Anda di halaman 1dari 18

TATALAKSANA PEMELIHARAAN TERNAK KAMBING

Oleh:

Dicki Nur Ramadhan D1E011201


Dioskuri D1E011203
Imam Kurniawan H. D1E011204
Banat Nur Restyana D1E011207
Gading Ardi Saputro D1E011210
Dimas Aprilianto D1E011211
Sena Nurenta D1E011213
Idha Ayu Lestari D1E011219
Siti Hafizha Muhiban D1E011224
Andini Erna Puspita D1E011225

LABORATORIUM PRODUKSI TERNAK POTONG


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2013
ABSTRAK

Pemilihan bibit dilakukan dengan cara melihat penampilan dari luar


yaitu bentuk badan dan tanduk tegak atau serta dan mothering ability
yang baik. Pemilihan cempe jantan yaitu dari bentuk badan dan tanduk
tegak. Umur cempe mulai digemukkan 2 bulan. Lama penggemukan
sekitar 2-4 bulan. Pemeliharaan ternak yang digemukkan tidak dipisahkan
dengan ternak lain. Cara penggemukan yang dilakukan peternak adalah
dengan cara pakan diberikan dengan tambahan dedak, rumput, dan
garam kemudian diaduk.
Tipe kandang yang digunakan pada peternakan Bapak Riskun yaitu
tipe gable roof model panggung yang terbuat dari bahan bambu,
dedaunan, kayu dan beratap genteng. Letak kandang berjarakan 3 meter
dengan rumah peternak. Luas kandang 20 m2 berukuran panjang 5 meter,
lebar 4 meter, dan tinggi 2,5 meter menghadap ke arah utara dengan
alasan agar langsung kena sinar matahari. Luas tempat pakan 23200 cm2.
Sistem penggunaan kandang secara kelompok.
Kambing tidak pernah digembalakan karena sudah dibuatkan
kandang. Kambing dimandikan disungai dengan digosok dan disabun
dengan frekuensi satu bulan sekali. Cara memotong kuku menggunakan
gunting dan dilakukan ketika cempe baru lahir. Bulu tidak pernah dicukur.
Cara perawatan induk yang bunting yaitu dengan diberi jamu temulawak
agar cempe sehat, kemudian induk bunting dipisahkan dengan kambing
lain dengan diberi sekat. Cara perawatan cempe yang baru lahir yaitu
diberikan susu kolostrum selama 2-3hari. Umur cempe disapih 3 bulan.
Tidak ada recording. Cara mengidentifikasi pada ternak melalui ciri-ciri
dan ketika 8 kali beranak ternak diafkir.
Sistem perkawinan yang dilakukan adalah secara alami. Umur
pejantan yang digunakan sebagai pemacek yaitu lebih dari 12 bulan dan
biasanya menggunakan kambing milik tetangga. Umur pertama kali kawin
untuk betina 6-7bulan, sedangkan untuk jantan lebih dari 10-12bulan.
Tanda-tanda kambing betina birahi menurut peternak yaitu, ternak teriak-
teriak ketika melihat ternak lain dan tidak mau makan. Cara pemeriksaan
kebuntingan ditandai ketika ternak tidak teriak teriak lagi dan tidak birahi.
Dlakukan 1 bulan setelah perkawinan. Tanda kambing betina yang akan
melahirkan yaitu ternak teriak-teriak dan vulva keluar lendir. Cara peternak
membantu persalinan dengan cara kambing di keluarkan dari kandang
dan melakukan proses beranak di depan rumah Litter size rata rata 2
ekor. Saat lahir cempe hidup 100% ekor dan yang mati 0% ekor. Saat di
sapih cempe hidup 100%, cempe mati 0%. Sekrasio anak yang dilahirkan
1 : 1. Umur cempe di sapih 3 bulan Cara mengatasi induk yang kesulitan
beranak yaitu menghubungi mantri hewan.
Jenis hijauan yang diberikan yaitu semacam daun singkong, rumput,
dan daun nagka. Jumlah hijauan yang diberikan 3 – 4 kg/ekor dengan
frekuensi 2 kali sehari. Ternak tidak di beri konsentrat, mineral dan
vitamin. Sumber air minum berasal dari sumur dengan jumlah yang
diberikan 1 ember.
Jenis penyakit yang sering di jumpai yaitu gatal gatal dan keracunan.
Penyakit yang pernah menyebabkan kematian karena keracunan daun
singkong. Tindakan pencegahan dilakukan dengan cara perawatan yang
baik Tindakan sanitasi kandang dan lingkungan sekitar kandang yaitu
dengan cara membersihkan kandang secara teratur dengan frekuensi 2-3
hari sekali. Ternak yang sakit di periksakan ke mantri untuk di suntik
dengan biaya Rp 30.000/suntikan.
Penjualan ternak dilakukan sewaktu-waktu saat ada kebutuhan,
alasannya biasannya karena peternak membutuhkan uang. Penentuan
harga tergantung besar kecilnya ternak. Biasanya ternak di jual dengan
melalui pengepul kemudian di bawa ke pasar. Tidak ada kesulitan yang
dihadapi. Feses kambing biasanya digunakan menjadi pupuk kandang
untuk kebutuhan sawah milik Pak Riskun.
Perkembangan ternak potong untuk kambing pada saat praktikum di
Karang Lewas pada tahun 2011 cukup bagus jumlahnya mencapai 1036
ekor kambing Jawarandu. Untuk pendanaan perkembangan kambing
Jawarandu ini berbentuk swadaya atau dari pemerintah sekitar yang
difasilitasi. Di daerah ini sangat baik pengembangannya karena bahan
baku tersedia, tempatnya pun strategis. Pada saat musim kemarau bahan
baku pakan berkurang sehingga untuk dapat memenuhi kebutuhan
pakannya mencari ketempat lain disekitar daerah tersebut.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kambing merupakan salah satu hewan liar yang tertua dijinakan
orang, mempunyai sifat yang lebih cerdik, periang dan mempunyai
kemampuan membela diri yang lebih tinggi dibandingkan dengan ternak
ruminansia kecil lainnya. Pada mulanya semua kambing dan binatang-
binatang pegunungan hidup dilereng-lereng bukit sampai di lereng yang
curam. Kambing yang kita kenal sekarang ini, di perkirakan berasal dari
tiga kambing liar, yaitu:
1. Capra Hircus, hidup pada daerah di antara Pakistan dan Turki.
2. Capra Falconeri, hidup di daerah sepanjang kasmir.
3. Capra Prica, hidup di sepanjang Balkan.
Populasi kambing terbanyak dan tersebar luas di Indonesia adalah
kambing lokal, yang biasa di sebut kambing kacang. Kambing yang
berukuran kecil tersebut sudah sangat terkenal sejak tahun 1900-an.
Setelah pemerintahan Hindia Belanda mengimpor bibit pendapatan
kambing dari India dan Eropa, jenis-jenis kambing di Indonesia semakin
beragam. Nilai ekonomi, sosial, dan budaya yang diperankan kambing
sangat nyata. Ternak kambing dapat menyumbangkan 14-25% dari total
pendapatan keluarga petani. Peranan kambing sebagai ternak potong
dalam upacara agama atau adat merupakan bentuk sumbangan terhadap
ketahanan budaya bangsa dan status sosial peternak.
Populasi ternak kambing yag berkembang di Indonesia terdiri dari
banyak jenis (ras) tetapi dalam pemeliharaannya hanya dapat dibedakan
untuk tiga tujuan yaitu, penghasil daging, susu, atau serbaguna (daging
dan susu) namun pada dasarnya di Indonesia dapat di bedakan menjadi
dua tipe, yaitu kambing penghasil daging (potong) dan penghasil susu
(perah). Potensi kambing untuk agribisnis belum banyak dilirik orang.
Peternak banyak yang kurang atau belum memperhatikan peluang pasar.
Sistem penjualan ternak masih didasarkan atas kebutuhan uang tunai,
sehingga pengelolaan ternak yang dilakukan tidak menjamin kontuinitas
dan sulit meramalkan ketersediaan ternak sebagai barang dagangan.
Pada dasarnya performans ternak kambing sangat dipengaruhi oleh faktor
genetik dan lingkungan. Keduanya saling berinteraksi dan saling
mendukung dalam meningkatkan dan mempertahankan produktivitas
ternak. Faktor genetik adalah kemampuan yang bersifat baka yang dimiliki
seekor ternak untuk tampil maksimal, sedangkan lingkungan merupakan
kesempatan yang dimiliki ternak untuk mendukung potensial genetik yang
dimilikinya. Program peningkatan mutu genetik dan produktivitas ternak
kambing asli Indonesia telah lama dilakukan oleh pemerintah antara lain
melalui persilangan, seleksi serta penyebaran bibit unggul di wilayah
nusantara.
1.2. Tujuan
Mengetahui tatalaksana bibit, tatalaksana pemberian pakan,
tatalaksana perkawinan, tatalaksana perkandangan, tatalaksana
pemeliharaan, tatalaksana kesehatan dan tatalaksana pemasaran dari
suatu peternakan kambing potong.
1.3. Metode
Cara kerja pada praktikum Tatalaksana Ternak Potong pada
komoditas kambing adalah
1. Membuat kartu praktikum.
2. Mengunjungi peternakan kambing yang ada di daerah Taman Sari,
Karang Lewas.
3. Mencatat informasi baik identitas peternak, identitas ternak,
tatalaksana pemilihan bibit, tatalaksana perkandangan, tatalaksana
pemeliharaan, tatalaksana perkawinan, tatalaksana pemberian
pakan, dan tatalaksana penanganan kesehatan.
BAB II
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

2.1. Hasil kegiatan


A. Identitas Peternak (Responden)
Pemilik peternakan kambing di desa Tamansari RT 4/2, Karang
Lewas yaitu Bapak Riskun. Asal usaha untuk ternak kambing ini dari
orang tua sedangkan tujuannya untuk memenuhi kebutuhan. Hambatan
dalam beternak kambing ini yaitu susah dalam mencari rumput untuk
pakannya, di desa ini belum terbentuk kelompok ternak karena
keterbatasan modal yang harus dikeluarkan. Kambing yang dipeihara oleh
bapak Riskun merupakan bangsa dari kambing Jawarandu.
B. Identitas Ternak
Bangsa kambing yang dipelihara adalah Jawa Randu dengan tipe
Pedaging.
C. Tatalaksana Pemilihan Bibit
Kambing yang diternakkan oleh Bapak Riskun berupa kambing Jawa
Randu tipe potong (pedaging) yang dibeli dari Pasar Ajibarang. Harga
untuk bibit jantan Rp 1.400.000,00 sedangkan betina Rp 2.000.000. Cara
pemilihan bibitnya dengan cara melihat penampilan dari luar yaitu bentuk
badan dan tanduk tegak atau serta dan mothering ability yang baik.
Pemilihan cempe jantan yaitu dari bentuk badan dan tanduk tegak. Umur
cempe mulai digemukkan 2 bulan. Lama penggemukan sekitar 2-4 bulan.
Pemeliharaan ternak yang digemukkan tidak dipisahkan dengan ternak
lain. Cara penggemukan yang dilakukan peternak adalah dengan cara
pakan diberikan dengan tambahan dedak, rumput, dan garam kemudian
diaduk.
D. Tatalaksana Perkandangan
Tipe kandang yang digunakan pada peternakan Bapak Riskun yaitu
tipe gable roof model panggung yang terbuat dari bahan bambu,
dedaunan, kayu dan beratap genteng. Letak kandang berjarakan 3 meter
dengan rumah peternak. Luas kandang 20 m2 berukuran panjang 5 meter,
lebar 4 meter, dan tinggi 2,5 meter menghadap ke arah utara dengan
alasan agar langsung kena sinar matahari. Luas tempat pakan 23200 cm2.
Sistem penggunaan kandang secara kelompok.
E. Tatalaksana Pemeliharaan
Kambing tidak pernah digembalakan karena sudah dibuatkan
kandang. Kambing dimandikan disungai dengan digosok dan disabun
dengan frekuensi satu bulan sekali. Cara memotong kuku menggunakan
gunting dan dilakukan ketika cempe baru lahir. Bulu tidak pernah dicukur.
Cara perawatan induk yang bunting yaitu dengan diberi jamu temulawak
agar cempe sehat, kemudian induk bunting dipisahkan dengan kambing
lain dengan diberi sekat. Cara perawatan cempe yang baru lahir yaitu
diberikan susu kolostrum selama 2-3 hari. Umur cempe disapih 3 bulan.
Tidak ada recording. Cara mengidentifikasi pada ternak melalui ciri-ciri
dan ketika 8 kali beranak ternak diafkir.
F. Tatalaksana Perkawinan
Sistem perkawinan yang dilakukan adalah secara alami. Umur
pejantan yang digunakan sebagai pemacek yaitu lebih dari 12 bulan dan
biasanya menggunakan kambing milik tetangga. Umur pertama kali kawin
untuk betina 6-7 bulan, sedangkan untuk jantan lebih dari 10-12 bulan.
Tanda-tanda kambing betina birahi menurut peternak yaitu, ternak teriak-
teriak ketika melihat ternak lain dan tidak mau makan. Cara pemeriksaan
kebuntingan ditandai ketika ternak tidak teriak teriak lagi dan tidak birahi.
Dlakukan 1 bulan setelah perkawinan. Tanda kambing betina yang akan
melahirkan yaitu ternak teriak-teriak dan vulva keluar lendir. Cara peternak
membantu persalinan dengan cara kambing di keluarkan dari kandang
dan melakukan proses beranak di depan rumah Litter size rata rata 2
ekor. Saat lahir cempe hidup 100% ekor dan yang mati 0% ekor. Saat di
sapih cempe hidup 100%, cempe mati 0%. Sekrasio anak yang dilahirkan
1 : 1. Umur cempe di sapih 3 bulan Cara mengatasi induk yang kesulitan
beranak yaitu menghubungi mantri hewan.
G. Tatalaksana Pemberian Pakan
Jenis hijauan yang diberikan yaitu semacam daun singkong, rumput,
dan daun nagka. Jumlah hijauan yang diberikan 3 – 4 kg/ekor dengan
frekuensi 2 kali sehari. Ternak tidak di beri konsentrat, mineral dan
vitamin. Sumber air minum berasal dari sumur dengan jumlah yang
diberikan 1 ember.
H. Tatalaksana Penanganan Kesehatan
Jenis penyakit yang sering dijumpai yaitu gatal gatal dan keracunan.
Penyakit yang pernah menyebabkan kematian karena keracunan daun
singkong. Tindakan pencegahan dilakukan dengan cara perawatan yang
baik Tindakan sanitasi kandang dan lingkungan sekitar kandang yaitu
dengan cara membersihkan kandang secara teratur dengan frekuensi 2-3
hari sekali. Ternak yang sakit diperiksakan ke mantri untuk disuntik
dengan biaya Rp 30.000/suntikan.
I. Produk Dan Pemasaran
Penjualan ternak dilakukan sewaktu-waktu saat ada kebutuhan,
alasannya biasannya karena peternak membutuhkan uang. Penentuan
harga tergantung besar kecilnya ternak. Biasanya ternak dijual dengan
melalui pengepul kemudian dibawa ke pasar. Tidak ada kesulitan yang
dihadapi. Feses kambing biasanya digunakan menjadi pupuk kandang
untuk kebutuhan sawah milik Pak Riskun.
J. Data Pendukung
Perkembangan ternak potong untuk kambing pada saat praktikum di
Karang Lewas pada tahun 2011 cukup bagus jumlahnya mencapai 1036
ekor kambing Jawarandu. Untuk pendanaan perkembangan kambing
Jawarandu ini berbentuk swadaya atau dari pemerintah sekitar yang
difasilitasi. Di daerah ini sangat baik pengembangannya karena bahan
baku tersedia, tempatnya pun strategis. Pada saat musim kemarau bahan
baku pakan berkurang sehingga untuk dapat memenuhi kebutuhan
pakannya mencari ketempat lain.
2.3 Pembahasan
A. Tatalaksana Pemilihan Bibit
Direktorat Pembibitan Ternak (2012) menyatakan bahwa ternak
kambing yang akan dijadikan sebagai bibit harus memenuhi persyaratan
umum yang meliputi bibit kambing/domba yang dipilih berasal dari daerah
yang bebas penyakit hewan menular dan harus melalui pemeriksaan dan
pengamatan terhadap penyakit menular sesuai ketentuan (antara lain
bebas Brucellosis). Bibit kambing/domba harus sehat dan bebas dari
segala cacat fisik seperti cacat mata (kebutaan), tanduk patah, pincang,
lumpuh, kaki dan kuku abnormal, serta tidak terdapat kelainan tulang
punggung atau cacat tubuh lainnya. Bibit kambing/domba harus bebas
dari cacat alat reproduksi. Ciri untuk calon pejantan yaitu tubuh besar dan
panjang dengan bagian belakang lebih besar dan lebih tinggi, dada lebar,
tidak terlalu gemuk, gagah, aktif dan memiliki libido (nafsu kawin) tinggi.
Kaki lurus dan kuat. Dari keturunan kembar. Umur antara 1,5 sampai 3
tahun.
Ciri-ciri kambing potong yang baik untuk digemukkan menurut
Mayang (2010), yaitu memiliki ciri-ciri antara lain bila dilihat dari depan,
badan berbentuk silinder dan jika dilihat dari samping berbentuk segi
empat. Pada bagian muka lebar, dalam dan menonjol ke depan.
Perbandingan panjang badan, tinggi dan bagian tubuh lainnya serasi. Kulit
halus, longgar dan lentur serta jaringan lunak dibawah kulit tebal. Proporsi
perkembangan bagian tengah dan depan sama kuat. Leher dan bahu
lebar.
Sirait (2009) menambahkan bahwa Pemilihan bibit ternak harus
disesuaikan dengan tujuan dari usaha apakah untuk pedaging atau perah,
misalnya kambing kacang untuk produksi daging, kambing etawah untuk
produksi susu, dan lain-lain. Pemilihan bibit ternak merupakan langkah
penting setelah penentuan lokasi. Langkah ini bertujuan untuk
memperoleh pertambahan berat badan harian yang tinggi pada rentang
waktu pemeliharaan, sehingga keuntungan yang diperoleh maksimal.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan bibit kambing
adalah jenis kelamin dan penampilan fisik, seperti tubuh besar, sehat,
dada dalam dan lebar, kaki lurus, tumit tinggi, penampilan gagah, aktif,
buah zakar normal, bulu bersih dan mengkilat. Bibit yang telah dihasilkan
kemudian digemukan, cempe jantan sapihan untuk digemukan harus
memiliki kriteria dasar, yakni testis tidak cacat, bulu halus, mata cerah,
dan muka cerah. Umur cempe mulai digemukan, yaitu 7 bulan dan lama
penggemukan ±5 bulan.
B. Tatalaksana Perkandangan
Bangunan, peralatan, persyaratan teknis dan letak kandang yang
memenuhi persyaratan menurut Peraturan Menteri Pertanian nomor
57/Permentan/ot.140/10/2006 tentang pedoman pembibitan kambing dan
domba yang baik kriteria sebagai berikut yaitu untuk bangunan adalah
kandang pejantan, kandang induk, kandang pembesaran, kandang isolasi
ternak yang sakit, gudang pakan dan peralatan, unit penampungan dan
pengolahan limbah. Peralatan yaitu tempat pakan dan tempat minum, alat
pemotong dan pengangkut rumput, alat pembersih kandang dan
pembuatan kompos, peralatan kesehatan hewan, persyaratan teknis
kandang, konstruksi harus kuat, terbuat dari bahan yang ekonomis dan
mudah diperoleh, sirkulasi udara dan sinar matahari cukup, drainase dan
saluran pembuangan limbah baik, serta mudah dibersihkan. Lantai rata,
tidak licin, tidak kasar, mudah kering dan tahan injak. luas kandang
memenuhi persyaratan daya tampung. kandang isolasi dibuat terpisah.
Letak kandang memenuhi persyaratan sebagai berikut yaitu mudah
diakses terhadap transportasi, tempat kering dan tidak tergenang saat
hujan, dekat sumber air, cukup sinar matahari, kandang tunggal
menghadap timur, kandang ganda membujur utara-selatan, tidak
mengganggu lingkungan hidup, memenuhi persyaratan higiene dan
sanitasi.
Kandang kambing menurut Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
Propinsi Lampung harus memenuhi kriteria yaitu ukuran kandang untuk
anak 1 X 1,2 m /2 ekor (lepas sapih), jantan dewasa 1,2 X 1,2 m/ ekor.
Dara/ Betina dewasa 1 X 1,2 m /ekor. Induk dan anak 1,5 X 1,5 m/induk +
2 anak. Bentuk kandang menurut Balai Pengkajian dan Pengembangan
Teknologi Pertanian (BP2TP) yaitu kandang panggung dengan lantai
bercelah 1 cm. Untuk kambing jantan dewasa berukuran1 x 1,5 m/ekor.
Untuk induk kambing dengan anaknya berukuran 1 x 1,5 m/ekor. Kambing
muda (di bawah 1 tahun) berukuan 0,8 m 2/ekor. Anak kambing 0,6
m2/ekor. Bahan dari kayu untuk tiang.
C. Tatalaksana Pemeliharaan
Menurut Sirait (2009), Perawatan merupakan salah satu bagian
daripada pemeliharaan ternak yang tidak dapat diabaikan begitu saja.
Beberapa perawatan penting yang harus dilakukan secara rutin dalam
pemeliharaan ternak yaitu domba kambing antara lain :
1) Memandikan
Ternak yang tidak pernah dimandikan, maka bulunya akan kotor,
gembel dan lembab terutama domba yang tidak pernah dicukur bulunya.
Keadaan seperti ini merupakan tempat yang baik untuk bersarangnya
kuman penyakit, parasit dan jamur yang dapat membahayakan terhadap
kesehatan ternak. Tujuan memandikan ternak yaitu untuk menjaga
kesehatan ternak dari kuman penyakit, parasit dan jamur yang bersarang
dalam bulu. Ternak yang dimandikan tampak lebih bersih, menarik dan
lebih sehat. Sebaiknya ternak dapat dimandikan secara rutin untuk jantan
seminggu sekali sedangkan betina dapat dimandikan sebulan sekali.
Dalam memandikan ternak jantan dapat di dalam kandang atau dapat
dilakukan di luar kandang atau di tempat pemandian (sumur dan kolam
renang), sedangkan ternak betina dimandikan di dalam kandang sekaligus
untuk sanitasi kandang.
2) Pencukuran bulu
Domba yang tidak pernah dicukur bulunya akan menjadi gembel dan
akan sulit untuk dibersihkan, kondisi bulu yang seperti ini merupakan
tempat yang baik untuk bersarangnya penyakit, parasit dan jamur yang
dapat membahayakan kesehatan ternak. Tujuan dilakukan pencukuran
yaitu untuk menjaga kesehatan dari kuman penyakit, parasit-parasit luar
(ekto parasit) seperti kutu serta penyakit kulit lainnya yang disebabkan
oleh jamur. Selain untuk pencegahan penyakit, pencukuran juga dilakukan
untuk memperindah domba terutama pejantan. Pada betina, seluruh
rambut yang menempel di badan dipotong sedangkan pada jantan
biasanya disisakan pada bagian leher (jenggot) dan punggung bagian
depan untuk menambah kesan kejantanan dan keindahan ternak.
Sebelum dicukur sebaiknya domba dimandikan terlebih dahulu agar
dalam pelaksanaan pencukuran lebih mudah. Pencukuran dapat
dilakukan setahun 1 sampai 2 kali pada betina, sedangkan pada pejantan
dilakukan setiap 3 sampai 4 bulan karena pejantan harus selalu kawin dan
jika rambutnya panjang akan mengganggu aktivitas perkawinan, juga
mengurangi keindahan. Pencukuran yang pertama dilakukan pada waktu
domba telah berumur lebih dari 6 bulan agar domba tidak stress.
3) Pemotongan kuku
Pemotongan kuku merupakan salah satu dari kegiatan perawatan
kesehatan DOKA. Kuku yang panjang akan mengganggu proses
pertumbuhan anak, karena anak akan berjalan dengan tidak wajar akibat
terganggu oleh kuku. Cara berjalan yang tidak wajar tersebut akan terus
terbawa sampai dewasa, hal ini akan menurunkan nilai jual. Pada DOKA
dewasa, pemotongan kuku juga merupakan langkah preventif terhadap
kemungkinan terjangkitnya penyakit kuku (pododermatitis) akibat banyak
terselipnya kuman-kuman penyakit pada sela-sela kuku. Selain itu kuku
yang panjang terutama pada jantan akan mengganggu proses perkawinan
karena pejantan tidak bisa berdiri secara sempurna. Jika kuku tersebut
patah maka akan mengakibatkan luka dan infeksi. Pemotongan kuku pada
anak dimulai sejak anak berumur 6 bulan dan selanjutnya dilakukan
seperti pada induk betina dan pejantan, yaitu 3-6 bulan sekali.
D. Tatalaksana Perkawinan
Murtidjo (1995) bahwa dewasa kelamin pada ternak kambing untuk
jantan adalah pada usia 8 bulan, sedangkan kambing betina pada usia 15
bulan. Dengan alasan ini, maka kambing betina dapat mulai dikawinkan
untuk pertama kalinya mulai usia 15 bulan. Sedangkan, untuk kambing
jantan yang ideal mulai dikawinkan sebagai ternak pemacak adalah
setelah mencapai usia di atas 12 bulan.
Masa birahi untuk kambing betina berlangsung selama 24-48 jam
dan akan timbul tiap berselang 18-21 hari. Tanda-tanda birahi pada
kambing betina adalah ternak tampak gelisah dan sering mengeluarkan
suara-suara. Sering mengibas-ngibaskan ekor, jika ekor dipegang maka
akan diangkat ke atas. Nafsu makan berkurang, bila kambing
digembalakan sebentar-sebentar akan berhenti merumput. Vulva nampak
membengkak berwarna merah. Dari vagina keliar cairan berwarna putih
agak pekat. Bagi kambing perah, produksi air susu menurun. Bagi
kambing betina yang dipelihara dalam kandang sering tidak menunjukkan
gejala di atas. Keadaan demikian disebut birahi tenang (Murtidjo, 1995).
Saat perkawinan yang tepat adalah pada waktu ternak kambing
betina mengalami birahi. Pada saat itu bila ternak kambing betina dewasa
menunjukkan birahi pada pagi hari, maka sorenya adalah waktu yang
tepat untuk dikawinkan. Sedangkan, bila tanda-tanda birahi itu terjadi di
sore hari, maka pagi harinya harus segera dikawinkan (Tomaszewska,
1993).
Menurut Murtidjo (1995), lama kebuntingan kambing berlangsung
selama 150-154 hari atau rata-rata 152 hari. Pada bulan pertama
kebuntingan sangat sulit diketahui secara visual. Tanda-tanda yang
mudah diketahui bahwa kambing mulai bunting adalah tidak timbulnya
birahi lagi. Akan tetapi, tidak timbulnya birahi lagi tidak selalu positif
adanya kebuntingan, sebab ada hal-hal pathologis pada uterus atau
ovarium yang dapa meniadakan sama sekali gejala birahi. Gejala
kebuntingan yang tampak secara umum yaitu kambing menjadi tenang
dalam kelanjutan kebuntingan terlihat adanya pertambahan besar pada
dinding perut. Bagi kambing yang baru pertama kali mengalami
kebuntingan akan terlihat sangat mencolok adanya perkembangan
ambing pada usia kebuntingan 2-3 bulan. Adanya kecenderungan
kenaikan berat tubuh. Adakalanya pada usia kebuntingan, gerak dari
foetus dapat terlihat dari luar, terutama pada kambing yang kurus.
Gerakan ini dapat dilihat pada bagian perut sebelah bawah, sisi kanan
belakang.
E. Tatalaksana Pemberian Pakan
Syarat pakan menurut Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
Propinsi Lampung yaitu mengandung gizi (berasal dari bebagai jenis
bahan) disukai ternak, mudah dicerna, tidak bercun, dan jumlahnya cukup.
Bahan makanan yang dibutuhkan kambing 10 % dari berat badannya
untuk pakan hijauan sebaiknya diberikan 20 % dari berat badan karena
memperhitungkan makan yang terbuang. Komposisi pakan untuk dewasa
75 % rumput, 25 % daun-daunan termasuk kacang-kacangan. untuk
kambing bunting 60 % rumput, 40 % daun-daunan termasuk kacang-
kacangan. Untuk kambing menyusui 50 % rumput, 50 % daun. Utuk anak
lepas sapih 60 % rumput, 40 % daun.
Beberapa jenis pakan untuk kambing menurut Balai Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP) yaitu ransum dasar meliputi
jenis rumput lapangan, rumput unggul dan jenis hijauan lain yang tersedia
seperti Setaria, rumput DB, rumput benggala, rumput gajah, rumput
Lapang. Jumlahnya 10-15% dari bobot badan. Waktu pemberian 2 x yaitu
pagi jam 10.00 dan siang jam 14.00. Ransum tambahan meliputi jenis
legominosa: lamtoro, gamal, kaliandra, turi, siratro, desmodium, dan
flamingio, kalopo, sentrosoma, lamtoro. Jenis hasil ikutan pertanian:
dedak padi, bungkil kelapa, bungkil kedelai , pucuk tebu dan ampas sagu.
Jumlah 2-3% dari bobot badan. Konsentrat yaitu dedak, bungkil-bungkilan,
ampastahu, umbi-umbian dan lain-lain. Waktu pemberian 1 x pada sore
hari. Mineral berupa garam dapur dan tepung tulang. Pemberian air
minum pada ternak kambing dilakukan secara tidak terbatas (ad libitum).
F. Tatalaksana Penanganan Kesehatan
Menurut Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi Lampung
jenis penyakit yang sering dijumpai pada ternak kambing adalah
kurap/kudis (scabies), penyebab parasit kulit (termasuk kutu). Kembung
Perut (Bloat/Thympani), penyebab gas yang timbul oleh makanan (rumput
muda). Penyakit Cacing.
Tindakan pencegahan penyakit dalam pemeliharaan ternak kambing
menurut peraturan menteri pertanian nomor 57/permentan/ot.140/10/2006
tentang pedoman pembibitan kambing dan domba yang baik adalah
pembibitan kambing dan domba harus melakukan vaksinasi dan
pengujian/tes laboratorium terhadap penyakit hewan menular tertentu
yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang. Mencatat setiap
pelaksanaan vaksinasi dan jenis vaksin yang dipakai dalam kartu
kesehatan ternak. Melaporkan kepada Kepala Dinas yang membidangi
fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat terhadap kemungkinan
timbulnya kasus penyakit, terutama yang diduga/dianggap sebagai
penyakit hewan menular. Penggunaan obat hewan harus sesuai dengan
ketentuan dan diperhitungkan secara ekonomis. Pemotongan kuku
dilakukan minimal 3 (tiga) bulan sekali. Melakukan tindakan biosecurity.
G. Produk Dan Pemasaran
Pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan
oleh perusahaan baik itu perusahaan barang atau jasa dalam upaya untuk
mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. Hal tersebut disebabkan
karena pemasaran merupakan salah satu kegiatan perusahaan, di mana
secara langsung berhubungan dengan konsumen. Maka kegiatan
pemasaran dapat diartikan sebagai kegiatan manusia yang berlangsung
dalam kaitannya dengan pasar.
Aspek pemasaran juga cukup penting bahkan mampu memberikan
keuntungan lumayan. Pengamatan oleh Departemen Layanan Hewan
(JPH) menunjukkan bahwa produksi ternak kambing lebih banyak dijual
sebagai baka karena permintaan yang tinggi sehingga menyebabkan
pasokan tidak mencukupi. Namun, selain baka, Produk by pass yang bisa
dipasarkan juga meliputi pupuk organik, ternak potong, susu segar, susu
perisa atau dadih. Pada praktikum kemarin untuk pengolahan limbah
berupa pupuk kompos dimanfaatkan untuk sawah milik peternak sendiri.
Sewaktu-waktu ternak juga akan dipasarkan untuk kebutuhan, penjualan
ternak tersebut dilakukan ke pengepul atau dipasar sekitar.
H. Data Pendukung
Perkembangan ternak potong untuk kambing pada saat praktikum di
Karang Lewas pada tahun 2011 cukup bagus jumlahnya mencapai 1036
ekor kambing Jawarandu. Untuk pendanaan perkembangan kambing
Jawarandu ini berbentuk swadaya atau dari pemerintah sekitar yang
difasilitasi. Di daerah ini sangat baik pengembangannya karena bahan
baku tersedia, tempatnya pun strategis. Pada saat musim kemarau bahan
baku pakan berkurang sehingga untuk dapat memenuhi kebutuhan
pakannya mencari ketempat lain disekitar daerah tersebut.
BAB III
KESIMPULAN

Dilihat dari segi tatalaksana pemilihan bibit, tatalaksana pemberian


pakan, tatalaksana perkawinan, tatalaksana perkandangan, tatalaksana
pemeliharaan, tatalaksana penanganan kesehatan, serta produk dan
pemasaran peternakan Pak Riskun masih tergolong peternakan rakyat
yang masih tradisional dan perlu beberapa perbaikan tatalaksana
dibeberapa bidang seperti tatalaksana pemberian pakan ditambah dengan
konsentrat, dan tatalaksana perkandangan yang terlalu dekat dengan
rumah.
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Perbibitan Ternak. 2012. Pedoman Pelaksanaan Pengawalan


dan Koordinasi Perbibitan Tahun 2012. Kementerian Pertanian.
Jakarta.

Mayang, Farida Sukmawati. 2010. Penggemukan Kambing Potong. Balai


Informasi Penyuluhan Pertanian. Subang.

Murtidjo, B. A. Memelihara Kambing sebagai Ternak Potong dan Perah.


Kanisius. Yogyakarta.

Peraturan menteri pertanian nomor57/permentan/ot.140/10/2006. Tentang


Pedoman Pembibitan Kambing dan Domba yang Baik.

Sirait, Janri Wolden Halomoan. 2009. Strategi Pengembangan Usaha


Peternakan Kambing Perah pada PT. Caprito A. P. Kecamatan Cariu
Kabupaten Bogor. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Tomaszewska, M. W., et al. 1993. Produksi Kambing dan Domba di


Indonesia. Sebelas Maret University Press. Solo.

Anda mungkin juga menyukai