PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Keberhasilan usaha pembibitan sapi sangat tergantung pada tatalaksana pemeliharaan yang
diterapkan. Tatalaksana pemeliharaan yang tidak benar akan berpengaruh terhadap hasil produksi
bahkan dapat mengakibatkan kerugian yang besar. Umumnya pengembangan pembibitan sapi
potong di Indonesia masih sangat diperlukan perbaikan dari manejemen pemuliaan ternak yang
(Permentan,2014).
Pemeliharaan dan pengembangan sapi pejantan sebagai pejantan unggul untuk diambil
dasar. Kriteria dasar tersebut meliputi pemilihan bangsa, genetik dan kesehatan ternak. Pemeriksaan
kesehatan perlu dilakukan terutama terhadap kemungkinan terserang atau mengidap penyakit yang
reproduksi perlu di ketahui dan di petakan secarah akurat, sehingga upaya pengendalian,
pencegahan dan penanganan bisa membuahkan hasil yang optimal (Santoso,2014). Beberapa
permasalahan seperti kualitas semen pejantan yang sering mengalami penurunan, bahkan semen
tidak bisa ditampung karena pejantan tidak bisa menaiki pemancing (Libido rendah).
Faktor utama produktifitas ternak adalah kesehatan ternak, pakan dan lingkungan sekitar
ternak. Pengendalian penyakit pada suatu peternakan merupakan salah satu bagian yang penting
dalam sebuah usaha peternakan, karena pengendalian penyakit berhubungan langsung dengan
kesehatan ternak yang merupakan bagian dari faktor pendukung produktifitas ternak. Kesehatan
ternak dapat diketahui dengan melihat status fisiologisnya, melalui dari tingkah laku hingga
konsumsi pakan hariannya (Akoso,2006). Ternak yang terserang penyakit akan mengakibatkan
turunya produksi semen dan kualitas semen yang dihasilkan, bahkan dampak yang paling fatal
Rumusan masalah dalam kegiatan praktik kerja lapang adalah bagaimana manajemen
1.3. Tujuan
Tujuan praktik kerja lapang di Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari adalah untuk
mengetahui manajemen kesehatan sapi Limousin di Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari
serta mengidentifikasi kasus penyakit yang pernah menyerang sapi pejantan Limousin di Balai Besar
1.4. Manfaat
Manfaat dari praktik kerja lapang di Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari untuk
memperoleh pengalaman secara langsung dan memperoleh wawasan yang lebih luas mengenai
dunia peternakan khususnya di dunia kesehatan ternak serta memperoleh bekal yang dapat
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.Sapi limousin
Sapi Limousin termasuk Bos taurus berasal dari Perancis, merupakan sapi potong
yang berkualitas baik. Secara genetik sapi Limousin adalah sapi potong yang berasal dari wilayah
beriklim dingin, merupakan sapi tipe besar, mempunyai volume rumen yang besar, voluntary
intake (kemampuan menambah konsumsi di luar kebutuhan yang sebenarnya) yang tinggi
dan metabolic rate yang cepat, sehingga menuntut tata laksana pemeliharaan lebih teratur. Sapi
Limousin mempunyai beberapa keistimewaan di bandingankan dengan sapi bangsa lainnya yaitu
merupakan sapi tipe besar dengan pertumbuhan yang lebih cepat dengan kualitas daging sapi lebih
bagus, tampa lemak, dagingnya empuk dan lezat, serta lebih tahan terhadap serangan penyakit juga
mempunyai karakteristik reproduksi yang tinggi dan mudah digunakan dalam proses persilangan
Ciri-ciri sapi sehat harus diketahui oleh petugas peternak atau peternak, karena hal ini
penting untuk menetapkan diagnosa awal dari status fisiologi. Sapi yang sehat memiliki ciri mata
yang bersinar, kondisi tubuhnya normal, bagian tubuh aktif bergerak, serta tanggap dengan keadaan
sekitar (Akoso,2006). Sapi yang memiliki dada yang lebar dengan tulang rusuk yang panjang serta
tanpa adanya cacat pada tubuhnya, ciri lain dari ternak yang sehat adalah kulit dan bulunya tampak
bersih,mengkilap serta halus dan alat gerakanya terutama ekor selalu aktif mengibas (Sugeng 2000).
2.3. Biosecurity
memungkinkan dapat menginfeksi pada ternak disuatu farm. Menurut komara (2008) tindakan
pencegahan penyakit merupakan tindakan yang bijaksana untuk mencegah berbagai macam
meminimalkan kesempatan agen penyakit berhubungan dengan induk semang, dan membuat
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan pengamatan jarak jauh dan pengamatan jarak dekat
terhadap sapi. Sapi yang sehat akan menunjukan sikap aktif, sigap dan tanggap terhadap keadaan di
lingkungan sekitarnya (Akoso,2006). Sedangkan sapi yang tidak sehat akan menunjukan sikap yang
selayaknya yaitu mata bersinar, mulut dan hidung tidak berlendir serta bagian tubuh aktif bergerak.
Penyakit merupakan hal yang merugikan dalam usaha ternak baik dalam pembibitan
maupun penggemukan, contoh penyakit yang dapat menular melalui perkawinan seperti Brucellosis,
Leptospirosis, Enzootic Bovine Leucosis (EBL) dan infection Bovine Rhinotracheitis (IBR) yang bisa
berpengaruh terhadap kualitas semen yang dihasilkan (Hartati, 2010). Adanya dua belas (12),
penyakit yang harus bebas pada sapi jantan maupun betina dalam usaha breeding yang dilakukan
Pencegahan penyakit perlu dilakukan guna menghindari penularan penyakit berbahaya yang
dapat mengganggu produktifitas. Pencegahan penyakit menular dipusatkan pada penggunaan agen
biologis melalui pemberian vitamin, serta melakukan tindakan isolasi terhadap ternak yang terserang
penyakit untuk mencegah penularan penyakit berbahaya pada ternak lainnya (Akoso 2008).
Pencegahan penyakit yang paling sederhana dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan sapi dan
kandang serta pemberian vitamin atau mengisolasi ternak yang terjangkit dan melakukan
Pengobatan penyakit yang menyerang ternak sapi biasanya dilakukan pemberian obat-
obatan berdasarkan pada gejala klinis yang muncul, berdasarkan hasil dari pemeriksaan fisik dan
Recording merupakan pencatatan terhadap riwayat ternak yang meliputi pencatatan identitas
ternak,status fisiologi ternak serta riwayat penyakit yang pernah menyerang ternak
Recording sangat diperlukan dalam usaha peternakan karena dapat dijadikan evaluasi pengelolaan
2.9. Vaksinasi
Pengendalian penyakit hewan adalah suatu upaya mengurangi interaksi antara hospes agent
(penyebab penyakit) sampai pada tingkat dimana hanya sedikit hewan yang terinfeksi, karena
jumlah agen penyakit telah dikurangi atau dimatikan, oleh sebab itu hospes telah dilindungi dan
infeksi pada hospes dapat dicegah. Salah satu cara untuk melakukan pengendalian terhadap
penyakit adalah dengan melakukan upaya pencegahan penyakit diantaranya dengan melakukan
vaksinasi. Tujuan vaksinasi adalah memberikan kekebalan (antibodi) pada ternak sehingga dapat
antibodi khusus terhadap penyakit-penyakit yang disebabkan oleh virus,bakteri dan protozoa.
‘Pengebalan hewan” dapat dilakukan melalui vaksinasi, imunisasi (pemberian antisera), peningkatan
status gizi dan hal lain yang mampu meningkatkan kekebalan hewan (Roth H.J. & Gay C.G. 2006).
Mekanisme efektor dalam respon imun spesifik dilaksanakan melalui 2 cara yaitu:
a) Imunitas humoral, yang menggunakan substansi berbentuk globulin yang dinamakan antibody yang
b) Imunitas seluler, yang melibatkan jenis limfosit atau sering dinamakan limfosit T.
Vaksinasi juga mendukung kepentingan ekonomi yang disebabkan oleh penyakit. Artinya,
Beberapa vaksin juga dapat melindungi manusia agar tidak tertular oleh penyakit zoonosis.
dan pemeriksaan diagnostik. Pemeriksaan penapisan dimaksudkan untuk mendeteksi adanya suatu
penyakit sedini mungkin agar intervensi dapat dilakukan lebih efektif. Umumnya pemeriksaan
penapisan relatif sederhana dan mempunyai kepekaan tinggi. Pemeriksaan diagnostik dilakukan
pada pasien yang memiliki gejala, tanda klinik, riwayat penyakit atau nilai pemeriksaan penapisan
yang abnormal. Pemeriksaan diagnostik ini cenderung lebih rumit dan spesifiK untuk pasien secara
individual. Pemeriksaan laboratorium seperti hematologi, urinalisis, kimia darah perlu dilakukan
2.11. Sanitasi
Tindakan sanitasi adalah tindakan yang yang dijalankan dalam pemeliharaan sapi bertujuan
untuk menjaga kesehatan melalui kebersihan agar ternak terbebas dari infeksi penyakit. Menurut
Santoso (2006), tingkat sanitasi dan higine merupakan indikator kebaikan manajemen kesehatan
ternak. Oleh karnanya ada beberapa hal yang perlu dilakukan dalam menyusun program kesehatan
ternak yaitu:
a) Sanitasi lingkungan yang terbaik adalah menjaga kebersihan. Penyakit yang disebabkan oleh
mikroorganisme dan parasite lebih mudah berkembang biak pada lingkungan yang kotor.
b) Keadaan yang harus bersih hama pada peralatan oprasional yang digunakan dalam melakukan
c) Digunakan beberapa desinfektan, tetapi harus diingat bahwa desinfektan sering inaktif bila terjadi
kontak dengan bahan organik seperti darah, jaringan tinja, atau tanaman (sisa pakan) desinfektan
Praktik Kerja Lapang ini dilaksanakan di Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari yang
berada di Desa Toyomarto Kecamatan Singosari Kabupaten Malang, Jawa Timur. PKL ini dilaksanakan
selama satu bulan dua minggu mulai tanggal 25 September sampai dengan 07 November 2018.
3.2.Khalayak Sasaran
Khalayak sasaran dan Khalayak sarana pada pelaksanaan praktik kerja lapang adalah
Pejantan Sapi Limousim di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur
3.3.Materi
Materi yang digunakan dalam praktik kerja lapang yaitu 78 ekor Sapi Limousin di Balai Besar
Inseminasi Buatan Singosari Kabupaten Malang, sebagai objek pengamatan utama dan
data recording kesehatan Sapi Limousin di BBIB Singosari. Alat yang digunakan dalam penyusunan
Laporan Praktik Kerja Lapang untuk mendokumentasikan setiap kegiatan penanganan penyakit yang
3.4.Metode
a) Observasi
Pengambilan data primer dilakukan dengan cara pengamatan langsung di lokasi praktik kerja
lapang Manajemen kesehatan sapi Limousin dilokasi meliputi: Pemantauan kesehatan harian,
penanganan, penyakit, Pemberian vitamin, Pemberian obat cacing, Perawatan kuku, Tindakan
Lapang (PKL)
c) Wawancara langsung dengan karyawan dan juga petugas KESWAN Balai Besar Inseminasi Buatan
3.5.Analisis Data
Data yang di peroleh dianalisa secara deskriptif kemudian dibandingkan dengan pustaka
BAB IV
Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari terletak di Dusun Glatik, Desa Toyomarto,
Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari
berada pada ketinggian 800-1200 m diatas permukaan laut, dengan rata-rata suhu antara 16-22 ºC,
kelembaban udara berkisar antara 70-90% dan curah hujan 2,233 mm/tahun.
Luas areal Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari adalah 67,72 hektar dilengkapi
Pemerintah Jawa Timur pada tahun 1976 melakukan kerjasama dengan Pemerintahan Belgia
(AB05 dan ATA73) dengan tujuan untuk mendirikan laboratorium di daerah Wonocolo, Surabya Jawa
Balai Inseminasi Buatan Wonocolo. Pada tahun 1982, laboratorium di Wonocolo dipindahkan ke
Singosari Malang Jawa Timur, kemudian pada tahun 1984 Direktur Jendral menetapkan sebagai
Cabang Balai Inseminasi Buatan (BIB) Singosari. Pada tahun 1986 terjadi kerjasama dengan
Strenghening of Singosari Artificial Center – ATA 223” , melaui Japan Intational Cooperation Agency
(JICA).
1988, dilakukan peningkatan status Cabang Balai Inseminasi Buatan (BIB) Singosari menjadi Balai
Inseminasi Buatan (BIB) Singosari. Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jendral Peternakan
No.52/OT.210/Kpts/0896 pada tanggal 29 Agustus 1996 Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB)
Singosari ditetapkan sebagai Pusat Pelatihan Inseminasi Buatan. Berdasarkan Keputusan Menteri
Inseminasi Buatan (BIB) Singosari menjadi Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari, kemudian
pada tanggal 5 Februari 2010 Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari ditetapkan menjadi Pola
No.54/KMK.05/2010.
Harapan” yang telah teregistrasi di Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia No.IDM000138723.
Dengan motto tersebut Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari senantiasa memproduksi
semen beku berkualitas sesuai dengan SNI 01-4869-1-2008 dengan menggunakan bahan pengencer
Sebagai jaminan terhadap kualitas semen beku Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari,
laboratorium Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari telah terakditasi yang kedua kalinya
pada tanggal 19 Februari 2010, Menerapkan dan Memelihara Sistim Mutu sesuai ISO/IEC
17025;2005.
“Menjadi Model BLU yang Handal, Akuntabel, dan Inovatif Berbasis Teknologi Peternakan Bertaraf
Internasional”.
1. Meningkatkan produksi dan diserfikasi semen beku serta produk layanan penunjang yang
berkualitas.
2. Melaksanakan replacement pejantan dan produksi bibit unggul secara berkesinambungan yang
3. Meningkatakan profesionalisme SDM melalui pendidikan dan pelatihan serta promosi dan
4. Mengoptimalkan fasilitas serta meningkatkan nilai tambah aset fisik dan intelektual pengembangan
5. Meningkatkan kualitas pelayanan, pemasaran dan penjualan produk, monitoring dan evaluasi.
6. Meningkatkan tertib administrasi dan keuangan, efisiensi dan akuntabilitas, koordinsi dan
4.6.1.Tugas Pokok
Produksi, Distribusi, Pemasaran dan pemantauan mutu semen ternak unggul serta
Balai besar inseminasi buatan (BBIB) Singosari memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Penyusunan program, evaluasi dan laporan kegiatan produksi, pemasaran dan pemantauan
2. Pelaksanaan produksi dan pemberian saran teknis produksi semen ternak unggul;
8. Pelaksanaan pengujian keturunan dan peningkatan mutu genetik pejantan ternak unggul;
4.7.Inovasi Organisasi
inovasi dalam kerjasama dalam dan luar negeri. Berikut adalah beberapa inovasi BBIB Singosari :
Kesehatan hewan di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari merupakan suatu bagian dari
seksi pemeliharaan dan peningkatan mutu genetik ternak yang berfungsi untuk menjaga kesehatan
hewan, mencegah timbulnya suatu penyakit pada hewan dan melakukan pengobatan pada hewan.
Kesehatan hewan dapat dibagi menjadi beberapa bagian pokok yang meliputi pencegahan,
Semen yang berkualitas baik akan berbanding lurus dengan kondisi kesehatan pejantan
dimana kesehatan merupakan salah satu kunci keberhasilan dari pembibitan pejantan dan
merupakan faktor yang mempengaruhi performa pejantan. Pejantan yang sakit akan mengalami
penurunan performa dan apabila pejantan terserang penyakit yang menular serta tidak ada
penanganan khusus yang dilakukan maka akan berakibat fatal. Menurut pendapat Nainggolan (2013)
bahwa keberhasilan suatu usaha peternakan sapi sangat ditentukan oleh kesehatan pejantan itu
sendiri, pejantan harus bebas dari penyakit sehingga dapat tumbuh, berproduksi secara optimal
dapat dijual dan dikembangbiakan lebih cepat, sehingga dapat memberikan manfaat yang optimal
bagi pemeliharanya. Beberapa tindakan seperti pemeliharaan kesehatan pejantan dan upaya yang
dilakukan untuk menjaga kesehatan dan pencegahan penyakit yaitu meliputi pemantauan kesehatan
harian, pengobatan,disinfeksi,
karantina.
4.9. Manajemen Kesehatan
4.9.1. Biosecurity
Biosecurity merupakan salah satu cara untuk mencegah timbulnya penyakit yang disebabkan
dari luar oleh kendaraan maupun manusia. Biosecurity sendiri merupakan semua tindakan yang
bertujuan untuk mengendalikan wabah serta untuk mencegah semua kemungkinan terjadinya
Tindakan Biosecurity yang terdapat di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari sendiri meliputi
1. 1) Lokasi kandang harus terbebas dari gangguan binatang liar yang dapat merugikan,
membatasi kendaraan dan manusia yang masuk atau keluar serta memberikan fasilitas khusus bagi
2. 2) Setiap petugas yang akan masuk kekandang diharuskan menggunakan wearpack dan
sepatu boot serta sebelum masuk harus mencelupkan (dipping) sepatu boot kedalam bak biosecurity
3. 3) Setiap kendaraan yang masuk ke area Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari harus
4. 4) Aktivitas di dalam laboratorium harus menggunakan pakain khusus (jas lab) dan alas kaki
Hal ini sesuai dengan Permentan (2014), bahwa pelaksanaan biosecurity dalam rangka
pelaksanaan kesehatan hewan, setiap pembibitan sapi potong harus memperhatikan lokasi usaha
yang tidak mudah dimasuki binatang liar dan bebas dari hewan peliharaan lainnya yang dapat
desinfektan, melakukan penyemprotan insektisida pembasmi serangga, lalat dan hama lainnya
disekitar kandang, untuk mencegah terjadinya penularan penyakit dari satu kelompok ternak
keternak lainnya, pelayanan dilakukan mulai dari ternak yang sehat keternak yang sakit, menjaga
agar tidak setiap orang dapat bebas keluar masuk kandang ternak yang memungkinkan terjadinnya
penularan penyakit, menyediakan fasilitas desinfektan untuk staf atau karyawan dan kendaraan
tamu dipintu masuk kawasan perusahaan, segera mengeluarkan ternak yang mati dari dalam
kandang untuk dikubur atau dimusnakan dan mengeluarkan ternak yang sakit dari dalam kandang
Pemantauan kesehatan harian di Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari dilakukan dua
kali sehari, yaitu pagi hari sebelum dilakukan perawatan harian dan sore hari setelah pemberian
pakan. Pemantauan kesehatan harian bertujuan untuk melihat kondisi pejantan apabila abnormal,
penyakit yang menyerang sapi sedini mungkin sangatlah baik, sehingga nantinya penyakit tersebut
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan pemantauan kesehatan harian
diantaranya nafsu makan pejantan, apabila pejantan memiliki nafsu makan yang baik maka dapat
menjadi ukuran bahwa pejantan dalam keadaan baik, sedangkan apabila pejantan tidak nafsu
makan maka perlu pemeriksaan lebih lanjut dari status fisiologi pejantan tersebut diantarannya
denyut jantung, pernafasan, suhu tubuh dan hidung pejantan apakah kering, kemudian mengamati
keadaan sekitar pejantan yaitu feses dan urin yang dikeluarkan apakah bermasalah atau tidak,
mengamati pejantan berdiri atau bergerak, ada atau tidaknya luka atau pembekakkan serta ada
tidaknya eksudat pada lubang kumlah. Menurut pendapat (Nainggolan,2013.) bahwa pemeriksaan
fisik yang dilakukan meliputi tindakan pemeriksaan status kesehatan hewan umum seperti
perhitungan frekuensi nadi dan pulsus, perhitung frekuensi nafas,pengukuran suhu tubuh,
abnormalitas yang terjadi sehingga terdapat data yang lengkap mengenai riwayat penyakit yang
pencatatan terhadap riwayat ternak yang meliputi pencatatan indentitas ternak, status fisiologi
ternak serta riwayat penyakit yang pernah menyerang ternak tersebut. Menurut pendapat
hewan untuk menemukan tanda-tanda klinis suatu penyakit, hasil pemeriksaan ini akan dicatat
dalam catatan medis (rekam medis) yang akan membantu dalam penegakan diagnosa dan
perencanaan perawatan.
penyakit dengan melakukan penanganan yang bertujuan untuk menjaga kesehatan sapi pejantan
agar tetap dalam keadaan sehat. Tindakan pencegahan yang dilakukan di Balai Besar Inseminasi
pendapat Sugeng (2001) bahwa tindakan untuk melakukan tindakan pencegahan penyakit yaitu
perlu adanya kandang karantina atau isolasi untuk sapi yang baru datang atau sapi yang sedang
sakit, pemberian obat cacing (deworming) dan pemberian obat obat kutu (deticking), serta tindakan
kearah (higienis). Hal ini diperkuat dengan pendapat Santoso (2014) bahwa pencegahan penyakit
bisa dilakukan dengan sanitasi kandang dan lingkungan kandang, pengobatan dan isolasi hewan yang
terinfeksi.
Tindakan karantina merupakan tindakan sebelum pejantan masuk kedalam Balai Besar
Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari. Pejantan yang masuk dalam kandang karantina merupakan
pejantan yang telah di seleksi dan bebas dari 12 penyakit pada sapi . Tindakan karantina sendiri
dilakukan selama 14-21 hari yang bertujuan untuk pejantan beradaptasi dengan lingkungan, pakan
serta untuk memastikan ternak pejantan yang baru masuk terbebas dari penyakit
Kandang karantina terletak jauh dari lokasi perkandangan ternak pejantan lain yang bertujuan
untuk menghindari penularan penyakit oleh ternak pejantan baru. Hal ini disesuaikan dengan
Permenta (2007) bahwa pejantan yang digunakan adalah pejantan unggul yang bebas seleksi 12
penyakit pada ternak pejantan. Secara teknis, pejantan harus memenuhi persyaratan yaitu memiliki
catatan silsilah yang jelas,terseleksi secara benar dan terarah sebagai pejantan unggul berdasarkan
kemampuan produksi, reproduksi dari garis keturunannya serta memenuhi persyaratan kesehatan
hewan. Menurut Susilowati dan Masito (2010) bahwa kandang karantina digunakan untuk
mengisolasi pejantan dari pejantan yang lain dengan tujuan pengobatan dan pencegahan
penyebaran suatu penyakit, kandang karantina itu sendiri berada jauh dan terpisah dengan kandang
lainnya.
4.9.5.Desinfeksi Kandang
Desinfeksi kandang di Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari dilakukan setiap satu
minggu sekali dengan menggunakan sprayer yang telah terisi larutan desinfektan dan disemprotkan
keseluruh kandang yaitu lantai, dinding dan halaman kandang. Tujuan dari penyemprotan
bibit penyakit yang dapat menyerang pejantan serta merugikan kesehatan pejantan. Menurut
Susilowati dan mastio (2010) bahwa manejemen kesehata yang baik meliputi kesehatan sapi
(program pengobatan dan pemberian vitamin), kebersihan kandang dan lingkungan (sanitasi dan
dapat mengganggu kesehatan sapi. Kegiatan desinfeksi di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari
menggunakan Benzalkomnium Chloride 20% dengan cara pemakaian larutan desinfektan sebanyak
125 ml lalu tambahkan air sebanyak 25 liter dimasukan kedalam sprayer dan disemprotkan.
4.10.6. Surveillance penyakit
pengujian sesuai dengan jenis penyaki di BBVET wates, Yogyakarta dan BaliVET, Bogor. Balai Besar
Inseminasi Buatan Singosari melakukan surveillance penyakit setiap 6 bulan sekali dan saat pejantan
akan masuk ke Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari. Menurut pendapat Santoso (2014) bahwa
sampel darah diperiksa secara serologi kompleks (Elisa dan PCR). Data yang diperoleh dilakukan
analisis sederhana ,apabila hasilnya positif maka pejantan akan di isolasi untuk melakukan
penanganan lanjutan serta semen yang ditampung tidak didistribusikan terlebih dahulu (waiting
semen) untuk ternak yang positif terserang penyakit yang dikarenakan virus
1) Anaplasmosis
2) Trichomoniasis
3) Brucellosis
4) Babesiosis
6) Paratuberculosis
9) Leptospirocis
10) Theileriosis
Pejantan yang digunakan harus terbebas dari 12 penyakit tersebut,karena penyakit tersebut
merupakan penyakit yang berefek menular baik kepada pejantan ke pejantan lainnya yang dapat
mengganggu reproduksi, mortalitas dan morbiditas pejantan sehingga berdampak pada kerugian
Pengambilan sampel di BBIB Singosari dilakukan tiap 6 bulan sekali. Sampel yang diambil adalah
sebagai berikut:
a) Feses
Feses yang diambil didalam rectum dan dimasukan kantong plastik, kemudian kantong
plastik tersebut diberi label identitas pejantan. Pemeriksaan feses dilakukan untuk mengetahui apa
Preputium washing merupakan dilakukan untuk mencegah penyakit reproduksi pada ternak,
preputium washing dilakukan dengan cara mencuci preputium menggunakan cairan NaCl fisiologis
sebanyak 10cc
c) Darah
sebanyak 10 ml, dan kemudian diberi label dan dibiarkan selama 2 jam. Tabung venolject yang
d) Nasal swab
Nasal swab adalah metode pengambilan sampel dengan memeriksa cairan mukosa yang
terdapat pada hidung ternak menggunakan wiper. Metode ini digunakan untuk memeriksa penyakit
yang teridentifikasi penyakit untuk istirahat total dan tidak melakukan penampungan selama belum
Penyakit BVD sering disebut dengan diare ganas yang merupakan penyaki viral pada Sapi yang di
Flavividea. Sudarisman (2011). Diare biasanya profuse dan berair, berbauh busuk dan berisi mukus
dan darah. Pengobatan secarah khusus terhadap BVD tidak mengurangi infeksi sekunder dan
mengurangi kekurusan yang melanjut. Pakan yang diberikan diganti dengan pakan yang lunak dan
bergizi (konsentrat).
2) Brucellosis
Brucellosis adalah penyakit ternak menular yang secara primer menyerang sapi, kambing, babi
dan sekunder berbagai jenis ternak lainnya serta manusia. Pada sapi penyakit ini dikenal sebagai
penyakit Kluron atau penyakit Bang. Brucellosis pada sapi atau keluron menular adalah penyakit
yang disebabkan oleh infeksi bakteri Brucella abortus. Penyakit ini dapat mengakibat keguguran,
angka kematian sangat kecil atau tidak terjadi namun kerugian ekonomi yang ditimbulkan sangat
besar berupa keguguran, anak lahir lemah (weakness), lahir mati (stillbirth), fertilitas dan infertilitas.
dapat dilakukan secara serologis dan dengan isolasi bakteri. Uji serologis dapat dilakukan dengan
dalam famili Herpesviridae. IBR merupakan penyakit viral yang menifestasinya pada saluran
pernafasan, gangguan pada penglihatan sistem reproduksi, syaraf, pencernaan dan kelainan pada
kulit (Sudarisman 2011). Pada saluran pernafasan gejalah yang timbul yaitu kenaikan suhu tubuh
Pada sapi pejantan virus menginfeksi alat kelamin jantan sehingga disebut Balanopostitis. Pada
sapi jantan juga akan luka pada preputium disertai reaksi peradangan dan eksudat yang kental.
Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan vaksinasi, kebersihan dan sanitasi kandang
4) Camphylobacterosis
bakteri Campylobacter jejuni.
Campylobacteriosis adalah penyakit diare akut, dimana banyak kasus infeksi terhadap manusia dan
(kadang-kadang sampai berdarah, sakit pada bagian perut, demam,mual, dan muntah-muntah.
Gejala-gejala tersebut biasanya mulai terlihat setelah 2 hari hingga 5 hari setelah proses infeksi.
5) Tuberculosis
berbagai organ tubuh lainnya yang bertekanan parsial tinggi. Penyakit tuberculosis ini biasanya
menyerang paru tetapi dapat menyebar kehampir seluruh bagian tubuh termasuk meninges, ginjal,
tulang, nodus limfe. Infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu. Individu kemudian dapat mengalami
penyakit aktif karena gangguan atau ketidak efektifan respon imun. Tuberkulosis adalah penyakit
kronis yang menyerang semua jenis hewan dan manusia. Tuberkulosis pada sapi secara ekonomis
sangat merugikan dan sekaligus merupakan ancaman bagi kesehatan manusia. Penyakit TB
6) Theileriosis
melalui vektor caplak. Theileriosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit dari
T.lestoquardi, T. Towenshuni, dan T. uilenbergi. Namun yang sering menyerang pada ternak
Suhu tubuh meningkat di atas 40°C, terlihat lemah sehingga sering berbaring, bulu terlihat kusam,
nafsu makan berkurang, Bobot badan turun drastis, Sering diare (fases bercampur darah dan lendir).
7) Enzootic Bovine Leucosis (EBL)
adalah penyakit yang sangat fatal bagi sapi dewasadiatas umur 2 tahun, umumnya dijumpai
pada umur 4-8 tahun. Penyakit ini disebabkan oleh virus Bovine Leukos yaitu Oncovirus tipe-C. Pada
sapi dewasa sebagian besar (25-90%), menunjukan adanya pembesaran hampir semua organ
sering terkena EBL. Gejalah klinis yang yang tampak tergantung dari organ yang terlibat antara lain
terdapat gejalah syaraf seperti paralisis atau kepincangan, bila tumor menekan tulang dan saraf.
Pada hampir semua organ ditemukan masa tumor yang berwarna putih. Secara hestopatologis
Babesiosis adalah sebuah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kutu. Kutu biasanya
menghancurkan sel darah merah, babesiosis bisa menyebabkan jenis anemia khusus yang disebut
anemia hemolitik. Anemia jenis ini bisa menyebabkan jaundice (menguningnya kulit) dan urin jadi
radang sendi
microti merupakan penyebab kebanyakan kasus infeksi ini. Kutu kijang yang
Penyakit ini mempunyai arti penting ditinjau dari segi ekonomi peternakan dan kesehatan
masyarakat.
Hewan yang terinfeksi akan menularkan bakteri dalam urinenya yang bertahan selama berbulan-
bulan atau bahkan bertahun-tahun. Kuman Leptospira dapat memasuki tubuh lewat luka atau
kerusakan kulit lainnya atau melalui selaput lendir (seperti bagian dalam mulut dan hidung).Setelah
melewati barrier kulit, bakteri memasuki aliran darah dan dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh.
Infeksi menyebabkan kerusakan pada lapisan dalam pembuluh darah. Hati, ginjal, jantung, paru-
akut. Penularan penyakit melalui kulit yang luka atau lewat selaput lendir mata, hidung dan saluran
Test) dari plasma darah, air kencing dan berbagai organ. Isolasi bakteri dapat dilakukan dari
spesimen hati dan ginjal hewan yang baru saja mati atau dari organ janin yang abortus (ginjal, paru
dengan beberapa jenis antibiotika harus segera dilakukan pada sapi yang terinfeksi untuk
menghindari kerusakan jaringan dan perkembangan bakteri dalam tubuh ternak. Vaksinasi dapat
dilakukan bersamaan dengan pemberian antibiotika. Untuk kelompok ternak terbatas vaksinasi
diberikan setiap tahun, sedangkan pada ternak yang menyebar dilakukan setiap 6 bulan.
10) Anaplasmosis
Merupakan penyakit menular yang tidak ditularkan secara kontak (non contagious) yang dapat
adalah anaplasma marginal. Penyakit ini lebih sering menyerang ternak sapi dan kerbau.
penghisap darah.
11) Antrax
mematikan dalam bentuknya yang paling ganas. Penyakit antrax atau radang limpa merupakan
hidup di tanah, di lingkungan yang panas dan bahan kimia atau desinfektan. Apabila terjadi
perubahan ekologik seperti datangnya musim hujan, spora yang semula bersifat laten akan
Sumber utama penularan antraks pada hewan adalah tanah yang tercemar dan air yang masuk
ketubuh melalui luka, terhirup bersama udara atau tertelan. Gejala yang menciri akibat
perdarahan bersifat sianotik dari lubang-lubang alami. Pencegahan dan pengendalian antrax dapat
dilakukan dengan melakukan vaksinasi pada ternak. Diagnosis banding dari antraks adalah
terserang antrax dilarang keras dipotong. dan alat yang tercemar harus dibakar dan kemudian
Rekomendasi medik dan Isolasi di Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari merupakan
penanganan yang dilakukan apabila pejantan dalam keadaan sakit atau terserang penyakit.
Rekomendasi medik yang dikeluarkan apabila pejantan terserang penyakit yang tidak
memungkinkan pejantan untuk melakukan pengambilan semen atau pejantan dalam keadaan yang
lemah dan perlu dilakukan perawatan lebih lanjut. Isolasi dilakukan dalam rangka untuk mencegah
penularan penyakit yang akan ditularkan oleh pejantan yang mengalami penyakit menular. Menurut
Santoso (2014) bahwa pengendalian penyakit meliputi sanitasi yang baik,isolasi hewan sakit serta
Pengobatan dan perawatan pada ternak merupakan tindakan yang dilakukan untuk
merawat pejantan yang sakit sehingga pejantan sehat kembali. Pengobatan dan perawatan ternak
yang dilakukan di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari berdasarkan diagnosa yang telah dilakukan
dari proses pengamatan klinis dan non klinis yang timbul,maka dapat ditentukan bagaimana proses
penanganan dan pengobatan pejantan dapat ditangani secara segera mungkin. Penanganan yang
dilakukan di Balai Besar inseminasi Buatan Singosari yaitu melakukan pemeriksaan klinis,
pengobatan, pemotongan dan perawatan kuku, pemberian vitamin, kontrol ektoparasit dan
pemberian obat cacing. Menurut pendapat Nainggolan (2013) bahwa penanganan masalah
perkembangbiakan dan peningkatan produksi pejantan, pemberian pakan yang cukup, baik kualitas
Pemotongan dan Perawatan Kuku merupakan kegiatan yang dilakukan oleh unit
kesehatan hewan di Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari Pemotongan kuku pada setiap
ternak umumnya dilakukan secara rutin yaitu setiap 6 bulan sekali. Tetapi apabila ditemukan
masalah seperti ternak yang kukunya sudah panjang atau antara kuku luar dan dalam panjangnya
tidak seimbang maka pemotongan kuku dapat dilakukan sewaktu-waktu sesuai kondisi ternak
tersebut. Kegiatan ini bertujuan untuk mengembalikan posisi normal kuku, membersihkan kotoran
pada celah kuku, menghindari pincang, mempermudah pada saat penampungan dan deteksi dini
Kuku harus mendapat perhatian terutama pada ternak yang selalu berada di dalam kandang.
Hal ini dapat menyebabkan kuku menjadi lebih lunak karena sering terkena feses dan urine serta
luka akibat terperosok dalam selokan pembuang kotoran yang menyebabkan infeksi busuk pada
kuku. Biasanya ternak yang berada di kandang dengan lantai karpet pertumbuhan kukunya lebih
cepat dibandingkan dengan ternak yang berada di kandang berlantai semen. Hal ini karena setiap
hari ternak berpijak pada permukaan lantai yang kasar, sehingga kuku sedikit demi sedikit akan
terkikis dengan sendirinya. Alat-alat yang digunakan adalah mesin potong kuku, kama gata
teito (pisau pemotong kuku), rennet, gerinda, mistar ukur, dan tali hirauci. Bahan dan obat-obatan
yang diperlukan adalah perban, kapas, Providon iodine, Gusanex, antibiotik, antiinflamasi, dan salep.
Gambar 6.Proses Pemotongan Kuku (Dokumen pribadi)
1) Siapkan peralatan untuk memotong kuku (gerinda,kama gata teito,rennet,tali penopang dan mesin
semi hidrolik), bahan dan obatan yang digunakan (perban,kapas,povidon iodin,salep,claw pasta dan
desinfektan).
2) Mengeluarkan pejantan dari dalam kandang yang telah dimandikan dan diberi pakan.
penopang tubuh depan,tengah dan belakang yang sudah dikaitkan pada mesin semi hidrolik dengan
4) Lalu tekan tombol pada mesin hidrolik untuk mengangkat tubuh pejantan agar pejantan berada
pada keadaan terbaring dengan kemiringan 90°,kemudian ikat kaki pejantan dengan tali pada tiang
mesin semi hidrolik,bersihkan kotoran pada kaki pejantan dengan air dan digosokan dengan
menggunakan sikat
5) Buat pola pada kuku pejantan agar dapat mengukur ketebalan pemotongan kuku dengan
mengunakan gerinda.
6) Potong kuku dengan menggunakan pisau kama gata teito dengan cara menarik pisau sedengan
pola vertikal dari arah atas kebawah,lakukan pemotongan dengan garis pola yang sudah dibuat
secara rata sampai kedua belah kuku benar-benar simentris dan jangan sampai pemotongan kuku
dan pejantan diberdirikan kembali serta melepas tali penopang pada bagian tubuh pejantan .
tersedia di depan tepat pemotongan kuku selama 15 menit.setelah selesai kembalikan pejantan
kekandang dan melakukan sanitasi pada mesin dan tempat pemotongan agar tetap terawat dan
terjaga kebersihannya.
Pemeriksaan Klinis di Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari bertujuan untuk
melakukan pemeriksaan dan penanganan medis dan penanganan medis pada pejantan yang sakit
sehingga pejantan dapat segera diobati. Penanganan kesehatan pejantan dilakukan saat ditemukan
kelainan atau gejalah klinis yang terlihat pada pejantan setelah dilakukan pemeriksaan dan
pengontrolan. Menurut pendapat Nainggolan (2013) bahwa pemeriksaan klinis merupakan suatu
tindakan pemeriksaan keadaan hewan untuk menemukan tanda-tanda klinis suatu penyakit yang
hasil pemeriksaannya akan dicatat dalam catatan medis (rekam medis) yang akan membantu dalam
Pejantan yang terlihat menunjukan adanya gejalah klinis maka akan dilakukan
a) Pengukuran suhu tubuh melalui rektum dengan cara memasukan thermometer kedalam rektum dan
c) Pengukuran frekuensi napas dan lapang paru-paru untuk mengetahui apakah frekuensi pernafasan
d) Palpasi yaitu dengan sentuh atau rabaan pada bagian yang akan diperiksa apakah normal atau tidak.
Pengobatan dilakukan apabila telah ditemukan dan dapat didiagnosa sakit berdasarkan
pengamatan klinis dan non klinis serta penanganan medis yang dilakukan. Pengobatan di Balai Besar
Inseminasi Buatan Singosari dilakukan sesuai dengan diagnosa yang telah ditentukan dengan dosis
obat yang telah disesuaikan dengan kebutuhan ternak tersebut. Ternak yang sakit diistirahatkan
4.9.11. Kontrol Ektoparasit
Kontrol ektoparasit merupakan tindakan untuk membunuh parasit yang hidup menumpang
pada bagian luar atau permukaan tubuh inangnya yang berada pada pejantan, seperti berbagai jenis
serangga (Lalat,nyamuk,kutu dll), serta jenis akari (caplak, tungau dll). Keberadaan ektoparasit akan
mengakibatkan pejantan merasa tidak nyaman (stress), sehingga nafsu makan pejantan menurun
dan akan berdampak pada kualitas produksi pejantan serta dapat mengakibatkan timbulnya
penyakit. Menurut pendapat Ahmad (2014), bahwa dua jenis ektoparasit seperti caplak dan tungau
dapat menimbulkan kerugian ekonomi dan kesehatan pada ternak seperti merusak kulit, khususnya
pada caplak yang dapat berperan sebagai vektor berbagai penyakit virus, bakteri, protozoa dan
riketsia yang berdamapak pada kematian. Penyemprotan anti ektoparasit merupakan solusi yang
dapat mencegah tumbuhnya ektoparasit pada pejantan yang dapat mengganggu kesehatan
pejantan.
Penyemprotan anti ektoparasit di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari dilakukan rutin
setiap 2 minggu sekali menggunakan alat yang bernama sprayer dengan obat anti ektoparasit yang
mengandung 25% Cypermethrin atau 250 gram per 1 kg/kemasan dengan dosis pencampuran
30g/10 liter air. Penyemprotan dilakukan kebagian tubuh pejantan seperti perut, kaki dan punggung,
usahakan penyemprotan tidak mengenai tempat pakan serta serta tempat minum
yang berperan sebagai neurotoksin cepat bertindak pada serangga yang mudah terdegradasi oleh
tanah dan tanaman. Cypermethrin sangat beracun bagi ikan, lebah dan serangga air
Anti ektoparasit lain yang digunakan untuk ternak di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari
yaitu gusanex yang digunakan untuk mengobati luka pada ternak dengan cara menyemprotkan pada
tubuh ternak yang terluka dengan tujuan untuk mempercepat proses penyembuhan luka, agar luka
tersebut tidak dihinggapi oleh lalat yang menjadikan luka tersebut sebagai tempat perkembangan
4.9.12. Pemberian Vitamin
Pemberian vitamin di Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari rutin dilakukan sebulan
sekali pada ternak sapi dan pemberian vitamin pada ternak kambing dilakukan dua kali dalam satu
bulan. Vitamin yang diberikan antara lain A, D, E dan E-selen. Pemberian vitamin dilakukan untuk
menjaga kondisi kesehatan ternak sehingga produksi semen yang dihasilkan tetap terjaga dan
berkualitas baik. Menurut pendapat Flohe dan Traber (1999), menyatakan bahwa vitamin E sangat
esensial untuk reproduksi. Hal ini diperkuat dengan pendapat Ogbuewu (2010) bahwa vitamin E
mampu mencegah kerusakan spermatozoa pada ternak pejantan dan menjaga perkembangan zigot
pada ternak. Pada proses spermatogenesis vitamin E berfungsi sebagai antioksidan yang mampu
menetralkan radikal bebas hasil metabolismeaerob. Dosis yang diberikan dengan cara injeksi intra
muscular dan peroral. Menurut pendapat Nainggolan (2013) bahwa untuk mencegah agen penyakit
yang dapat menular selain pemberian vaksin dan pemberian obat juga dibutuhkan pemberian
vitamin. Seperti vitamin A, D, E dan E-selen serta vitamin pendukung lainnya sehinnga sistem
Pembeian obat cacing di Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari dilakukan secara oral
maupun injeksi dilakukan setiap enam bulan sekali. Obat yang digunakan memiliki
kandungan Albendozole diberikan secara rutin serta Fluconix diperikan jika dibutuhkan yang
digunakan untuk membasmi cacing hati. Pemberian obat cacing berfungsi untuk mencegah dan
membunuh cacing pada ternak.
September hingga Oktober 2018 yang dilakukan di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari, terdiri
dari penanganan Laminitis 15 kasus, traumatic 5 kasus, Paralisa 8 kasus, abses 2 kasus.
Pengobatan yang dilakukan di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari mengacu pada diagnosa awal
sehingga penanganan pengobatan awal dapat dilakukan sesuai dengan keadaan pejantan. Proses
penentuan diagnosa sendiri dilihat dari keadaan klinis dan fisik serta riwayat penyakit yang diderita
pejantan dengan menentukan diagnosa maka kita dapat menentukan pengobatan atau terapi yang
dilakukan terhadap pejantan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Subronto (1985) yang
menyatakan bahwa pemantauan diagnosa sendiri berdasarkan riwayat kejadian penyakit serta
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa pengobatan penyakit yang sering muncul yaitu
Traumatic dan Lamanitis.Traumatic merupakan kasus dimana pejantan mengalami trauma akibat
terjatuh dan luka maupun sakit yang menyebabkan ternak memerlukan perhatian dan perawatan
khusus untuk memulihkan pejntan seperti semula.Lamanitis merupakan peradangaan jaringan kaki
atau kuku pada ternak yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah, gejalah yang sering muncul
yaitu cara berjalan yang abnormal / pincang, susah berdiri dan kuku berlubang. Menurut pendapat
Kloosterman (2007). bahwa faktor-faktor manejemen seperti trauma pada kuku akibat lantai
kandang yang keras dan kotor, perubahan pakan mendadak, ketidak seimbangan antara konsentrat
dan serat yang disertai penyakit lain sebagai fakto predisposisi, laminitis merupakan an kejadian
penyakit yang telah berjalan sistematik yang memiliki satu atau lebih lesion (luka) pada kuku,
BAB V
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen kesehatan sapi
Limousin di Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari sudah sangat baik dan sesuai dengan
standar operasional yang telah diterapkan yang meliputi kegiatan pencegahan, perawatan dan
pengobatan. Penanganan kesehatan hewan di BBIB Singosari berada dibawah unit kesehatan hewan
5.2. Saran
Saran yang sebaiknya perlu adanya perbaikan kandang pada dinding dan lantai kandang yang
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, R .Z.2014. Cendawan metarhizium anisopliae sebagai pengendali hayati ektoparasit caplak dan
tungau pada ternak. Balai penelitian Veterin,Bogor. WARTOZOA (2):73-78.
Flohe, R.G dan M.G. Traber. 1999. Vitamin E: Function and metabolism. J. FESEB. 13 (10):1145-1155.
Glaze 2009.Penilaian keadaan status gizi pada hewan dengan Body Condition Scoring (BCS). Body
KEMENKES 2011. Pemeriksaan laboratorium hematologi, urinalisis, diagnosa penyakit pada hewan
ternak
Larsen, M. 2000. Prospect for controlling animalparasitic nematodes by predacius micro fungi.
Parasitology. 120 (15) : 121-131.
Nainggolan Y.D.A. 2013. Studi Ekstoparasit Upaya Kesehatan Sapi Potong Peranakan Ongle (PO) Oleh
Peternak di Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara Sumatra Utara. Fakultas
Kedokteran Hewan ITP Bogor
Ogbuewu, I.P.,N.O. Aladin, I.F. Etuk, M.N. Opera,M.C. Uchegbu,I.C. Ocoli,dan M.U. Iloeje. 2010.
Relevance of oxygenn free radicals and antioxidants in sperm produktion and function. J. Vet.Sci.25
(3) : 134-138
Permentan. 2007. Petunjuk teknis dan Distribusi Semen Beku. Peraturan Direktur Jendral Peternakan.
Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Jakarta.
Permentan. 2012 Pedoman Pelaksanaan Pengawalan dan Koordinasi Pembibitan. Ditjen Peternakan dan
Kesehatan Hewan, Jakarta.
Permentan.2014. Pedomn Pembibitan Sapi Potong yang Baik. Ditjen Peternakan dan Kesehatan
Hewan ,Jakarta..No. 101/Permentan/OT.140/7/2014.
Sisilawati, E. Dan Mastio. 2010. Teknologi Pembibitan Ternak Sapi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Jambi, Jambi
Sugeng Y, B. 2000. Ternak Potong dan Kerja. Edisi 1. Penebar Swadaya, Jakarta.
Yulianto,P. Dan C. 2010. Pembesaran Sapi Potong Secar Insentif. Penebar Swadaya, Jakarta.
Yulianto,P. Dan C. Saparinto. 2014. Beternak Sapi Limousin. Penebar Swadya, Jakarta.