Anda di halaman 1dari 14

PENYELESAIN MASALAH LIMBAH

KOTORAN AYAM DAN


PEMANFAATAN LIMBAH
KOTORAN AYAM

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Pengetahuan Lingkungan
Dosen Pembimbing : Bambang Prio Hartono, ST,MT

Disusun Oleh :

Nama : Romadhoni Muhammad


Nim : 1652014

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK DIPLOMA TIGA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG
2016/2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat hidayah dan
rahmat-Nya yang diberikan kepada penulis berupa kesehatan rohani dan jasmani
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”Penyelesaian
Masalah limbah Kotoran Ayam dan Pemanfaatan limabah Kotoran Ayam” dapat
diselesaikan dengan baik.
Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, penulis banyak menemukan
hambatan, tetapi berkat dukungan pihak-pihak yang telah membantu, penulis
dapat menyelesaikannya dengan baik. Untuk itu tidak lupa penulis mengucapkan
terimakasih kepada orang-orang yang telah membantu penulis dalam penulisan
makalah ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna,
oleh karena itu untuk memperbaikan makalah ini penulis mengharapkan kritik-
kritik dan saran-saran yang membangun. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya. Atas perhatiannya penulis
mengucapkan terima kasih.

Malang, 21 Maret 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................1
KATA PENGANTAR........................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..................................................................4
1.1. Latar Belakang...........................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah......................................................................................4
1.3. Tujuan Penulisan........................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN....................................................................5
2.1. Pemanfaatan untuk pakan dan media cacing tanah..............................5
2.2. Pemanfaatan sebagai pupuk organik.....................................................5
2.3. Pemanfaatan untuk gasbio....................................................................9
2.4. Pemanfaatan lainnya..........................................................................12
2.5. Cara Mengatasi Bau Polusi Limbah Kotoran Ayam..........................13

BAB III PENUTUP..........................................................................14


3.1. Kesimpulan.............................................................................................14
3.2. Saran.......................................................................................................14

Daftar Pustaka.................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Selama ini banyak keluhan masyarakat akan dampak buruk dari kegiatan usaha
peternakan karena sebagian besar peternak mengabaikan penanganan limbah dari usahanya,
bahkan ada yang membuang limbah usahanya ke sungai, sehingga terjadi pencemaran
lingkungan. Limbah peternakan yang dihasilkan oleh aktivitas peternakan seperti feces, urin,
sisa pakan, serta air dari pembersihan ternak dan kandang menimbulkan pencemaran yang
memicu protes dari warga sekitar. Baik berupa bau tidak enak yang menyengat, sampai keluhan
gatal-gatal ketika mandi di sungai yang tercemar limbah peternakan.
Berkenaan dengan hal tersebut, maka upaya mengatasi limbah ternak yang selama ini
dianggap mengganggu karena menjadi sumber pencemaran lingkungan perlu ditangani dengan
cara yang tepat sehingga dapat memberi manfaat lain berupa keuntungan ekonomis dari
penanganan tersebut. Penanganan limbah ini diperlukan bukan saja karena tuntutan akan
lingkungan yang nyaman tetapi juga karena pengembangan peternakan mutlak memperhatikan
kualitas lingkungan, sehingga keberadaannya tidak menjadi masalah bagi masyarakat di
sekitarnya.

1.2. Rumusan Masalah

Menangani pencemaran limbah yang dihasilkan dari kegiatan peternakan dan usaha
peternakan dapat dilakuakan dengan memanfaatkan limbah.

1.3. Tujuan Penulisan


Mengetahui berbagai pemanfaatan limbah dari kegiatan usaha peternakan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

Limbah peternakan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan, apalagi limbah


tersebut dapat diperbaharui (renewable) selama ada ternak. Limbah ternak masih mengandung
nutrisi atau zat padat yang potensial untuk dimanfaatkan. Limbah ternak kaya akan nutrient
(zat makanan) seperti protein, lemak, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN), vitamin, mineral,
mikroba atau biota, dan zat-zat yang lain (unidentified subtances). Limbah ternak dapat
dimanfaatkan untuk bahan makanan ternak, pupuk organik, energi dan media pelbagai tujuan

2.1. Pemanfaatan Untuk Pakan dan Media Cacing Tanah

Sebagai pakan ternak, limbah ternak kaya akan nutrien seperti protein, lemak BETN,
vitamin, mineral, mikroba dan zat lainnya. Ternak membutuhkan sekitar 46 zat makanan
esensial agar dapat hidup sehat. Limbah feses mengandung 77 zat atau senyawa, namun
didalamnya terdapat senyawa toksik untuk ternak. Untuk itu pemanfaatan limbah ternak
sebagai makanan ternak memerlukan pengolahan lebih lanjut. Tinja ruminansia juga telah
banyak diteliti sebagai bahan pakan termasuk penelitian limbah ternak yang difermentasi
secara anaerob.
Penggunaan feses sapi untuk media hidupnya cacing tanah, telah diteliti menghasilkan
biomassa tertinggi dibandingkan campuran feces yang ditambah bahan organik lain, seperti
feses 50% + jerami padi 50%, feses 50% + limbah organik pasar 50%, maupun feses 50% + isi
rumen 50% (Farida, 2000).

2.2. Pemanfaatan Sebagai Pupuk Organik

Pemanfaatan limbah usaha peternakan terutama kotoran ternak sebagai pupuk organik
dapat dilakukan melalui pemanfaatan kotoran tersebut sebagai pupuk organik.
Pemanfaatan limbah usaha peternakan terutama kotoran ternak sebagai pupuk organik
dapat dilakukan melalui pemanfaatan kotoran tersebut sebagai pupuk organik. Penggunaan
pupuk kandang (manure) selain dapat meningkatkan unsur hara pada tanah juga dapat
meningkatkan aktivitas mikrobiologi tanah dan memperbaiki struktur tanah tersebut.
Kandungan Nitrogen, Posphat, dan Kalium sebagai unsur makro yang diperlukan tanaman,
tersaji dalam tabel berikut.

5
Kadar N, P dan K dalam Pupuk Kandang dari Beberapa Jenis Ternak.

Kandungan (%)
Jenis Pupuk Kandang
N P2O5 K2O
Kotoran Sapi
Kotoran Kuda
Kotoran Kambing 0.6 0.3 0.1
Kotoran Ayam 0.4 0.3 0.3
Kotoran Itik 0.5 0.3 0.2
1.6 0.5 0.2
1.0 1.4 0.6

Sumber : Nurhasanah, Widodo, Asari, dan Rahmarestia, 2013


Kotoran ternak dapat juga dicampur dengan bahan organik lain untuk mempercepat
proses pengomposan serta untuk meningkatkan kualitas kompos tersebut .
Manfaat penggunaan kompos terhadap tanah menambah kesuburan tanah,memperbaiki
struktur tanah menjadi lebih remah dan gembur, memperbaiki sifat kimiawi tanah sehingga
unsur hara yang tersedia dalam tanah lebih mudah diserap oleh tanaman, memperbaiki tata air
dan udara di dalam tanah sehingga suhu tanah akan lebih stabil, mempertinggi daya ikat tanah
terhadap zat hara sehingga tidak mudah larut oleh air hujan atau air pengairan dan
memperbaikikehidupan jasat renik yang hidup di dalam tanah
Prinsip yang digunakan dalam pembuatan kompos adalah proses dekomposisi atau
penguraian yang merubah limbah organik menjadi pupuk organik melalui aktifitasbiologis
pada kondisi yang terkontrol.
Dekomposisi pada prinsipnya adalah menurunkan karbon dan nitrogen (C/N) ratio dari
limbah organiksehingga pupuk organik dapat segera dimanfaatkan oleh tanaman. Pada proses
dekomposisi akan terjadi peningkatan temperatur yang dapat berfungsi untuk membunuh biji
tanaman liar (gulma), bakteri-bakteri patogen dan membentuk suatu produk perombakan yang
seragam berupa pupuk organik.
Beberapa unsur penting yang diperlukan agar proses penguraian dapat berjalan dengan
baik yaitu;
1) Karbon (C) sebagai sumber energi bagi mikroba pengurai dan. akan diurai melalui proses
oksidasi yang menghasilkan panas;
2) Nitrogen (N) sebagai sumber protein bagi bakteri untuk bertumbuh dan memperbanyak diri;
3) Oksigen (O) sebagai bahan untuk mengoksidasi unsur karbon melalui proses dekomposisi
dan air (H2O) untuk menjamin proses dekomposisi berlangsung baik dan tidak menyebabkaN
suasana anaerob.

6
Cara mengelola Limbah ayam menjadi Pupuk Organik

Biasanya kadar air kotoran ayam terlalu tinggi bila langsung digunakan untuk
pengomposan, maka sedikit dibiarkan akan mengurangi kadar airnya. Namun bila campuran
bahan kompos lainnya dalam keadaan kering, maka kotoran ayam bisa langsung digunakan.
Cara mengukur kadar air dari kotoran ayam sudah memenuhi untuk pengomposan adalah
dengan mencampur dua timba kotoran ayam dan satu timba limbah pertanian, bila diperas tidak
keluar air atau hanya setetes air yang keluar, maka kotoran ayam ini sudah bisa digunakan
untuk pengomposan.

Intinya dilihat hasil percampuran dari prosentase kotoran ayam dan limbah pertanian,
bila kadar airnya cukup, maka sudah bisa digunakan untuk pengomposan. Memang bahan dari
limbah pertanian bisa dalam keadaan basah atau kering, namun melihatnya dengan melihat
percampuran dari bahan tersebut. Pengetesan bisa dilakukan dengan cara sederhana, tanpa
harus menggunakan peralatan yang modern.Menyiapkan campuran limbah pertanian

Apapun jenis limbah pertanian yang akan digunakan untuk pengomposan, harus dalam
keadaan terpotong kecil. Ini untuk mempercepat proses pengomposan, namun bila komponen

7
waktu bukan menjadi halangan, maka limbah pertanian apa adanya bisa langsung digunakan.
Biasanya proses pengomposan akan menjadi lebih lama bila limbah untuk campuran
pengomposan tidak diolah dulu.

Bila kompos ini nantinya untuk dipakai sendiri, pengolahan campuran limbah pertanian
hanya memposisikan tidak terlalu basah. Ini bisa disesuaikan dengan kadar air dari kotoran
ayam, jangan sampai campuran ini nantinya terlalu basah atau terlalu kering.Mencampur
kotoran ayam dengan limbah pertanian

Untuk menemukan percampuran yang tepat antara kotoran ayam dan limbah pertanian,
maka dua timba kotoran ayam dan satu timba limbah pertanian bisa dicampur dan dicek kadar
airnya. Bila diperas hanya mengeluarkan air sedikit, ini adalah takaran kadar air yang tepat.
Namun bila kondisi limbah pertanian cukup kering, prosentasenya bisa dinaikan sebagai faktor
penyeimbang kadar air yang tepat tadi.

Campuran ini harus diaduk sampai rata, sehingga konturnya akan berbeda dari bentuk
asalnya. Campuran antara kotoran ayam dan limbah pertanian ini sudah siap untuk
dikomposting, dan harus ditutup dengan plastik atau terpal. Ini untuk proses composting dan
menghindari percampuran dengan air hujan atu sinar matahari.Mengaduk campuran kompos
dari kotoran ayam

8
Campuran tadi diaduk selang tiga sampai 7 hari untuk oksigenasi dan meratakan proses
pengomposan. Lalu tutup lagi dengan terpal atau plastik untuk melanjutkan proses
pengomposan. Biasanya bau kotoran ayam akan perlahan menghilang seiring berjalannya
proses pengomposan.Setelah tiga sampai empat minggu proses pengomposan sudah mulai
terlihat. Ada perubahan kontur dan warna pada campuran kotoran ayam tadi. Baunya akan
menghilang, biasanya penyaringan sudah bisa dilakukan, bila kompos tersebut dikemas dalam
plastik atau karung. Namun bisa juga langsung digunakan untuk menyuburkan tanah pertanian.

Contoh gambar pengolahan limbah menjadi pupuk organik

2.3. Pemanfaatan Untuk Gasbio

Gasbio adalah campuran beberapa gas, tergolong bahan bakar gas yang merupakan
hasil fermentasi dari bahan organik dalam kondisi anaerob, dan gas yang dominan adalah gas
metan (CH4) dan gas karbondioksida (CO2) (Simamora, 1989). Gasbio memiliki nilai kalor
yang cukup tinggi, yaitu kisaran 4800-6700 kkal/m3, untuk gas metan murni (100 %)
mempunyai nilai kalor 8900 kkal/m3. Produksi gasbio sebanyak 1275-4318 I dapat digunakan
untuk memasak, penerangan, menyeterika dan mejalankan lemari es untuk keluarga yang
berjumlah lima orang per hari.

Pembentukan gasbio dilakukan oleh mikroba pada situasi anaerob, yang meliputi tiga
tahap, yaitu tahap hidrolisis, tahap pengasaman, dan tahap metanogenik. Pada tahap hidrolisis
terjadi pelarutan bahan-bahan organik mudah larut dan pencernaan bahan organik yang

9
komplek menjadi sederhana, perubahan struktur bentuk primer menjadi bentuk monomer. Pada
tahap pengasaman komponen monomer (gula sederhana) yang terbentuk pada tahap hidrolisis
akan menjadi bahan makanan bagi bakteri pembentuk asam. Produk akhir dari gula-gula
sederhana pada tahap ini akan dihasilkan asam asetat, propionat, format, laktat, alkohol, dan
sedikit butirat, gas karbondioksida, hidrogen dan amoniak.
Model pemroses gas bio yang banyak digunakan adalah model yang dikenal sebagai
fixed-dome. Model ini banyak digunakan karena usia pakainya yang lama dan daya
tampungnya yang cukup besar. Meskipun biaya pembuatannya memerlukan biaya yang cukup
besar.
Untuk mengatasi mahalnya pembangunan pemroses biogas dengan model feixed-
dome, tersebut sebuah perusahaan di Jawa Tengah bekerja sama dengan Balai Pengkajian dan
Penerapan Teknolgi Ungaran mengembangkan model yang lebih kecil untuk 4-5 ekor ternak,
yang siap pakai, dan lebih murah karena berbahan plastic yang dipendam di dalam tanah.
Di perdesaan, gasbio dapat digunakan untuk keperluan penerangan dan memasak
sehingga dapat mengurangi ketergantungan kepada minyak tanah ataupun listrik dan kayu
bakar. Bahkan jika dimodifikasi dengan peralatan yang memadai, biogas juga dapat untuk
menggerakkan mesin.
Untuk memanfaatkan kotoran ternak menjadi biogas, diperlukan beberapa syarat yang
terkait dengan aspek teknis, infrastruktur, manajemen dan sumber daya manusia. Bila faktor
tersebut dapat dipenuhi, maka pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas sebagai penyedia
energi di pedesaan dapat berjalan dengan
optimal.
Terdapat sepuluh faktor yang dapat mempengaruhi optimasi pemanfaatan kotoran
ternak menjadi biogas yaitu:

 Ketersediaan ternak
Jenis, jumlah dan sebaran ternak di suatu daerah dapat menjadi potensi bagi
pengembangan biogas. Hal ini karena biogas dijalankan dengan memanfaatkan kotoran ternak.
Untuk menjalankan biogas skala individual atau rumah tangga diperlukan kotoran ternak dari
2 – 4 ekor sapi dewasa.

 Kepemilikan ternak
Jumlah ternak yang dimiliki oleh peternak menjadidasar pemilihan jenis dan kapasitas
biogas yang dapat digunakan. Bila ternak sapi dewasa yang dimiliki lebih dari 4 ekor , maka
dapat dipilih biogas dengan kapasitas yang lebih besar (berbahan fiber atau semen) atau
beberapa biogas skala rumah tangga.

 Pola pemeliharaan ternak


Ketersediaan kotoran ternak perlu dijaga agar biogas dapat berfungsi optimal. Kotoran
ternak lebih mudah didapatkan bila ternak dipelihara dengan cara dikandangkan dibandingkan
dengan cara digembalakan.

 Ketersediaan lahan
Untuk membangun biogas diperlukan lahan di sekitar kandang yang luasannya
bergantung pada jenis dan kapasitas biogas. Lahan yang dibutuhkan untuk membangun reaktor
biogas skala terkecil (skala rumah tangga) adalah 14 m2 (7m x 2m).

10
 Tenaga kerja
Untuk mengoperasikan biogas diperlukan tenaga kerja yang berasal dari
peternak/pengelola itu sendiri. Hal ini penting mengingat biogas dapat berfungsi optimal bila
pengisian kotoran ke dalam reaktor dilakukan dengan baik serta dilakukan perawatan
peralatannya. Banyak kasus mengenai tidak beroperasinya atau tidak optimalnya biogas
disebabkan karena: pertama, tidak adanya tenaga kerja yang menangani unit tersebut; kedua,
peternak/pengelola tidak memiliki waktu untuk melakukan pengisian kotoran karena memiliki
pekerjaan lain selain memelihara ternak.

 Manajemen limbah/kotoran
Manajemen limbah/kotoran terkait dengan penentuan komposisi padat-cair kotoran
ternak yang sesuai untuk menghasilkan biogas, frekuensi pemasukan kotoran, dan
pengangkutan atau pengaliran kotoran ternak ke dalam reaktor. Bahan baku reaktor biogas
adalah kotoran ternak dan air dengan perbandingan 1:3. Frekuensi pemasukan kotoran
dilakukan setiap satu atau dua hari sekali. Pemasukan kotoran ini dapat dilakukan dengan cara
diangkut atau melalui saluran.

 Kebutuhan energi
Sumber energi dari biogas dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan jika ketersediaan
sumber energi lain terbatas. Bila sumber energi lain tersedia maka peternak dapat diarahkan
untuk mengolah kotoran ternaknya menjadi kompos.

 Jarak (antara kandang reaktor dan rumah)


Agar pemanfaatan energi biogas dapat optimal sebaiknya antara kandang, reaktor dan
rumah tidak telampau jauh.

 Pengelolaan hasil samping biogas


Pengelolaan hasil samping biogas ditujukan untuk memanfaatkannya menjadi pupuk
cair dan pupuk padat (kompos).

 Sarana Pendukung
Sarana pendukung berupa peralatan kerja digunakan untuk
mempermudah/meringankan pekerjaan/perawatan instalasi biogas. Selain sepuluh faktor di
atas, kemauan peternak/pelaku untuk, menjalankan instalasi biogas dan merawatnya serta
memanfaatkan energi biogas menjadi modal utama dalam pemanfaatan kotoran ternak menjadi
biogas.

11
2.4. Pemanfaatan Lainnya

Selain dimanfaatkan untuk pupuk, bahan pakan, atau gasbio, kotoran ternak juga dapat
dimanfaatkan sebagai bahan bakar dengan mengubahnya menjadi briket dan kemudian
dijemur/dikeringkan. Briket ini telah dipraktekkan di India dan dapat mengurangi kebutuhan
akan kayu bakar.
Pemanfaatan lain adalah penggunaan urin dari ternak untuk campuran dalam
pembuatan pupuk cair maupun penggunaan lainnya.

a. Pemanfaatan pupuk kandang dari kotoran sapi

Pupuk kandang yang dimaksudkan adalah kotoran ternak yang sudah terfermentasi
dengan baik. Kotoran sapi perah segar yang baru saja disiram dari kandang, masih harus
diperam dulu hingga siap untuk menyuburkan lahan pertanian. Kalau kotoran sapi yang baru
saja diambil dari kandang itu langsung diaplikasikan ke lahan, tanaman akan mati. Sebab N
dalam kotoran ternak tersebut masih sangat tinggi hingga akan melayukan tanaman. Selain itu,
kotoran tersebut dalam proses fermentasinya akan mengeluarkan gas methan dan amonia yang
juga bisa meracuni akar tanaman. Panas dari proses fermentasi itu pun juga akan menimbulkan
panas yang langsung berdampak ke rusaknya parakaran.
Karenanya, kotoran sapi yang disiram dari kandang idealnya ditampung terlebih dahulu
dalam sebuah bak penampungan. Apabila bak tersebut dibuat tertutup, maka gas
methan (biogas) yang dihasilkannya masih bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Namun
dibanding dengan nilai investasinya, nilai ekonomis dari gas tersebut relatif tidak sebanding.
Hingga bak penampungan tersebut bisa dibangun secara terbuka.
Untuk mempercepat proses fermentasi serta guna menghindarkan polusi bau, maka ke
dalam bak penampungan tersebut perlu ditambahkan biang bakteri. Misalnya EM4 atau merk
lain. Tanpa bantuan bakteri, proses pemasakan pupuk akan berlangsung selama lebih dari
sebulan dengan polusi bau yang luarbiasa. Dengan bantuan bakteri, proses tersebut bisa
dipersingkat menjadi paling lama 1 minggu dan tanpa adanya polusi bau.

b. Pemnafaatan pupuk kandang dari kotoran ayam

Kotoran / Feses ayam, merupakan salah satu hasil dari peternakan ayam yang terkadang
masih dikesampingkan, jika dicermati dan dimaknai bahwa sktor peternakan merupakan mata
rantai dari program integrited farming. Maka pemanfaatan limbah peternakan seharusnya
menjadi sorotan bagi para peternak untuk mewujudkan integrated farming secara luas, selain
itu pengolahan kotoran ayam untuk menjadi pupuk kandang pun memiliki nilai ekonomis yang
tidak dapat dipandang sebelah mata melihat kebutuhan dari petani akan pupuk.
Umumnya pembuatan pupuk kandang dilakukan dengan cara menyimpan atau
menimbun kotoran hewan selama selama sekitar 3 bulan. Namun pembuatan pupuk kandang
ini sebenarnya dapat dipercepat proses pengurainnya dengan penambahan bio-aktivator
sebagai bahan pemacu mikroorganisme.

12
2.5. Cara Mengatasi Polusi Bau Limbah Kotoran Ayam
Satu dari sekian banyaknya cara bagi atau bisa juga dikatakan untuk menghilangkan bau
kotoran ternak yng praktis merupakan yang dengannya mempercepat proses fermentasi kotoran
agar cepat rusak.
 Andai diharapkan mampu mempergunakan formula penghilang bau sangkar sintetis. Cara
ini terkadang efektif, namun didasari pengalaman peternak puyuh yng mempergunakan
produk penghilang bau sangkar memicu puyuh stress serta produksi telur
menurun.Mempergunakan ramuan penghilang bau sangkar dari bahan-bahan jamu alami.
Cara yng satu ini memanglah efektif namun tak hemat waktu serta tenaga, apa lagi biaya
yng dikeluarkan pun banyak sekali andai daerah Kamu tak tersedia bahan bakunya.
 Mempergunakan Pakan Fermentasi. Pakan yng difermentasi akan mengalami pemasakan
sempurna tanpa menghilangkan nutrisi yng dikandung selain menjadikan bahan makanan
lebih awet dibanding menyimpan yang dengannya resiko rusak dimakan serangga, jamur
ataupun terkontaminasi bahan rawan. Belum lagi andai perangkat lunak pemberian pakan
yang dengannya cara mencampurkan bahan satu persatu. Yang dengannya proses
fermentasi bahan makanan lebih gampang diserap menjadikan disaat keluar telah menjadi
limbah akhir yang dengannya proses fermentasi menjadi kompos lebih cepat.

 Bagi atau bisa juga dikatakan untuk Sangkar Sapi Potong maupun Sapi Perah, Perhatikan
kemiringan sangkar yng ideal serta pun pembuatan selokan air disekitar sangkar agar air
kencing sapi langsung mengalir keselokan. Andai memungkinkan dibuatkan saluran
penampungan air kencing sapi menjadikan mampu dimanfaatkan bagi atau bisa juga
dikatakan untuk pembuatan pupuk cair.
 Ventilasi sangkar yng baik. Peredaran udara yng bebas serta baik akan Amat mengurangi
konsentrasi bau kotoran di dalam sangkar. Peredaran udara segar yng bebas keluar masuk
sangkar pun akan lebih menyehatkan ternak yng dipelihara.

13
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Limbah peternakan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan, karena limbah


ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk dimanfaatkan. Limbah
ternak kaya akan nutrient (zat makanan) seperti protein, lemak, bahan ekstrak tanpa nitrogen
(BETN), vitamin, mineral, mikroba atau biota, dan zat-zat yang lain (unidentified subtances)
Pemanfatan limbah ternak dapat mengurangi pencemaran yang diakibatklan oleh
kegiatan usaha peternakan.
Limbah ternak dapat dimanfaatkan menjadi pakan atau media cacing tanah, pupuk
organic, gasbio, pupuk kandang dan pemanfaatn lainnya.

3.2. Saran

Mohon maaf apabila penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan dalam penyusunan makalah-
makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. http://cakpriyo87.blogspot.com/2012/09/v-behaviorurldefaultvmlo.html
2. http://gumiraputradesign.blogspot.com/2013/02/contoh-makalah-pencemaran-akibat-
limbah.html
3. http://sapimania.hostzi.com/manfaat_kotoran.php
4. http://shodiqfarm.blogspot.com/2012/11/pemanfaatan-limbah-ternak-sebagai-
bahan.html
5. http://Universitas Abulyatama Aceh Pemanfaatan limbah ternak ayam menjadi pupuk
kandang.htm

14

Anda mungkin juga menyukai