Anda di halaman 1dari 19

PERKANDANGAN UNGGAS

(Laporan Praktikum Produksi Ternak Unggas)

Oleh

Debi Putra Ramadhan


1814241022

NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN TERNAK


JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020

1
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Praktikum : Perkandangan Unggas

Tempat Praktikum : Daring

Tanggal Praktikum : 29 April 2020

Program Studi : Nutrisi dan Teknologi Pakan Ternak

Jurusan : Peternakan

Fakultas : Pertanian

Universitas : Universitas Lampung

Bandarlampung, 6 Mei 2020


Mengetahui
Dosen

Dr. Ir. Rr. Riyanti, M.P.


NIP. 196502031993032001

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
tepat waktu. Laporan berjudul “Perkandangan Unggas” ini disusun guna untuk
memenuhi nilai praktikum mata kuliah Produksi Ternak Unggas.

Terimakasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membimbing dan
memberikan materi. Penulis menyadari laporan ini jauh dari kata sempurna baik segi
Bahasa, bahasan, maupun penulisan oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun untuk penulisan laporan yang akan mendatang. Penulis pun
mengharapkan para pembaca dapat mengambil ilmu dari laporan ini.

Bandarlampung, 6 Mei 2020

Penulis,

3
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ ii

KATA PENGANTAR..................................................................................... iii

DAFTAR ISI.................................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR....................................................................................... vi

I PENDAHULUAN.................................................................................. 6

II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 7

III HASIL KEGIATAN............................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

4
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Bentuk fisik bahan pakan.......................................................... 19


2 Jagung giling............................................................................. 19
3 Tepung ikan............................................................................... 19
4 Bahan pakan aditif..................................................................... 19
5 Grit............................................................................................ 19

5
I PENDAHULUAN

Pakan adalah semua yang bisa dimakan oleh ternak dan tidak mengganggu
kesehatannya. Pada umumnya pengertian pakan (feed) digunakan untuk hewan yang
meliputi kuantitatif, kualitatif, kontinuitas serta keseimbangan zat pakan yang
terkandung di dalamnya.. Pakan adalah segaalah sesuatu yang dapat diberikan
sebagai sumber energi dan zat-zat gizi, istilah pakan sering diganti dengan bahan
baku pakan, pada kenyataanya sering terjadi penyimpangan yang menunjukkan
penggunaan kata pakan diganti sebagai bahan baku pakan yang telah diolah menjadi
pellet, crumble atau mash.
Ransum adalah pakan jadi yang siap diberikan pada ternak yang disusun dari
berbagai jenis bahan pakan yang sudah dihitung (dikalkulasi) sebelumnya
berdasarkan kebutuhan industri dan energi yang diperlukan. Berdasarkan bentuknya
ransum dibagi menjadi 3 jenis : yaitu mash, pellet,dan crumble. Mash adalah bentuk
ransum yang paling sederhana yang merupakan campuran serbuk (tepung) dan
granula.
Bahan pakan terdiri dari bahan organik dan anorganik. Bahan organik yang
terkandung dalam bahan pakan, protein, lemak, serat kasar, bahan ekstrak tanpa
nitrogen, sedang bahan anorganik seperti calsium, phospor, magnesium, kalium,
natrium. Kandungan bahan organik ini dapat diketahui dengan melakukan analisis
proximat dan analisis terhadap vitamin dan mineral untuk masing masing komponen
vitamin dan mineral yang terkandung didalam bahan yang dilakukan di laboratorium
dengan teknik dan alat yang spesifik.
Bahan pakan dibagi menjadi dua bagian yaitu bahan pakan konvensional dan bahan
pakan subtitusi. Bahan pakan konvensional adalah bahan baku yang sering digunakan
dalam pakan yang biasanya mempunyai kandungan nutrisi yang cukup (misalnya
Protein) dan disukai ternak. Bahan pakan konvensional merupakan bahan makro ,
serta jagung, bungkil kedelai,gandung,tepung ikan dan bahan lainnya. Bahan baku
yang berasal dari bahan yang belum banyak dimanfaatkan sebagai bahan dari hasil
ikutan industri agro atau peternakan dan perikana. pakan dari kandungan nutrisinya
masih memadai untuk diolah menjadi pakan. Bahan pakan ini biasanya berasal dari
ikutan industri agro atau peternakan dan perikanan.

6
II TINJAUAN PUSTAKA

Ransum diartikan sebagai satu atau campuran beberapa jenis bahan pakan
yang diberikan untuk seekor ternak selama sehari semalam (Manshur, 1998). Ransum
adalah campuran berbagai macam bahan organik dan anorganik yang diberikan
kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang diperlukan bagi
pertumbuhan, perkembangan, dan reproduksi. Agar pertumbuhan dan produksi
maksimal, jumlah dan kandungan zat-zat makanan yang diperlukan ternak harus
memadai (Suprijatna et al., 2005)
Bahan pakan adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna dan digunakan oleh
hewan. Secara umum, bahan pakan adalah bahan yang dapat dimakan
atauedible (Tillman et al., 1991). Bentuk fisik pakan ada beberapa macam, yaitu mash
and limited grains (campuran bentuk tepung dan butiran), all mash (bentuk
tepung), pellet (bentuk butiran dengan ukuran sama), crumble (bentuk butiran halus
dengan ukutan tidak sama). Di antara keempat macam bentuk tersebut,
bentuk pellet memiliki palatabilitas paling tinggi dan lebih tahan lama disimpan.
Bentuk all mash atau tepung digunakan untuk tempat ransum otomatis, tetapi kurang
disukai ayam, mudah tengik, dan sering menyebabkan kanibalisme yang tinggi
(Kartasudjana dan Suprijatna, 2006). Pakan untuk ayam petelur umur 0 – 6 minggu
(fase starter) sebaiknya menggunakan pakan jadi buatan pabrik yang memiliki
komposisi pakan yang tepat dan tekstur halus, sedangkan untuk fase grower dan layer
dapat digunakan pakan hasil formulasi sendiri (Ditjennak, 2001).
Berdasarkan kandungan zat-zat pakan, bahan pakan digolongkan menjadi
empat yaitu sumber energi, sumber protein, sumber mineral, dan vitamin. Bahan
pakan sumber energi mengandung karbohidrat tinggi sekitar 10%, contohnya jagung.
Jagung kuning lebih baik daripada jagung putih karena mengandung pro vitamin A
berupa xantofil. Vitamin A memberikan warna kuning pada kuning telur
(Suprijatna et al., 2005). Jagung kuning merupakan bahan pakan sumber energi yang
mengandung 8,6% protein kasar (PK); 3370 KKal/kg energi metabolisme (EM); 3,9
% lemak; 2% serat kasar (SK); 0,02% Ca; 0,3% total P (NRC, 1994). Jagung kuning
yang baik mengandung 12 – 14% air, 0,14% Mg; 0,38% K; 1,03 mg/kg Co; 3 mg/kg
Cu; 0,11 mg/kg I; 31 mg/kg Fe; 4 mg/kg Mn; 24 mg/kg Zn; 5,5 IU vitamin A; 29 IU

7
vitamin D; 0,12 mg/kg biotin; 469 mg/kg kolin; 0,11 mg/kg asam folat; 29 mg/kg
niasin; 4,1 mg/kg asam pantotenat; 3,4 mg/kg vitamin B6; 1,6 mg/kg riboflavin; dan
5,7% thiamin (Kearl, 1982), serta 1,75% asam linoleat (Hy-Line International, 2010).
Bekatul mengandung kulit ari beras tanpa sekam, berasal dari hasil samping
penggilingan padi. Bekatul merupakan bahan pakan sumber energi dan vitamin B,
dapat digunakan hingga 25% dari ransum ayam (FAO, 2009). Penggunaan bekatul
harus dibatasi karena mengandung pitat dalam ikatan fosfor pitat sehingga daya
cernanya rendah, mudah tengik, dan mengganggu penyerapan kalsium (Suprijatna et
al., 2005). Bekatul yang merupakan bahan pakan mengandung 12% protein, 2860
kkal/kg EM, 12 % lemak, 3% SK, 0,04% Ca, 1,4% total P (NRC, 1994).
Bungkil kedelai merupakan bahan pakan sumber protein yang berasal dari sisa
proses produksi pertanian. Kandungan nutrisi bungkil kedelai yaitu 47,5% PK; 2.400
KKal/kg EM; 0,5% lemak; 3,0% SK; 0,2% Ca; 0,75% metionin; 3,2% lisin (Alien,
1982). Kadar air bungkil kedelai yang baik maksimal 15%, dengan kandungan lemak
kasar 8,8% dan 5,7% abu (Kearl, 1982).
Meat Bone Meal (MBM) merupakan bahan pakan sumber protein yang
berasal dari sisa-sisa proses produksi di Rumah Pemotongan Hewan (RPH), yaitu dari
hasil trimming karkas, karkas yang tidak memenuhi syarat untuk dikonsumsi
manusia, organ seperti hati dan paru-paru, bagian yang tidak dapat dimakan (inedible
offal) seperti tulang, serta hasilrendering dari ternak yang mati. Kandungan abu
MBM yang normal yaitu 28 – 36%, kandungan abu yang sangat tinggi menunjukkan
bahwa MBM lebih banyak mengandung tulang. Kandungan asam amino MBM yaitu
5,9% arginin; 0,7% sistin; 14,1% glisin; 1,4% histidin; 2,6% isoleusin; 6,5% leusin;
5,0% lisin; 1,4% metionin; 3,1% fenilalanin; 3,4% treonin; 1,1% triptofan; 1,7%
tirosin; dan 4,7% valin (FAO, 2010). Kadar air MBM berkisar antara 3,0 – 11,2% dan
mengandung 49,0 – 52,8% PK; 8,5 – 14,8% LK; 6,0 – 12,0% Ca; 3,5 – 5,0% total P;
dan 1.770 – 2.420 MKal/kg EM (Miles dan Jacob, 2009).
Tepung ikan umumnya terbuat dari ikan-ikan kecil dan ikan yang tidak
dimanfaatkan lagi untuk manusia (Suprijatna et al., 2005). Standar kadar air tepung
ikan yaitu maksimal 13% dan kadar abunya 24% (Kearl, 1982). Semakin tinggi kadar
abu menunjukkan bahwa tepung ikan bermutu rendah karena lebih banyak terbuat
dari tulang ikan. Kandungan nutrisi tepung ikan pada umumnya yaitu 62,0% PK;
10,2% lemak; 1,0% SK; 5,0% Ca; 2.950 Kkal/kg EM; 1,8% metionin; dan 4,7% lisin
(Alien,1982).
Gizzard ayam mengandung material yang bersifat menggiling seperti batu
kerikil atau grit (Suprijatna et al., 2005). Tujuan penggunaan grit adalah untuk

8
membantu pencernaan pakan kasar dan berserat (Blakely dan Bade, 1998). Grit yang
terbuat dari cangkang kerang dan cangkang telur dapat membantu pencernaan
mekanik di gizzard dan menjadi sumber mineral seperti Ca, Mg, dan P (Shirt, 2010).
Zat aditif berfungsi agar zat makanan bisa ditelan, dicerna, dilindungi dari
kerusakan, diserap dan ditranspor keseluruhan tubuh untuk keperluan hidup pokok
dan produksi ternak unggas (Rizal, 2006). Zat aditif dapat
bersifat nutritive maupun non nutritive. Zat aditif yang bersifat nutritiveberfungsi
untuk melengkapi kandungan nutrisi pakan, antara lain asam amino, vitamin,
dan trace mineral (Shirt, 2010). Premix merupakan sumber vitamin dan mineral yang
ditambahkan dalam ransum untuk melengkapi kebutuhan vitamin dan mineral yang
belum tercukupi dari bahan pakan. Premix digunakan maksimal sebanyak 2,5%
dalam ransum ayam (Wafi, 2011). Kandungan premix antara lain vitamin A, D, E, K,
B1, B2, B6, B12, asam pantotenat, asam nikotinat, asam folat, biotin, kolin; mineral
Fe, Mn, Cu, Zn, I, Co, Se; serta antioksidan (Interchemie, 2010). Zat aditif yang
bersifat non nutritive pada pakan unggas adalah antibiotik, arsenikal, nitrofuran, obat-
obatan, dan antioksidan (Blakely dan Bade, 1998).
Pemberian pakan saat tengah malam (midnight feeding) dapat dilakukan
apabila diberikan cahaya yang cukup, yaitu dari lampu. Tujuan night
feeding dan midnight feeding yaitu memberikan kesempatan bagi ayam untuk
meningkatkan suplai kalsium dari saluran pencernaan secara langsung untuk
pembentukan cangkang telur. Hal ini mencegah pengambilan kalsium dari tulang
yang meningkatkan risiko pengeroposan tulang saat ayam mulai tua. Waktu
pemberian pakan di pagi atau siang hari menyebabkan ayam mengabsorbsi zat-zat
pakan sebagian besar untuk  hidup pokok dalam sehari, regenerasi sel, mengatasi
pengaruh lingkungan seperti cuaca sehingga tidak semuanya dimaksimalkan untuk
pembentukan telur.Midnight feeding berlangsung saat telur sedang dibentuk sehingga
materi pembentuknya dapat ditambahkan dari zat-zat pakan yang diabsorbsi oleh
saluran pencernaan (Riczu dan Korver, 2009). Midnight feeding terbukti dapat
meningkatkan kualitas cangkang telur dari segi ketebalan, kekuatan, persentase
cangkang dari telur yang keluar pada pagi hari, yaitu sekitar jam 09.00 (Harms et al.,
1996).
 Feed Convertion Ratio (FCR) atau konversi pakan merupakan perbandingan
antara ransum yang dihabiskan ayam dalam menghasilkan sejumlah telur. Keadaan
ini sering disebut dengan ransum per kilogram telur. Ayam petelur yang baik akan
makan sejumlah ransum dan menghasilkan telur yang lebih banyak daripada sejumlah
ransum yang dimakannya (Bappenas, 2010). FCR ayam layer umumnya sebesar 2,33

9
± 0,04 (Mussawar et al., 2004). Standar FCR bagi ayam layer strain Hy-Line Brown
yaitu sebesar 2,05 pada umur 21 – 72 minggu (Hy-Line International, 2010).

10
III HASIL KEGIATAN

Pada praktikum kali ini yaitu membahas tentang ransum unggas. Ransum
merupakan campuran berbagai macam bahan pakan dan diformulasikan untuk
memenuhi kebutuhan ternak sehingga mendapatkan kandungan yang seimbang untuk
proses produksi, hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna et al., (2005) yang
menyatakan bahwa ransum adalah campuran berbagai macam bahan organik dan
anorganik yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makanan
yang diperlukan bagi pertumbuhan, perkembangan, dan reproduksi. Agar
pertumbuhan dan produksi maksimal, jumlah dan kandungan zat-zat makanan yang
diperlukan ternak harus memadai. Menurut Manshur (1998) ransum diartikan
sebagai satu atau campuran beberapa jenis bahan pakan yang diberikan untuk seekor
ternak selama sehari semalam. Sedangkan bahan pakan menurut Tillman et
al., (1991) merupakan bahan pakan adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna dan
digunakan oleh hewan. Secara umum, bahan pakan adalah bahan yang dapat dimakan
atauedible.
Ada bebrapa bentuk fisik dari ransum yang memiliki keunggulan dan
kelemahannya masing masing, yaitu berbentuk grains, mash, pellet, dan crumble,
menurut pendapat Kartasudjana dan Suprijatna (2006) bentuk fisik pakan ada
beberapa macam, yaitu mash and limited grains (campuran bentuk tepung dan
butiran), all mash (bentuk tepung), pellet (bentuk butiran dengan ukuran
sama), crumble (bentuk butiran halus dengan ukutan tidak sama). Di antara keempat
macam bentuk tersebut, bentuk pellet memiliki palatabilitas paling tinggi dan lebih
tahan lama disimpan. Bentuk all mash atau tepung digunakan untuk tempat ransum
otomatis, tetapi kurang disukai ayam, mudah tengik, dan sering menyebabkan
kanibalisme yang tinggi.
Bentuk mash ini merupakan bentuk ransum yang umum terlihat. Bahan yang
dipilih menjadi ransum digiling halus kemudian dicampur menjadi satu. Ransum
bentuk ini menyebabkan ayam tidak bisa memilih bahan pakan yang disenangi. Hal
ini berdasarkan sifat dan cara makan ayam yang lebih gemar memakan pakan yang
berbentu butiran dan berwarna. Oleh karena itu ransum yang berbentuk tepung
kurang disukai ayam. Bentuk ransum yang halus ini memiliki keuntungan lain, yaitu
mudah diserap usus ayam sehingga efisiensinya lebih baik. Ransum bentuk ini dapat

11
digunakan untuk semua umur dan harganya lebih murah. Pellet (berbentuk bulat
panjang) : Bentuk ini merupakan perkembangan dari bentuk tepung. Kelemahan dari
bentuk ini adalah memungkinkan terjadinya kanibalisme, kurang cocok untuk anak
ayam. Crumble (berbentuk pecah/butiran) : Bentuk ini merupakan perkembangan
lebih lanjut dari bentuk pellet. Bentuk ini banyak digunakan untuk semua umur ayam
broiler. Ransum ini sudah lazim digunakan oleh peternak karena harganya tidak
semahal ransum bentuk pellet.
Pada pembuatan ransum diperlukan beberapa macam bahan pakan yang
berguna untuk saling memenuhi kandungan nutrient yang diperlukan oleh ternak
sehingga memiliki kandungan nutrient yang seimbang, bahan pakan pertama yang
biasa digunakan untuk dijadikan ransum yaitu jagung yang merupakan bahan sumber
energi, biasanya jagung yang akan di berikan ke ternak sudah dalam bentuk jagung
giling, menurut pendapat Suprijatna et al., (2005) jagung giling. Berdasarkan
kandungan zat-zat pakan, bahan pakan digolongkan menjadi empat yaitu sumber
energi, sumber protein, sumber mineral, dan vitamin. Bahan pakan sumber energi
mengandung karbohidrat tinggi sekitar 10%, contohnya jagung. Jagung kuning lebih
baik daripada jagung putih karena mengandung pro vitamin A berupa xantofil.
Vitamin A memberikan warna kuning pada kuning telur. Menururt pendapat Hy-Line
International (2010) Jagung kuning merupakan bahan pakan sumber energi yang
mengandung 8,6% protein kasar (PK); 3370 KKal/kg energi metabolisme (EM); 3,9
% lemak; 2% serat kasar (SK); 0,02% Ca; 0,3% total P (NRC, 1994). Jagung kuning
yang baik mengandung 12 – 14% air, 0,14% Mg; 0,38% K; 1,03 mg/kg Co; 3 mg/kg
Cu; 0,11 mg/kg I; 31 mg/kg Fe; 4 mg/kg Mn; 24 mg/kg Zn; 5,5 IU vitamin A; 29 IU
vitamin D; 0,12 mg/kg biotin; 469 mg/kg kolin; 0,11 mg/kg asam folat; 29 mg/kg
niasin; 4,1 mg/kg asam pantotenat; 3,4 mg/kg vitamin B6; 1,6 mg/kg riboflavin; dan
5,7% thiamin (Kearl, 1982), serta 1,75% asam linoleate.
Bahan pakan sumber energi yang lain yaitu bekatul, menurut pendapat FAO
(2009) bekatul mengandung kulit ari beras tanpa sekam, berasal dari hasil samping
penggilingan padi. Kandungan dari bekatul menurut NRC (1994) Bekatul merupakan
bahan pakan sumber energi dan vitamin B, dapat digunakan hingga 25% dari ransum
ayam. Penggunaan bekatul harus dibatasi karena mengandung pitat dalam ikatan
fosfor pitat sehingga daya cernanya rendah, mudah tengik, dan mengganggu
penyerapan kalsium (Suprijatna et al., 2005). Bekatul yang merupakan bahan pakan
mengandung 12% protein, 2860 kkal/kg EM, 12 % lemak, 3% SK, 0,04% Ca, 1,4%
total P.
Bahan pakan selanjutnya yaitu bahan pakan sumber protein, bahan pakan ini
memiliki kadar protein yang tinggi yaitu diatas atau sama dengan 20%. Menurut
Alien (1982) bungkil kedelai merupakan bahan pakan sumber protein yang berasal
dari sisa proses produksi pertanian. Kandungan nutrisi bungkil kedelai yaitu 47,5%
PK; 2.400 KKal/kg EM; 0,5% lemak; 3,0% SK; 0,2% Ca; 0,75% metionin; 3,2%

12
lisin. Kadar air bungkil kedelai yang baik maksimal 15%, dengan kandungan lemak
kasar 8,8% dan 5,7% abu (Kearl, 1982).
Bahan pakan sumber protein selanjutnya yaitu berasal dari hasil sisa dari RPH
yang sudah tak terpakai atau tidaj dapat dikonsumsi oleh manusi, menurut pendapat
Miles dan Jacob (2009) menyatakan bahwa Meat Bone Meal (MBM) merupakan
bahan pakan sumber protein yang berasal dari sisa-sisa proses produksi di Rumah
Pemotongan Hewan (RPH), yaitu dari hasil trimming karkas, karkas yang tidak
memenuhi syarat untuk dikonsumsi manusia, organ seperti hati dan paru-paru, bagian
yang tidak dapat dimakan (inedible offal) seperti tulang, serta hasilrendering dari
ternak yang mati. Kandungan abu MBM yang normal yaitu 28 – 36%, kandungan abu
yang sangat tinggi menunjukkan bahwa MBM lebih banyak mengandung tulang.
Kandungan asam amino MBM yaitu 5,9% arginin; 0,7% sistin; 14,1% glisin; 1,4%
histidin; 2,6% isoleusin; 6,5% leusin; 5,0% lisin; 1,4% metionin; 3,1% fenilalanin;
3,4% treonin; 1,1% triptofan; 1,7% tirosin; dan 4,7% valin (FAO, 2010). Kadar air
MBM berkisar antara 3,0 – 11,2% dan mengandung 49,0 – 52,8% PK; 8,5 – 14,8%
LK; 6,0 – 12,0% Ca; 3,5 – 5,0% total P; dan 1.770 – 2.420 MKal/kg EM.
Bahan pakan sumber protein yang terakhir yaitu berupa tepung ikan, tepung
ikan ini memiliki kandungan protein yang tinggi dan asal tepung ini sesuai dengan
Namanya yaitu dari ikan yang sudah dikeringkan dan digiling halus sampai menjadi
tepung ikan, menurut pendapat Suprijatna et al., (2005) yang menyatakan tepung ikan
umumnya terbuat dari ikan-ikan kecil dan ikan yang tidak dimanfaatkan lagi untuk
manusia. Standar kadar air tepung ikan yaitu maksimal 13% dan kadar abunya 24%
(Kearl, 1982). Semakin tinggi kadar abu menunjukkan bahwa tepung ikan bermutu
rendah karena lebih banyak terbuat dari tulang ikan. Kandungan nutrisi tepung ikan
pada umumnya yaitu 62,0% PK; 10,2% lemak; 1,0% SK; 5,0% Ca; 2.950 Kkal/kg
EM; 1,8% metionin; dan 4,7% lisin (Alien,1982).
Pada ransum tidak hanya tedapat berbagai macam bahan pakan tetapi juga
terdapat kerikil atau grit yang beguna untuk membantu proses pencernaan didalam
gizzard, karena dialam bebas unggas ayam akan mengonsumsi kerikil kecil untuk
proses pencernaannya dengan demikian karena ayam dipelihara didalam kandang
maka peternak harus menyediakan krikil untuk pengoptimalan proses pencernaannya,
menurut pendapat Suprijatna et al., (2005) Gizzard ayam mengandung material yang
bersifat menggiling seperti batu kerikil atau grit. Tujuan penggunaan grit adalah
untuk membantu pencernaan pakan kasar dan berserat (Blakely dan Bade, 1998). Grit
yang terbuat dari cangkang kerang dan cangkang telur dapat membantu pencernaan
mekanik di gizzard dan menjadi sumber mineral seperti Ca, Mg, dan P (Shirt, 2010).

13
Bahan selanjutnya yaitu beguna untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan juga
asam amino yang sangat diperlukan oleh unggas untuk memabantu proses
pertumbuhannya menurut pendapat Rizal (2006) zat aditif berfungsi agar zat
makanan bisa ditelan, dicerna, dilindungi dari kerusakan, diserap dan ditranspor
keseluruhan tubuh untuk keperluan hidup pokok dan produksi ternak unggas. Zat
aditif dapat bersifat nutritive maupun non nutritive. Zat aditif yang
bersifat nutritiveberfungsi untuk melengkapi kandungan nutrisi pakan, antara lain
asam amino, vitamin, dan trace mineral (Shirt, 2010). Salah satu zat aditif yang biasa
digunakan yaitu premix. Premix merupakan sumber vitamin dan mineral yang
ditambahkan dalam ransum untuk melengkapi kebutuhan vitamin dan mineral yang
belum tercukupi dari bahan pakan. Premix digunakan maksimal sebanyak 2,5%
dalam ransum ayam (Wafi, 2011). Kandungan premix antara lain vitamin A, D, E, K,
B1, B2, B6, B12, asam pantotenat, asam nikotinat, asam folat, biotin, kolin; mineral
Fe, Mn, Cu, Zn, I, Co, Se; serta antioksidan (Interchemie, 2010). Zat aditif yang
bersifat non nutritive pada pakan unggas adalah antibiotik, arsenikal, nitrofuran, obat-
obatan, dan antioksidan (Blakely dan Bade, 1998).
Untuk mengoptimalkan fungsi ransum bagi ternak haru dioerhatikan juga
manajemen pemberian pakan pada ternak, pemberian pakan pada pagi hari
sebenarnya kurang optimal dalam proses produksi karena ransum yang diberikan di
pagi hari akan lebih digunakan untuk aktifitas siang hari sehingga proses produksi
seperti pembentukan telur akan kurang optimal sehingga pemberian pakan yang baik
pada malam hari, seperti pendapat Riczu dan Korver (2009) pemberian pakan saat
tengah malam (midnight feeding) dapat dilakukan apabila diberikan cahaya yang
cukup, yaitu dari lampu. Tujuan night feeding dan midnight feeding yaitu
memberikan kesempatan bagi ayam untuk meningkatkan suplai kalsium dari saluran
pencernaan secara langsung untuk pembentukan cangkang telur. Hal ini mencegah
pengambilan kalsium dari tulang yang meningkatkan risiko pengeroposan tulang saat
ayam mulai tua. Waktu pemberian pakan di pagi atau siang hari menyebabkan ayam
mengabsorbsi zat-zat pakan sebagian besar untuk  hidup pokok dalam sehari,
regenerasi sel, mengatasi pengaruh lingkungan seperti cuaca sehingga tidak
semuanya dimaksimalkan untuk pembentukan telur.Midnight feeding berlangsung
saat telur sedang dibentuk sehingga materi pembentuknya dapat ditambahkan dari
zat-zat pakan yang diabsorbsi oleh saluran pencernaan. Midnight feeding terbukti
dapat meningkatkan kualitas cangkang telur dari segi ketebalan, kekuatan, persentase
cangkang dari telur yang keluar pada pagi hari, yaitu sekitar jam 09.00 (Harms et al.,
1996). Namun berbeda dengan produksi ayam pedaging ransum akan lebih baik jika
diberikan secara adlibitum atau selalu tersedia.

14
Dengan demikian dari ransum yang baik dan formulasinya sesuai denga
kebutuhan ternak itu untuk hidup dan berproduksi dengan optimal maka akan
terbentuklah Feed Convertion Ratio (FCR) atau konversi pakan merupakan
perbandingan antara ransum yang dihabiskan ayam dalam menghasilkan sejumlah
telur pada ayam petelur dan pertmabahan bobot badan pada ayam broiler. Keadaan ini
sering disebut dengan ransum per kilogram telur atau ransum per kilogram bobot
badan. Ayam petelur yang baik akan makan sejumlah ransum dan menghasilkan telur
yang lebih banyak daripada sejumlah ransum yang dimakannya (Bappenas, 2010).
FCR ayam layer umumnya sebesar 2,33 ± 0,04 (Mussawar et al., 2004).

15
DAFTAR PUSTAKA

Alien, R.D. 1982. Feedstuff Ingredient Analysis Table. Feedstuff 54 (30): 25 – 30.
Bappenas. 2010. Beternak Ayam Petelur. http://www.ristek.go.id. Diakses tanggal 8
Mei 2020 pk. 13.57.
Blakely, J. dan D.H. Bade. 1998. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta (Diterjemahkan Oleh B. Srigandono).
Direktorat Jenderal Peternakan. 2001. Peraturan Menteri Pertanian tentang
Peternakan Ayam Broiler dan Petelur. http://deptan.go.id. Diakses tanggal 8
Mei 2020 pk.19.05
FAO. 2009. Animal Feed Resources Information System: Oryza sativa. http://www.
fao.org/ag. Diakses tanggal 8 Mei 2020 pk. 22.03.
Harms, R.H., C.R. Douglas, dan D.R. Sloan. 1996. Midnight feeding of commercial
laying hens can improve eggshell quality. Journal of Poultry Applied Science
Research 5 :1 -5.
Hy-Line International. 2010. Hy-Line Brown Intensive Systems Performance
Standards. http://www.hyline.com/redbook/performance. Diakses tanggal 8
mei 2020 pk. 15.57.
Interchemie. 2010. Poultry Layer Pemix. http://www.interchemie.com/ feed-
additives/introvit-poultry-layer-premix.html. Diakses tanggal 8 Mei 2020 pk
22.30.
Kartasudjana, R. dan E. Suprijatna. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Miles, R.D. dan J.P. Jacob. 2009. Using Meat and Bone Meal in Poultry
Diet.University of Florida,Florida.

16
Riczu, C. dan D. Korver. 2008. Effects of midnight feeding on the bone density and
egg quality of brown and white table egg layers. Canadian Poultry Magazine
(7): 35 – 38.
Shirt,  V.  2010.  How to Feed Chickens Part 2.
http://www.poultry.allotreatment.org.uk/keeping-chickens/feeding-chickens_2.php.
Diakses tanggal 7 Mei 2020 pk 23.04.
Wafi. 2011. Poultry Feed. http://www.wafi.nl/poultry-feed. Diakses tanggal 7 Maret
2020 pk. 22.17.

17
LAMPIRAN

18
Gambar 1. Bentuk fisik bahan pakan

Gambar 2. Jagung giling Gambar 3. Tepung ikan

Gambar 4. Bahan pakan aditif Gambar 5. Grit

19

Anda mungkin juga menyukai