Anda di halaman 1dari 6

Nama : Binar Prestanto

NIM/Kelas: 185050107111119/ I

Teknik IB pada Kambing atau Domba

I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kambing maupun domba dikenal sebagai ternak ruminansia kecil penghasil daging
dan susu. Baik kambing maupun domba sangat populer di kalangan para petani, namun
sebagian besar pemeliharaannya masih menggunakan cara yang tradisional, dan hanya
sebagian kecil yang menjadikan usaha kambing ini secara komersial. Padahal kambing
mampu beradaptasi dengan baik di kondisi alam Indonesia, sehingga dapat memudahkan
dalam pemeliharaannya.

Tindakan yang dapat dilakukan dalam usaha pengembangan populasi kambing perah
salah satunya adalah melalui Inseminasi Buatan (IB). Diharapkan dengan adanya IB,
peternak kambing dan domba mampu untuk mengasilkan bibit unggul, yang nantinya
dapat mendorong kualitas daging untuk kemudian diperjual belikan. Selain itu dengan
menggunakan IB, peternak dapat meningkatkan angka kelahiran kambing dan domba.
Terdapat beberapa teknik dalam melaksanakan IB, teknik yang digunakan untuk ternak
kambing dan domba diantaranya teknik IB secara pembedahan, teknik IB secara
laparoscopidan teknik IB secara intra/transcervixemen. Melihat bahwa di Indonesia IB
mulai banyak digunakan di beberapa peternakan, maka untuk itu perlu diketahui
mengenai beberapa keuntungan serta kekurangan dalam pelaksanaan Inseminai Buatan.

1.2 Rumusan Masalah


a) Apa keuntungan dan kekurangan dalam penggunaan Inseminasi Buatan?
b) Bagaimana teknik IB secara laparoscopy itu dilaksanakan?
c) Bagaimana teknik IB secara intra/transervix itu dilaksanakan?
1.3 Tujuan
a) Untuk mengetahui keuntungan dan kekurangan dalam penggunaan Inseminasi
Buatan..
b) Untuk mengetahui teknik IB secara laparoskopi itu dilaksanakan.
c) Untuk mengetahui teknik IB secara intra/transervix itu dilaksanakan.
II
PEMBAHASAN

2.1 Keuntungan dan Kerugian Inseminasi Buatan

Inseminasi Buatan merupakan terobosan teknologi dalam dunia peternakan, yang


mampu meningkatkan nilai mutu genetik pada ternak. Dengan adanya IB peternak
diharapkan dapat meningkatkan efisiensi reproduksi dan produksi serta efisiensi usaha
beternak kambing yang bernilai ekonomis (Sumadiasa, dkk. 2019). Dengan penggunaan
teknologi IB, ternak dapat terhindar dari penyebaran penyakit yang disebabkan oleh
perkawinan alam karena adanya kontak fisik tidak hanya itu, dengan IB ternak juga
terhindar dari patogen yang dikarenakan adanya kontak contohnya mikroorganisme
protozoa, virus dan bakteri yang bersifat parasit dan parasit (Susilawati. 2013). Oleh
karena itu dalam melakukan IB perlu dipastikan bahwa pejantan bebas dari penyakit
patogen, menggunakan prosedur yang bersih dan tepat, dan dilakukan treatment dengan
antibiotik.

Meskipun memiliki banyak kelebihan, namun dalam penggunaan teknologi


Inseminasi Buatan masih terdapat beberapa kekurangan atau kerugian. Dalam
pelaksanaannya, IB relatif mahal karena biaya yang diperlukan untuk semen yang
digunakan selain itu, IB memungkinkan ternak mengalami distokia apabila semen beku
yang diinseminasikan pada ternak betina kecil, merupakan semen dari ternak pejantan
besar. Untuk menginseminasi ternak membutuhkan pengalaman dan keahlian tinggi,
sehingga harus melalui inseminator dari Balai Inseminasi Buatan (Maslachah, dkk.
2017).

2.2 Tehnik IB Secara Laparoskopi

Tehnik laparoskopi, meruapakan suatu metode dalam pemindahan embrio yang terjadi
pada ternak betina. Tehnik tersebut dapat dilakukn dengan pembedahan, namun perlu
diperhatikan bahwa dalam melakukan metode laparoskopi dengan pembedahan, ternak harus
terlebih dahulu dalam keadaan dianestesi/ dibius (Mulyono, 2011). Tahapan dalam
melakukan metode laparoskopi secara pembedahan secara urut sebagai berikut.

a) Induk peneria dipilih pada hari ke-5—7 setelah penyerentakan birahi,


perlu diperhatikan bahwa induk yang menerima embrio harus lebih
dulu birahi (selang waktu 1 hari) dari induk pendonor.
b) Induk penerima diberi bius, kemudian perut dibelah
c) Dengan alar penyuntik khusus, 2—3 embrio dalam 0,1 ml medium
diletakkan pada tanduk uterus
d) Setelah itu, rongga perut ternak penerima dijahit.

2.3 Tehnik IB Secara Transervikal

Tehnik transervikal merupakan salah satu tehnik dalam inseminasi buatan. Tehnik ini
menggunakan spekulum untuk kemudian dimasukkan kedalam organ reproduksi ternak
betina, teknik transcervical dilakukan tanpa melalui pembedahan untuk menghasilkan
kebuntingan yang memadai. Pada ternak kambing dan domba dapat menggunakan
spikulum untuk melihat posisi servik, setelah itu dimasukkan insemination gun hingga
mencapai servix (Susilawati, 2013).
III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Teknologi Inseminasi Buatan memang dirasa dapat mendorong kualitas produksi


peternak ruminan di Indonesia. Namun walaupun memiliki sisi positif, Inseminasi Buatan
tentu masih memerlukan suatu evaluasi yang dirasa dapat memperbaiki sisi negatifnya.
Dengan dimikian diharapkan nantinya semakin banyak peternak yang tertarik dalam
penggunaan teknologi ini.

3.2 Saran

Berbagai metode dalam Inseminasi Buatan, mungkin masih dirasa sulit untuk
beberapa kalangan peternak. Melihat dari kondisi yang ada, nampanya diperukan
pendampingan serta penyampaian informasi secara mendasar mengenai tehnik/ metode dalam
melakukan Inseminasi Buatan kepada peternak, meskipun nantinya pihak dari BIB yang
menjadi inseminator.
DAFTAR PUSTAKA

Maslachah L., T. W. Suprayogi dan W. P. Lokapirnasari. 2019. Pemberdayaan


Masyarakat melalui Aplikasi Teknologi Inseminasi Buatan, Pengolahan
Pakan, Biofarmaka, dan Limbah dalam Upaya Pengembangan Sentra
Kambing. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. 4(2): 119—128.

Mulyono S. 2011. Teknik Pembibitan Kambing dan Domba. Cetakan Pertama. Jakarta:
Niaga Swadaya.

Sumadisa IW. L., L. A. Zainuri, E. Yuliani, C. Arman dan M. P. Nugroho. 2019.


Introduksi Teknologi Inseminasi Buatan Pada Ternak Kambing di Kecamatan
Batu Keliang Utara Kabupaten Lombok Tengah. Jurnal Abdi Insani LPPM
Unram. 6(2): 187—198.

Susilawati T. 2013. Pedoman Inseminasi Buatan. Cetakan Pertama. Malang: UB Press.

Anda mungkin juga menyukai