Anda di halaman 1dari 12

TUGAS SISTEM PERTANIAN TERPADU

KURANGNYA PENGETAHUAN PETERNAK DALAM MENGOLAH


LIMBAH KOTORAN TERNAK

Disusun oleh :

Kelas 6 C2

1. RIZKIA FEBRIANI (B1D020219)


2. SEVIA TAWATUL AINI (B1D020229)
3. ULPIANI (B1D020244)
4. YULAIMI APRIANI (B1D020256)

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS MATARAM

MATARAM

2023

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Makalah Sistem Pertanian
Terpadu ini tepat pada waktu yang direncanakan. Penulis berharap makalah ini nantinya dapat
menambah penguasaan ilmu peternakan bagi mahasiswa bersangkutan.
Pada makalah ini penulis banyak mengambil dari berbagai sumber dan refrensi serta
pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui kesempatan yang baik ini, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Penulis sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun makalah ini. Oleh karena
itu, jika ada kesalahan penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
sebagai perbaikan di masa mendatang. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat
memberi manfaat bagi penulis sendiri dan bagi pembaca.

Mataram, 14 Maret 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................2
1.3 Tujuan...............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3
2.1 Pengertian Limbah Peternakan..............................................................................................3
2.2 Limbah Organik dan Limbah An-organik........................................................................4
2.3 Penanganan Limbah Ternak..............................................................................................5
2.4 Limbah Ternak Sebagai Bahan Pakan dan Media Tumbuh..............................................5
2.5 Limbah Ternak Sebagai Penghasil Gasbio.......................................................................6
BAB III PENUTUP.........................................................................................................................7
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................7
3.2 Saran..................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hewan ternak mengeluarkan kotoran dalam jumlah banyak sebagai hasil limbah.
Pada ternak sapi, jumlah kotoran yang dikeluarkan setiap hari berkisar 12% dari berat tubuh
dan apabila tidak diolah dengan baik akan menjadikan limbah serta pencemaran lingkungan,
karena kotoran ternak mengandung NH3, NH dan senyawa lainnya. Kandungan yang masih
terdapat dalam kotoran ternak dapat mencemari lingkungan dan masyarakat sekitar jika tidak
dapat diolah dengan baik. Kotoran yang masih mengandung beberapa nutrien dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk organik.
Tidak sedikit anggota kelompok ternak belum memahami betul tentang bagaimana
dampak yang ditimbulkan akibat limbah yang dihasilkan dibuang kelingkungan sekitar tanpa
pengolahan terlebih dahulu, sehingga mencemari lingkungan di sekitar kandang sapi
komunal. Bila tidak dikelola dengan baik, limbah yang dihasilkan akan menimbulkan
masalah pada aspek produksi dan lingkungan seperti menurunkan kualitas susu yang
dihasilkan, menimbulkan bau, dan menjadi sumber penyebaran penyakit bagi ternak dan
manusia. Selain itu bila berdekatan dengan lokasi perumahan akan menimbulkan protes dari
masyarakat, dan pencemaran air. Limbah yang dihasilkan dari aktivitas ternak sapi
mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi berbagai macam produk yang bermanfaat,
contoh yang sederhana adalah memanfaatkan limbah peternakan menjadi pupuk organik
(padat dan cair) atau mengolahnya menjadi biogas.
Keberhasilan pengelolaan limbah peternakan sangat dipengaruhi oleh teknik
penanganan yang dilakukan, yang meliputi teknik pengumpulan (collections), pengangkutan
(transport), pemisahan (separation) dan penyimpanan (storage) atau pembuangan (disposal)
(Merkel, 1981). Demikian pula pemanfaatannya baik sebagai pupuk organik, bahan bakar
biogas maupun pakan ternak. Penanganan dan pemanfaatan limbah ternak merupakan inovasi
dalam pengelolaan limbah ternak. Suatu inovasi tidak akan berguna tanpa adanya adopsi.
Adopsi menyangkut proses pengambilan keputusan. Keputusan peternak untuk melakukan
atau tidak melakukan pengelolaan limbah ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
saling berkaitan.

1
Pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber pupuk organik sangat mendukung usaha
pertanian tanaman sayuran. Dari sekian banyak kotoran ternak yang terdapat di daerah sentra
produksi ternak banyak yang belum dimanfaatkan secara optimal, sebagian dintaranya
terbuang begitu saja, sehingga sering merusak lingkungan yang akibatnya akan menghasilkan
bau yang tidak sedap.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari penyusunan makalah ini sebagai berikut:
1. Bagaimana cara menangani limbah peternakan?
2. Faktor yang menghambat pengelolaan limbah peternakan?
3. Apa saja produk yang bisa dihasilakan dari limbah peternakan?

1.3 Tujuan
1. Untuk solusi agar peternak bisa memanfaatkan limbah peternakan menjadi suatu produk
yang bermanfaat dan memiliki nilai jual.
2. Memberikan pandangan bebrapa produk yang dapat dihasilkan dari limbah peternakan.
3. Untuk mengetahui beberapa faktor yang menjadi penghambat dalam pengolahan limbah
peternakan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Limbah Peternakan


Agar usaha pengelolaan limbah ternak dapat dilakukan dengan benar dan mampu
memberikan kontribusi terhadap nilai tambah pendapatan, maka masyarakat perlu memahami
terlebih dahulu pengertian dasar dan batasan limbah ternak itu sendiri. Secara khusus
pengertian pokok dari limbah (waste) termasuk limbah ternak yang ada di lingkungan saat
ini, yaitu:
a. Limbah merupakan seluruh bahan/material buangan sisa dari suatu proses atau kegiatan,
artinya sebelumnya merupakan bagian dari bahan yang diperlukan untuk melakukan
kegiatan.
b. Limbah merupakan seluruh hasil bahan/material dari suatu proses atau kegiatan, artinya
tidak mungkin dihasilkan limbah tanpa adanya proses atau kegiatan tersebut.
c. Limbah merupakan seluruh bahan material yang sudah tidak digunakan lagi dalam proses
atau kegiatan tersebut dan bila diinginkan untuk digunakan lagi maka harus diperbaiki
atau digunakan untuk proses/kegiatan membutuhkan. jenis lain yang jenis
d. Limbah merupakan seluruh bahan/material yang tidak memiliki atau rendah nilai
ekonominya, artinya apabila bahan tersebut digunakan lagi untuk proses/kegiatan yang
serupa tidak akan memberikan keuntungan.

Limbah peternakan dan pertanian dapat digolongkan ke dalam tiga golongan khusus
yaitu: limbah padat, limbah cair dan limbah gas (dalam jumlah kecil). Berdasarkan
pemahaman tersebut maka dapat dijelaskan bahwa:
1. Limbah cair adalah bahan/material limbah yang dapat mengalir bebas (free-flowing)
melalui saluran drainase.
2. Limbah padat adalah bahan/material limbah yang tidak dikeluarkan atau dibuang melalui
cerobong atau saluran drainase atau tidak dapat mengalir dengan sempurna.
3. Limbah gas adalah gas yang dihasilkan akibat proses pembusukan ataupun fermentasi
dari limbah ternak padat maupun cair.
4. Limbah hasil sampingan peternakan merupakan limbah yang dihasilkan dari proses
pemotongan RPH dan RPA maupun hasil proses pengolahan produk peternakan.

3
Dari penjelasan di atas maka secara sfesifik, limbah ternak (animal waste) diartikan
sebagai seluruh hasil limbah ternak/hewan yang mengandung zat kimia berupa sampah bahan
padat, cair dan gas yang dapat menimbulkan polusi serta menganggu kesehatan. Sebagian
besar juga mengatakan bahwa limbah adalah limbah yang sama sekali tidak berguna dan
harus dibuang, namun jika pembuangan dilakukan secara terus-menerus maka akan
menimbulkan penumpukan dan ganguan lingkungan. Limbah ternak juga diartikan sisa
buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah
potong hewan, pengolahan produk ternak, dan sebagainya. Limbah tersebut meliputi limbah
padat dan limbah cair seperti feses, urin, sisa makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah,
bulu, kuku, tulang, tanduk, isi rumen, dan lain-lain (Sihombing, 2000). Semakin
berkembangnya usaha peternakan, limbah yang dihasilkan semakin meningkat.

2.2 Limbah Organik dan Limbah An-organik

Limbah dapat digolongkan menjadi dua jenis macam limbah berdasarkan


kandungannya, yaitu:
a. Limbah organik
Limbah ternak termasuk limbah organik yang mudah terurai menjadi partikel-
partikel yang bermanfaat untuk lingkungan, Limbah ternak merupakan seluruh sisa
buangan dari suatu kegiatan usaha petemakan, seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah
potong hewan, pengolahan produk ternak, dan sebagainya dapat berupa limbah padat dan
limbah cair, seperti feses, urin, sisa makanan dan sebagainya.
b. Limbah an-organik
Limbah an-organik merupakan limbah yang berasal dari limbah pabrik dan
perusahaan-perusahaan yang bergerak pada bidang pertambangan. Sumber daya alam
yang tidak mampu untuk diuraikan menjadi partikel-partikel berguna inilah yang
dikatakan limbah anorganik. Limbah industri anorganik yang tidak dapat diuaraikan ini
akan berbahaya bagi kesehatan dan menjadi sampah yang tidak berguna bagi manusia
maupun disekitar lingkungan. Limbah an-organik dihasilkan oleh perusahaan perumahan,
kelembagaan, komersial, industri rumah tangga, limbah cair dari toilet, usaha peternakan

4
dan sebagainya yang dibuang melalui saluran pembuangan. Limbah an-organik juga
mencakup limbah cair dari industri dan perdagangan. Pemisahan dan pengeringan limbah
rumah tangga menjadi grey water dan black water menjadi lebih umum di negara maju.

2.3 Penanganan Limbah Ternak


a. Penanganan limbah cair dapat diolah secara fisik, kimia dan biologi.
 Pengolahan secara fisik disebut juga pengolahan primer (primer treatment).
Proses ini merupakan proses termurah dan termudah, karena tidak memerlukan
biaya operasi yang tinggi. Metode ini hanya digunakan untuk memisahkan
partikel-partikel padat di dalam limbah. Beberapa kegiatan yang termasuk dalam
pengolahan secara fisik antara lain: floatasi, sedimentasi, dan filtrasi.
 Pengolahan secara kimia disebut juga pengolahan sekunder (secondary treatment)
yang bisanya relatif lebih mahal dibandingkan dengan proses pengolahan secara
fisik. Metode ini umumnya digunakan untuk mengendapkan bahan-bahan
berbahaya yang terlarut dalam limbah cair menjadi padat. Pengolahan dengan
cara ini meliputi proses-proses netralisasi, flokulasi, koagulasi, dan ekstrasi.
 Pengolahan secara biologi merupakan tahap akhir dari pengolahan sekunder
bahan-bahan organik yang terkandung di dalam limbah cair, Limbah yang hanya
mengandung bahan organik saja dan tidak mengandung bahan kimia yang
berbahaya, dapat langsung digunakan atau didahului denghan pengolahan secara
fisik.
b. Penanganan limbah padat dapat diolah menjadi kompos, yaitu dengan menyimpan atau
menumpuknya, kemudian dibalik-balik. Perlakuan pembalikan ini akan mempercepat
proses pematangan serta dapat meningkatkan kualitas kompos yang dihasilkan. Setelah
itu dilakukan pengeringan untuk beberapa waktu sampai terlihat kering.

2.4 Limbah Ternak Sebagai Bahan Pakan dan Media Tumbuh


Sebagai pakan temak, limbah temak kaya akan nutrien seperti protein, lemak BETN,
vitamin, mineral, mikroba dan zal lainnya. Ternak membutuhkan sekitar 46 zat makanan
esensial agar dapat hidup sehat. Limbah feses mengandung 77 zat atau senyawa, namun

5
didalamnya terdapat senyawa toksik untuk ternak. Untuk itu pemanfaatan limbah ternak
sebagai makanan ternak memerlukan pengolahan lebih lanjut. Tinja ruminansia juga telah
banyak diteliti sebagai bahan pakan termasuk penelitian limbah ternak yang difermentasi
secara anaerob (Prior et al., 1986).

2.5 Limbah Ternak Sebagai Penghasil Gasbio


Permasalahan limbah ternak, khususnya manure dapat diatasi dengan memanfaatkan
menjadi bahan yang memiliki nilai yang lebih tinggi. Salah satu bentuk pengolahan yang
dapat dilakukan adalah menggunakan limbah tersebut sebagai bahan masukan untuk
menghasilkan bahan bakar gashio. Kotoran ternak ruminansia sangat baik untuk digunakan
sebagai bahan dasar pembuatan biogas. Ternak ruminansia mempunyai sistem pencernaan
khusus yang menggunakan mikroorganisme dalam sistem pencernaannya yang berfungsi
untuk mencerna selulosa dan lignin dari rumput atau hijauan berserat tinggi. Oleh karena itu
pada tinja ternak ruminansia, khususnya sapi mempunyai kandungan selulosa yang cukup
tinggi.
Gasbio adalah campuran beberapa gas, tergolong bahan bakar gas yang merupakan
hasil fermentasi dari bahan organik dalam kondisi anaerob, dan gas yang dominan adalah gas
metan (CH) dan gas karbondioksida (CO) (Simamora, 1989). Gasbio memiliki nilai kalor
yang cukup tinggi, yaitu kisaran 4800-6700 kkalim, untuk gas metan murni (100%)
mempunyai nilai kalor 8900 kkal/m. Bahan gasbio dapat diperoleh dari limbah pertanian
yang basah, kotoran hewan (manure), kotoran manusia dan campurannya. Kotoran hewan
seperti kerbau, sapi, babi dan ayam telah diteliti untuk diproses dalam alat penghasil gasbio
dan hasil yang diperoleh memuaskan (Harahap et al., 1980). Perbandingan kisaran komposisi
gas dalam gasbio antara kotoran sapi dan campuran kotoran ternak dengan sisa pertanian.

6
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:


1. Penanganan limbah peternakan dapat diolah secara fisik, diolah secara kimia dan
diolah secara biologi.
2. Hambatan atau masalah dlaam waha peternakan di antaranya adalah masalah
limbah. Menurut Muladno dan Suryahadi (1999), jumlah feses yang dihasilkan
sapi potong berkisar antara 10 30 kg ekor hari, sehingga pada tahun 2011 jumlah
feses yang dihasilkan seluruh ternak sapi potong di Kabupaten Majalengka
mencapai 116,37 349.11 ton/hari. Pengelolaan limbah ternak menjadi penting
penelitian mengingat dampaknya pada lingkungan cukup besar. Melalui
pengelolaan limbah temak yang baik, usaha peternakan sapi potong dapat
mendukung konsep pembangunan berkelanjutan.
3. Pemanfaatan biogas sebagai sumber energi pengganti dalam kebutuhan rumah
tangga sedikit demi sedikit akan mengurangi ketergantungan kita terhadap bahan
bakar energi yang tidak terbanii. Sisa kotoran hasil pembuatan biogas akan
menghasilkan sludge yang nantinya akan diolah menjadi pupuk padat dan pupuk
cair. Pupuk padat sebagai pupuk organik bisa menggantikan peran dari pupuk
anorganik untuk menghasilkan sayuran organik atau bahan pangan lain yang
aman dikonsumsi, sedangkan pupuk cair memiliki kemampuan yang tidak jauh
beda dengan pupuk anorganik dalam menyuburkan tanaman. Pemanfaatan limbah
ternak tersebut sebagai pupuk organik dapat produk yang lebih bermanfaat.
Permasalahan pengelolaan menjadi solusi untuk menghasilkan pangan yang lebih
aman dikonsumsi dan mengurangi efek pencemaran lingkungan dari temak
sekaligus sebagai sumber energi alternatif.

7
3.2 Saran

Untuk mengatasi kurangnya pengetahuan dan pemahaman peternak dalam


pengolahan limbah kotoran ternak sebaiknya pihak Dinas peternakan dan pertanian
mengadakan penyuluhan kepada peternak dan masyarakat langsung.

8
DAFTAR PUSTAKA

Adityawarman, A. C., Salundik, S., & Cyrilla, L. (2015). Pengolahan Limbah Ternak Sapi
Secara Sederhana di Desa Pattalassang Kabupaten Sinjai Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmu
Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan, 3(3), 171-177.

Saputro, D. D., Wijaya, B. R., & Wijayanti, Y. (2014). Pengelolaan limbah peternakan sapi
untuk meningkatkan kapasitas produksi pada kelompok ternak patra sutera. Rekayasa:
Jurnal Penerapan Teknologi dan Pembelajaran, 12(2), 91-98.

Setiawan, A. (2013). Pengelolaan Limbah Ternak pada Kawasan Budidaya Ternak Sapi Potong
di Kabupaten Majalengka (Waste Management at Beef Cattle Raising Area in
Majalengka). Jurnal Ilmu Ternak Universitas Padjadjaran, 13(1).

Sukamta, S., Shomad, M. A., & Wisnujati, A. (2017). Pengelolaan limbah ternak sapi menjadi
pupuk organik komersial di Dusun Kalipucang, Bangunjiwo, Bantul, Yogyakarta.
Berdikari: Jurnal Inovasi dan Penerapan Ipteks, 5(1), 1-10.

Yaman, M. A. (2019). Teknologi penanganan, pengolahan limbah ternak dan hasil samping


peternakan. Syiah Kuala University Press.

Anda mungkin juga menyukai