Disusun Oleh :
NANDA NABILAH
185050100111147
PJ Asisten : Fatimah Azzahra
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah
Pengelolaan Limbah yang akan membahas Purifikasi, Pupuk organic berbasis
LOUGB dan Kompos sebagai media cacing untuk memenuhi persyaratan tugas
praktikum Pengelolaan Limbah ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya.
saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kamu terhadap pengaruh pengolahan Limbah dari
kotoran ternak . Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
...................................................................................................................................... 16
...................................................................................................................................... 16
2. Pupuk Organik Berbasis LOUGB ..................................................................... 18
...................................................................................................................................... 18
3. Kompos sebagai media cacing ........................................................................... 20
...................................................................................................................................... 20
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan
tentang bagaimana penanganan dan pemanfaatan limbah peternakan khususnya
dalam pengolahan Lain seperti Produksi gas (Purifikasi), Pengelolaan Anaerob
( pupuk organic berbasis LOUGB) dan Pengomposan (Kompos sebagai media
Cacing), sebagai salah satu tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah
Pengolahan Limbah Peternakan dan Asisten praktikum.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
kapur tohor (lime milk) (Thakare,et al,2019) atau ferric hydrate Proses
pemisahan ini disebut sebagai14 desulfurisasi. Desulfurisasi bisa dipengaruhi
oleh penyerapan dengan ferric hydrate (Fe (OH)3) atau juga bisa diarahkan pada
bog iron, sebuah bentuk penyerap dari dari limonite/hydratedIron (III) oxide-
hydroxide. Penyerapnya berupa butiran-butiran plat pemurni yang bisa di
regenerasi dengan pembongkaran (penguapan) ke udara. Kapasitas penyerapan
dari plat pemurni tergantung dari kandungan ferric hydrate (Fe (OH)3) ().
Hasilnya gas Metan (CH4) menjadi lebih murni dan tidak korosif, sedangkan
zat penangkapnya menjadi mineral sulphur yang bermanfaat sebagai feed aditif
dan bahan asbes. Akhirnya gas hydrogen sulfide (H2S) menjadi barang
ekonomi yang dapat menyumbang pemangku unit gas bio.(Uche,et al,2019)
Biogas akan memiliki karakteristik yang sama dengan gas alam alam atau
LNG apabila biogas dibersihkan dari pengotor secara optimal. Komponen
pengotor dalam biogas berupa H2O, H2S, CO2, dan partikulat harus
dihilangkan untuk mencapai kualitas gas yang lebih baik. Secara teknis
pemakaian biogas yang belum mengalami pemurnian biasanya dicampur
dengan gas alam untuk meningkatkan pembakaran .
4
prosedur II dengan terlebih dahulu melalui bilet penyaring dan gas
analyzer.
5. Penurunan kadar H2S ketika biogas melalui bilet penyaringan, volume
biogas yang mengalir sebanyak 10 liter. Diamati perubahannya dan
dilakukan pencatatan dari penyaring dengan panjang 30 -120 cm dan
variasi mesh arang penyaring.
Pemurnian gas bio dapat meningkatkan kualitas gas yang dihasilkan serta
mengurangi senyawa berbahaya yang terkandung dalam gas bio.
(junus,2013) Gas bio dapat digunakan sebagai bahan bakar, sedangkan LOUGB
yang sering disebut sludge dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak/ikan dan
pupuk tanaman. Jha, et al. (2013) menerangkan bahwa lumpur yang dihasilkan oleh
biogas dapat digunakan sebagai pupuk organik jika mengandung unsur N, P2O5
dan K2O dalam jumlah yang cukup karena unsur tersebut merupakan indicator
kualitas lumpur yang dapat digunakan sebagai pupuk organik. Penambahan bahan
organik dari LOUGB dapat dijadikan suatu media tanam yang baik bagi tanah dan
dapat digunakan secara terus – menerus karena tidak akan merusak tanah.
Pembuatan pupuk organik terutama pupuk kompos pada dasarnya dapat dilakukan
melalui 2 cara yaitu secara aerob dan anaerob. Proses pembuatan pupuk secara
anerob akan menghasilkan metana (alkohol), CO2 dan senyawa antara seperti asam
5
organik. Dalam proses anaerob sering menimbulkan bau yang tajam. Pembuatan
pupuk kompos berbasis LOUGB akan melalui proses pengomposan dan
dekomposisi mikroba sehingga dalam prosesnya memiliki beberapa faktor yang
mempengaruhi. Proses dekomposisi akan berjalan dengan baik bila kondisi
lingkungannya terkontrol. Kondisi lingkungan yang perlu dijaga dalam proses
dekomposisi yaitu kadar air, aerasi dan temperatur. Pemanfaatan LOUGB sebagai
pupuk organik saat ini semakin menjadi perhatian. LOUGB yang mengandung
unsur N, P, K, Mg, Co, C dan S dimanfaatkan kembali menjadi sumber unsur hara
bagi tanah.
Aziz (2019) menjelaskan bahwa rumput gajah yang ditanam selama 63 hari
dengan penambahan pupuk kompos berbasis LOUGB menghasilkan jumlah anakan
8 tunas. Pertambahan tunas tersebut dikarenakan pengaruh unsur fosfor untuk
merangsang pertumbuhan akar, unsur hara untuk merangsang pertumbuhan
tanaman secara keseluruhan dan unsur kalium untuk merangsang pembentukan
protein dan karbohidrat bagi tanaman. Bahan organik tersebut dapat berupa empon-
empon, buah-buahan, sayuran dan ditambah tetes sebagai akselerasi percepatan
pertumbuhan mikroorganisme (Junus, et al, 2016). Penggunaan pupuk kompos
berbasis LOUGB juga memberikan hasil yang baik pada tanaman padi dan
palawija. Hasil padi pada sawah dapat meningkat 2 – 4% dan palawija meningkat
9 – 48% saat menggunakan pupuk kompos berbasis LOGB. Pemberian 20 ton
kompos per hektar juga dapat meningkatkan hasil sayur 11 – 24%. Kasworo (2013)
juga menjelaskan bahwa pemberian pupuk kompos berbasis LOUGB sebanyak 15
ton per hektar mampu meningkatkan hasil kentang 7 – 15% pada tanah alluvial
masam serta meningkatkan hasil petchai sebanyak 6% pada tanah netral.
2.2.1 PRINSIP
2.2.2 TUJUAN
6
Pemanfaatan LOUGB secara optimal melalui proses pengomposan anaerob
sebagai pupuk guna menyelesaikan masalah lingkungan.
2.2.4 PROSEDUR
e. Setiap 1 liter bahan pengurai dicampur 8 liter air untuk digunakan 1 ton kompos
Jerami dicacah dengan ukuran 2,5 hingga 4 cm. Jumlah jerami yang
didugunakan disesuaikan dengan jumlah kompos yang dibuat.
7
a. f. Disiapkan bahan – bahan (LOUGB, jerami padi, sekam padi, dan serbuk
gergaji).
b. g. Dilakukan pencampuran bahan – bahan dalam jumlah kecil terlebih
dahulu.12
c. h. Ditaburkan campuran bahan kompos yang sudah tercampur ke alas
pembuatan kompos.
d. Digembor dengan bahan decomposer nabati.
e. Ditaburi bahan kompos kembali dan dilakukan penggemboran kembali
dengan decomposer nabati.
f. Diulangi tahapan hingga campuran setinggi 1,5 m.
g. Ditutup plastik dalam kondisi anaerob dan dibiarkan hingga 3 minggu
sampai kompos dasar matang.
8
2.3 Kompos Sebagai Media Cacing
Kompos adalah hasil penguraian parsial atau tidak lengkap dari campuran
bahan-bahan organik yang dapat di percepat secara artifisial oleh populasi berbagai
macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau
anaerobik (Hutami,et al,2020). Sedangkan pengomposan adalah proses dimana
bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba
mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Proses
pengomposan dilakukan dengan menurunkan kadar C/N ratio bahan organik hingga
sama dengan tanah (kurang dari 20). Semakin tinggi kandungan C/N bahan organik
maka semakin lama proses pengomposannya. Dalam proses pengomposan akan
terjadi perubahan seperti 1) karbohidrat, selulosa, hemiselulosa, lemak dan lilin
menjadi CO2 dan air. 2) pengurain senyawa organik menjadi senyawa yang dapat
diserap tanaman, 3) zat putih telur menjadi ammonia, CO2 dan air. Pengomposan
dapat terjadi dalam kondisi aerobik dan aerobik. Pengomposan aerobik akan
menghasilkan CO2, air, dan panas. Kemungkinan bahan dasar kompos
mengandung selulosa 15% - 60%, hemiselulosa 10 % - 30%, lignin 5% - 30%,
protein 5% - 40%, bahan mineral (abu) 3% - 5%, di samping itu, terdapat bahan
larut air dan dingin (gula, pati, asam amino, urea, garam ammonium) sebanyak 2%
- 30 %, dan 1%-15%, lemak larut eter dan alkohol, minyak, dan lilin. Komponen
organik ini mengalami proses dekomposisi di bawah kondisi mesofilik dan
termofilik. Komponen organik yang sering dikomposkan antara lain jerami dan
dedak (Cholilie,et al,2019).
Pupuk padat adalah pupuk yang terbuat dari bahan padat seperti kotoran ternak
baik yang belum dikomposkan maupun sudah sebagai sumber hara terutama N bagi
tanaman dan dapat memperbaiki sifat kimia, biologi dan fisik tanah. Pupuk cair
merupakan pupuk yang terbentuk dari berbagai cairan seperti urin ternak yang
dilarutkan dalam air dalam perbandingan tertentu (Khair,2015). Saat ini masih
banyak petani yang menggunakan pupuk anorganik sebagai penghasil N bagi
tanaman karena harganya yang murah namun yang perlu diperhatikan yaitu pupuk
anorganik akan sangat berbahaya bagi lingkungan terutama tanah jika digunakan
9
terus menerus. Alternatif yang dapat digunakan yaitu peralihan penggunaan pupuk
dari anorganik menjadi organik seperti pupuk kompos. Pupuk kompos yang
merupakan pupuk yang berasal dari bahan non kimia sangat baik dalam 19
memperbaiaki kualitas tanah dan aman jika digunakan dalam jangka waktu yang
panjang.
Menurut Lesmana ,dkk (2015), Salah satu metode yang digunakan untuk
mengolah limbah padat adalah dengan membuat pupuk organik. Pupuk organik
adalah pupuk yang berasal dari sisa tanaman dan atau kotoran hewan yang telah
melalui proses rekayasa, berbentuk padat dan cair dan dapat diperkaya dengan
bahan mineral alami dan atau mikrobia yang bermanfaat memperkaya hara, bahan
organik tanah, dan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Salah satu jenis
pupuk organik adalah vermikompos. Pengomposan dengan cacing tanah
merupakan proses pembuatan kompos dengan melibatkan organisme makro cacing
tanah. Kerja sama antara cacing tanah dengan mikroorganisme dapat memberi
dampak pada proses penguraian yang dilakukan oleh mikroorganisme tersebut
dibantu dengan keberadaan cacing tanah. Oleh karena bahan-bahan yang akan
diurai oleh mikroorganisme telah diurai lebih dahulu oleh cacing, maka kerja
mikroorganisme lebih efektif dan lebih cepat. (Khair,et al,2015).
10
yang terbawa dari organ pencernaan cacing yang bermanfaat bagi pertumbuhan
tanaman.
2.3.1 PRINSIP
Pemanfaatan limbah organik berupa kotoran sapi dan sayuran dalam pemeliharaan
cacing tanah sebagai salah satu bahan pakan ternak
2.3.2 TUJUAN
Mengetahui budidaya cacing tanah menggunakan media kompos sebagai salah satu
bahan pakan ternak
2.3.4 PROSEDUR
a. Dimasukkan tanah dan kotoran sapi setengah kering kedalam
baskom kemudian di aduk sampai tercampur rata menggunakan
sekop
b. Dipadatkan campuran media sampai mencapai tinggi 5-10 cm.
c. Disiram campuran tanah dan kotoran sapi menggunakan sedikit air
d. Disebar bibit cacing ke dalam media tanah yang telah dibuat
e. Dipotong-potong limbah sayuran dan dicampur dengan EM4
sebanyak 10 ml
f. Dimasukkan campuran limbah sayur dan EM4 ke dalam baskom
sebagai pakan cacing
g. Cacing di beri pakan setiap hari menggunakan limbah sayuran .
11
2.3.5 INDIKATOR
a. Tanah berwarna coklat kehitaman
b. Tanah tidak terlalu basah dan tidak kering
c. Tidak dihinggapi lalat
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Untuk praktikum saat penjelasan materi kurang begitu efektif dan tidak begitu
lengkap, sehingga membuat praktikan masih belum dapat memahami materi
dengan jelas, semoga kedepannya bisa lebih baik lagi.
13
DAFTAR PUSTAKA
Akpojaro, J., Ofualagba, G., & Akpojaro, M. A. 2019. Electricity Generation from
Cow Dung Biogas. Journal of Applied Sciences and Environmental
Management, 23(7), 1301-1307.
Aziz, M. R. (2019). Pengaruh Kompos Berbasis Lumpur Organik Unit Gas Bio
(Lougb) Terhadap Penampilan Rumput Gajah (Pennisetum
Purpureum) (Doctoral dissertation, Universitas Brawijaya).
Cholilie, I. A., Sari, T. R., & Nurhermawati, R. 2019. Production of compost and
worm casting organic fertiliser from lumbricus rubellus and its
application to growth of red spinach plant (Altenanthera amoena
V.). Advances in Food Science, Sustainable Agriculture and
Agroindustrial Engineering (AFSSAAE), 2(1), 30-38.
Hutami, A, D., Dwi, I., Ratnaningsih. 2020. Bioconversion Of Cow Dung And
Cassava Peels With The Vermicomposting Method. INTERNATIONAL
JOURNAL OF SCIENTIFIC & TECHNOLOGY RESEARCH. 9(1), 1-5.
Jha, A. K., Li, J., Zhang, L., Ban, Q., & Jin, Y. 2013. Comparison between wet and
dry anaerobic digestions of cow dung under mesophilic and thermophilic
conditions. Advances in Water Resource and Protection, 1(2), 28-38.
Junus, M. 2015. Pengaruh cairan lumpur organik unit gas bio terhadap persentase
kandungan bahan organik dan protein kasar padatan lumpur organik unit
gas bio. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan, 25(1), 35-41.
Junus, M., Widodo, A. S., Suprapto, W., & Zamrudy, W. ROLE OF VEGETABLE
DECOMPOSERS TO THE POPULATION GROWTH OF ALGA
CELLS. Metamorfosa: Journal of Biological Sciences, 3(1), 52-58.
Kasworo, A., & Izzati, M. 2013. Daur Ulang Kotoran Ternak SebagaiUpaya
Mndukung Peternakan SapiPotongYang Berkelanjutan di Desa
Jogonayan Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang.
14
Khair, A., Herawati, L., Noraida, N., & Raharja, M. 2015. The Use of Earthworms
and Household Organic Waste Composting Length of Time. Kesmas:
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional (National Public Health
Journal), 10(2), 62-66.
Lesmana, F., Jati, W., & Yulianti, I. 2015. Kombinasi ampas tahu dan kotoran sapi
dalam pembuatan vermikompos Lumbricus rubellus. Jurnal
Teknobiologi, 1-15.
Thakare, A., Ahmad, M., Pande, K., & Metkari, S. 2019 . Purification of Water by
using Cow Dung Ash. Int. J. Eng. Technol, 6(6), 393-397.
Uche, A. M., Emmanuel, O. T., Paul, O. U., Olawale, A., Frank, K. B., Rita, O. O.,
& Martin, O. S. 2020. Design and construction of fixed dome digester
for biogas production using cow dung and water hyacinth. African
Journal of Environmental Science and Technology, 14(1), 15-25.
15
LAMPIRAN
1. Purifikasi
16
17
2. Pupuk Organik Berbasis LOUGB
18
19
3. Kompos sebagai media cacing
20
21
22