1) Setiap hewan potong yang akan dipotong harus Sehat dan telah
diperiksa kesehatannya oleh petugas pemeriksa yang
berwenang.
2) Jenis-jenis hewan potong ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri.
3) Pemotongan hewan potong harus dilaksanakan di rumah
pemotongan hewan atau tempat pemotongan hewan lainnya
yang ditunjuk oleh pejabat yang berwenang.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
22 Tahun 1983 Tentang Kesehatan Masyarakat
Veteriner Pengawasan Kesehatan Masyarakat
Veteriner
Pasal 2
Pasal 5
(1) Setiap perusahaan susu harus memenuhi persyaratan
tentang kesehatan sapi perah, perkandangan,kesehatan
lingkungan, kamar susu, tempat penampungan susu, dan
alat-alat serta keadaan air yang dipergunakan dalam
kaitannya dengan produksi susu.
(2) Persyaratan usaha peternakan susu rakyat diatur
tersendiri oleh Menteri.
Pasal 5
Pasal 17
Menteri atau pejabat yang ditunjuk olehnya menetapkan
petunjuk teknis pengujian.
Pasal 18
(1) Pengujian daging, susu, dan telur serta bahan asal hewan
lainnya dilakukan oleh Pemerintah Daerah Tingkat II.
(2) Pemerintah Daerah Tingkat II mengatur lebih lanjut
pelaksanaan pengujian bahan makanan asal hewan dan
bahan asal hewan yang beredar di daerah kewenangannya
masing-masing.
(3) Dalam melakukan kewenangan tersebut Pemerintah
Daerah harus mengindahkan petunjuk teknis pengujian yang
dikeluarkan oleh Menteri.
Pasal 19
Menteri mengatur pengujian bahan makanan yang berasal
dari hewan yang diawetkan.
Pasal 20
(1) Pengujian sebagaimana dimaksud dalam Pasal, 18 ayat (1)
Peraturan Pemerintah ini,dilakukan di laboratorium yang
merupakan kelengkapan Dinas Peternakan Daerah Tingkat II
setempat.
(2) Apabila pengujian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
Pasal ini, tidak dapat dilaksanakan oleh laboratorium yang
merupakan kelengkapan Dinas Peternakan Daerah Tingkat II
setempat, Menteri menunjuk lembaga atau laboratorium yang
berwenang melakukan pengujian.
Dengan dibentuknya Direktorat Kesmavet,
sasaran pembinaan dan pengawasan bidang
Kesmavet di Indonesia difokuskan kepada:
1) pengediaan pangan asal hewan yang aman, sehat, utuh dan halal
(ASUH),
2) pengawasan pemasukan pangan asal hewan dan produk hewan
lainnya dari luar negeri,
3) pengendalian kesehatan lingkungan produksi pangan asal hewan
sebagai upaya pengendalian penyakit zoonosa, cemaran mikroba,
residu dan kontaminan lainnya pada pangan asal hewan,
4) peningkatan daya saing pangan asal hewan dan produk hewan
lainnya di pasar domestik maupun pasar internasional,
5) kesejahteraan hewan.
KEAMANAN MUTU
PANGAN ASAL HEWAN
Mutu Pangan
Berdasarkan ISO/DIS 8402-1992, mutu didefinsikan sebagai karakteristik
menyeluruh dari suatu wujud apakah itu produk, kegiatan, proses,
organisasi atau manusia, yang menunjukkan kemampuannya dalam
memenuhi kebutuhan yang telah ditentukan.
Kramer dan Twigg (1983) telah mengklasifikasikan karakteristik mutu
bahan pangan menjadi dua kelompok, yaitu:
a. Karakteristik fisik atau karakteristik tampak, meliputi penampilan yaitu
warna, ukuran, bentuk dan cacat fisik; kinestika yaitu tekstur,
kekentalan dan konsistensi, flavor yaitu sensasi dari kombinasi bau
dan cicip
b. Karakteristik tersembunyi, yaitu nilai gizi dan keamanan mikrobiologis.
Penurunan Mutu Bahan Pangan Asal
Hewan
Proses perombakan yang terjadi pada ikan dan ternak dapat
dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap pre rigor, rigor dan post rigor
mortis.
Pre rigor adalah tahap dimana mutu dan kesegaran bahan
pangan sama seperti ketika masih hidup.
Rigor mortis adalah tahap dimana bahan pangan memiliki
kesegaran dan mutu seperti ketika masih hidup, namun kondisi
tubuhnya secara bertahap menjadi kaku.
Hingga tahap rigor mortis, ikan dan ternak dapat dikatakan masih
segar. Namun memasuki tahap post rigor mortis, proses
pembusukan daging ikan telah dimulai.
Tiga faktor yang mempengaruhi
penurunan mutu bahan pangan
Kerusakan
Biologis
Kerusakan Fisik
1. Memar
Memar dialami oleh bahan pangan yang disebabkan
karena dipukul terbanting atau tergencet.
1. Autolisis
Autolisis adalah proses perombakan jaringan oleh enzim yang berasal dari
bahan pangan itu tersebut. Proses autolisis terjadi pada saat bahan pangan
memasuki fase post rigor mortis.
Ikan yang mengalami autolisis memiliki tekstur tubuh yang tidak elastis,
sehingga apabila daging tubuhnya ditekan dengan jari akan membutuhkan
waktu relatif lama untuk kembali ke keadaan semula. Bila proses autolisis
sudah berlangsung lebih lanjut, maka daging yang ditekan tidak pernah
kembali ke posisi semula. Proses autolisis dapat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan di sekelilingnya. Suhu yang tinggi akan mempercepat proses
autolisis ikan yang tidak diberi es.
2. Oksidasi
Pada ternak, kandungan lemak dapat diketahui dari banyaknya gajih pada
daging. Selama penyimpanan, lemak tidak jenuh akan mengalami proses
oksidasi sehingga terbentuk senyawa peroksida. Peristiwa yang sama dapat
terjadi pada bahan pangan yang mengandung susu atau santan.
3. Browning
Cemaran Biologi
Cemaran Kimia
Cemaran Fisik
Cemaran Penyebab Penyakit Karena
Pangan
CEMARAN BIOLOGI CEMARAN KIMIA
(1) (2)
(3)
Pangan Aman
CEMARAN FISIK BEBAS CEMARAN
CEMARAN BIOLOGI
•Mikroba (Bakteri, kapang, kamir, virus)
•Binatang pengerat (tikus)
•Serangga (lalat, dan lain-lain)
•Dan lain-lain
BAHAYA MIKROBA
Air tercemar
Debu
Lalat
Hewan peliharaan
Peralatan yang kotor dan tangan yang kotor
Penjual makanan yang tidak sehat
Pangan mentah dll.
Faktor yang membuat bakteri tumbuh
• Langsung : Kotoran
yang dibawa
• Kerusakan Fisik
(dimakan dan dirusak)
SERANGGA
• Langsung : Kotoran
yang dibawa
• Kerusakan Fisik seperti
kutu beras yang
dapat melubangi
beras
Bagaimana pencegahan cemaran
biologi?
Beli bahan mentah dan pangan di tempat yang bersih.
Beli dari penjual yang sehat dan bersih.
Pilih makanan yang telah dimasak.
Beli pangan yang dipajang, disimpan dan disajikan dengan baik.
Konsumsi pangan secara benar.
Kemasan tidak rusak.
Tidak basi (tekstur lunak, bau tidak menyimpang seperti bau asam
atau busuk).
Jangan sayang membuang pangan dengan rasa menyimpang.
CEMARAN KIMIA
Metanil Yellow
Bagaimana cara pencegahan
cemaran Kimia?
• Selalu memilih bahan pangan yang baik untuk dimasak atau
dikonsumsi langsung.
• Menggunakan air bersih (tidak tercemar) untuk menangani
dan mengolah pangan.
• Tidak menggunakan bahan tambahan (pewarna, pengawet,
dan lain-lain) yang dilarang digunakan untuk pangan.
• Menggunakan Bahan Tambahan Pangan yang dibutuhkan
seperlunya dan tidak melebihi takaran yang diijinkan.
• Tidak menggunakan alat masak atau wadah yang dilapisi
logam berat.
• Tidak menggunakan peralatan/pengemas yang bukan untuk
pangan.
• Tidak menggunakan pengemas bekas, kertas koran untuk
membungkus pangan.
• Jangan menggunakan wadah styrofoam atau plastik kresek
(non food grade) untuk mewadahi pangan terutama pangan
siap santap yang panas, berlemak, dan asam karena
berpeluang terjadi perpindahan komponen kimia dari wadah
ke pangan (migrasi).
CEMARAN FISIK
1 . Jagalah kebersihan.
2 . Pisahkan pangan mentah dari pangan matang.
3 . Masaklah dengan benar.
4 . Jagalah pangan pada suhu aman.
5 . Gunakan air dan bahan baku yang aman.
Ciri Kemasan Pangan yang baik:
1. Kemasan dalam kondisi baik tidak rusak, penyok atau
menggembung.
2. Pangan tidak kedaluwarsa atau rusak.
3. Sudah memiliki nomor izin edar:
MD (Pangan yang diproduksi dalam negeri)
ML (pangan yang diimpor dari luar negeri)
PIRT (pangan yang diproduksi oleh rumah tangga)
Bagaimana Mengenali Susu Palsu, Susu
Campuran Atau Susu Yang Sudah
Terkontaminasi Bakteri?
1.Warna Susu
b. Asin. Rasa asin biasanya ada pada susu yang diambil dari hewan
yang sudah tua, atau yang diambil dari hewan yang terkena infeksi.
Oleh karena itu, susu semacam ini tidak boleh dikonsumsi langsung
atau langsung digunakan sebagai campuran makanan.
Di antara rasa aneh lainnya pada susu adalah rasa lemak, rasa
basi, dan rasa amis.
Disarankan untuk tidak mencicipi susu yang berbau busuk, karena
dikhawatirkan sudah tercemari penyakit yang bisa pindah ke tubuh
manusia. Tetapi, cukup hanya dengan menguji aromanya.
Pengujian ini bisa dengan cara membuka tutup lalu dicium
langsung di permukaan wadah tersebut, karena aroma ini akan
mudah sekali menguap dari susu, sehingga akan mudah diketahui
kualitasnya.
4. Kekentalan