Anda di halaman 1dari 7

Dosen : Edit Lesa Aditya SPt MSc

Hari/Tanggal : Senin, 23 Oktober 2021


Assiten Dosen : Sugma Ginanjar Spt
Aulia Fitrah isnaini AMd
Rizky Adi Saputra AMd

TUGAS LAPORAN PRAKTIKUM BUSAPO


TINGKAH LAKU TERNAK DAN ANIMAL WELFARE

Kelompok 5 / TNK A1P2 /

Syamsul Alam J0309201083


Iman Syavian J0309201015
Raihan Firmansyah J3I219114
Muhammad Alwi J0309201039

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN TERNAK


SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2021
Definisi tingkah laku
Ilmu yang mempelajari tingkah laku ternak disebut ethologi. Tingkah laku ternak (Animal
Behavior) didefinisikan sebagai ekspresi dari sebuah usaha untuk beradaptasi atau
menyesuaikan diri akibat kondisi internal maupun eksternal. Dapat juga didefinisikan
sebagai respons ternak/hewan terhadap stimulus/rangsangan dari dalam maupun
lingkungan.
Secara singkat, tingkah laku ialah gerak-gerik ternak.
Definisi kesejahteraan hewan ( Animal Wealfare )
Animal welfare atau biasa disebut kesejahteraan hewan merupakan suatu prinsip
kesejahteraan dan aspek yang harus dipenuhi dalam pemeliharaan dan pemanfaatan hewan.
Penerapan aspek ini tidak hanya pada hewan kesayangan saja, namun juga sudah menjadi
suatu kebutuhan bagi pemelihara ternak produksi. Hal ini merupakan salah satu bentuk
kesadaran kita dalam memperlakukan hewan sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha
Kuasa.
Berdasarkan Undang Undang No 18 tahun 2009 jo Undang-Undang No 41 tahun 2014
Tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, kesejahteraan hewan diartikan sebagai segala
urusan yang berhubungan dengan keadaan fisik dan mental hewan menurut ukuran perilaku
alami hewan yang perlu diterapkan dan ditegakkan untuk melindungi hewan dari perlakuan
setiap orang yang tidak layak terhadap hewan yang dimanfaatkan manusia.

Tujuan Mempelajari Tingkah Laku dan Animal Welfare


Dengan mempelajari ilmu Tingkah Laku/Etology para peternak dapat mengengetahui kondisi
ternak dengan cara mengamati tingkah laku ternak itu sendiri.
Untuk Animal Welfare bertujuan untuk menjaga kesejahteraan ternak tersebut, mendapatkan
kebebasandalam hidupnya, sehingga hewan dalam kondisi yang baik, sehat badan maupun
mentalnya dimana proses biologis berjalan lancar, merasa senang atau nyaman dan hidup
dalam habitat yang sesuai untuk dapat menampilkan perilaku alaminya dengan leluasa.
Faktor – faktor yang mempengaruhi perubahan tingkah laku pada ternak
Faktor Lingkungan
Lingkungan yang baru akan mengubah kebiasaan dan tingkah laku ternak karena ternak harus
beradaptasi lagi untuk mengenal lingkungan barunya.
Faktor Suhu
Suhu yang terlalu tinggi akann menyebabkan ternak mengalami heatstress apabila ternak
sudah mengalami heatstress maka tingh laku ternak tersebut akan berubah terutama pada
tingkah laku makan yang akan mempengaruhi pada produktivitas ternak tersebut.
Tingkah laku Ternak

Aktifitas tidur ternak sapi


Menurut Hafez et al (1969) dan Ewing etal (1999) aktivitas tidur didefinisikan sebagai suatu
posisi dimana keempat kaki ditekuk kebelakang (serupa dengan berbaring) dan kepala dalam
kondisi rebah/miring diikuti mata tertutup.
Aktifitas berbaring
Aktivitas berbaring pada sapi dilakukan untuk menjaga keseimbangan temperatur tubuh
secara konduksi; dan lama berbaring melakukan remastikasi dipengaruhi oleh suhu
lingkungan dan ukuran tubuh (Williamson dan Payne, 1993).
Merumput (Grazing)
 Pola merumput : stereotip (konstan)
· Berjalan melintasi padang rumput,, hidung selalu dekat dengan tanah pada saat
merenggut rumput, dibulat-bulatkan, lalu ditelan
· Cara : rumput dibelit dengan lidah, ditarik, dipotong dengan gigi dengan dibantu oleh
hentakan kepala
 Sikap merumput
· Berdiri dengan kepala tunduk
· Anak : kadang-kadang berbaring
· Rumput yang diambil paling pendek ± 1,25 cm
 Jarak jelajah : selama 24 jam akan bertambah dua kali, bila ;
· Cuaca jelek
· Padang becek
· Rumput jarang
· Banyak ektoparasit (kutu, caplak, tungau) hinggap di tubuh
 Siklus merumput
· Dalam 24 jam : 4-5 periode merumput
· Paling lama : saat fajar dan senja
· Dapat berlangsung pada malam hari
· Periode merumput : jalan, lalu istirahat, kemudian ruminasi, dan merumput lagi
 Faktor-faktor yang mempengaruhi pola merumput
· Ras : perah atau potong (pedaging)
· Adaptasi terhadap iklim. Misalnya bison pada musim dingin lebih sangat aktif, sapi Eropa
pada iklim sedang lebih aktif, dan sapi Zebu pada iklim tropis dan sub tropis sangat kurang
aktif.
Meranggas (Browsing)
Sapi menggunakan 40% dari waktu makannya untuk meranggas guna memilih tanaman yang
nilai gizinya tinggi, biasanya makan bagian-bagian dari semak atau pohon.
Makan (Feeding)
Yang dimaksud dengan makan disini adalah proses makan di dalam kandang atau makan
rumput segar dan konsentrat (di Indonesia) atau hay, silage (di daerah bermusim
empat/temperate/sub-tropis).
Perilaku seksual
 Pada sapi jantan
· Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual sapi jantan, antara lain ; penciuman,
penglihatan, dan pendengaran.
 Pada sapi betina
· Tanda-tanda umum saat estrus, antara lain:
 Sangat reaktif,
 Nafsu makan turun/terganggu,
 Produksi susu turun,
 Tidak tenang/gelisah,
 Ingin dinaiki dan menaiki
 Sering melenguh,
 Mengibas-ibaskan ekornya,
 Frekuensi urinasi meningkat, dan
 Keluar lender berahi dari vulva: liat, bening, dan transparan.
Laktasi
 Anak sapi mulai menyusu 2-5 jam setelah kelahiran, yang dimana harus diberikan
colostrums.
 Posisi badan pedet saat menyusu harus sejajar badan induk disebelah kiri atau kanan,
tegak lurus dari samping, dan bisa dari belakang.
 Proses : putting susu dijepit diantara lidah dan langit-langit atas (pallatum) sampai
rapat sehingga tidak tembus udara yang menyebabkan terjadi tekanan dalam mulut
sehingga air susu masuk ke mulut, kemudian ditelan.
 Lama menyusui antara 10-15 menit
 Frekuensi menyusui antara 5-8 kali per 24 jam
 Umumnya makin tua umur anak, maka frekuensi menyusu mulai berkurang karena
sudah mulai makan rumput dan konsentrat.
Kesejahteraan Ternak ( Animal Weelfear )

Muatan Kesrawan dalam PPPasal 83, 84 dan 85


 Pemilik fasilitas pemeliharaan hewan wajib memiliki izin usaha yang dikeluarkan
oleh Bupati/Walikota.
 Pemilik fasilitas pemeliharaan hewan yang tidak menerapkan prinsip kebebasan
hewan dikenai sanksi pencabutan izin usahanya
 Menteri menetapkan jenis dan kriteria fasilitas pemeliharaan hewan yang memerlukan
izin usaha.
 Setiap RPH mempunyai SDM sebagai pengawas Kesrawan (Animal Welfare Officer)
yang disertifikasi dan mempunyai kompetensi.
 Fasilitas / sarana Prasarana RPH dilengkapi sehingga RPH dapat digunakan untuk
memotong baik sapi lokal maupun import. Fasilitas diupayakan dapat digunakan
untuk kedua jenis hewan.
 Sistim perobohan dengan tali masih dapat digunakan untuk pemotongan hewan skala
kecil dan bukan komersil namun harus didukung oleh pengetahuan dan keterampilan
petugas yang memadai untuk menjamin penerapan kesrawan.
 Perobohan Hewan sebelum disembelih merupakan titik kritis dalam memenuhi aspek
kesejahteraan hewan. Penggunaan fasilitas yang memudahkan proses penanganan
hewan diprioritaskan pada setiap RPH.
Kesrawan di tempat Penampungan Hewan:
 Melindungi hewan dari panas dan hujan
 Ketersediaan pakan dan minum yang cukup
 Luas Kandang yang cukup/pengikatan dengan tali yang cukup panjangnya (tidak
berdesak – desakan)
 Kebersihan tempat penampungan
 Terhindar dari benda – benda, perlakuan dan konstruksi tempat yang dapat
mencederai hewan
 Pencahayaan yang cukup
Kesrawan Pada Penggiringan Hewan:
 Cara menggiring hewan
 Hindari membuat hewan ketakutan agar tidak terjadi cedera
 Hindari adanya orang dan benda di depan hewan selama penggiringan
 Tidak dibenarkan orang berdiri di atas pagar pembatas
 Mengupayakan hewan tidak berdesakan (satu demi satu).
 Gunakan strategi penggiringan hewan sesuai karakter spesies (secara individu atau
berkelompok).
 Menggiring hewan pada posisi di samping paha belakang
Fasilitas Gangway
 Lantai tidak licin, tidak berlubang dan tidak becek.
 Pagar pembatas terbuat dari bahan yang tidak mudah berkarat dan tidak tajam,
 Sudut belokan gangway tidak patah (jangan memberi kesan buntu)
 Tinggi pagar pembatas sesuai dengan tinggi hewan, lebar gangway sesuai dengan
besar hewan.
 Pencahayaan cukup dan perubahannya tidak kontras
 Konstruksi gangway harus dipertahankan bebas dari benda-benda yang dapat
 mencederai hewan.
 Sepanjang gangway tidak dibenarkan adanya pekerjaan manusia yang menimbulkan
bunyi – bunyian yang dapat mengganggu hewan
Kesrawan pada perobohan sebelum penyembelihan :
 Merobohkan secara manual dengan tali dan ring
 Teknik perobohan hewan secara tidak kasar (dibanting, diinjak,ditarik ekor, ditarik
kepala).
 Teknik pengikatan dan teknik penarikan.
 Merobohkan dengan menggunakan restraining disain dan konstruksi yang bervariasi)
 Tanpa pemingsanan (masih menggunakan tali dan box (ring).
 Dengan pemingsanan.
Kesrawan pada penyembelihan hewan:
 Penyembelihan pada setiap ekor hewan dilakukan segera setelah hewan
dirobohkan/dipingsankan.
 Penyembelihan harus dipastikan telah memutus 3 saluran (tenggorokan,
kerongkongan dan pembuluh darah) dengan sekali potong
 Penyembelihan harus menggunakan pisau yang tajam, ukuran yang sesuai dan bersih.
 Memastikan hewan telah mati sempurna sebelum melakukan proses lebih lanjut.
Daftar Pustaka

Ewing, S.A., D.C. Lay Jr and E.V. Borell. 1999. Farm Animal Well-Being: Stress
Physiology, Animal Behaviour, and Environmental Design. Prentice-Hall, Inc. New Jersey.
Hafez, E.S.E., J.P. Scott, R.B. Cairns, C.V. Hulet, V.H. Denenberg and E.M. Banks.
1969. The Behaviour of Sheep and Goats. Tindall and Casell, London.
Williamson, G dan W.J.A Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Wahyu Yuliati. (2021). Penerapan Prinsip Animal Welfare dalam Manajemen
Pembibitan Ternak di BBPTUHPT Baturraden. Diakses pada 23 Oktober 2021, dari
http://bbptusapiperah.ditjenpkh.pertanian.go.id/?p=2964
http://longwira.blogspot.com/2015/01/tingkah-laku-ternak-sapi-animal-behavior.html?m=1.
Di akses pada 23 oktober 2021.
https://disnakkeswan.ntbprov.go.id/kesejahteraan-hewan-pada-ternak-potong/. Di akses pada
23 oktober 2021

Anda mungkin juga menyukai