Anda di halaman 1dari 8

METODE PENELITIAN

(Dampak covid 19 terhadap sektor peternakan)

IKA FITRIANI

1854231024

FAKULTAS PERTANIAN KEHUTANAN DAN PETERNAKAN


UNIVERSITAS MUSLIM MAROS
TAHUN 2020
DAMPAK COVID -19 TERHADAP SEKTOR PETERNAKAN

PENDAHULUAN

Pandemi virus SARS-Cov2 atau COVID 19 di Indonesia berdampak ke sejumlah sektor


usaha di Tanah Air. Tak terkecuali sektor peternakan. Banyak usaha peternakan yang
terancam gulung tikar. Dilansir dari detikfinance, sebanyak 12 juta pegawai peternakan
terancam PHK. Pasalnya hasil panen peternakan, terutama ayam ras pedaging melimpah dari
kandang sedangkan permintaan ayam berkurang sehingga harga ayam dari kandang merosot
tajam. Kondisi tersebut diperparah dengan turunnya permintaan ayam hingga 40% sejak
marak pandemi COVID 19. Selama periode pembatasan sosial berskala besar (PSBB) banyak
pelaku usaha yang  menjadi konsumen utama peternakan ayam seperti restoran dan rumah
makan memilih tutup ataupun membatasi produksi.  Selain itu daya beli masyarakat juga
menurun akibat tidak bisa bekerja maupun enggan berbelanja ke pasar. Bahkan beberapa
pasar induk di Makassar ditutup sementara selama PSBB.Selain turunnya harga dan
permintaan, pembatasan dan penutupan akses ke beberapa daerah di Indonesia juga
berdampak pada produksi peternakan.  Pengiriman ayam baik ayam hidup maupun yang
berbentuk karkas dari peternakan ke konsumen menjadi terhambat.

SsStrategi-strategi untuk menanggulangi dampak COVID 19 pada sektor ternak produktif


telah diupayakan oleh Kementrian Peternakan . Salah satunya yaitu pengalokasian dana CSR
(Corporate Social Responsibility) dalam bentuk pendistribusian karkas beku pada petugas
medis dan masyarakat di wilayah wabah.  Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan
Hewan (Ditjen PKH) mengoptimalkan pemotongan unggas di RPHU dengan cara menambah
waktu operasional pemotongan mencapai 15 jam per hari dan menyimpan karkas frozen di
cold storage. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya mengurangi peredaran livebird sehingga
stabilisasi harga dapat tercapai. Selain itu, guna memudahkan pendistribusian produk
peternakan,

Seperti yang kita ketahui bahwa Sektor peternakan harus menjadi kebutuhan prioritas
dalam menghadapi penyebaran Covid-19 di Indonesia. Sektor ini tidak bisa dianggap remeh,
karena berkaitan langsung dengan kebutuhan dasar umat manusia. Selanjutnya yang paling
penting dalam situasi seperti ini adalah adanya jaminan akses pangan yang mudah didapat
dengan harga yang wajar atau normal bagi seluruh masyarakat. Penyebaran Covid-19 sangat
berbahaya dan berdampak luas ke berbagai sektor. Salah satu imbasnya adalah terganggunya
produksi peternak di seluruh daerah.

Selain berpengaruh terhadap eksistensi perkonomian, Covid-19 juga diprediksi akan


memukul eksistensi sektor pertanian dan peternakan, jika perkembangan semakin meluas
seiring dengan tidak disiplinya masyarakat dalam menerima himbauan pemerintah serta
keterbatasan pemerintah dalam memaksimalkan pencegahan dan penanganan.

Setidaknya ada 7 dampak yang dimungkinkan mempengaruhi sektor peternakan untuk


beberapa waktu kedepan, yaitu:

1.Harga Pasar.

Ketika melihat meningkatnya tingkat kepedulian, rekomendasi untuk “Jarak Sosial,”


mengurangi perjalanan, menghindari keramaian, penutupan dan praktik perlindungan lainnya
untuk memperlambat penyebaran Covid-19, konsumen akan membuat pilihan sulit tentang
makanan, makan jauh dari rumah, dan tidak normalnya pengeluaran. Tentu situasi ini akan
menciptakan pasar dan transaksi tidak normal, sehingga akan mempengaruhi stabilitas supply
dan demand barang dan jasa serta harga yang dimungkinkan meningkat.

2.Rantai Pasokan Melambat dan Kekurangan.

Karena logistik terganggu dan upaya-upaya dilanjutkan untuk memperlambat penyebaran


virus, berbagai sektor industri yang terhubung sudah terkena dampak. Dengan beberapa
produk, “Pembelian Panik” menciptakan kekhawatiran tambahan. Sebagai contoh gangguan
rantai pasokan di peternakan, American Veterinary Medical Association (AVMA)
menyarankan potensi produk-produk farmasi hewani dalam pasokan pendek untuk setidaknya
beberapa produsen obat yang lebih besar. Jika virus menyebar lebih luas di negara pertanian
seperti Wisconsin, bisa dilihat masalahnya dengan pengiriman dan pengambilan produk
pertanian sebagai pekerja, misalnya pengemudi truk susu tinggal di rumah karena sakit atau
karena mereka merawat anggota keluarga atau sekolah usia anak-anak,

3.Kesehatan Petani dan Peternak.

Petani dan peternak adalah populasi yang relatif lebih tua, dibandingkan dengan populasi
pekerja umum. Sensus pada pelaku agri tahun 2017 menunjukkan usia rata-rata operator
pertanian hampir 58 tahun usianya, setidaknya sepuluh tahun lebih tua dari pekerja di
sebagian besar sektor lainnya. Tidak seperti pekerja industri lainnya, operator pertanian, 26%
berusia 65 tahun ke atas. 11,7% penuh dari operator pertanian utama berusia 75 tahun ke atas.
Jika Covid-19 ini tidak terbendung hingga menembus petani dampaknya dan menimbulkan
kepanikan aktivitas akan menambah keterpurukan produksi pangan. Data dari negara lain
yang telah melakukan pengujian yang lebih luas menunjukkan bahwa Covid-19 memiliki
tingkat keparahan yang jauh lebih tinggi bagi mereka yang berusia 60-an dan lebih tua, yang
berarti bahwa rekomendasi pencegahan dan perlindungan harus menjadi perhatian serius
pemerintah serta kesadaran masyarakat untuk waspada, 

4.Tenaga Kerja.

Dampak lain yang juga dirasakan peternak adalah penurunan pendapatan, penurunan
harga jual ayam broiler, penurunan populasi ternak yang dipelihara, penurunan konsumen
dan kenaikan biaya produksi. Kondisi tersebut memiliki dampak pada penurunan jumlah
tenaga kerja yang terlibat dalam usaha peternakan,Salah satu contohnya adalah tenaga kerja
ayam broiler. Sebelum pandemi, tenaga kerja yang terlibat dalam usaha ini sebanyak 126
pekerja. Pandemi COVID-19 menyebabkan peternak ayam broiler mengurangi tenaga kerja
yang terlibat sebanyak 30%. Kondisi tersebut mengindikasikan peranan usaha ayam broiler
dalam penyerapan tenaga kerja mengalami penurunan akibat pandemi COVID-19.
Pengurangan tenaga kerja dilakukan peternak akibat dari penurunan pendapatan, penurunan
populasi ternak yang dipelihara, dan menekan biaya produksi.

5.Keselamatan Pekerja dan Alat Pelindung Diri (APD).

Ada kekurangan APD dan peralatan pelindung lainnya yang vital untuk mengoperasikan
peternakan secara aman dan menjaga kesehatan pekerja dan hewan. Sebagai hasil dari
tuntutan saat ini oleh industri kesehatan, persediaan respirator N-95 sangat terbatas
(kemungkinan diperlukan pada musim semi ini untuk menangani butiran berdebu sebagai
akibat dari kondisi panen yang kurang optimal pada musim gugur yang lalu). Ada juga
kekhawatiran yang dilaporkan tentang ketersediaan sarung tangan pelindung yang kini
menjadi hal biasa dalam operasi susu sebagai sarana pelindung untuk meningkatkan kualitas
susu dan melindungi kesehatan hewan dan manusia,

6.Gangguan lainnya.

Populasi yang jarang dan perjalanan yang lebih jarang dapat memberikan jarak sosial yang
alami bagi masyarakat pedesaan tetapi ada tantangan yang mungkin dihadapi oleh penduduk
pedesaan. Banyak tempat berkumpul, seperti sekolah dan rumah ibadah, ditutup dan
dihimbau menghentikan rutinitas dan acara normal. Sebagai gantinya, di beberapa daerah dan
untuk siswa sekolah menengah dan perguruan tinggi, kelas dan layanan diajarkan
secara online. Ini mungkin sulit bagi beberapa penduduk pedesaan karena layanan internet
berkecepatan tinggi tidak tersedia di beberapa wilayah negara termasuk beberapa komunitas
kami dengan basis pertanian yang kuat.

Hanya waktu yang akan mengungkapkan keparahan dampak pada pertanian dari Virus
Corona baru. Pemerintah mendesak masyarakat untuk mengambil tindakan pencegahan yang
wajar untuk membatasi penyebaran penyakit dan pengaruhnya terhadap usaha petanian dan
kehidupan. Menindak adanya penimbunan persediaan pertanian dan tidak direkomendasikan
karena dapat menyebabkan masalah yang lebih besar untuk sektor pertanian ditengah Covid-
19. Ketersediaan input produksi, stabilitas harga dan kepastian pasar akan menciptakan
keberlangsungan usahatani dan produksi.

7. Dampak Ekonomi

bidang peternakan,dampak ekonomi merupakan salah satu faktor yang ditimbulkan covid-19
ini dibidang petenakan berawal dari nilai tukar rupiah yang cendrung menurun terhadap mata
uang asing yang berpengaruh pada tingginya harga bahan baku impor untuk indstri
peternakan khususnaya  perunggasan, sapi perah dan juga sapi potong.Sebagaimana diketahui
industri pakan merupakan sektor agribisnis yang beromset sangat besar dan menjadi tempat
pencaharian kebanyakan masyarakat. terdampaknya ekonomi dan menurunnya pendapatan
keluarga dalam mengakses bahan pangan terutama asal ternak dengan harga terjangkau
menjadi dua persoalan krusial yang penting ditengah wabah covid ini.Salah satu wabah covid
19 yang dirasakan peternak adalah menurunnya serapan pasar terhadap produk ternak
terutama karkas dan daging ayam yang disebabkan rendahnya daya beli. pemerintah yang
telah berusaha keras dan fokus untuk memutus rantai penyebaran covid dengan
melaksanakan pemulihan ekonomi masyarakat dan juga mengharapkan peluang industri
peternakan kedepan lebih inovatif karena tuntutan kondisi.
Pemasaran Produk Peternakan

Bila kita mencermati pola usaha komoditas ternak domestik sebanyak 80 persen di
usahakakan oleh peternak rakyat. Peternak rakyat umumnya adalah peternak yang memiliki
keterbatasan sumber daya manusia maupun sumber daya modal. Oleh karena itu, peternak
rakyat menjadi salah satu yang rentan mengalami dampak di masa pandemi Covid-19 ini.
Ketidakmampuan peternak rakyat dalam mengatasi pemasaran di tengah pandemi Covid-19
ini tidak terlepas dari kebiasaan peternak rakyat dalam memasarkan produk hasil peternakan
secara konvensional. Pada hal kondisi seperti sekarang telah membuktikan bawah pemasaran
berbasis digital menjadi paling tepat untuk dilakukan.

Pandemi Covid-19 ini secara tidak langsung telah memaksa peternak rakyat untuk beralih
cara memasarkan hasil usaha peternakanya. Kini tidak ada pilihan bagi peternak rakyat untuk
memasarkan produk usahanya dengan sistem online. Dengan adanya pembatasan sosial ini
memberikan dampak signifikan bagi pemasaran produk peternakan. Selama ini sebagian
peternak rakyat dalam mengembangkan usaha peternakanya ada yang bermitra dengan
perusahaan. Pada kondisi peternakan rakyat seperti ini, sebenarnya peternak lebih banyak
berkonsentrasi dalam melakukan kegiatan operasional usaha, sebab produk dari usaha
tersebut senantiasa di tampung oleh perusahaan untuk di pasarkan ke sentra konsumen.
Namun di masa pandemi seperti sekarang ini, perusahaan mitra mana pun pasti mengalami
kesulitan pemasaran produk akibat menurunnya daya beli masyarakat. Dengan demikian
sudah pasti peternak rakyat yang selama ini bermitra dengan perusahaan juga akan
mengalami dampak, sebab bisa terjadi pengurangan produksi atau penghentian operasional
kemitraan usaha.

Di sisi lain, peternak rakyat yang selama ini mengelola dan memasarkan usaha ternaknya
secara mandiri juga merasakan dampak negatif dari pandemi Covid-19 ini. Sebab selama ini
peternak tersebut umumnya memasarkan produk peternakan secara konvensional dan
bergantung kepada kehadiran pembeli atau pedagang pengumpul. Tentu dimasa sulit seperti
ini, pedagang pengumpul yang selama ini turun langsung membeli hasil usaha peternakan
rakyat akan membatasi ruang atau berhenti melakukan aktivitas kegiatan jual beli hasil usaha
peternakan. Kini pandemi Covid-19 telah mengharuskan cara baru dalam keselamatan
pemasaran produk-produk pangan. Hal ini dikarenakan terjadinya perubahan perilaku
konsumen di masa pandemi ini lebih suka melakukan transaksi jual beli produk pangan
secara online. Salah satunya pemasaran produk pangan hewani kini banyak ditemukan di
media sosial baik melalui facebook, Whatssapp, instagram maupun media sosial lainnya.
Pemasaran seperti ini menjadi lebih efektif dan efisien terlebih di kala situasi pandemi Covid-
19 ini. Pemanfaatan ruang online untuk memasarkan produk peternakan akibat pembatasan
interaksi sosial juga telah mampu memperpendek rantai pasok produk peternakaan.

Secara sadar atau tidak, situasi pandemi Covid-19 ini telah memberikan wawasan baru
kepada peternak rakyat pentingnya melakukan adopsi inovasi teknologi dalam kegiatan
pemasaran usaha peternakanya. Peternak yang lamban dan cenderung dengan pemasaran
secara konvensional pada keadaan seperti sekarang ini dinilai akan sulit untuk bertahan. Oleh
karena itu, tidak ada cara lain untuk peternak selain cepat dan tanggap mengikuti
perkembangan teknologi dan informasi. Sebelum masa pandemi ini banyak peternak rakyat
merasa aman menjual produk usaha ternaknya karena pada umumnya permintaan konsumen
akan produk peternakan senantiasa tinggi dan pedagang pengumpul selalu datang membeli.
Dengan situasi pandemi ini menjadi momentum perubahan model pemasaran bahkan peluang
bagi peternak untuk melakukan pemasaran secara online.

Penutup

Covid -19 memberikan dampak negatif pada sektor peternakan yaitu gangguan supply chain
atau rantai pasok akibat terganggunya distribusi Day Old Chick ((DOC),pakan serta kegiatan
operasional yang menyebabkan pemasaran produk usaha peternakan dilakukan dengan cara
berbasis online yang dinilai akan semakin mengalami kenaikan pada masa Covid-19 ini.
Pandemi Covid-19 saat ini telah menyebabkan perubahan perilaku konsumen dan rantai
pasok. Peranan jaringan online dalam pemasaran produk peternakan selama situasi pandemi
Covid-19 ini dinilai akan mampu meningkatkan keunggulan kompetitif, efisiensi biaya dan
produktivitas serta keberlanjutan usaha dan inovasi. Namun pasca Covid-19 ini pemasaran
produk peternakan berbasis online ini dinilai akan semkain meningkatkan keberlanjutan
usaha, memperpendek waktu recovery, meningkatkan resiliensi bisnis jangka menengah dan
panjang serta mengurangi ketergantungan kepada modal manusia karena sosial distancing
dan less contact economy.
 

Anda mungkin juga menyukai