3.1 Pendahuluan.
Sistem perkandangan merupakan sistem yang sangat penting bagi pemeliharaan sapi
perah pada khususnya. Di Indonesia, sistem perkandangan ini belum banyak mendapat
perhatian dari para peternak sapi perah. Padahal, perkandangan merupakan salah satu
komponen dalam usaha peternakan sapi perah, yang dibutuhkan dalam jangka waktu cukup
lama, dan pada akhirnya akan mempengaruhi biaya produksi per liter air susu. Oleh karena
itu, pembuatan atau pembangunan kandang harus direncanakan lebih awal, dengan
mempertimbangkan faktor-faktor yang menunjang keberhasilan usaha ternak sapi perah
tersebut.
Munurut Soepardjo (1985), di Indonesia masih banyak ditemukan perkandangan sapi
perah yang beraneka ragam, baik bentuk maupun luasnya serta letaknya. Persyaratan
pembuatan kandang secara utuh masih belum terpenuhi. Selanjutnya dijelaskan, dengan
adanya kredit sapi perah, diharapkan alokasi biaya kandang harus betul-betul dimanfaatkan
untuk pembuatan kandang sesuai dengan yang disarankan. Namun kenyataannya, kebanyakan
peternak tidak memanfaatkannya secara maksimal, sehingga menimbulkan keaneka ragaman
type kandang sapi perah, lebih-lebih lagi kandang sapi perah peternak sapi perah yang tidak
mendapatkan kredit.
Dengan pertimbangan diatas, maka sangat penting memberikan gambaran umum
kepada mahasiswa tentang standar kandang sapi perah yang cocok diterapkan di Indonesia,
terutama bagi peternak sapi perah yang masih tergolong peternak kecil.
1
yang akan datang atau terjadi penambahan unit pemerahan, tidak terlalu banyak
mengubah kandang tersebut, dan hal ini akan dapat menekan pemborosan biaya kandang.
5. Lokasi.
Lokasi yang dipilih hendaknya di daerah yang lebih tinggi dari sekitarnya, mudah
diawasi, cukup sumber air, drainase tanah di sekitarnya cukup baik, dan mudah untuk
membuang kotoran, serta memungkinkan tersedianya segala fasilitas yang di butuhkan,
sehingga dapat menekan biaya produksi.
2
7. Kandang tidak boleh dekat dengan jalan umum atau jalan kereta api, karena akan
mengakibatkan sapi-sapi menjadi stress dan perluang kena penyakit lebih besar.
3
3.4 Syarat-syarat Kandang.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam membangun perkandangan sapi perah adalah
sebagai berikut.
4
Semakin banyak sapi yang dipelihara, maka bangunan kandang dan areal yang dibutuhkan
semakin besar dan luas pula.
2. Bangsa sapi atau besar sapi yang dipelihara.
Bangsa sapi perah bermacam-macam, dan masing-masing mempunyai ukuran tubuh yang
berbeda-beda sesuai dengan breednya. Kandang yang dibutuhkan oleh perusahaan yang
memelihara sapi FH akan lebih luas dibandingkan dengan perusahaan yang memelihara
sapi perah Jersey.
3. Ternak Pengganti (Replacement Stock).
Perusahaan yang memelihara sendiri replacement stock akan membutuhkan kandang yang
lebih luas dari pada perusahaan yang membeli replacement stock.
4. Sistem perkawinan yang dilakukan oleh perusahaan.
Perusahaan yang memelihara sapi pejantan sendiri dalam suatu sistem perkawinannya,
maka akan memerlukan kandang yang kebih luas dari pada perusahaan yang memakai
sistem perkawinan dengan teknik IB.
5. Pengelolaan sapi-sapi jantan.
Apabila sapi-sapi jantan dijual pada umur yang masih muda, maka kandang yang
dibutuhkan lebih sempit dibandingkan dengan yang dipelihara sampai umur dewasa atau
sampai umur potong.
6. Besarnya usaha peternakan.
Hal ini berhubungan dengan jangkauan daerah pemasaran produk yang dihasilkan.
Semakin besar usaha peternakan atau semakin luas daerah pemasaran, maka kandang
yang dibutuhkan untuk penyimpanan produk baik dalam waktu sementara maupun dalam
jangka waktu cukup lama akan lebih besar.
7. Fasilitas penampungan hasil produksi.
Perusahaan yang menginginkan atau bertujuan menampung produk susunya dalam waktu
yang relatif cukup lama, disamping penampungan untuk sementara waktu (dipasarkan
langsung), memerlukan fasilitas penampungan yang lebih lengkap untuk mempertahankan
kualitas susu yang dihasilkan. Penempatan fasilitas tersebut memerlukan tempat/kandang
yang lebih luas.
8. Milik sendiri atau milik orang lain dan luas tanah yang tersedia.
Apabila perusahaan yang dikelola milik sendiri, maka luas kandang yang diperlukan
relatif lebih luas dari perusahaan yang dikelola oleh bukan pemiliknya atau orang lain. Ini
berhubungan dengan keleluasaan ternak sapi yang dipelihara. Kandang yang luas dapat
mengurangi stres, yang erat sekali hubungannya dengan produksi susu yang dihasilkan,
apalagi jika areal masih cukup tersedia dan sebaliknya.
Dengan alasan diatas, maka kebutuhan bangunan yang khusus bagi sapi perah akan
berbeda sesuai dengan keadaan daerah dan kondisi perusahaan masing-masing, tetapi secara
keseluruhan type dan besar bangunannya hampir sama.
Di Indonesia pada umumnya keadaan kandang-kandang sapi perah, terutama yang di
jumpai pada peternakan rakyat (peternakan kecil), masih sangat sederhana, yaitu dibuat dari
bahan-bahan yang mudah rusak atau tidak tahan lama, berlantai tanah atau tanah yang diberi
jerami. Letaknya dekat dengan rumah atau menempel pada rumah, bahkan yang lebih parah
lagi masih dijumpai kandang yang berada dalam rumah, terutama di daerah Jawa Tengah.
Keadaan ini ditinjau dari segi kesehatan dan kenyamanan bagi ternak dan peternaknya masih
jauh dari persyaratan perkandangan yang berlaku di Indonesia.
Pada hakekatnya, ketentuan diatas bertujuan untuk mempertahankan kualitas susu
yang dihasilkan, menjamin kenyamanan dan ketenangan peternak atau karyawan, sehingga
efisiensi usaha yang optimal dapat tercapai.
5
3.6 Macam-macam Kandang.
Macam-macam kandang dapat dibedakan menurut kontruksi lantai kandang,
bentuk/tipe kandang, kualitas/tipe kontruksi, dan kegunaannya. Untuk lebih jelasnya, akan
dibahas satu persatu.
b. Kandang Kelompok.
o Pada tipe kandang kelompok ini biasanya terdiri dari 20 – 30 ekor per kelompok,
dan pemerahan dilakukan di tempat khusus untuk memerah.
o Sistim ini banyak dipakai oleh peternak besar, karena secara keseluruhan dapat
mengurangi luas kandang yang dibutuhkan, serta dapat menekan biaya tenaga
kerja.
o Tempat makan dan minum disediakan untuk masing-masing grup atau kelompok
ternak, sedangkan pemberian konsentrat dapat juga dilakukan pada waktu
pemerahan.
o Pada umumnya, di kandang kelompok ini disediakan juga bagian kandang yang
terbuka untuk tempat sapi berjemur.
Untuk kedua tipe kandang diatas, lantai diusahakan tidak licin dan kemiringannya
diatur agar air tidak sampai tergenang di lantai, tetapi dapat mengalir dengan sendirinya ke
parit pembuangan limbah yang disediakan, tanpa bantuan peternaknya.
a. Kandang Tradisional.
6
Kandang tradisional adalah kandang yang sangat sederhana yang biasanya digunakan
oleh peternak yang berskala kecil. Bahan atap yang biasa digunakan adalah alang-alang,
rumbia, seng atau plastik bekas dan kadang-kadang genting, serta ditopang dengan kayu
berkualitas rendah. Dindingnya biasanya karton bekas ataupun anyaman bambu bekas
dengan lantai tanah, serta sanitasi dan higiene kandangnya sangat buruk.
c. Kandang Modern.
Kandang modern ini biasanya ditemukan pada perusahaan dalam skala besar. Bahan
kandang semuanya berkualitas baik, atapnya minimal genting yang berkualitas baik,
dindingnya dari tembok, tiang dari besi dan lantai dari batu atau beton. Sanitasi dan
higienenya sangat baik.
7
sapi agar tidak terjadi persaingan diantara anak-anak sapi, demikian juga tempat air
minumnya.
3. Kandang semi-permanen yang dapat dipindah-pindahkan (portable-pens).
Pada prinsipnya portable pens ini sama dengan individual calf pens, hanya saja
Portable-pens ini dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah dibongkar-
pasang dan mudah dipindah-pindahkan. Portable-pens ini dapat dibuat dari kayu,
kawat atau jeruji besi. Kandang ini biasanya ditempatkan di padang rumput yang
terbuka, bersih dan aman. Yang dimaksud bersih disini adalah baik di dalam kandang
maupun halaman kandang harus bebas dari parasit-parasit, terutama cacing, lalat dan
serangga lainnya. Aman yang dimaksudkan disini adalah bebas dari gangguan sapi-
sapi dewasa, sehingga tidak terjadi perkelahian, dan juga mencegah menularnya
penyakit yang diidap oleh sapi dewasa.
a).Stanchion Stalls.
Pada sistim ini, leher sapi dimasukkan ke dalam “jeruji” yang terbuat dari pipa besi
yang kuat (seperti pada ternak kambing yang disebut dengan “Heck Sistem”). Sistem
ini dapat dibuat tersendiri untuk masing-masing sapi ataupun dibuat satu sekaligus
untuk keseluruhan sapi. Pada sistem ini sapi-sapi kurang dapat bergerak dengan
8
bebas, tetapi ditinjau dari segi kebersihan, sistem ini lebih menguntungkan yaitu
sapi tidak terkena kotorannya sendiri, karena sapi-sapi tersebut tidak dapat
berbaring secara leluasa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Gambar 2.5.
9
bertegangan rendah. Apabila sapi akan bergerak ke kanan atau ke kiri, badan sapi
akan terkena aliran listrik, sehingga sapi akan diam. Kebaikan sistem kandang ini
adalah sapi tetap dalam keadaan bersih, sehingga menghemat tenaga kerja yang
membersihkan sapi. Kelemahannya adalah sapi agak stress karena ruang geraknya
dibatasi. Selain itu, biaya yang dibutuhkan untuk membuat aliran listrik cukup
mahal.
Berat Lingkar T i p e k a n d a n g
No badan dada Stanchion Stall Comfort Stall Tie Stall
sapi (cm) Lebar Panjang Lebar Panjang Lebar Panjang
(kg) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
10
“Individual Stall”. Sapi-sapi mempunyai tempat peristirahatan secara individu. Jadi
“Free Stall Sistem” ini merupakan modifikasi dari “ Loose Housing System”.
Sistem kandang yang dipilih, biasanya tergantung dari keadaan daerah, iklim, luas
tanah yang tersedia, jumlah ternak yang dipelihara, sistem pemerahan, kesukaan atau
kesenangan peternak.
5. Kandang konvensional dengan kontruksi lantai ganda (dua baris/ two rows) dan
penempatan sapi saling bertolak belakang adalah sistem kandang yang sangat cocok
(efisien) untuk kondisi Indonesia. Kira-kira apa alasannya?
11
DAFTAR PUSTAKA
Acker, D. 1971. Animal Science and Industry. Prentice- Hall, Inc., Englewood Cliffs, New
Jersey.
Anonimus. 1978. Milk Product Manufacturer. FAO Regional Dairy Development and
Training Centre for Asia and the Pasific.
Atmadilaga, D. 1973. Potensi pengembangan dan Peningkatan Usaha Sapi Perah di Indonesia.
Naskah Seminar Pengembangan Usaha Peternakan dan Pemasaran Peternakan di
Indonesia, Jakarta 4 – 5 April.
Basya, S. dan P. Sitorus. 1977. Pertumbuhan dan Produksi Susu dari Grading-Up Sapi Perah
Friesian Lokal dan Semen Beku Impor. Lembaran L.P.P., No. 3, hal.1.
Bath, D.L., F.N. Dickinson, H.A. Tucker and R.D. Applemen. 1978. Dairy Cattle: Principles,
Practices,Problems, Profits. Lea & Febiger, Philadelphia.
Castle, M.E. and P. Watkins. 1979. Modern Milk Production. Faber and Faber, London-
Boston.
Cockrill, W.R. 1974. The Husbandry and Health of the Domestic Buffalo. FAO Roma.
Davis, R.F. 1962. Modern Dairy Cattle Manejement. Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs,
New Jersey.
De Jong, R. 1996. Dairy stock development and milk Production with smallholders. Dr.
Thesis WAU, the Netherlands.
Diggins, R.V. and C.E. Bundy. 1969. Dairy Production. Prentice-Hall, Inc., Englewood
Cliffs, New jersey.
Direktorat Jenderal Peternakan. 1986. Buku Statistik Peternakan. Jakarta.
Direktorat Jenderal Peternakan. 1988. Buku Statistik Peternakan. Jakarta.
Direktorat Jenderal Peternakan. 1989. Buku Statistik Peternakan. Jakarta.
Ensmingers, M.E. 1969. Animal Science. Sixth Edition. The Interstate & Publishers, Inc.,
Denville, Illinois.
Fahimudin, M. 1975. Domestic Water buffalo. Ghulab Primlani Oxford IBH Publishing Co.
G.G. Janpath New Delhi India.
Foley, R.C., D.L. Bath, F.N Dickinson and H.A. Tucker. 1972. Dairy Cattle: Principles,
Practices, Problems, Profits. Lea & Febiger, Philadelphia.
Ganguli, N.C. 1981. Buffalo as Candidate for Milk Production. In: IDF Bull. 137.
Juegenson, M.E. and W.P. Mortenson. 1977. Approved Practices in Dairying. Fourth Edition.
The Interstate Printers and Publishers, Inc., Deville Illinois.
Kusumadewa, A.L., S. Sutrisno, W. Widianto dan D. Hasibuan. 1977. Laporan Feasibility
Study Pengembangan Sapi Perah di Jawa Barat dan Jawa Timur. Survey Agro-
Ekonomi, Direktor Jenderal Peternakan.
Mudgal, V. 1992. Reproduction in River Buffaloes. In: Buffalo Production. Ed.NM. Tulloh
and J.H.G. Holmes. Elsevier-London.
Murti, P.W. 2002. Ilmu Ternak Kerbau. Penerbit: Kansius. Yogyakarta. No. 1
Narayana Khedkar, S.G., S.B. Nehete, dan S.K. Borse. 1996. Importance of Part Lactational
Yield and Its Relationship in Murrah Buffaloes. In: International Symposium on
Buffalo Products. EAAP publ. No. 82. Rome.
Ranjhan, S.K. dan N.N. Pathah. 1992. Nutritional and Metabolic Disorders of Buffaloes
Production. In: Buffaloes Production. Ed N.M. Tulloh and J.H. Holmes. Elsevier,
London.
Singh, N. dan V.D. Mudgal, 1983. Effect of level of protein intake on milk secretion and feed
conversion efficiency in goats. Indian Journal of Animal Science 53: 524-527.
Smicht, G. H. dan L.D. Van Vleck. 1974. Principles of Dairy Science. W.H. Freeman and
Company, San Francisco.
12
Sindoeredjo, S. 1961. Pedoman Perusahaan Pemera han Susu. Proyek Pengembangan Ternak
Perah, Direktorat Pengembangan Produksi Peternakan Direktorat Jendral Peternakan.
Siregar, S. 1990. Sapi Perah: Jenis, Teknik Pemeliharaan, dan Analisa Usaha. PT Penebar
Swadaya. Jakarta
Sitorus, P.E., dkk., 1983. Perbandingan Produktivitas Sapi Perah Impor di Indonesia,
Laporan Khusus Kegiatan Penelitian Periode Tahun 1982-1983. Bogor: Balai
Penelitian Ternak.
Soebandryo, dkk., 1979. Performance Turunan Hasil Inseminasi Buatan Mani Beku Impor
dengan Sapi Perah Friesian Lokal. Proceeding Seminar Penelitian dan Hasil
Penelitian Penunjang Peternakan Tradisional, No. 1, hal. 336.
Soebandryo, dkk., 1981. Performance Turunan Hasil Inseminasi Buatan Mani Beku Impor
dengan Sapi Perah Friesian Lokal di Jawa Tengah. Bulletin L.P.P., No.31, hal. 1.
Sudono, A. 1983. Perkembangan Ternak Ruminansia Besar Ditinjau dari Ilmu Pemuliaan
Ternak Perah di Indonesia. Proceeding Pertemuan Ilmiah Ruminansia Besar. Bogor:
Puslitbangnak.
Syarief, M.Z. dan R.M. Sumoprastowo. 1984. Ternak Perah. Cetakan pertama. Penerbit CV
Yasaguna, Jakarta.
Trimberger, G.W. 1977. Dairy Cattle Jugging Techniques. Prentice-hall, Inc., Englewood
Cliffs, New Jersey.
Widodo, N.W. 1979. Beberapa Performance Sapi Grati. Seminar Penelitian dan Hasil
Penelitian Penunjang Pengembangan Peternak Tradisional. Bogor: Puslitbangnak.
Yapp, W.W. 1955. Dairy Cattle Selection, Feeding and Manejement. John Wiley & Sons,
Inc., New York Campman & Hall, Limited London.
Yapp, W.W. 1959. Dairy Cattle Selection. John Wiley & Sons, Inc., New York.
13