OLEH
NIM : 1805030360
FAKULTAS PETERNAKAN
KUPANG
2020
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Limbah ternak merupakan hasil sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti
usaha pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, dan sebagainya.Semakin berkembangnya
usaha peternakan, limbah yang dihasilkan semakin meningkat. Total limbah yang dihasilkan
peternakan tergantung dari species ternak, besar usaha, tipe usaha dan lantai kandang. Kotoran
sapi yang terdiri dari feces dan urine merupakan limbah ternak yang terbanyak dihasilkan dan
sebagian besar manure dihasilkan oleh ternak ruminansia seperti sapi, kerbau kambing, dan
domba. Limbah peternakan meliputi semua kotoran yang dihasilkan dari suatu kegiatan usaha
peternakan baik berupa limbah padat dan cairan, gas, maupun sisa pakan.Limbah padat
merupakan semua limbah yang berbentuk padatan atau dalam fase padat (kotoran ternak, ternak
yang mati, atau isi perut dari pemotongan ternak).Limbah cair adalah semua limbah yang
berbentuk cairan atau dalam fase cairan (air seni atau urine, air dari pencucian alat-alat). Menurut
Rendy Malik, (2014) limbah gas adalah semua limbah berbentuk gas atau dalam fase gas.
Limbah yang dihasilkan dari aktivitas ternak sapi mempunyai potensi untuk dikembangkan
menjadi berbagai macam produk yang bermanfaat, contoh yang sederhana adalah memanfaatkan
limbah peternakan menjadi pupuk organik(padat dan cair) atau mengolahnya menjadi biogas.
Dengan adanya potensi dan ketersediaan bahan baku maka pengelolaan limbah dipandang perlu
untuk peningkatan kapasitas produksi dan lingkungan di sekitar kandang sapi komunal.
Pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber pupuk organik sangat mendukung usaha pertanian
tanaman sayuran. Dari sekian banyak kotoran ternak yang terdapat di daerah sentra produksi
ternak banyak yang belum dimanfaatkan secara optimal, sebagian di antaranya terbuang begitu
saja, sehingga sering merusak lingkungan yang akibatnya akan menghasilkan bau yang tidak
sedap.
Dunia peternakan juga tidak lepas dari limbah yang dihasilkan setiap saat. Limbah peternakan
merupakan seluruh sisa buangan dari usaha kegiatan peternakan, baik berupa limbah cair, limbah
padat, maupun berupa gas. Limbah pada dasarnya tidak dapat dicegah namun dapat diolah
keberadaanya. Limbah yang tidak dimanfaatkan secara maksimal akan merusak lingkungan dan
POTENSI LIMBAH TERNAK |
MLP
dapat mencemari air, tanah, dan udara. Kondisi seperti itu sangat sering terjadi karena rata rata
peternak membuang limbah ke lingkungan sekitar tanpa penanganan dan pengolahan yang
sesuai. Beberapa peternak sebenarnya sudah menyadari potensi yang tersembunyi dari limbah
tersebut, namun kesadaran tersebut belum bersifat menyeluruh ke peternak lainnya.
B. Rumusan Masalah
a) Bgaiamana Pemanfaatan potensi limbah di NTT?
b) Bagaimana Penaganan Limbah ternak?
c) Apakah solusi yang ditawarkan?
BAB II
PEMBAHASAN
Pemanfaatan limbah ternak di NTT masih tergolong rendah. Hanya terdapat beberapa saja
yang memanfaatkannya menjadi biogas, limbah yang dimanfaatkan sebagai biogas juga
belum maksimal. Sebagian yang lain hanya menumpuk feses sapi hingga ada yang membeli
atau dibiarkan saja.
Beberapa hal yang dapat dilakukan terhadap limbah peternakan sapi pedaging antara lain
adalah penggunaan feses sapi sebagai pupuk alami dengan pengolahan yang sederhana
menjadi pupuk kandang memiliki nilai jual yang tinggi serta kualitas yang baik (Sukamta et
al. 2017). Pemanfaatan feses menjadi pupuk organik dapat meningkatkan kesuburan tanah
dan menyediakan unsur hara yang cukup bagi tanaman, pupuk menjadi kebutuhan utama
para petani untuk mengelola tanaman seperti padi, jagung, kacang dan tanaman lain.
Penanganan limbah ternak akan spesifik pada jenis/spesies, jumlah ternak, tatalaksana
pemeliharaan, areal tanah yang tersedia untuk penanganan limbah dan target penggunaan
limbah. Penanganan limbah padat dapat diolah menjadi kompos, yaitu dengan menyimpan
Penanganan limbah cair dapat diolah secara fisik, kimia dan biologi. Pengolahan secara
fisik disebut juga pengolahan primer (primer treatment). Proses ini merupakan proses
termurah dan termudah, karena tidak memerlukan biaya operasi yang tinggi. Metode ini
hanya digunakan untuk memisahkan partikel-partikel padat di dalam limbah. Beberapa
kegiatan yang termasuk dalam pengolahan secara fisik antara lain : floatasi, sedimentasi, dan
filtrasi.
Pengolahan secara kimia disebut juga pengolahan sekunder (secondary treatment) yang
bisanya relatif lebih mahal dibandingkan dengan proses pengolahan secara fisik. Metode ini
umumnya digunakan untuk mengendapkan bahan-bahan berbahaya yang terlarut dalam
limbah cair menjadi padat. Pengolahan dengan cara ini meliputi proses-proses netralisasi,
flokulasi, koagulasi, dan ekstrasi.
Pengolahan secara biologi merupakan tahap akhir dari pengolahan sekunder bahan-bahan
organik yang terkandung di dalam limbah cair. Limbah yang hanya mengandung bahan
organik saja dan tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya, dapat langsung digunakan
atau didahului dengan pengolahan secara fisik (Sugiharto, 1987)
C. Pemecahan Kasus
Indonesia sebagai negara agraris yang beriklim tropis memiliki sumber daya pertanian dan
peternakan yang cukup besar. Sumber daya tersebut, selain digunakan untuk kebutuhan
pangan juga dapat berpotensi sebagai sumber energy dengan cara pemanfaatan kotoran
ternak menjadi biogas.
Pemanfaatan limbah peternakan (kotoran ternak) merupakan salah satu alternatif yang
sangat tepat untuk mengatasi naiknya harga pupuk dan kelangkaan bahan bakar minyak.
Apalagi pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber bahan bakar dalam bentuk biogas.
Teknologi dan produk tersebut merupakan hal baru bagi masyarakat petani dan peternak.
Kotoran Ternak
Pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber pupuk organik sangat mendukung usaha pertanian
tanaman sayuran. Dari sekian banyak kotoran ternak yang terdapat di daerah sentra produksi
ternak banyak yang belum dimanfaatkan secara optimal, sebagian di antaranya terbuang begitu
saja, sehingga sering merusak lingkungan yang akibatnya akan menghasilkan bau yang tidak
sedap.
Unsur hara
N P K
Jenis ternak
Sapi Perah 22,0 2,6 13,7
Sapi potong 26,2 4,5 13,0
domba 50,6 6,7 39,7
unggas 65,8 13,7 12,8
Satu ekor sapi dewasa dapat menghasilkan 23,59 kg kotoran tiap harinya. Pupuk organik yang
berasal dari kotoran ternak dapat menghasilkan beberapa unsur hara yang sangat dibutuhkan
tanaman, seperti terlihat pada Tabel 1. Di samping menghasilkan unsur hara makro, pupuk
kandang juga menghasilkan sejumlah unsur hara mikro, seperti Fe, Zn, Bo, Mn, Cu, dan Mo.
Jadi dapat dikatakan bahwa, pupuk kandang ini dapat dianggap sebagai pupuk alternative untuk
mempertahankan produksi tanaman.
Biogas adalah gas mudah terbakar (flammable) yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan
bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara).
(http://www.-majarikanayakan.com/). Pada umumnya semua jenis bahan organik bisa diproses
untuk menghasilkan biogas, namun demikian hanya bahan organik (padat, cair) homogen seperti
POTENSI LIMBAH TERNAK |
MLP
kotoran dan urine (air kencing) hewan ternak yang cocok untuk sistem biogas sederhana. Di
sampingitu juga sangat mungkin menyatukan saluran pembuangan di kamar mandi atau WC ke
dalam system biogas. Di daerah yang banyak industry pemrosesan makanan antara lain tahu,
tempe, ikan pindang atau brem bisa menyatukan saluran limbahnya ke dalam sistem biogas,
sehingga limbah industri tersebut tidak mencemari lingkungan di sekitarnya.
Hal ini memungkinkan karena limbah industri tersebut di atas berasal dari bahan organik yang
homogen.Jenis bahan organik yang diproses sangat mempengaruhi produktivitas sistem biogas di
samping parameter-parameter lain seperti temperature digaster,pH,tekanan,dan kelembaban
udara.
Salah satu cara menentukan bahan organik yang sesuai untuk menjadi bahan masukan sistem
biogas adalah dengan mengetahui perbandingan karbon (C) dan nitrogen (N) atau disebut rasio
C/N. Beberapa percobaan yang telah dilakukan oleh ISAT menunjukkan bahwa aktivitas
metabolisme dari bakteri methanogenik akan optimal pada nilairasio C/N sekitar 8-20
Bahan organik dimasukkan ke dalam ruangan tertutup kedap udara (disebut Digester)
sehingga bakteri anaeroba akan membusukkan bahasan organik tersebut yang kemudian
menghasilkan gas (disebut biogas). Biogas yang telah berkumpul di dalam digester selanjutnya
dialirkan melalui pipa penyalur gas menuju tabung penyimpan gas atau langsung ke lokasi
pembuangannya.
Biogas dapat dipergunakan dengan cara yang sama seperti gas-gas yang mudah terbakar
lainnya. Pembakaran biogas dilakukan melalui proses pencampuran dengan sebagian oksigen
(O2). Nilai kalori dari 1 meter kubik biogas sekitar 6.000 watt jam yang setara dengan setengah
liter minyak diesel. Oleh karena itu, biogas sangat cocok digunakan sebagai bahan bakar
alternatif yang ramah lingkungan pengganti minyak tanah,LPG, butana, batubara, maupun
bahan-bahan lain yang berasal dari fosil.
Namun demikian, untuk mendapatkan hasil pembakaran yang optimal, perlu dilakukan pra
kondisi sebelum biogas dibakar, yaitu melalui proses pemurnian/penyaringan karena biogas
mengandung beberapa gas lain yang tidak menguntungkan. Sebagai salah satu contoh,
kandungan gas hydrogen sulfida yang tinggi yang terdapat dalam biogas jika dicampur dengan
oksigen dengan perbandingan 1:20,maka akan menghasilkan gas yang sangat mudah meledak.
POTENSI LIMBAH TERNAK |
MLP
Tetapi sejauh ini belum pernah dilaporkan terjadinya ledakan pada sistem biogas sederhana. Di
samping itu, dari proses produksi biogas akan dihasilkan sisa kotoran ternak yang dapat langsung
dipergunakan sebagai pupuk organik pada tanaman/budidaya pertanian.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pemanfaatan limbah di NTT belum terlalu maksimal,sehingga dibutuhkan
Kesadaran,dorangan,dan terlebih pengetahuan agar dapat memaksimalkan potensi limbah
yang ada.
http://www.-petra.ac.id/science/applied _technology/biogas98/biogas.htm.
http://sulsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Pemanfaatan-Limbah-Ternak-dan-
Tanaman-Sebagai-Bahan-Organik-dalam-Mendukung-Pertanian-Berkelanjutan.pdf
https://journal.ipb.ac.id/index.php/pim/article/view/31288/19956