Pendahuluan
Di Indonesia, ternak kuda sebagian besar di manfaatkan sebagai alat transportasi dan
umumnya digunakan sebagai sumber tenaga kerja penarik bendi dan gerobak. Untuk itu kuda
yang dipekerjakan sebagai penarik bendi di harapkan mempunyai peryaratan keadaan tubuh yang
ideal seperti tinggi badan, lebar dada, dan panjang badan yang memadai serta kaki tidak salah
dalam kedudukannya.
Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penampilan ternak kuda bendi di
Kecamatan Tompaso Kabupaten Minahasa. Penelitian dititik beratkan pada kuda lokal Tompaso
bendi dengan pengamatan diarahkan pada tinggi badan, lingkar dada, panjang badan. Data
penunjang lainnya seperti tatalaksana pemeliharaan, lama penggunaan ternak, makanan,
pemeriksaan feses, keadaan umum wilayah Kecamatan Tompaso.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survei dengan penetuan sampel secara purposive
sampling. Desa yang di pilih adalah desa yang memiliki populasi ternak kuda bendi tertinggi di
Kecamatan Tompaso yaitu Desa Pinabetengan, Pinabetengan Utara, Pinabetengan Selatan,
Tompaso II dan Tompaso II Utara . Jumlah responden setiap desa/kelurahan masingmasing 10
responden sehingga jumlah keseluruhan 50 responden.
Hasil pembahasan
Letak Geografi
Keadaan umum tempat penelitian Kecamatan Tompaso, letaknya cukup strategis karena berada
di jalur utama ruas jalan Arteri yang menghubungkan Tompaso dan Kota Tomohon. Letaknya
yang strategis sebagai wilayah pengembangan di bagian Utara Kecamatan Tompaso ini memang
sudah lama dikaji Pemkab Minahasa, sehingga kawasan pemukiman sebagai gerbang utama
masuk Kecamatan Tompaso tersebut, masuk dalam kawasan pengembangan Renko (Rencana
Kota) IKK (Ibu Kota Kecamatan) sejak Tahun 1980-an.
Berdasarkan hasil survei ternyata sebagian besar ternak kuda yang ada di Kecamatan
Tompaso berasal dari luar
daerah yaitu Makasar dan Gorontalo, adapun jenis kelamin dari ternak kuda yang didatangkan
sebagian besar adalah jenis kelamin jantan, hal ini dapat di lihat dari survei di Kecamatan
Tompaso sebagian besar adalah jantan yaitu 92,5%. Bagi petani peternak kuda bendi di
Kecamatan Tompaso ternak kuda jantan mempunyai keuntungan tersendiri di bandingkan
dengan ternak kuda betina untuk menarik bendi karena ternak kuda jantan dapat dikendalikan
saat bertemu lawan jenisnya.
Kelebihan
Kekurangan
REVIEW JURNAL
Volume dan halaman : Vol. 2, No. 10, Oktober 2018, hlm. 3274-3279
Pendahuluan
Kuda adalah hewan berkaki empat yang memiliki sifat nomadik atau dapat dikatakan
memiliki semangat tinggi. Dalam keadaan hidup di alam liar, efisiensi reproduksi pada kuda
dapat mencapai 90%. Dalam kondisi domestik sebagai hewan ternak bercampur tangan manusia,
tingkat efisiensi reproduksi itu sangat menurun oleh kurangnya kesempatan latihan fisik,
banyaknya gangguan dan penyakit, serta kebutuhan pakan yang kurang tercukupi menyebabkan
rendahnya tingkat konsepsi atau kebuntingan serta rendahnya.
Tujuan penelitian
Metode penelitian
Pembahasan
Implementasi algoritme genetika pada permasalah optimasi pakan untuk memenuhi standar
nutrisi kuda dewasa dengan kromosom sepanjang 6 gen yang merupakan representasi dari 2 serat
dan 4 konsentrat dengan menggunakan representasi kromosom secara real code, metode
extended intermediate, reciprocal exchange mutation, serta seleksi dengan metode elitism
selection. Pengujian yang dilakukan pada penelitian menghasilkan parameter algoritme yang
optimal pada ukuran populasi 70 dengan nilai fitness rata-rata yaitu 0,17119007, jumlah generasi
250 dengan nilai fitness rata-rata 0,188259872. Untuk jumlah generasi yang lebih besar
menunjukkan perubahan hasil yang tidak begitu signifikan namun semakin besar generasi yang
digunakan maka dibutuhkan waktu untuk proses komputasi yang akan lebih lama, kombinasi
angka crossover rate dengan mutation rate optimal berada pada nilai atau angka 0,5 dengan 0,5
dengan nilai fitness 0,188881. Pengujian yang dilakukan dengan parameter terbaik menunjukkan
bahwa sistem mampu memberikan hasil rekomendasi pakan dengan biaya Rp.40316, biaya yang
dihasilkan lebih murah dari biaya yang digunakan peternak sekitar Rp.70000.
Kelebihan
Pada jurnal tersebut menjelaskan bahwa Pengujian yang dilakukan dengan parameter
terbaik menunjukkan bahwa sistem mampu memberikan hasil rekomendasi pakan dengan biaya
Rp.40316, biaya yang dihasilkan lebih murah dari biaya yang digunakan peternak sekitar
Rp.70000.
REVIEW JURNAL
Pendahuluan
Sudah sejak lama ternak kuda menempati posisi yang cukup menarik dalam masyarakat, ada
yang mengisi peran sebagai kuda pacuan dan ada juga yang memang untuk kehidupan sebagai
kuda bendi.
Tujuan penelitian
untuk meningkatkan mutu genetik kuda-kuda lokal yang ada di Sumatera Barat. Pada zaman
Kemerdekaan beberapa kali propinsi Sumatera Barat memperoleh ternak bantuan Presiden
(Banpres) seperti: tahun 1968, 1974, 1976, 1977, 1979, 1981, dan 1983. Pada waktu itu ternak
bantuan yang diterima adalah kuda, sapi, kambing, dan kerbau (Dinas Peternakan Propinsi
Sumbar, 1989). Terakhir pada tahun 1989 diterima ternak kuda Banpres sebanyak 6 Ekor
pejantan Thoroughbred yang disebar pada berbagai daerah tingkat II di
Sumbar. Dengan adanya bantuan-bantuan tersebut maka sampai sekarang telah terdapat turunan
kuda Thoroughbred yang cukup banyak, yang tersebar pada berbagai daerah Kabupaten / Kota di
Sumatera Barat.
Metode penelitian
Matode yang digunakan dalam penelitian ini adalah ternak kuda betina lokal dengan turunan
Thoroughbred yang ada di Kota . Payakumbuh khususnya Kecamatan Payakumbuh Utara dan
Payakumbuh Timur. Jumlah sampel yang digunakan adalah 60 ekor dari populasi yang ada dan
ternak kuda betina yang masih produktif yang terdiri dari 30 ekor kuda Lokal dan 30 ekor kuda
turunan Thoroughbred.
Pembahasan
1. Umur kawin pertama pada kuda Lokal penelitian rata-rata 26,2 ± 8,53 bulan sedangkan
pada kuda turunan Throughbred didapat rata-rata 51,8 ± 14,5 bulan.
2. Lama bunting kuda Lokal penelitian pada rata-rata 323,17 ± 8,55 hari sedangkan pada kuda
turunan Throughbred didapat rata-rata 324,37 ± 14,185 hari.
3. Birahi kembali setelah beranak pada kuda Lokal penelitian rata-rata 16,37 ± 9,37 hari
sedangkan pada kuda turunan Throughbred didapat rata-rata 10,9 ± 6,64 hari
Kelebihan
Dari jurnal tersebut dijelaskan tentang Tata laksana pemeliharaan ,perkandangan dan sifat
reproduksi
Kekurangan
TUGAS
Oleh :
NIM : 1722100027
KELAS :B