Anda di halaman 1dari 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian kambing peranakan Etawa


Kambing PE merupakan kambing keturunan etawa asal negara India yang
dibawa oleh penjajah Belanda. Kambing tersebut kemudian dikawin silangkan
dengan kambing lokal di Kaligesing. Saat ini Kambing PE dikenal sebagai ras
Kambing PE asli Kaligesing, Purworejo. Di kalangan peternak kambing di
Indonesia, kambing PE termasuk kambing unggul dengan harga beli dan harga
jual yang tinggi. Bagi kalangan peternak, kambing PE mempunyai keunggulan
tersendiri sehingga digolongkan sebagai kambing unggulan. Kambing jenis ini
mempunyai dua fungsi sekaligus yakni selain bisa dijadikan kambing perahan,
kambing ini juga bisa dijadikan kambing potong. Untuk kambing potong, daging
kambing ini lebih empuk dan gurih dibanding jenis lainnya sedangkan untuk
perahan, volume susu yang dihasilkan juga tergolong banyak. Bukan itu saja,
bahkan kotoran dan air seninya laku dijual sebagai pupuk, selain itu daya
reproduksi dan pertumbuhan berat badannya relative cepat, maka tidak heran
kambing ini memiliki harga beli dan harga jual yang tinggi.

2.2 Usaha Peternakan kambing PE


Peternakan adalah usaha manusia untuk mendayagunakan hewan bagi
kesejahteraan umat manusia. Kegunaan yang diperoleh manusia dari ternak yang
dipeliharanya, antara lain tenaga kerja, makanan berupa daging, telur dan
susu,serta kotorannya yang digunakan sebagai pupuk organik maupun biologis.
Menurut Nanda Widya (2023), peternakan dilihat dari pola
pemeliharaannya di Indonesia dapat dibagi tiga kelompok, yaitu
1) Ekstensif,
2) Intensif dan
3) Semi intensif
Agar dapat berproduksi dengan optimal maka diperlukan faktor-faktor
produksi meliputi ternak, tenaga kerja, modal dan manajemen.
Manajemen kambing perah adalah seni merawat, menangani dan mengatur
kambing. Terdapat beberapa hal yang termasuk didalamnya, yaitu pemeliharaan,
tenaga kerja, modal, pencegahan penyakit, dan kotoran. Agar sukses menjalankan
usaha peternakan kambing perah, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu
bibit ternak yang digunakan, teknik pemberian pakan dan manajemen usaha
ternak itu sendiri (Siregar dan Ilham 2003).
Kambing merupakan hewan yang sangat penting dalam pertanian
subsisten, karena kemampuannya yang unik dalam mengadaptasikan dan
mempertahankan dirinya dalam lingkungan yang kering (William dan Payne
dalam Fauzian 2002).
Sebagian masyarakat pedesaan memperlakukan kambing sebagai pabrik
kecil penghasil daging dan susu. Hasil lain yang bisa diperoleh dari ternak
kambing adalah kulit dan kotorannya yang berfungsi sebagai pupuk kandang
(Sarwono 2006). Ternak perah merupakan ternak yang dipelihara khusus untuk
produksi susu dan susunya diolah menjadi produk lainnya seperti mentega, yogurt
dan lain-lain. Ternak perah merupakan hewan yang dimana susunya diambil
dikarenaka kelebihan produksi susu untuk anaknya.
Ternak kambing perah yang dipelihara oleh petani ternak umumnya
merupakan ternak asli atau lokal. Kambing lokal yang berkembangbiak dengan
baik di Indonesia yaitu kambing PE. Kambing PE merupakan hasil persilangan
antara kambing kacang dan kambing etawah sehingga memiliki ciri-ciri seperti
keduanya. Kambing PE banyak diternakkan karena mempunyai tipe dwiguna
yaitu sebagai kambing penghasil daging dan susu (Murtidjo, 1993)

2.3 Faktor-faktor Produksi Usaha Ternak Kambing PE


Hasil penelitian Ardia (2000), besarnya litter size kambing PE adalah 1,57
(1-3 ekor). Hasil penelitian Febtrya (2004) menyatakan bahwa rata- rata jumlah
anak setiap kelahiran adalah sebanyak 1-3 ekor. Masa perkawinan ini dapat
dilakukan dalam tiga kali kelahiran selama dua tahun dengan jarak waktu
kelahiran sekitar 8-9 bulan sehingga kambing dapat dikawinkan lagi pada hari ke-
60 setelah kelahiran sebelumnya.
a. Perkandangan
Menurut Devendra dan Burns (1994), ada dua tipe kandang yang umum
dipakai di daerah tropis yaitu kandang pada tanah yang sering menempel pada
bangunan lain dan tipe kandang panggung yang sangat umum digunakan di
Malaysia dan Indonesia. Kandang tipe ini sangat praktis untuk daerah yang sangat
lembab dan memiliki curah hujan yang tinggi agar kambing dapat terlindungi dari
hujan. Pada kendang panggung, lantainya ditinggikan kurang lebih 1-1,5 m dari
tanah. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam membersihkan dan
mengumpulkan kotoran serta air kencing.
Kandang harus mendapatkan cukup sinar matahari dengan ventilasi serta
drainase yang baik dan gampang dibersihkan. Lantai kendang harus kuat dan
tahan lama. Selain itu, bahan atapnya harus dapat memberikan perlindungan yang
efektif terhadap radiasi matahari. Bahan atap yang biasa digunakan adalah rumbia,
bambu, genting, dan asbes (Devendra dan Burns, 1994). Hasil penelitian Febtrya
(2004), mengungkapkan bahwa kandang yang ada di Peternakan Kambing Farm
P4S Cita Rasa dibuat dalam bentuk panggung dengan ketinggian. 50 cm dari
tanah dengan celah pada lantai berukuran 1,5 cm bertujuan agar kotoran dapat
langsung jatuh ke lantai dasar. Ukuran kendang yang digunakan di Farm P4S Cita
Rasa adalah 1,00 x 1,50 m2 untuk betina dewasa laktasi. Penempatan kandang
dibuat jauh dari lingkungan pemukiman selain untuk menghindari gangguan pada
masyarakat sekitar dari bau dan bising juga ditujukan untuk menghindari stres
pada ternak akibat kebisingan terutama pada waktu pemerahan susu.

b. Pemberian Pakan
Secara alamiah ternak kambing lebih menyukai rambanan (daun-daunan)
dari pada rumput. Hampir sebagian besar keberhasil usaha peternakan ditentukan
oleh semakin efisiennya penggunaan pakan, karena biaya tertinggi adalah pada
pakan.
Berkaitan dengan alasan tersebut pemberian pakan secara ekonomis dan
teknis memenuhi persyaratan dilandasi kebutuhan sebagai berikut :
Kebutuhan hidup pokok, artinya kebutuhan makanan pokok meskipun ternak
kambing sudah tidak mengalami pertumbuhan dan aktivitas.
Kebutuhan untuk pertumbuhan, yaitu kebutuhan makanan yang diperlukan ternak
kambing untuk memproduksi jaringan tubuh dan menambah bobot badan.
Kebutuhan untuk reproduksi, yaitu kebutuhan makanan yang diperlukan ternak
kambing untuk proses reproduksi (kebuntingan)
Kebutuhan untuk laktasi, yaitu kebutuhan makanan yang diperlukan untuk
memproduksi air susu.

c. Kesehatan
Faktor kesehatan sangat menentukan keberhasilan usaha peternakan. Oleh
karena itu menjaga kesehatan ternak harus menjadi prioritas utama disamping
pakan dan tatalaksana yang memadai. Secara umum penyakit yang sering
menyerang ternak kambing adalah :
1. Kudis atau scabies
2. Cacingan
3. Kembung/Timpani
4. Radang kelenjar susu / Mastitis
5. Penyakit mulut dan kuku
6. Belatungan / Myasis

Kesehatan pada ternak perah juga tidak luput dari pencegahan penyakit
dan pengobatan Pencegahan penyakit merupakan usaha yang dilakukan untuk
menurunkan jumlah atau persentase penyakit menular melalui suntikan,
penggunaan bahan kimia yang membunuh induk semang antara yang membawa
bibit penyakit, dan isolasi hewan terserang dan mencegah agar tidak menular ke
hewan yang sehat. Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan menjaga tata
laksana pemeliharaan
atau pemberian vaksinasi untuk merangsang sistem kekebalan tanpa dipengaruhi
penyakit (Ellis, 2002). Vaksinasi berfungsi terhadap kekuatannya dapat
diterangkan dalam beberapa cara (Ruma, 2000).
Pengobatan yang dilakukan secara mudahnya dapat diartikan sebagai
penanganan suatu penyebab adanya penyakit dan membantu tubuh hewan untuk
melawan penyakit. Paramedis kesehatan hewan jarang untuk mengobati penyakit
ternak itu sendiri walaupun ada kalanya dibawah petunjuk dokter hewan yang
memungkinkan peternak untuk menyelamatkan hewan melalui pemberian obat
yang cocok, pengobatan penyakit yang menular dicegah agar tidak terjadi
penyebaran ke hewan lain atau dilindungi dari penyakit dengan jalan vaksinasi
(Akoso, 1996). Pengobatan penyakit dapat dilakukan dengan cara yaitu dengan
cara intramuscular, intravena dan secara oral. Pengobatan tidak akan efektif jika
manajemen peternak tidak dijalankan dengan baik sehingga akan menyebabkan
kerugian secara ekonomi akibat biaya
pengobatan.

d. Manejemen reproduksi
Reproduksi adalah suatu kemewahan fungsi tubuh yang secara fisiologi
tidak vital bagi kehidupan tetapi sangat penting bagi kelanjutan keturunan suatu
jenis atau bangsa hewan (Toelihere, 1994).Proses reproduksi baru dapat
berlangsung setelah hewan mencapai masa pubertas atau dewasa kelamin, dimana
proses ini diatur oleh kelenjar-kelenjar endokrin dan hormon-hormon yang
dihasilkannya.proses reproduksi dipengaruhi oleh beberapa proses yaitu :
pubertas
Pubertas atau dewasa kelamin adalah umur atau waktu dimana organ-
organ reproduksi mulai berfungsi dan perkembangbiakan dapat terjadi
(Toelihere,1994). Pada hewan jantan pubertas ditandai dengan kemampuan hewan
untuk berkopulasi dan menghasilkan sperma disamping perubahan-perubahan
kelamin sekunder lain, sedangkan pada hewan betina ditandai dengan terjadinya
estrus dan ovulasi.

e. Siklus birahi
Berahi atau disebut juga estrus adalah dimana hewan betina bersedia
menerima pejantan untuk kopulasi, sedangkan siklus berahi merupakan jarak atau
interval antara berahi yang satu sampai berahi berikutnya (Hafez, 2000). Yuni
Ahda (2017) membagi siklus berahi ini menjadi empat periode menurut
perubahan-perubahan yang tampak maupun tidak tampak yang terjadi selama
siklus berahi tersebut, yaitu fase proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus. Lama
birahi periode estrus pada sapi dapat dinyatakan sebagai saat dimana sapi betina
siap sedia dinaiki oleh pejantan. Periode ini rata-ratanya adalah 18 jam untuk sapi
induk dan sedikit lebih pendek pada sapi dara dengan kisaran normal 12-24 jam
(Frandson, 1992). Kebanyakan periode estrus terjadi cukup lama, sehingga betina
yang mulai birahi malam hari masih tetap berahi pada hari berikutnya di siang
hari.

f. Ovulasi
Ovulasi adalah proses terlepasnya sel ovum atau oosit dari ovarium
sebagai akibat pecahnya folikel yang telah masak (Andi, 2024). Ovulasi terjadi
dengan pecahnya folikel dan rongga folikel segera mengecil secara berangsur-
angsur diikuti dengan berhentinya pengeluaran lender. salah satu cara untuk
menentukan waktu ovulasi pada sapi yaitu dengan palpasi ovarium sehingga dapat
dirasakan adanya penampilan corpus luteum(CL). Ovulasi pada sapi lebih sering
terjadi pada ovarium kanan dapipada ovarium kiri.Penyebabnya mungkin karena
secara otonomi remen berada disebelah kiri dan penekanannya membatasi
aktivitas ovarium kiri tetapi penyebab pasti belum diketahui.
deteksi kebuntingan

g. Kebuntingan
Kebuntingan adalah suatu periode sejak terjadinya fertilisasi sampai terjadi
kelahiran. Kebuntingan merupakan keadaan dimana anak sedang berkembang
dalam uterus seekor hewan betina (Illawati, 2009).Deteksi kebuntingan dini pada
ternak ruminansia menjadi penting bagi keberhasilan sebuah manajemen
reproduksi sebagaimana ditinjau dari segi ekonomi. diagnosa kebuntingan dini
perlu dilakukan untuk mengidentifikasi ternak yang tidak bunting segera setelah
perkawinan atau IB sehingga waktu produksi yang hilang karena infertilitas dapat
ditekan dengan penanganan yang cepat, pertimbangan apabila ternak harus dijual.

Anda mungkin juga menyukai