PENDAHULUAN
Babi adalah salah satu hewan ternak yang diminati untuk dipelihara oleh
masyarakat. Hal tersebut disebabkan babi dapat dimanfaatkan daging, kulit dan
khususnya Bali. Secara tradisional ternak babi memiliki peran penting di dalam
kegiatan keagamaan, adat dan sosial. Disamping itu, ternak babi juga merupakan
sumber protein utama yang memiliki kandungan asam amino lebih lengkap dan
salah satu usaha rumah tangga yang penting sebagai sumber penghasilan
Ternak babi dan produk olahannya cukup potensial sebagai komoditas ekspor
nasional. Berdasarkan data statistik peternakan tahun 2010, populasi ternak babi
tertinggi terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur (1.637.351 ekor), Bali (930.465
ekor), Sumatera Utara (734.222 ekor), Sulawesi Selatan (549.083 ekor), Papua
(546.696 ekor), Kalimantan Barat (484.299 ekor), Sulawesi Utara (332.942 ekor),
Bangka Belitung (268.220 ekor), Sulawesi Tengah (215.973 ekor), Kepri (185.663
lebih murah dibandingan dengan modal yang diperlukan untuk beternak hewan
potong besar lainnya. Selain itu, babi merupakan ternak yang cepat berkembang
biak karena menghasilkan banyak anak yang lahir dari satu kelahiran dan dalam
satu tahun dapat terjadi dua kali beranak (Parakkasi,1990), sehingga masyarakat
tentang penyakit yang sering muncul akan sangat membantu dalam mengambil
Hog cholera adalah penyakit viral pada babi yang bersifat menular dan
berakibat fatal serta memiliki tingkat kematian 100% pada daerah wabah baru
(Ratundima et al., 2012). Penyakit ini disebabkan oleh virus dari genus Pestivirus,
familia Flaviviridae, yang menyerang babi dari segala umur (Sarosa et al., 2004).
Babi liar atau babi hutan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai hospes
yang aman bagi virus untuk tetap bertahan dalam suatu lokasi dan merupakan
sumber penularan bagi babi piaraan (Tarigan et al., 1997). Hog cholera merupakan
penyakit yang menjadi prioritas utama secara nasional dalam pengendalian dan
pemberantasan, disamping penyakit Rabies, Avian Influenza, Brucellosis dan
Cina, Asia Timur, Asia Selatan, Asia Tenggara, Mexico dan Amerika Selatan
(Edward et al., 2000). Di Indonesia, hog cholera dilaporkan pertama kali pada tahun
1994 terjadi di pulau Sumatra dan secara bertahap menyebar ke Jawa awal tahun
1995, Bali dan Kalimantan pada akhir tahun 1995 dan Papua tahun 2004 (Daff,
2008).
Kasus kematian ternak babi yang terjadi pada tahun 1994 sampai dengan
tahun 1996, merupakan pukulan berat bagi para peternak babi. Penyebab utama
kematian babi pada saat itu adalah infeksi virus hog cholera (Supar, 1997). Penyakit
ini cepat menyebar dan sulit dikendalikan karena virus persistensi di dalam limfosit
dalam periode yang sangat lama. Di samping itu, hog cholera menyebabkan
besar. Pengendalian wabah membutuhkan biaya sampai 2,3 miliyar USD (CFSPH,
2007).
vaksinasi dan stamping out (Subronto, 2003). Selain itu, pencegahan dan
pemberantasan penyakit dapat pula disertai dengan tindakan zoo sanitasi dan
mengurangi jumlah wabah pada daerah enzootik dan vaksinasi dilarang pada daerah
yang bebas dari penyakit hog cholera. Vaksinasi yang telah dilakukan perlu dikaji
dan dievaluasi melalui pemeriksaan titer antibodi dari babi yang telah divaksin
(Ratundima et al., 2012). Titer antibodi ditentukan oleh beberapa faktor yaitu jenis
Penelitian ini menggunakan dua vaksin hog cholera aktif yaitu strain C tipe
A dan strain C tipe B. Vaksin hog cholera diinjeksikan kepada babi umur 3 minggu
dan titer antibodi dari babi yang divaksinasi dengan strain C tipe A dibandingkan
dengan titer antibodi dari babi yang divaksinasi dengan strain C tipe B.
Tujuan
Kegunaan
TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit pada ternak babi umumnya disebabkan oleh bakteri, virus, dan
Memiliki pengetahuan tentang penyakit yang lazim atau penyakit yang sering
muncul pada ternak babi akan sangat membantu dalam mengambil tindakan
disebabkan oleh berbagai hal, dari dalam babi itu sendiri ataupun faktor dari luar
Untuk dapat berhasil dalam ternak babi, perlu untuk mengendalikan berbagai
penyakit yang sering muncul dalam peternakan (Subronto dan Tjahajati, 2001).
oleh berbagai faktor yang sangat kompleks. Secara umum terdapat tiga faktor yang
saling berkaitan, yaitu agen penyakit, hospes dan lingkungan, yang sering disebut
membiarkan ternak sakit baru mengobatinya, karena apabila sampai babi yang
dipelihara mengalami sakit, peternak akan rugi tenaga, waktu dan biaya (Atiyah,
2001).
a. Babi yang dipelihara hendaknya berasal dari kelompok babi yang sehat, tidak
c. Kandang tidak becek; Jumlah ternak babi dalam kandang harus sesuai dengan
luas kandang.
d. Ransum setiap hari diberikan dalam jumlah dan mutu yang sesuai dengan
dua:
2. Penyakit Menular
(bakteri, virus dan parasit) seperti cacing, kutu, lalat dan lain - lain.
maupun tak menular yang biasa menimpa dan merugikan usaha ternak babi :
Penyakit ini banyak dialami oleh babi babi kecil, sekitar umur 3 minggu.
Penyebab:
a. Biasanya kekurangan zat besi dan tembaga, dimana babi tak ada kesempatan
Gejala:
a. Pucat
b. Diare (mencret)
a. Babi bunting diberi makanan tambahan mineral yang bnayak mengandung zat
b. Anak babi bisa diberi zat besi dan tembaga dengan jalan injeksi: misalnya
pigdex, dengan dosis: untuk anak babi umur 2 - 4 hari 1cc / ekor (tindakan
Catatan:
Agalactia
Penyakit ini adalah penyakit babi induk yang habis melahirkan dimana
Penyebab:
b. Karena keracunan didalam usus akibat kontaminasi (tak biasa buang kotoran),
yang kemudian terus diikuti dengan hilangnya nabsu makan dan kadang-kadang
panas guna mengatasi konstipasi bisa diberi obat peluncur, misalnya: garam
inggris.
c. Akibat peradangan pada uterus (metritis). Ternak yang bersangkutan sakit
kehilangan nabsu makan temperatur tubuh naik: 106° F yang normal 102° F –
103°F. Dari vulva keluar cairan yang berwarna kemerahan atau kekuningan.
mengakibatkan kegagalan air susu (Agalactia), maka penyakit ini juga disebut
Gejala Umum:
b. Temperatur 103°F – 106°F ; Babi tak mau makan, air susu sedikit atau gagal
sama sekali
b. Untuk menghindarkan konstipasi, babi bisa diberi obat peluncur, atau cairan gula
a. Untuk menstimulir air susu bisa diberi suntikan dengan Oxytocin 5-10 I.U dan
25 mg stillbestrol.
b. Peristiwa ini akan menimpa semua anak babi yang melahirkan . oleh karena itu
Rheumatik
Penyebab:
a. Babi kurang mendapat sinar matahari, adanya udara lembab, dan ventilasi yang
Gejala:
c. Sering menunjukkan gejala dimana babi selalu berbaring dan berteriak bila
peradangan usus, scours banyak menyerang anak babi atau babi-babi muda.
Penyebab:
Untuk mengetahui penyebab dan gejalanya secara khusus sangat sulit, karena
sebenarnya scour itu ada berbagai tipe yang masing - masing penyebabnya tak
sama. Akan tetapi perlu diketahui bahwa yang mempercepat scours atau enteritis
ini adalah karena sanitasi kurang diperhatikan, kelembaban udara, kedinginan, alas
kandang kurang, makanan yang tak memenuhi syarat, kurang zat besi (anemia),
stress.
1. Non Infectious Enteritis, jenis penyakit ini pertama-tama timbul akibat makanan
scours. Walaupun scours ini tak berinfeksi (Non Infectious Scours) tetapi sangat
mengurangi daya tahan tubuh yang akhirnya mudah kena infeksi enteritis dan
penyakit lain.
2. Infectious Enteritis
Salmonella.
3. Desentri yakni scours yang berinfeksi parah. Kadang - kadang penyakit ini
disebut bloody atau black scours, yang disebabkan oleh bakteri vibrio dan bisa
oleh virus. Babi disegala umur bisa diserang TGE pada babi muda kematian
b. Terhadap anak babi, hendaknya selalu diberi alas lantai dari rumput, brambut,
serbuk gergaji, dsb, yang selalu diganti agar mereka tetap hangat dan bersih.
c. Makanan diberi TM 10 dengan dosis 5-10 gram per 100 kg ransum, atau
Aureomycin.
d. Pengobatan dengan:
a. Stress: ialah tekanan jiwa pada diri ternak yang sangat merugikan akibat terkejut
b. Dosis Aureomycin:
minum.
minum.
Penyebab:
Bakteri Escherichia Coli. Bakteri ini bisa masuk lewat tali pusat yang sakit
(infeksi). Dan biasanya babi kecil mudah menderita mencret putih akibat mereka
kedinginan, lantai lembab, makanan induk jelek, dsb. Atau anak babi terlampau
banyak menyusu.
Gejala:
c. Kepala ditundukkan.
Pencegahan dan Pengobatan:
a. Kandang diusahakan selalu kering dan hangat, lantai diberi alas dan sering ganti,
Catatan:
White Scours biasanya diikuti penyakit Anemia, TGE, Necro, Desentri dan
penyakit lainnya.
Cholera
b. Napsu makan hilang dan lemah, sehingga tak mau makan tetapi minum cukup
banyak.
c. Terhuyung-huyung.
d. Pada tubuh bagian bawah (sekitar perut) berwarna merah keunguan seperti
Erysipelas.
saling berimpitan.
Vaksinasi dengan Serum Anti Cholera Babi atau Rovac Hog Cholera.
Sesudah babi berumur 6 minggu, diulangi setahun sekali. Babi-babi dara atau induk
Pada babi, penyakit ini bisa kronis atau subkronis. Yang diserang alat
b. Pada jantan atau induk bisa steril yang sifatnya bisa sementara atau permanen,
kadang2 lumpuh pada kaki belakang, jantan ada gejala radang testis.
a. Sanitasi.
c. Vaksinasi.
Suatu penyakit yang bisa menyerang segala binatang, termasuk ternak babi.
dangkal.
c. Konstipasi.
sekelilingnya.
b. Ternak babi yang sakit ditempatkan di tempat yang bersih, dan tak berangin.
c. Makanan yang mudah dicerna dan diberi Aureomycin atau TM 10, guna
Catatan :
Dosis Agribon: 1 gr agribon per 10 kg berat badan, setelah 24 jam 0,5 per 50
kg berat badan setiap hari selama 3 hari berturut-turut atau sampai sembuh.
Erysipelas
Gejala:
1. Akut
dan bila didekati merasa terganggu, lalu pindah tempat sambil teriak
kesakitan.
g. Kulit (diamond skin) nampak pada hari ke 2-3 sesudah inkubasi, yakni
kulit luka kecil, berwarna merah muda, kemudian menjadi ungu tua, bila
2. Sub Akut
a. Tanda-tandanya seperti pada yang akut, tetapi tidak begitu ganas bila
b. Temperatur tubuh tak begitu tinggi, dan nafsu makan masih normal.
c. Beberapa luka nampak seperti segi empat, apabila mengering, pada telinga,
3. Kronis
Yang kronis biasanya mendapat serangan lokal seperti pada jantung atau
kelumpuhan.
Pencegahan dan Pengobatan:
a. Karena organisme itu dapat menyebar didalam tanah ataupun pada ternak, maka
agak sulit dilakukan pencegahan.
b. Bila ada ternak babi yang menderita serangan penyakit tersebut, harus segera di
isolasi.
Gejala:
b. Selaput lendir dalam mulut, bibir, langit-langit, lidah dan pada gusi timbul lepuh
d. Timbul luka-luka diantara kuku dan kulit-kulit kaki, akibatnya pincang dan
berbaring saja.
Gejala:
b. Kalau anak babi hendak dilepas, jangan dilepas ditempat yang biasa untuk
Penyakit ini mudah berjangkit atau menular pada babi muda ataupun babi
Gejala:
c. Permukaan kulit yang sakit timbul keruping yang tebal, keras, kencang dan kulit
berkerut (melipat).
a. Ternak yang sakit harus diisolasi, supaya tak menular kepada yang lain.
dan lain - lain. Sebab walaupun babi yang sakit diobati, apabila kandang masih
kotor atau pada dinding masih banyak kutu-kutunya, maka pengobatan tersebut
kurang menguntungkan.
sembuh. Dosis 10cc Scabisix dicampur 1 liter air (30 hari sebelum dipotong tak
boleh dipakai).