Anda di halaman 1dari 19

Laporan Praktikum Ilmu Ternak Potong

MANAJEMEN PEMILIHARAAN TERNAK POTONG


KAMBING ETAWA (CAPRA AEGAGRUS HIRCUS)

OLEH :

NAMA : LA ODE SARFAN


NIM : L1A121213
KELAS : E
KELOMPOK : III (TIGA)
ASISTEN PRAKTIKUM : LA ODE MAULID

LAB. UNIT TERNAK POTONG, KERJA, DAN SATWA HARAPAN


JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang

Ternak merupakan hewan yang sengaja dipelihara oleh manusia untuk diambil

hasil produksinya. Ternak terbagi atas beberapa macam yaitu ternak tipe potong dan

tipe perah. Ternak potong merupakan salah satu penghasil daging yang memiliki nilai

gizi dan ekonomi tinggi. Ternak potong adalah ternak yang dipelihara yang

kemudian dipotong untuk diambil daging, kulit, tanduk dan sebagainya. Disamping

itu, produksi ternak potong di Indonesia masih rendah dibandingkan dengan

permintaan daging sehingga usaha penggemukan ternak potong mempunyai potensi

yang baik untuk dikembangkan.

Ternak kambing etawa adalah ternak ruminansia kecil yang dapat

menghasilkan produk berupa daging dan susu, atau disebut sebagai ternak dwiguna.

Ternak kambing PE dan kambing Senduro merupakan ternak yang sedang dan terus

dikembangkan saat ini. Ternak kambing merupakan salah satu ternak yang

mengalami perkembangan pesat saat ini. Diantara contoh kambing yang memiliki

kemampuan sebagai ternak dwiguna yaitu jenis kambing Senduro dan kambing

Peranakan Ettawa yang biasa dikenal sebagai kambing PE.

Manajemen pemeliharaan ternak potong meliputi tiga sistem yaitu

pemeliharaan secara intensif, pemeliharaan secara semi intensif dan pemeliharaan

secara ekstensif. Pemeliharaan intensif paling sering digunakan di Indonesia, karena

pemeliharaan sepenuhnya dilakukan di kandang. ternak yang dipelihara secara

intensif lebih efisien karena memperoleh perlakuan lebih teratur dalam hal pemberian

pakan, pembersihan kandang, memandikan ternak. Sistem pemeliharaan semi intensif


adalah ternak dipelihara dengan cara dikandangkan dan digembalakan. Sistem

pemeliharaan intensif yaitu diternak di kandang dari awal sampai panen.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka perlu di lakukan praktikum

manajemen pemeliharaan ternak potong kambing etawa (capra aegagrus hircus).

I.2. Tujuan

Manfaat praktikum manajemen pemiliharaan ternak potong kambing etawa

(capra aegagrus hircus) yaitu untuk mengetahui pertambahan bobot badan harian

(PBBH), konversi pakan serta konversi bahan kering (BK).

I.3. Manfaat Praktikum

Manfaat praktikum manajemen pemiliharaan ternak potong kambing etawa

(capra aegagrus hircus) yaitu untuk mengetahui pertambahan bobot badan harian

(PBBH), konversi pakan serta konversi bahan kering (BK).

II. TINJAUAN PUSTAKA


II.1. Kambing Etawa (Capra Aegagrus Hircus)

Kambing perah peranakan etawa merupakan jenis tipe ternak dwiguna dimana

menghasilkan produk utama susu kemudian daging. Kambing PE dapat menghasilkan

susu berkisar 0,5-1 liter/hari/ekor. Keistimewaan susu kambing ini dibandingkan

dengan susu sapi sangat banyak khasiatnya diantaranya menyembuhkan berbagai

macam penyakit asma, hepatitis, TBC, anemia, masalah otot, dan lambung.

Disamping itu, susu kambing juga memiliki kandungan nutrient atau gizi lengkap

yang dibutuhkan oleh manusia untuk tumbuh kembang seperti lemak, laktosa,

protein, dan mineral (Salman, 2019).

Kambing peranakan etawa memiliki ciri cirinya yaitu bulu badannya belang

karena hasil percampuran warna bulu kambing etawa dan kacang. Selain itu,

memiliki telinga panjang, antara 18-30 cm, lembek menggantung dan ujungnya agak

berlipat, ujung tanduk agak melengkung, tubuh tinggi, pipih, bentuk garis punggung

mengombak ke belakang, bulu tumbuh panjang di bagian leher, pundak, punggung

dan paha, bulu paha panjang dan tebal (Salman, 2019).

Kambing etawa berasal dari wilayah Jamnapari (India), sehingga kambing ini

disebut juga sebagai kambing Jamnapari. Kambing Etawa merupakan kambing yang

paling populer di Asia Tenggara. Di negara asalnya kambing Etawa termasuk

kambing tipe dwiguna, yaitu sebagai penghasil susu dan daging. Kambing Etawa

memiliki postur tubuh besar, telinga panjang menggantung, bentuk muka cembung

serta bulu dibagian paha belakang sangat panjang (Abidin, 2012).

II.2. Manajemen Pemberian Pakan


Pemberian pakan pada ternak ruminansia secara konvensional biasanya

konsentrat diberikan terlebih dahulu, setelah itu baru pemberian hijauan 3 jam

kemudian. Pemberian pakan pada ternak ruminansia akan lebih efisien bila diberikan

dalam bentuk pakan komplit. Pakan komplit merupakan perpaduan komponen antara

pakan penguat dan sumber serat. pakan komplit adalah pakan yang dibuat lengkap

terdiri dari hijauan, konsentrat, atau ditambah suplemen pakan dan zat aditif lainnya

seperti vitamin dan mineral dengan perbandingan tertentu untuk dapat memenuhi

kebutuhan nutrisi ternak. Keuntungan pembuatan pakan komplit yaitu meningkatkan

efisiensi dalam pemberian pakan, mengurangi sisa pakan dalam palungan, dan

hijauan yang palatabilitas rendah setelah dicampur dengan konsentrat dapat

mendorong meningkatnya konsumsi ternak (Firsoni et al, 2018).

Manajemen pemberian pakan pada ternak kambing yang dilakuan secara

tradisional dapat diberikan secara langsung (cut and carrry) pada ternak kambing

yang dikandangkan. Ternak kambing memanfaatkan pakan alami seadanya dengan

ketersediaan pakan alami yang tergantung musim, pada musim penghujan pakan

masih dapat tercukupi namun pada musim kemarau ternak kambing terjadi

kekurangan pakan (Riswandi, 2018).

Manajemen pemberian pakan dengan mengatur jarak waktu antara pemberian

konsentrat dan hijauan termasuk frekuensi pemberian pakannya sehingga dapat

meningkatkan produktivitas kambing perah. Peningkatan konsumsi bahan kering

pada kambing disebabkan oleh tingkat palatabilitas kambing dan tingkat kebutuhan

zat gizi lebih banyak sehingga kambing berusaha memenuhi kebutuhan tersebut

dengan mengkonsumsi lebih banyak pakan yang tersedia. Tingkat konsumsi bahan
kering pakan pada kambing PE dapat dijadikan indikasi untuk menentukan konsumsi

nutrisi yang lain dari pakan tersebut, artinya bahwa konsumsi bahan kering

berkorelasi positif dengan konsumsi bahan organik, protein kasar dan energi bruto

(Amrudin, 2014).

II.3. Manajemen Pemeliharaan

Manajemen pemeliharaan terdiri atas pemberian pakan, perawatan ternak, dan

menjaga kesehatan ternak. Pemberian Pakan. Frekuensi pemberian pakan bergantung

pada jenis pakan yang diberikan. Hal yang terpenting adalah kebutuhan pakan

terpenuhi dan diberikan secara rutin dengan mempertimbangkan kandungan nutrisi

dari pakannya. Perawatan Ternak Kambing. Pemeliharaan yang dilakukan oleh

peternak rakyat dengan sistem pemberian pakan yang tidak teratur seperti jumlah

pakan yang harus diberikan dan waktu pemberian pakan yang dilakukan ketika

kambing lapar (Anggaraeni et.al, 2020).

Manajemen pemeliharaan kambing perah dan pengolahan susu yang baik,

perlu penyediaan bahan pakan hijauan dan konsentrat yang berkualitas tinggi, guna

meningkatkan produktivitas kambing perah, perlu ditingkatkannya pengetahuan dan

pemahaman peternak cara penanganan dan pengolahan susu kambing yang baik dan

perlu ditingkatkannya pengetahuan dan kemampuan peternak dalam pengelolaan

limbah peternakan, pemelihraan kambing perah memiliki tingkat kesulitan yang lebih

tinggi daripada kambing potong. Akibatnya produktivitas kambing perah yang

dipelihara masih di bawah standar, terutama produksi susunya masih di bawah 1 liter

perhari. Oleh karena itu perlu adanya perbaikan manajemen guna meningkatkatkan

produktivitas kambing perah tersebut (Qisthon et.al, 2022).


Salah satu faktor utama dalam manajemen pemeliharaan kambing perah

adalah perkandangan.Adanya kandang yang berfungsi untuk melindungi

kambingkhususnya dalam hal ini kambing perah yang sedang laktasi. Peternak

belum memahami secara tepatdalam membangun kandang , ukuran kandang serta tata

letak kandangyang tepat. Hal tersebut dapat mengganggu performa produksi

kambing perah yang sedang tinggi. Manajemen pemeliharaan kambing yang baik,

meningkatkan pemahaman pentingnya rumput unggul dan meningkatkan kemampuan

peternak dalam budidaya rumput unggul Pakchong. Hijauan pakan yang berkualitas

akan membantu menunjang produktivitas ternak dan menjaga kesehatan ternak.

Rumput gajah merupakan rumput unggul yang memiliki daya adaptasi yang cukup

baik, dengan produksi biomassa yang tinggi dan perakaran dalam sehingga cukup

tahan terhadap kekeringan (Liman, 2022).

II.4. Manajemen Perkandangan

Perkandangan merupakan penunjang dalam usaha peternakan, yang meliputi

bangunan kandang, peralatan penunjang aktivitas serta tata letaknya. Sarana

kelengkapan dalam usaha peternakan terdiri dari kandang, gudang pakan, gudang

peralatan, kandang isolasi, pengolahan pupuk dan biogas. Selain itu terdapat beberapa

fasilitas penunjang antara lain kantor, mess, lapangan parkir dan gazebo pandang.

Kandang digunakan sebagai tempat dimana ternak berlindung, beristirahat dan

berteduh, fungsi lain dari kandang yaitu memudahkan pemeliharaan, menghemat

penggunaan lahan serta memudahkan dalam sanitasi (Ariansyah, 2016).

Fungsi kandang adalah dapat mengontrol aktivitas ternak dan memudahkan

dalam pemeliharaan seperti pemberian makan dan minum, mengetahui ternak yang
sakit, pemberian vaksin, sanitasi dan menghemat lahan untuk pemeliharaan. Kandang

yang digunakan dalam pemeliharan kambing terdapat dua jenis yaitu kandang

panggung yang berkolong sebagai tempat penampungan kotoran dan kandang lantai

yang biasanya dibuat datar dengan keadaan kering, sehingga mudah dibersihkan.

Kandang panggung baik digunakan untuk ternak kambing untuk menjaga kebersihan

kandang serta memisahkan ternak berdasarkan status fisiologisnya dengan sekat,

sehingga tidak saling mengganggu satu sama lain (Usman et.al, 2016).

Pendirian kandang bertujuan untuk melindungi dari pengaruh iklim baik

panas, hujan, angin dan suhu atau temperatur dan juga untuk melindungi dari

serangan hewan liar atau pencurian ternak kambing. Persyaratan kandang

kambing perah yang baik adalah jauh dari pemukiman, bersih, memiliki sinar

matahari yang cukup dan tidak panas. Kandang harus jauh dari area pemukiman

untuk menghindari bau kotoran bercampur urine yang dapat mempengaruhi

kesehatan ternak, peternak dan masyarakat disekitarnya (Febrianto et.al, 2021).

II.5. Manajemen Kesehatan

Manajemen kesehatan ternak dapat diartikan sebagai proses perencanaan,

pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian faktor-faktor produksi melalui

optimalisasi sumberdaya yang dimilikinya agar produktivitas ternak dapat

dimaksimalkan, kesehatan ternak dapat dioptimalkan dan kesehatan produk hasil

ternak. Manajemen kesehatan ternak sangat berhubungan dengan upaya pencegahan

infeksi oleh agen-agen penyebab penyakit melalui upaya menjaga biosekuriti dengan

higienitas dan sanitasi kandang, manajemen pakan yang baik serta pemberian

multivatamin dan obat cacing secara teratur. Dengan penerapan manajemen kesehatan
ternak secara konsisten dan berkelanjutan, diharapkan dapat meminimalkan dampak

negatif penyakit ternak. Kesehatan ternak merupakan salah satu kunci keberhasilan

suatu usaha peternakan (Sukoco et.al, 2023).

Kesehatan kambing sangat penting, karena bila tatalaksana kesehatan

kambing diabaikan akanmenyebabkan rendahnya produktivitas kambing sekaligus

kerugian sepertipertambahan berat badan harian rendah,dewasa kelamin atau umur

berahi pertama tertunda, daya reproduksi terganggu, efisiensi pakan rendah, dan

kematian terna. Ciri-ciri kambing sehat adalah lincah, aktif, rasa ingin tahu terhadap

lingkungannya dan kepala tegak, tubuh berdiri tegak dengan keempat kaki, berespon

terhadap lingkungannya. Selain itu, kambing sehat terlihat dari bulu mengkilap,

bercahaya, mata terang dan lubang hidung bersih dan suhu tubuh normal berkisar

antara 38,60C hingga 40,60C dengan rataan 39,30C (Bambar, 2019).

Penyakit merupakan kendala utama bagi pengembangan ternak di Indonesia,

terutama peternakan rakyat, sehingga perlu diatasi untuk meningkatkan produksinya

secara maksimal. Selain itu, masih rendahnya pengetahuan peternak terkait penyakit

pada ternak sehingga kurang memperhatikan dalam memelihara ternaknya, terutama

berkaitan dengan pencegahan dan pengendalian suatu penyakit. Ternak yang sakit

atau kesehatannya yang buruk akan menyebabkan kerugian bagi peternaknya seperti

kematian, produksinya menurun dan mengeluarkan biaya untuk pengobatan dan

sebagainya. Selain kerugian tersebut, terdapat beberapa penyakit pada ternak yang

dapat menular ke manusia yang disebut dengan zoonosis, sehingga akan

membahayakan bagi peternaknya. Beberapa penyakit pada sapi dan kambing yang
bersifat zoonosis seperti anthrax, brucellosis, tuberkulosis, skabies, Q fever dan lain

sebagainya (Pratama et.al, 2020)

II.6. Sanitasi Kandang

Sanitasi kandang adalah kegiatan pencegahan termasuk kebersihan bangunan

tempat tinggal ternak atau kandang dan lingkungannya dalam rangka untuk menjaga

kesehatan ternak sekaligus pemiliknya. Hal-hal yang dapat berpengaruh terhadap

sanitasi kandang, yaitu konstruksi bangunan kandang, lokasi kandang, kebersihan

kandang, dan kepadatan parasit. Lokasi kandang seharusnya terpisah dengan rumah

dengan jarak minimal 10 m, ketersediaan air bersih yang cukup dan terdapat lokasi

penampungan kotoran atau sisa pakan ternak serta kemiringan pada lantai diperlukan

untuk memudahkan peternak dalam melakukan proses pembersihan kandang dan

menjaga lantai kandang supaya tetap kering. Lokasi kandang dengan sanitasi yang

buruk dan keberadaan genangan air juga dapat memungkinkan ternak menderita

cacingan seperti cacing hati Fasciola sp. dan cacing saluran pencernaan, maka

infestasi cacing ini dapat menurunkan nilai total eritrosit dan esosinofilia sehingga

menyebabkan anemia pada ternak (Mirandy dkk., 2021).

Tumpukan feses pada kandang dapat membuat lalat berdatangan, sehingga

kambing akan terganggu kenyamanannya dan dapat mengakibatkan stress jika

berlangsung dalam waktu lama. Upaya sanitasi kandang berupa pembersihan sudah

dilakukan peternak tetapi belum rutin dilakukan sehingga dapat menimbulkan

masalah kesehatan. Pembersihan kandang kambing sebaiknya dilakukan setiap hari

dari kotoran feces dan urin. Jika ketersediaan air cukup sebaiknya pembersihan

kandang dilakukan menggunakan air. Kebersihan lingkungan kandang tidak luput


untuk dibersihkan misalnya seperti semak-semak yang tumbuh liar. Peternak

melakukan pembersihan tempat pakan dan minum pada saat kambing mau diberikan

pakan dan minum (Yusriani, 2022).

Lokasi kandang seharusnya terpisah dengan rumah dengan jarak minimal 10-

15 meter. Ketersediaar air bersih yang cukup dan terdapat lokasi penampungan

kotoran atau sisa pakan ternak serta kemiringan pada lantai diperlukan untuk

memudahkan peternak dalam melakukan proses pembersihan kandang dan menjaga

lantai kandang supaya tetap kering. Lokasi kandang dengan sanitasi yang buruk dan

keberadaan genangan air juga dapat memungkinkan ternak menderita cacingan

seperti cacing hati Fasciola sp. dan cacing saluran pencernaan, maka infestasi cacing

ini dapat menurunkan nilai total eritrosit dan esosinofilia sehingga menyebabkan

anemia pada ternak (Mirandy et.al, 2021).

III. METODEOLOGI PRAKTIKUM


III.1. Waktu dan Tempat

Praktikum Manajemen Pemiliharaan Ternak Potong Kambing Etawa (Capra

Aegagrus Hircus) dilaksanakan pada hari Minggu, 7 Mei – 28 Mei 2023 pukul 06-00

WITA dan 16.00 WITA, bertempat di Laboratorium Unit Ternak Potong, Kerja dan

Satwa Harapan, Fakultas Peternakan, Universitas Halu Oleo, Kendari.

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Alat dan Kegunaan

Alat yang digunakan pada manajemen pemiliharaan ternak potong kambing

etawa (Capra Aegagrus Hircus) yaitu dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Alat dan Kegunaan


No Alat Kegunaan
1. Kamera Mengambil dokumentasi
2. Alat tulis Untuk menulis hasil pengamatan
3. Timbangan Untuk mengukur berat
4. Ember Sebagai wadah penyimpanan makan ternak
5. Sapu lidi Untuk menyapu kotoran ternak
6. Arko Sebagai wadah penampungan kotoran ternak
7. Selang air Untuk memberihkan kandang
8. Karung Sebagai wadah penyimpan makanan

3.2.2. Bahan dan Kegunaan

Bahan yang digunakan pada praktikum manajemen pemiliharaan ternak

potong kambing etawa (Capra Aegagrus Hircus) yaitu dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2.2.2. Bahan dan Kegunaan


No Bahan Kegunaan
1. Konsentrat Sebagai pakan ternak
2. Pakan hijauan Sebagai pakan ternak
3. Air Sebagai minuman ternak
4. Kambing etawa (Capra aegagrus hircus) Sebagai bahan praktikum
3.3. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada pratikum Manajemen Pemiliharaan Ternak

Potong Kambing Etawa (Capra Aegagrus Hircus) sebagai berikut:

1. Asistensi

2. Kegiatan dimulai pada pagi hari 06.00-08.00 dan 16.00-17.00

3. Membersihkan kandang, tempat pakan dan tempat minum

4. Menimbang kambing pada hari pertama dan pada hari terakhir praktikum

5. Memberikan pakan 2 kali sehari pada 06.00 dan 16.00

6. Timbang sisa pakan pagi dan sore

7. Melakukan olah data

8. Membuat laporan

3.4. Analisis Data

Adapun analisis dari pratikum manajemen pemiliharaan ternak potong kambing

etawa (Capra Aegagrus Hircus) sebagai berikut:

1. Pertambahan Berat Badan Harian (PBBH) Ternak dihitung dengan rumus :

Berat Badan Akhir – Berat Badan Awal


PBBH =
Lama Pemeliharaan

33−31
PBBH = =0 , 09 Kg
21

Konsumsi Bahan Kering Pakan dapat dihitung dengan rumus di bawah ini.
Konsumsi BK =( Jml pakanyangdiberikan – Jml pakansisa ) x % BK pakan

Konsumsi BK =( 105−25 , 4 ) x 3 %=2 , 3 %

2. Konversi Pakan dihitung dengan rumus

Konsumsi BK harian
Konversi pakan=
PBB

2 ,3
Konversi pakan= =25 ,5
0 , 09

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil pengamatan


Hasil pengamatan pada praktikum manajemen pemiliharaan ternak potong

kambing etawa (Capra Aegagrus Hircus) dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Hasil pengamatan


No. PBBH BK Konversi Pakan
1. 0,09 2,3 25,5

4.2. Pembahasan

Berdasarkan praktikum yang dilakukan dalam manajemen pemiliharaan

ternak potong kambing etawa (capra aegagrus hircus) yang mulanya memiliki bobot

badan 31 kg dan bertambah menjadi 32 kg dengan waktu pemeliharaan 21 hari

memperoleh PBBH 0,09 kg. Hal ini sesuai dengan pendapat Rostini, (2017) yang

menyatakan kambing jenis etawa lebih efisien dalam penyerapan protein yaitu protein

yang diserap oleh tubuh ternak dalam bentuk asam amino dan ketersediaan protein

yang cukup akan meningkatkan aktivitas pertumbuhan mikoorganisme sehingga

proses pencernaan dan konsumsi serta berat badan meningkat. Menurut Hidayat,

(2016) menyatakan bahwa pertambahan bobot badan di sebabkan pakan hijauan yang

berprotein tinggi karena rotein pakan yang lebih tinggi menyebabkan PBBH kambing

lebih besar. Hal ini disebabkan karena protein merupakan zat makanan yang

berfungsi untuk efisiensi penggunaan energi menjadi daging.

Berdasarkan praktikum yang dilakukan dalam manajemen pemiliharaan

ternak potong kambing etawa (capra aegagrus hircus) memperoleh konsumsi bahan

kering yang cukup rendah yaitu sebesar 2,3% dari hasil pemeliharaan selama 21 hari.

Hal ini sesuai dengan pendapat Suparma et.al, (2016) yang menyatakan bahwa

rendahnya persentase kecernaan BK tersebut akibat dari tinggat degradasi pakan yang
berbeda yang disebabkan oleh kandungan serat kasar dan lignin pada hijauan. Bahan

pakan yang mengandung serat kasar yang tinggi akan menurunkan nilai kecernaan

zat-zat makanan lainnya. Menurut pendapat Suparjo, (2017) yang menyatakan bahwa

konsumsi bahan kering di bawah standar kebutuhan ternak sering terjadi karena

pakan lebih tahan terhadap pemecahan selama pengunyahan (chewing) yang akan

menurunkan kecernaan bahan kering dan kecernaan mempunyai hubungan yang erat

dengan konsumsi bahan kering.

Berdasarkan praktikum yang dilakukan dalam manajemen pemiliharaan

ternak potong kambing etawa (capra aegagrus hircus) memperoleh konversi pakan

sebesar 25,5% dari hasil pemeliharaan selama 21 hari. Hal ini sesuai dengan pendapat

Alwi, (2015) menyatakan bahwa semakin tinggi nilai konversi pakan berarti pakan

yang digunakan untuk menaikkan bobot badan persatuan berat semakin banyak atau

efisiensi pakan rendah. Hal juga dinyatakan oleh Hakim, (2019) yang menyatakan

bahwa konversi pakan merupakan jumlah pakan yang dikonsumsi untuk mendapatkan

kenaikan satu satuan bobot hidup. Kemudian dikatakan bahwa tingginya konversi

pakan dapat terkait dengan kandungan serat kasar pakan. Serat kasar yang tinggi

dalam pakan akan menyebabkan daya cerna menjadi kecil, sehingga konversi pakan

merupakan integrasi dari daya cerna.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pembahasan mengenai praktikum manajemen

pemiliharaan ternak potong kambing etawa (capra aegagrus hircus) selama 21 hari

memperoleh nilai PBBH sekitar 0,09 kg, konsumsi bahan kering 2,5% dan konfersi

pakannya 25,5%.

5.2. Saran

Adapun saran yang dapat saya berikan untuk laboratorium sebaiknya

labolatorium ini lebih lengkap alat-alatnya dan tersusun rapi. Untuk asisten secara

keseluruhan konsep yang dijelaskan sangat muda dimengerti, diharapkan kedepannya

kakak bisa menjadi lebih ramah kepada semua peserta pratikum.

DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Arfan. 2015. Pertambahan Bobot Badan dan Konversi Pakan Ternak Kambing
Peranakan Etawa yang Diberi Pakan Silase Jerami Padi dan Daun Gamal
(Gliricidia sepium). Skripsi. Fakultas Peternakan, Universitas
Hasanuddin. Makassar. 18-20.
Aisah dan MI Haris. 2020. Pengaruh Manajemen Pemeliharaan terhadap Penerimaan
Peternakan Sapi Potong Rakyat Kutai Barat. Jurnal Peternakan
Lingkungan Tropis. 3(2): 56-63
Amrudin R, P Sambodho dan TH Suprayogi. 2018. Pengaruh Frekuensi Pemberian
Hijauan Tang Berbeda Terhadap Produksi Dan Bahan Kering Susu
Kambing Perah. Animal Agriculture Journal. 3(2): 242-248.
Bambar MM, L Doloksaribu dan IGAA Putra. 2019. Profil Kesehatan Kambing
Peternakan Etawa yang diberi Probiotik pada Peternakan Rakyat di
Kampung Bugis Desa Sarangan Bali. Jurnal Peternakan Tropika. 5(8).
17-18.
Hakim L, AA Hertanto dan E Susanto. 2019. Pengaruh Penambahan Rendeng Kedelai
dalam Ransum Terhadap Pertambahan Bobot Badan Kambing Peternakan
Etatawa Jantan. Jurnal Ternak. 10(1). 5-7.
Hidayah N. 2016. Pemanfaatan Senyawa Metabolit Sekunder Tanaman (Tanin dan
Saponin) dalamMengurangi Emisi MetanTernak Ruminansia. Jurnal
Sains Peternakan. 11(2): 89-98.
Purbowati E, I Rahmawati I dan E Rianto. 2015. Jenis hijauan pakan dan kecukupan
nutrien kambing Jawarandu di Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Jurnal
Pastura. 5(1): 10-14.
Riswandi dan RA Muslima. 2013. Manajemen Pemberian Pakan Ternak Kambing di
Desa Sukamulya Kecamatan Indralaya Kabupaten Ogan Ilir. Jurnal
Peternakan Sriwijaya. 7(2): 21-32.
Rostini T dan I Zakir. 2017. Pervormans Produksi Jumlah Nematode Usus dan Profil
Metabolic Darah Kambing yang Diberi Pakan Hijauan Rawa Kalimantan.
Jurnal Veteriner. 18(3): 467-477.
Rusdiana S, I Praharani dan Sumanto. 2015. Kualitas dan produksi susu kambing
perah persilangan di Indonesia. Jurnal Litbang Peternakan. 34(2): 79-86.
Sukoco H, I Susanti, S Nuraliyah, Marsudi, Agustina, M Irfan dan E Susanti. 2023.
Sosialisasi Manajemen Kesetan Ternak Sebagai Upaya Peingkatan
Ketahanan Panga di Desa Tangan Baru Kecamatan Limboro Polewali
Mandar. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. 7(1). 15-18.
Suparman, Hafid H dan LD Baa. 2016. Kajian Pertumbuhan dan Produksi Kambing
Peternakan Etawa Jantan yang diberi Pakan Berbeda. Jitro. 3(3). 34-37.
Zaenal HM dan M Khairi. 2020. Sistem Manajemen Kandang pada Peternakan Sapi
Bali di Cv Enhal Farm. Jurnal Peternakan Lokal. 2(1). 11-12.
Zulfikar, Hambali, Syarkawi, S Hurri dan A Malik. Pelatihan Manajemen
Pemeliharaan Ternak Kambing Berbasis Lingkungan di Desa Gampong
Raya Dagang Kecamatan Peusang Kabupaten Bireun Provinci Aceh.
Jurnal Pengabdian Kepada Masyrakat. 3(3): 37-40.

Anda mungkin juga menyukai