Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usaha ternak kambing merupakan salah satu usaha yang cukup


menjanjikan, disamping perawatannya yang cukup mudah, serta ketersediaan
pakan yang bisa didapatkan dari dedaunan maupun rerumputan yang banyak
terdapat di lingkungan sekitar, kambing juga mudah untuk dibudidayakan baik
untuk konsumsi ataupun dari segi penjualannya. Namun, usaha ternak kambing
akan mengalami sedikit kendala ketika kambing-kambing tersebut terinfeksi oleh
berbagai penyakit. Salah satu kendala yang dapat mempengaruhi percepatan
pengembangan ternak kambing adalah penyakit. Penyakit tidak hanya
mengakibatkan kerugian ekonomi karena menurunnya produktivitas ternak
bahkan kematian, namun dapat pula menimbulkan dampak negatif yang lain yaitu
menurunnya minat peternak untuk mengembangkan usahanya.

Ternak kambing memang dikenal sebagai ternak yang sangat rentan


terserang penyakit. Pada umumnya, penyakit-penyakit yang biasa menyerang
ternak kambing lebih sering diakibatkan oleh peternaknya sendiri. Melalui
penerapan manajemen pengendalian penyakit yang dilakukan secara
berkelanjutan, diharapkan dampak negatif dari penyakit ternak kambing dapat
diminimalkan (Simanjuntak dan Rasmini, 1984). Manajemen kesehatan ternak
dapat diartikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan
pengendalian faktor-faktor produksi melalui optimalisasi sumberdaya yang
dimilikinya agar produktivitas ternak dapat dimaksimalkan, kesehatan ternak
dapat dioptimalkan dan kesehatan produk hasil ternak memiliki kualitas kesehatan
sesuai dengan standar yang diinginkan (Effriansyah, 2012).

Penanganan kesehatan merupakan salah satu hal yang memiliki peranan


penting dalam usaha ternak kambing. Adapun upaya yang dilakukan untuk
menjaga kesehatan ternak meliputi pemeriksaan kesehatan harian, penanganan

1
kesehatan hewan, pemotongan kuku, desinfeksi kandang, kontrol ektoparasit,
pemberian vaksin, dan pemberian obat cacing (Simanjuntak dan Rasmini, 1984).

Selain penanganan kesehatan kambing, salah satu usaha untuk


meningkatkan kapasitas produksi daging kambing adalah dengan cara
penggemukan kambing. Sayangnya, usaha penggemukan kambing di Indonesia
pada umumnya masih dikelola secara tradisional. Padahal jika dikelola dengan
baik bisa mendatangkan laba yang lebih besar lagi. Penggemukan kambing ini
tentunya akan berpengaruh pada produktivitas ternak dan pakan memengaruhi
sekitar 60 % dari keberhasilan usaha penggemukan. Meskipun bibit kambing
(bakalan) yang digunakan berkualitas baik, tetapi apabila pakan yang diberikan
dan dikonsumsi kurang tepat atau tidak memenuhi standar dapat mengakibatkan
produktivitas tidak optimal. Pakan juga menyumbang biaya produksi yang paling
besar dalam usaha peternakan, yaitu sekitar 60 % dari keseluruhan biaya produksi.
(Redaksi Agromedia, 2009).

Berdasarkan hal tersebut, maka penulis memutuskan untuk membahas


kegiatan preventif penyakit khususnya kegiatan sanitasi dan metode penggemukan
kambing potong di CV. Inti Mulia Sukses Kabupaten Kutai Timur.

1.2 Tujuan

Tujuan dari Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini adalah untuk memperoleh
pengetahuan, keterampilan dan wawasan dalam usaha perawatan kambing di
Peternakan CV. Mulia Inti Sukses - Kutai Timur, khususnya dalam hal tatalaksana
sanitasi dan metode penggemukan.

1.3 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini adalah
untuk memperoleh pengetahuan tentang pelaksanaan sanitasi dan metode
penggemukan kambing potong, sebagai bahan perbandingan antara teori yang ada
di kampus dan praktek lapangan di CV. Mulia Inti Sukses. Maka diharapkan
laporan Praktek Kerja Lapangan ini bisa menjadi referensi pembaca ketika terjun

2
ke dalam industri peternakan khususnya dalam membangun usaha peternakan
kambing potong.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sanitasi Kandang


Menurut Elis Juariah (2013) sanitasi kandang dan peralatan merupakan
salah satu tindakan dari beberapa cara yang perlu dilakukan sebagai pencegahan
berjangkitnya wabah penyakit di suatu peternakan. Tujuan sanitasi kandang dan
peralatan pada awal persiapan pemeliharaan adalah menciptakan lingkungan yang
nyaman dihuni ternak, bebas kotoran dan bibit penyakit.

Karakterisitik yang paling menonjol dari bibit penyakit adalah menyukai


tempat-tempat yang kotor. Oleh karenanya, sanitasi kandang dan peralatan perlu
dilakukan secara rutin supaya bibit penyakit tidak mempunyai kesempatan
berkembang dan menyerang kekebalan tubuh ayam. Hal ini penting mengingat
hanya ternak yang sehat yang dapat memberikan produksi optimal, yang pada
akhirnya memberikan keuntungan sebagai tujuan usaha peternakan (Elis Juariah,
2013).

Kandang kambing harus dibersihkan rutin setiap pagi, terutama lantai yang
penuh dengan kotoran kambing. Tempat pakan dan tempat minum juga harus
dibersihkan tiap hari untuk mencegah penyebaran penyakit melalui makanan dan
minuman. Setidaknya setiap 6 bulan sekali kandang sebaiknya dikosongkan dan
disemprot dengan disinfektan dengan tujuan membunuh mikroba penyebab
penyakit (Elis Juariah, 2013).

Menurut Agung Purnomoadi (2003) langkah-langkah sanitasi kandang


kambing adalah sebagai berikut :

3
1. Pembersihan kandang kambing dilakukan dua kali sehari, pagi hari jam
07.30 – 08.30. Sebelumnya ternak bisa dikeluarkan dulu, dilepas di
halaman atau padang gembala agar bisa sekaligus merumput.
2. Bersihkan lantai panggung dengan sapu lidi. Tanpa menggunakan air
karena fesesnya biasanya kering. Pembersihan lantai kandang dengan
mengggunakan air bisa dilakukan jika keadaan kandang sangat kotor dan
sulit dibersihkan.
3. Tempat pakan dibersihkan dari sisa-sisa pakan, dan disapu hingga bersih.
4. Bersihkan lantai kolong dari feses, urine, sisa pakan dan kotoran lain.
Gunakanlah sapu lidi, sekop tanah dan sapu ijuk, kemudian kotoran
diangkut kerumah pupuk. Kalau kondisinya terlalu kotor dan sulit
dibersihkan gunakanlah air dan bersihkan lantainya denga sapu lidi.
5. Got/selokan dalam dan luar kandang dibersihkan hingga alirannya bisa
lancar.
6. Bersihkan lingkungan kandang dari segala macam sampah, genangan air
ditimbuni tanah, dan semua peralatan kandang yang berserakan
ditempatkan kembali pada tempat yang benar.
7. Bersihkan kandang menggunakan bahan dan peralatan disinfektan untuk
mensterilkan kondisi kandang. Misalnya iodin dengan perbandingan 100:2
sesuai dengan prosedur penggunaan disinfektan.
8. Melakukan pengapuran, tujuannya ialah untuk membunuh
mikroorganisme seperti jamur yang bisa membuat ternak terkena penyakit
dan tidak nyaman.
9. Pencucian kembali peralatan dan perlengkapan kebersihan kandang.
10. Setelah kondisi kandang menjadi bersih dan nyaman kambing dimasukkan
kembali ke dalam kandang.

Dalam pemeliharaan ternak, kandang harus dibersihkan menyeluruh setiap


satu periode pemeliharaan selesai dilakukan, sedangkan peralatan kandang seperti
tempat pakan dan tempat minum mesti dibersihkan setiap hari. Baik pada saat
membersihkan peralatan maupun kandang, umum digunakan bahan sanitasi

4
seperti desinfektan yang berfungsi membunuh bibit penyakit. Penggunaan
desinfektan dilakukan sesuai dosis aman pemakaian dan biasanya disesuaikan
dengan jenis penyakit yang pernah berjangkit di wilayah lokasi kandang tersebut
(Elis Juariah, 2013).

2.2 Kambing Potong

Kambing potong termasuk ruminansia kecil yaitu hewan memamah biak


yang bertubuh kecil, dan cukup populer dikalangan masyarakat. Jenis ternak ini
lebih mudah dipelihara, dapat memanfaatkan limbah pertanian dan hasil ikutan
industri sebagai pakannya, produktivitas reproduksinya cukup baik. Dengan
jumlah anak perkelahiran antara 1- 4 ekor, bahkan sering dijumpai yang beranak
kembar (Mayang, 2010).

Menurut Mayang (2010) salah satu upaya untuk meningkatkan


produktivitas kambing adalah dengan melalui penggemukan. Penggemukan
terutama bertujuan untuk menghasilkan kambing potong, hal ini dilakukan agar
peningkatan berat badan harian kambing bisa lebih tinggi. PBBH yang tinggi
dapat mempersingkat waktu pemeliharaan dan lebih cepat pencapaian bobot
badan siap potong. Peningkatan mutu daging dapat memberikan kesempatan kerja
bagi para petani di pedesaan.

Jenis kambing potong yang biasa digemukkan adalah kambing yang


mempunyai pertumbuhan berat badan cepat dan efisien dalam penggunaan pakan,
antara lain :

 Kambing Jawa atau kambing kacang


 Kambing Etawa
 Kambing Peranakan Etawa (PE)

5
Ciri-ciri kambing potong yang baik untuk digemukkan menurut Mayang
(2010), yaitu memiliki ciri-ciri antara lain bila dilihat dari depan, badan berbentuk
silinder dan jika dilihat dari samping berbentuk segi empat. Pada bagian muka
lebar, dalam dan menonjol ke depan. Perbandingan panjang badan, tinggi dan
bagian tubuh lainnya serasi. Kulit halus, longgar dan lentur serta jaringan lunak
dibawah kulit tebal. Proporsi perkembangan bagian tengah dan depan sama kuat.
Leher dan bahu lebar.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan bibit kambing


adalah jenis kelamin dan penampilan fisik, seperti tubuh besar, sehat, dada dalam
dan lebar, kaki lurus, tumit tinggi, penampilan gagah, aktif, buah zakar normal,
bulu bersih dan mengkilat. Bibit yang telah dihasilkan kemudian digemukan,
kambing jantan sapihan untuk digemukan harus memiliki kriteria dasar, yakni
testis tidak cacat, bulu halus, mata cerah, dan muka cerah. Umur kambing mulai
digemukkan berkisar 6 hingga 1,5 tahun dan lama penggemukan ±5 bulan (Sirait,
2009).

2.3 Teknik Penggemukan


Secara teknis Mayang (2010) menyatakan bahwa penggemukan kambing
potong dapat diterapkan dengan 3 sistem, yaitu :
1. Penggemukan di dalam kandang
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dengan sistem ini, yaitu :
 Kandang kambing dibuat pada tempat yang kering cukup mendapatkan
sinar matahari pagi secara merata, udara segar, lantai kandang kuat dan
tersedia tempat makan dan minum.
 Ukuran kandang untuk 1 ekor kambing memerlukan 1,2 m².
 Pemberian pakan hijauan pada kambing potong perhari, yaitu 10% dari
berat badan.
 Pemberian pakan tambahan konsentrat sebaiknya diberikan 1% dari berat
badan air minum dan garam disediakan setiap saat.
2. Penggemukan di padang rumput

6
Pada sistem ini ternak kambing potong yang dipelihara dilepaskan di
padang rumput, pemeliharaanya yaitu :
 Sebaiknya hijauan terdiri dari rumput raja, rumput gajah, rumput setaria,
rumput berukuran kecil, legum (kacang-kacangan), dll.
 Penggemukan kambing potong di padang rumput ini, harus diatur pola
pengembalaannya agar rumput tetap tumbuh.
 Jumlah kambing yang dipelihara harus disesuaikan dengan padang rumput
yang tersedia.
3. Penggemukan dengan cara kombinasi
Pada sistem ini pemeliharaan menjadi semi intensif yaitu dengan cara :
 Kambing dilepaskan di padang rumput selama hijauan masih ada.
 Bila Persediaan rumput sudah mulai berkurang, maka kambing
dipindahkan ke kandang.
 Pada sistem ini tatalaksana pemeliharaan memegang peranan penting,
sebab bila terlupakan maka usaha bisa gagal.

2.4 Rekording Pemeliharaan Ternak


Pencatatan atau Rekording Farm (Farm Recording) adalah suatu proses
aktif yang dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang dilaksanakan secara
sistematik, periodik dan teratur untuk mengumpulkan, memproses dan
menganalisis informasi, yang hasilnya digunakan dalam perbaikan perencanaan,
yang bertujuan untuk mencapai tingkat pendapatan farm yang lebih tinggi.
Pencatatan merupakan administrasi dalam usaha peternakan yang sangat
diperlukan. Apabila pencatatan ini dapat dilakukan secara baik dan benar, maka
akan terasa manfaatnya (Elis Juariah, 2013).
Beberapa pencatatan (recording) yang umum dipergunakan dalam usaha
peternakan menurut Elis (2013) antara lain:

1. Pencatatan tentang identitatas ternak.


2. pencatatan tentang pemberian/konsumsi pakan dan minum ternak.
3. Pencatatan tentang pertambahan berat badan ternak.

7
4. Pencatatan tentang kesehatan ternak.
5. Pencatatan hasil produksi/panen ternak (Susu atau daging).

BAB III
MATERI DAN METODE

3.1 Waktu Pelaksanaan


Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan selama 1 bulan, yaitu pada
25 September sampai 25 Oktober 2021 di CV. Mulia Inti Sukses Kabupaten Kutai
Timur.

3.2 Materi
Bahan yang digunakan dalam kegiatan Praktek Kerja Lapangan adalah
disinfektan, kandang kambing dan ternak kambing di CV. Mulia Inti Sukses. Alat
yang digunakan adalah meteran untuk mengukur bagian-bagian kandang,
timbangan untuk mengukur bobot ternak, dan peralatan kebersihan seperti
sprayer, lap, sapu, sekop, pemotong rumput, ember, sikat, parang, dan
semacamnya.

3.3 Metode

8
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan
(PKL) yaitu dengan dengan cara partisipasi aktif dalam kegiatan yang
dilaksanakan di CV. Mulia Inti Sukses – Kutai Timur. Partisipasi aktif dilakukan
dengan mengikuti seluruh kegiatan perawatan dan pemeliharaan penggemukan
kambing. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dari pengukuran kandang, pengukuran bobot badan, jumlah
ternak, jumlah kematian, jumlah kelahiran, jumlah ternak yang berhasil
digemukkan dalam rentang waktu tertentu, metode penggemukan, dan
pengamatan langsung di lapangan terhadap obyek yang diamati. Data yang
diamati meliputi data kondisi ternak dan kondisi perkandangan. Sedangkan data
sekunder sendiri diperoleh berdasarkan hasil interview dan data hasil recording
atau pencatatan di CV. Mulia Inti Sukses.

Anda mungkin juga menyukai