adanya pabrik makanan ternak.
c) Aspek opportunities (peluang). Cultur atau budaya masyarakat Subang yang terus
berkembang mengolah daging menjadi beraneka makanan seperti rendang dalam pola
makan kesehariannya.

Untuk mencukupi permintaan pasar daging konsumsi

masyarakat Subang sebagian besar masih didatangkan dari luar Kabupaten Subang
khususnya daging ternak besar (60%). Konsumsi perkapita perhari baru mencapai
8,74 Kg (84,85%) untuk daging (sumber: Dinas Peternakan Kabupaten Subang)
d) Aspek threath (ancaman)Ancaman yang akan selalu ada pada usaha peternakan adalah
serangan wabah penyakit dan harga pakan kosentrat yang kurang stabil

Anda mungkin juga menyukai