Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MANAJEMEN TERNAK SAPI POTONG


Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah manajemen ternak potong
Dosen : Ir. Achmad Sadeli S.Pt., M.Sc., IPM., ASEAN.Eng

Disusun oleh :
KELOMPOK 1
Natascha Nadia Putri Lubis 200304028
Alya Nabilah Siregar 200304055
Muhammad Ryan Maulana 200304112
Sofian Rappaldo Sinaga 200304117
Sanggam Gabriel Pratama Pakpahan 200304157
Zainul Amri 200304169

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ternak sapi potong mencakup berbagai aspek seperti pemilihan bibit, pakan, sanitasi,
manajemen kesehatan, dan reproduksi untuk memaksimalkan produksi daging sapi. Itu
melibatkan perencanaan yang teliti, pengawasan yang baik, dan penyesuaian strategi sesuai
dengan kondisi lingkungan dan pasar.
Sapi potong merupakan salah satu ternak yang potensial, hal ini dapatDilihat dari
permintaan yang cukup tinggi. Negara-negara tropis seperti Indonesia,Ternak sapi umumnya
dipelihara sebagai penghasil daging (sapi potong), dan jugaPenghasil susu (sapi perah).
Pengembangan populasi sapi potong lebih lambatDibandingkan pertambahan jumlah
penduduk Indonesia, sehingga Indonesia harusImpor sapi potong sebanyak 30% dari
kebutuhan daging secara nasional.Ternak sapi potong adalah salah satu jenis ternak penghasil
daging yangMempunyai nilai ekonomis tinggi dan penting artinya bagi kehidupan
masyarakat,Sebab ternak bisa menghasilkan berbagai macam produk guna
mencukupiKebutuhan manusia, terutama sebagai bahan pangan berupa daging. Selain
itu,Terdapat hasil ikutan lain seperti pupuk kandang, kulit dan tulang, serta limbahYang dapat
diolah menjadi barang lain maupun sumber energi dan juga bergunaBagi manusia
(contohnya: pembuatan sepatu kulit, pakan ternak, dan biogas).
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Manajemen Pemilihan Bibit Sapi Potong


Pilih bibit sapi yang sehat, memiliki potensi pertumbuhan baik, dan sesuai dengan tujuan
pemeliharaan. Bibit sapi potong yang akan digunakan sebagai ternak akan sangat menentukan
keberhasilan pengelolaan usaha penggemukan sapi potong. Petani ternak sapi potong
idealnya juga harus tahu betul dengan pengetahuan pembibitan sapi potong dengan model
penggemukan. Informasi yang disampaikan BPTP Jambi dalam menentukan pemilihan bibit
sapi potong yang akan digemukkan dianjurkan memilih bibit sapi potong yang tercatat
sebagai jenis ternak unggul lokal maupun sapi impor atau hasil persilangan.
Hal ini juga dianjurkan Drh. Harjuli Hatmono Msi dalam buku Model Agribisnis Sapi
Pedaging yaitu jenis sapi unggul lokal yaitu sapi PO (Peranakan Ongole), sapi Bali dan sapi
Madura. Sapi unggul impor atau hasil persilangannya yaitu sapi Brahman, sapi Angus, sapi
Ongole dan sapi Siemental yang merupakan hasil dari Inseminasi Buatan ( IB ).
Pemilihan sapi potong bakalan harus mengacu pada pedoman berikut :
Memilih sapi bakalan yang berasal dari keturunan yang memiliki bobot badan dewasa tinggi.
Hal ini akan terkait dengan perkembangan pertumbuhan sapi.
 Memilih sapi jantan yang tidak gemuk atau kurus tetapi sehat. Ternak sehat
terindikasi dari sorot mata yang tajam, tidak sayu, kulit dan bulunya bersih.
 Sebaiknya sapi bakalan dipilih dari lokasi tempat sapi digemukkan agar memudahkan
perawatan karena sapi tidak perlu lagi beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
 Memilih sapi jantan berumur 2 – 2, 5 tahun yang dapat dilihat dari kondisi gigi seri di
rahang bawah yaitu sapi umur 1,5 – 2 tahun memiliki gigi tetap 1 pasang dan pada
sapi umur 2 – 3 tahun gigi tetapnya 2 pasang.
 Dianjurkan memilih sapi dengan bentuk tubuh proporsional, panjang badan dan tinggi
pundak yang optimal.
2.2 Sistem Penggemukan
Keuntungan usaha sapi potong didapatkan dari selisih bobot badan awal dibudidayakan
dengan bobot badan akhir saat sapi potong siap dipasarkan. Artinya ada pertambahan berat
badan sapi yang sangat ditentukan dari jenis sapi, umur, jenis kelamin sapi, ransum pakan
yang diberikan dan pengelolaan sapi potong. Sistem penggemukan sapi potong ada 3 model
yaitu a) Model dry lot fattening, b). Model pasture fattening, c). Model kombinasi dry lot
fattening dan pasture fattening.
 Model Dry Lot Fattening
Penggemukan sapi potong model dry lot fattening, sapi hidup sepanjang waktudi dalam
kandang. Konsekwensi pemilihan penggemukan sapi model dry lot fattening petani ternak
bertanggungjawab menyediakan hijauan pakan ternak dan pakan konsentrat yang dibutuhkan
sapi di dalam kandang. Budidaya sapi potong sapi kereman merupakan contoh penggemukan
model dry lot fattening. Sapi kereman dibudidayakan selama 4-6 bulan ada juga yang 12
bulan dengan pakan utamanya konsentrat berupa ampas tahu, onggok dan bekatul. Meskipun
sudah diberikan konsentrat juga dianjurkan diberikan hijauan pakan ternak yang berguna
untuk menjaga apabila sapi dalam keadaan lapar masih dapat menikmati hijauan pakan
ternak. Hijauan pakan ternak yang diberikan berupa rumput lapangan, limbah pertanian dan
rumput unggul. Dengan sapi mau makan hijauan pakan ternak akan berpengaruh pada
pertambahan berat badan yang pada akhirnya akan memberikan keuntungan bagi petani
ternak sapi potong juga. Perbandingan pemberian konsentrat dan hijauan pakan ternak yang
dianjurkan Edy Rianto dan Endang Purbowati dalam Panduan Lengkap Sapi Potong, jumlah
konsentrat yang diberikan pada sapi 7 kg/ekor dan hijauan pakan ternak 1,5 kg/ekor. Selain
mendapatkan keuntungan dari pertambahan berat badan pada budidaya sapi model dry lot
fattening akan ada nilai tambah yang didapatkan petani ternak sapi yaitu berupa pupuk
kandang yang dihasilkan sapi.
 Model Pasture Fattening
Penggemukan sapi potong model pasture fattening berlaku pada sapi potong yang
dibudidayakan sepanjang hari di padang penggembalaan. Sapi akan kembali ke kandang
pada malam hari atau saat matahari bersinar sangat terik. Penggemukan sapi model pasture
fattening tidak menggunakan konsentrat, artinya sapi potong hanya mendapatkan pakan dari
hijauan pakan ternak yang ada di padang penggembalaan. Untuk bisa menghasilkan hijauan
pakan ternak berkualitas dianjurkan penanaman hijauan pakan ternak berupa rumput unggul
seperti rumput gajah, rumput setaria, rumput raja dan tanaman leguminosa pohon seperti
lamtoro dan gamal. Pada musim kemarau umumnya ketersediaan hijauan pakan ternak di
padang penggembalaan akan berkurang, sapi potong dapat diberikan hijauan pakan ternak
berupa hay. Pembuatan hay dapat disiapkan pada saat ketersediaan hijauan pakan ternak
berlimpah yaitu pada saat musim hujan.
 Model kombinasi Dry Lot Fattening dan Pasture Fattening
Budidaya sapi potong model kombinasi dry lot fattening dan pasture fattening dapat
dilakukan dengan dua cara. Cara pertama dilakukan pada saat musim hujan yaitu sapi
digembalakan di padang penggembalaan dan pada musim kemarau sapi potong berada di
dalam kandang dengan model pemeliharaan dry lot fattening. Cara kedua model
pemeliharaan kombinasi dapat dilakukan pada pemeliharaan sapi potong yang dilepas di
padang penggembalaan di siang hari dan pada malam hari sapi potong berada di dalam
kandang dan diberikan pakan konsentrat.
2.3 Pemberian Pakan
Pakan utama yang diberikan pada sapi potong berupa hijauan pakan ternak yang
berkualitas dan mampu memberikan nilai tambah pada pertambahan berat badan sapi potong.
Berikan pakan dengan komposisi nutrisi yang sesuai untuk usia dan kondisi sapi, termasuk
hijauan, konsentrat, dan suplemen. Rekomendasi yang dianjurkan BPTP Jambi dalam brosur
Manajemen Pengelolaan Penggemukan Sapi Potong (2007) pemberian hijauan pakan ternak
pada sapi potong 10–12% dan pakan konsentrat diberikan 1-2% dari bobot badan sapi
potong. Pemberian ransum pakan sapi potong tidak diberikan sekaligus dalam jumlah yang
banyak. Dianjurkan BPTP Jambi yang juga didukung Edi Rianto dan Endang Purbowati
dalam Panduan Lengkap Sapi Potong (2009) pemberian pakan sapi potong dilakukan tiga kali
sehari yaitu pada pagi hari jam 7–8 sapi potong diberikan sedikit hijauan dan setengah jatah
konsentrat. Jam 12 siang diberikan kembali setengah bagian dari sisa hijauan pakan ternak
dan jam 3 sore jatah sisa konsentrat diberikan kembali pada sapi potong dan pada jam 5 sore
kembali sisa jatah hijauan pakan ternak diberikan kembali pada sapi potong. Dianjurkan
hijauan pakan ternak yang akan diberikan pada sapi potong dicincang terlebih dahulu yang
akan memudahkan sapi potong mengkonsumsi hijauan pakan ternak. Selain pemberian pakan
yang juga harus diperhatikan oleh petani sapi potong adalah memberikan air minum pada
sapi potong yang harus disediakan sepanjang waktu dengan kebutuhan air minum 20-40
liter/ekor/hari.
2.4 Penyediaan Kandang
Kandang bagi sapi potong merupakan tempat kehidupan sapi dan sekaligus sebagai
tempat berlindung dari cuaca panas maupun musim hujan. Pastikan kandang bersih, nyaman,
dan memiliki sistem ventilasi yang baik untuk mencegah penyakit dan stres. Kandang yang
digunakan untuk sapi potong harus memenuhi persyaratan
1) Tata letak lokasi kandang minimal berjarak 10 meter dari rumah petani
2) Lokasi kandang sapi harus dekat sumber air dengan topografi kandang berada di
lahan yang tinggi
3) Lingkungan kandang harus sehat terbebas dari penyakit
4) Kandang harus memenuhi persyaratan ventilasi yang baik.
Kandang sapi potong ada 2 macam yaitu kandang koloni dan kandang tunggal. Kandang
koloni merupakan bangunan kandang yang digunakan untuk penampungan sementara
beberapa ekor sapi bakalan. Ukuran kandang koloni 7 x 9 meter dapat menampung sapi
bakalan 20-24 sapi bakalan. Lamanya waktu sapi bakalan hidup di kandang koloni biasanya
satu minggu sambil menunggu kesiapan kandang tunggal. Kandang tunggal merupakan
bangunan kandang sapi potong untuk satu ekor yang dikelola dengan model kereman yaitu
sapi berada di dalam kandang selama dibudidayakan. Ukuran kandang tunggal 3,75 meter
persegi dengan tinggi kandang 2-2,5 meter.
2.5 Pengendalian dan Pencegahan Penyakit
Sapi potong sehat merupakan faktor penting dalam meraih keberhasilan usaha sapi
potong. Karena itu perlu dilakukan pencegahan dan pengendalian penyakit yang terdiri dari :
1) Vaksinasi pada sapi secara teratur sesuai jenis penyakit yang sering terjadi di wilayah
2) Melakukan pemeriksaan sapi potong secara teratur
3) Melakukan sanitasi lingkungan kendang
4) Melakukan desinfektan pada kandang dan peralatan kendang
5) Menjauhkan sapi potong dari sapi potong lain yang terjangkiti penyakit
6) Mengusahakan lantai kandang sapi dalam keadaan kering
7) Melakukan pengawasan dan pengawalan kesehatan reproduksi sapi potong.
Amati kondisi kesehatan sapi setiap hari, termasuk makanan, minum, dan aktivitasnya.
Tanggapi segera jika ada tanda-tanda penyakit atau ketidaknormalan. Selain melakukan
pencegahan juga perlu waspada pada beberapa penyakit menular dan mematikan seperti
anthraks, penyakit mulut dan kuku, penyakit surra. Penyakit anthraks disebabkan oleh bakteri
Bacillus anthracsis yang hidup dalam tanah dalam bentuk spora. Gejala sapi potong yang
terserang anthraks mengalami sesak nafas, gemetar dan kejang-kejang. Penularan penyakit
anthraks melalui pakan, air minum, serangga, udara dan kontak langsung. Penyakit anthraks
merupakan penyakit zoonosis yaitu penyakit ternak dapat menular pada manusia.
Pencegahan dan pengendalian panyakit anthraks dilakukan melalui vaksinasi serum anthraks
pada sapi yang sehat. Penyakit mulut dan kuku merupakan penyakit yang mematikan dan
cepat menular pada sapi yang lain. Penyakit mulut dan kuku disebabkan Rhinovirus yang
hidup di jaringan otot dan sumsum tulang belakang sapi. Gejala sapi potong yang terinfeksi
penyakit mulut dan kuku pincang atau roboh karena di sekitar kuku kaki sapi bengkak, suhu
badan sapi meninggi. Penularan penyakit mulut dan kuku melalui pakan, air minum,
peralatan dan kandang yang tercemari penyakit mulut dan kuku. Pencegahan dan
pengendalian penyakit mulut dan kuku dilakukan melalui vaksinasi pada sapi potong yang
sehat secara rutin. Penyakit surra disebabkan parasit Trypanosoma certain yang hidup di sel
darah merah sapi potong. Gejala sapi potong terserang penyakit surra terindikasi dari adanya
bulu yang rontok dengan kulit kering kotor dan bersisik serta nafsu makan menurun.
Penularan penyakit surra disebabkan oleh gigitan lalat ternak Tabanus, caplak, kutu dan
nyamuk Anopheles. Pengendalian penyakit dilakukan dengan membasmi serangga penyebar
penyakit melalui penyemprotan pestisida.
2.6 Manajemen Reproduksi yang Efektif
Efektifitas manajemen reproduksi pada ternak potong sapi dapat membantu
meningkatkan produktivitas dan kesehatan ternak. Berikut adalah beberapa cara untuk
melakukan manajemen reproduksi yang efektif pada ternak potong sapi:
1. Pemantauan siklus berahi: Pada ternak sapi perah, sapi potong, dan kerbau, siklus
berahi dapat dilakukan pemantauan dan pengaturan dengan menggunakan obat
golongan hormon.
2. Peningkatan manajemen pengelolaan: Upaya peningkatan manajemen pengelolaan
sapi potong peternakan rakyat diperlukan untuk menurunkan kejadian gangguan
reproduksi.
3. Pelatihan manajemen reproduksi: Pelatihan manajemen reproduksi ternak sapi
penting dilakukan untuk meningkatkan reproduksi dan kesehatan ternak.
4. Pemeliharaan dan pengolahan reproduksi: Pelatihan pemeliharaan dan pengolahan
reproduksi ternak sapi juga penting dilakukan untuk meningkatkan reproduksi dan
kesehatan ternak.
5. Manajemen perkawinan: Manajemen reproduksi merupakan bagian yang amat
penting dalam suatu usaha peternakan karena daya reproduksi kelompok ternak yang
tinggi disertai dengan manajemen perkawinan yang baik akan menghasilkan produksi
ternak yang lebih baik.
Dalam melakukan manajemen reproduksi pada ternak potong sapi, perlu diperhatikan
bahwa setiap ternak memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Oleh karena itu, perlu
dilakukan pengamatan dan pengaturan yang tepat untuk mencapai efektivitas manajemen
reproduksi yang optimal. Rencanakan program pembiakan yang baik, termasuk pengaturan
masa estrus, inseminasi buatan, atau pemeliharaan betina dan jantan yang seimbang.
2.7 Pengelolaan Limbah dan Kotoran
Kelola limbah dan kotoran sapi dengan benar untuk mencegah pencemaran lingkungan.
Berikut adalah beberapa cara untuk melakukan manajemen pengelolaan limbah dan kotoran
ternak potong sapi:

1. Pemanfaatan limbah sebagai pupuk: Limbah kotoran ternak sapi potong dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang baik untuk tanaman.
2. Pengolahan limbah menjadi biogas: Limbah kotoran ternak sapi potong juga dapat
diolah menjadi biogas yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif.
3. Pengelolaan limbah dengan teknologi modern: Pengelolaan limbah ternak sapi
potong juga dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi modern seperti
pengolahan limbah dengan sistem biofilter dan pengolahan limbah dengan sistem
aerobik.
4. Pengelolaan limbah dengan sistem rotasi: Pengelolaan limbah ternak sapi potong
juga dapat dilakukan dengan sistem rotasi, yaitu mengganti tempat kotoran ternak
secara berkala untuk menghindari penumpukan kotoran yang berlebihan.
Dalam melakukan manajemen pengelolaan limbah dan kotoran ternak potong sapi, perlu
diperhatikan bahwa setiap peternakan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Oleh karena
itu, perlu dilakukan pengamatan dan pengaturan yang tepat untuk mencapai efektivitas
manajemen pengelolaan limbah dan kotoran ternak potong sapi yang optimal
2.8 Pengelolaan Keuangan dan Pemasaran
Berikut adalah beberapa cara untuk melakukan pengelolaan keuangan dan pemasaran
manajemen ternak potong sapi:

 Pengelolaan keuangan:
1. Membuat catatan keuangan: Membuat catatan keuangan yang baik dan teratur dapat
membantu peternak dalam mengelola keuangan usaha ternak sapi potong.
2. Menghitung biaya produksi: Menghitung biaya produksi ternak sapi potong dapat
membantu peternak dalam menentukan harga jual yang tepat.
3. Mengelola keuangan dengan teknologi modern: Pengelolaan keuangan ternak sapi
potong juga dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi modern seperti aplikasi
keuangan dan perangkat lunak manajemen keuangan.
 Pemasaran:
1. Menentukan target pasar: Menentukan target pasar yang tepat dapat membantu
peternak dalam menentukan strategi pemasaran yang efektif.
2. Menentukan harga jual: Menentukan harga jual yang tepat dapat membantu peternak
dalam memperoleh keuntungan yang optimal.
3. Meningkatkan kualitas ternak: Meningkatkan kualitas ternak sapi potong dapat
membantu peternak dalam meningkatkan daya saing produknya di pasar.
4. Membangun jaringan pemasaran: Membangun jaringan pemasaran yang baik dapat
membantu peternak dalam memasarkan produknya secara efektif.
5. Mengikuti perkembangan pasar: Mengikuti perkembangan pasar dan tren konsumen
dapat membantu peternak dalam menyesuaikan strategi pemasaran mereka.
Dalam melakukan pengelolaan keuangan dan pemasaran pada ternak potong sapi, perlu
diperhatikan bahwa setiap peternakan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Oleh karena
itu, perlu dilakukan pengamatan dan pengaturan yang tepat untuk mencapai efektivitas
pengelolaan keuangan dan pemasaran yang optimal.Rencanakan dan kelola keuangan dengan
baik, termasuk perencanaan biaya, pendapatan, dan pemasaran produk ternak.
2.9 Pantau Kinerja dan Evaluasi Reguler
Lakukan pemantauan terhadap pertumbuhan, produksi susu (jika sapi laktasi), reproduksi,
dan kondisi kesehatan secara berkala untuk mengevaluasi efektivitas manajemen yang
diimplementasikan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun dalam menghasilkan produksi sapi potong optimal dilakukan penerapan
manajemen budidaya sapi potong yang terdiri dari pemilihan bibit/bakalan sapi potong,
sistem penggemukan, pemberian pakan, penyediaan kendang, pengendalian dan
Pencegahan penyakit, manajemen reproduksi yang efektif, pengelolaan limbah dan
kotoran, pengelolaan keuangan dan pemasaran dan pantau kinerja dan evaluasi regular.
DAFTAR PUSTAKA

Achjadi K.R. 2018. MANAJEMEN KESEHATAN REPRODUKSI (Manajemen Reproduksi


dan Penanganan Gangguan Reproduksi)
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dan Kementerian Pertanian Republik
Indonesia. 2016. Manajemen Agribisnis Sapi Potong.
https://ditjenpkh.pertanian.go.id/berita/62-manajemen-agribisnis-sapi-potong
Ir. Fransiskus Mbapa, M.Si.2019.ANALISA UAHA DAN PEMASARAN TERNAK SAPI
POTONG
Kusuma T., Sapta R.,dan Amiruddin Saleh. 2013. Strategi Pemasaran Sapi Potong di CV
Septia Anugerah JakartaBeef Cattle Marketing Strategies in the CV Septia Anugerah
Jakarta
Putra I.S. 2012. MANAJEMEN PENGOLAHAN LIMBAH DI PETERNAKAN SAPI
POTONG CV. SUMBER BAJA PERKASA DUKUH SENTONO DESA
NGAWONGGO KECAMATAN CEPER KABUPATEN KLATEN
Saidi D., Maryana, Ika Wahyuning dan Widiarti. 2022. PENGELOLAAN LIMBAH
TERNAK SAPI
Setiawan A., Tb. Benito, A.K, dan Yuli, A.H. 2013. Pengelolaan Limbah Ternak pada
Kawasan Budidaya Ternak Sapi Potong di Kabupaten Majalengka (Waste
Management at Beef Cattle Raising Area in Majalengka). Jurnal Ilmu Ternak. Vol
13(1).
Sholikah N. dan Sumartono. 2021. Perbaikan Manajemen Reproduksi Sapi Potong
Peternakan Rakyat di Kecamatan Pakis.

Anda mungkin juga menyukai