Oleh :
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat-Nya serta hidayah-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah
praktikum matakuliah Sistem Pertanian Terpadu. Sholawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya hingga
pada umatnya sampai akhir zaman.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Pengolahan Limbah
Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya dan dalam proses penyusunan
makalah ini, penulis mendapatkan banyak sekali bantuan, bimbingan serta dukungan dari
berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis juga bermaksud menyampaikan rasa
terima kasih kepada Dosen pengampu yang selalu memberikan ilmu serta bimbingannya
sehingga makalah ini dapat disusun dengan baik.
Semoga Makalah yang telah kami susun ini turut memperkaya khazanah ilmu
peternakan serta bisa menambah pengetahuan dan pengalaman para pembaca.
Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna. Kami
juga menyadari bahwa Makalah ini juga masih memiliki banyak kekurangan. Maka dari itu
kami mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca sekalian demi penyusunan
Makalah dengan tema serupa yang lebih baik lagi.
Penyusun
ii
Daftar Isi
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Sebagai salah satu tugas kelompok dalam mata kuliah Pengelolaan Limbah
Peternakan
2. Untuk menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan terutama mengenai
pengelolaan limbah peternakan
3. Untuk mengetahui pemanfaatan limbah peternakan
4. Untuk mengetahui Prinsip pengelolaan limbah ternak untuk menjaga
lingkungan. Penanganan Limbah ternak berdasarkan pengelolaannya.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
2.2 Berbagai Pengolahan Limbah Ternak
a. Pupuk kandang
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan. Hewan yang
kotorannya sering digunakan untuk pupuk kandang adalah hewan yang bisa
dipelihara oleh masyarakat, seperti kotoran kambing, sapi, domba, dan ayam. Selain
berbentuk padat, pupuk kandang juga bisa berupa cair yang berasal dari air kencing
(urine) hewan. Pupuk kandang telah lama digunakan oleh petani karena bahannya
mudah didapat, hasil dapat digunakan dalam waktu singkat, mengandung unsur hara
makro dan mikro. Keuntungan pemakaian pupuk kandang antara lain dapat
memperbaiki kesubura fisik dan kimia tanah, meningkatkan kegiatan
mikroorganisme tanah dan mengeluarkan hormone yang merangsang pertumbuhan
tanaman (auxin, gibberelin dan cytokinin)(Jumin, 2005).
b. Bokasi
Menurut Retebana (2005), bokasi adalah hasil fermentasi bahan organik dengan
inokulasi EM4 (effective microorganism 4). EM4 sendiri mengandung Azotobacter
sp., Lactobacillus sp., ragi, bakteri fotosintetik dan jamur pengurai selulosa.
Mikroorganisme tersebut berfungsi untuk memfermentasikan bahan organic tanah
menjadi senyawa organik yang mudah diserap oleh akar tanaman. Bahan untuk
pembuatan bokashi dapat diperoleh dengan mudah di sekitar lahan pertanian,
seperti jerami, rumput, tanaman kacangan, sekam, pupuk kandang atau serbuk
gergajian. Secara umum bokasi memiliki keunggulan yaitu meningkatkan
keragaman mikroba, meningkatkan persediaan unsure hara bagi tanaman, mencegah
serangan hama dan penyakit serta memperbaiki sifat fisik maupun sifat kimia tanah.
c. Kompos
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-
bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam
mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembap, dan aerobik atau anaerobik
(Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003). Sedangkan pengomposan adalah proses
dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh
mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi.
Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar
kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan
yang seimbang, pemberian air yang cukup, pengaturan aerasi, dan penambahan
aktivator pengomposan. Seperti halnya dengan pupuk organik lainnya, kecuali
6
dipengaruhi oleh proses pembuatannya, kualitas kompos sebagai pupuk organik akan
dipengaruhi oleh bahan asalnya (koanak, 2005).
Limbah dari peternakan dapat diolah menjadi sesuatu yang berguna dan apabila
peternak tidak memiliki lahan pertanian maka hasil pengolahan limbah dalam bentuk
pupuk kandang, pupuk hijau, bokasi, maupun kompos dapat dijual sehingga
menambah pendapatan dari peternak dan lingkungan usaha peternakan tetap terjaga
sanitasinya.
Manfaat kompos
- Memperbaiki struktur tanah
- Menaikan daya serap tanah terhadap air
- Menaikan kondisi kehidupan di dalam tanah
- Sebagai sumber zat makanan bagi tanaman
d. Pengolahan Energi Biogas
Energi biogas mengandung nilai kalori lebih dari bahan bakar lainnya,
artinya akan lebih banyak panas yang dihasilkan untuk memasak dan lebih cepat
proses memasak tersebut. Dalam pemakaian biogas, bau kotoran kotoran ternak akan
berkurang karena proses penguraian bahan organik yang berlangsung. Selain itu
pencemaran karena asap seperti pada proses memasak dengan kayu sedikit saja
terjadi. Nilai kalori biogas 15.000 KJ/Kg.
Prinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik secara
anaerobik (tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan suatu gas yang sebagian
besar berupa metan (yang memiliki sifat mudah terbakar) dan karbon dioksida. Gas
yang terbentuk gas rawa atau biogas. Proses dekomposisi anaerobik dibantu oleh
sejumlah mikroorganisme, terutama bakteri metan. Suhu yang baik untuk fermentasi
adalah 30-550C. Pada suhu tersebut mikroorganisme dapat bekerja secara optimal
merombak bahan-bahan organik.
e. Pembuatan pupuk cair
Pupuk cair mulai sering diaplikasikan dewasa ini terutama sejak
berkembangnya tanaman hidroponik. Sebenarnya, selain untuk hidroponik, pupuk
cair juga dapat dimanfaatkan untuk tanaman cara bertani non hidroponik/biasa.
Pupuk cair lebih mudah diformulasi dan diracik sesuai dengan kebutuhan tanaman.
7
2.3 Dampak Pengabaian Limbah Peternakan
Limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk
mendorong kehidupan jasad renik yang dapat menimbulkan pencemaran. Suatu studi
mengenai pencemaran air oleh limbah peternakan melaporkan bahwa total sapi
dengan berat badannya 5.000 kg selama satu hari, produksi manurenya dapat
mencemari 9.084 x 10 7 m3 air. Selain melalui air, limbah peternakan sering
mencemari lingkungan secara biologis yaitu sebagai media untuk berkembang
biaknya lalat. Kandungan air manure antara 27-86 % merupakan media yang paling
baik untuk pertumbuhan dan perkembangan larva lalat, sementara kandungan air
manure 65-85 % merupakan media yang optimal untuk bertelur lalat.
Kehadiran limbah ternak dalam keadaan keringpun dapat menimbulkan
pencemaran yaitu dengan menimbulkan debu. Pencemaran udara di lingkungan
penggemukan sapi yang paling hebat ialah sekitar pukul 18.00, kandungan debu pada
saat tersebut lebih dari 6000 mg/m3, jadi sudah melewati ambang batas yang dapat
ditolelir untuk kesegaran udara di lingkungan (3000 mg/m3)
Salah satu akibat dari pencemaran air oleh limbah ternak ruminansia ialah
meningkatnya kadar nitrogen. Senyawa nitrogen sebagai polutan mempunyai efek
polusi yang spesifik, dimana kehadirannya dapat menimbulkan konsekuensi
penurunan kualitas perairan sebagai akibat terjadinya proses eutrofikasi, penurunan
konsentrasi oksigen terlarut sebagai hasil proses nitrifikasi yang terjadi di dalam air
yang dapat mengakibatkan terganggunya kehidupan biota air (Farida, 1978).
Hasil penelitian dari limbah cair Rumah Pemotongan Hewan Cakung, Jakarta
yang dialirkan ke sungai Buaran mengakibatkan kualitas air menurun, yang
disebabkan oleh kandungan sulfida dan amoniak bebas di atas kadar maksimum
kriteria kualitas air. Selain itu adanya Salmonella spp. yang membahayakan
kesehatan manusia.
Tinja dan urine dari hewan yang tertular dapat sebagai sarana penularan
penyakit, misalnya saja penyakit anthrax melalui kulit manusia yang terluka atau
tergores. Spora anthrax dapat tersebar melalui darah atau daging yang belum dimasak
yang mengandung spora. Kasus anthrax sporadik pernah terjadi di Bogor tahun 2001
dan juga pernah menyerang Sumba Timur tahun 1980 dan burung unta di Purwakarta
tahun 2000 (Soeharsono, 2002).
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengolahan limbah ternak merupakan salah satu upaya yang memberikan banyak
manfaat. Disisi lain, pengolahan memberikan keuntungan finansial karena pengolahannya
menghasilkan produk yang berdaya jual. Limbah ternak memiliki berbagai manfaat seperti
untuk bahan makanan ternak, pupuk organik, sumber enegi dan media bagi tujuan lainnya.
Pengolahan limbah ternak tergantung pada jenis/spesies ternak, jumlah ternak, tata
laksana pemeliharaan, areal yang tersedia dan target penggunaan limbah.Untuk penggunaan
limbah padat dapat diolah menjadi pupuk kandang, pupuk hijau, bokashi dan kompos.
Sedangkan pengolahan limbah cair dapat diolah secara fisik, kimia dan biologi. Pengelolaan
Limbah sangat bermanfaat untuk masyarakat bahkan lingkungan.
3.2 Saran
Kami menyarankan kepada pembaca agar memanfaatkan bahan-bahan limbah
organik menjadi hal yang berguna, seperti biogas. Pembaca juga bisa memperdalam
pengetahuan dalam pengelolaan Limbah peternakan melalui makalah kami. Pengelolaan
Limbah yang baik akan memberikan kesejahteraan bukan hanya untuk masyarakat dan
peternak saja namun Lingkungan juga lebih terjaga.
9
DAFTAR PUSTAKA
Chalik E. 2009. Pengaruh Penggunaan Feses Sapi dan Campuran Limbah Organik Lain
Sebagai Pakan atau Media Produksi Kokon dan Biomassa Cacing Tanah Eisenia
foetida savigry. Skripsi Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. IPB, Bogor.
Sofyadi Cahyan, 2003. Konsep Pembangunan Pertanian dan Peternakan Masa Depan. Badan
Litbang Departemen Pertanian. Bogor.
Soehadji, 1992. Kebijakan Pemerintah dalam Industri Peternakan dan Penanganan Limbah
Peternakan. Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian. Jakarta.
Tony , Asari, dan Unadi, 2005. Pemanfaatan Energi Biogas Untuk Mendukung Agribisnis
Di Pedesaan. Publikasi Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Serpong.
Soeharsono, 2002. Anthrax Sporadik, Tak Perlu Panik. Dalam kompas, 12 September
2002, http://www.kompas.com/kompas-cetak/0209/12/iptek/anth29.htm
10