Anda di halaman 1dari 54

POTENSI DAN EFEK

PENCEMARAN LIMBAH
PETERNAKAN
Dr. Ir. Twen. O. Dami Dato, MP.
Ir. Grace Maranatha, M.Si

FAKULTAS PETERNAKAN
UNDANA
Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Setelah mahasiswa mengikuti perkuliahan dan mempelajari isi


materi dalam Bab ini, maka mahasiswa akan dapat :
1.Menjelaskan tentang pengertian limbah & istilah-istilah
2.Menjelaskan tentang macam-macam limbah
3.Menyebutkan macam-macam limbah peternakan
4.Menjelaskan tentang potensi limbah peternakan
5.Menjelaskan potensi pencemaran lingkungan yang
disebebkan oleh limbah peternakan
6.Menjelaskan dampak negatif dan positif dari limbah industri
peternakan
r t i a n
e n g e
1 . P a k &
2. T e r n
b a h l a h
L i m - i s t i
t i l a h
Is
Limbah
Hasil buangan pada suatu kegiatan yang tidak
diperlukan lagi.

Limbah Peternakan
Materi yang diekskresikan ternak (hasil buangan
metabolisme) berupa kotoran ternak yang kadang2
bercampur dengan sisa pakan & urine serta memiliki nilai
ekonomis yang lebih rendah dari aktual “rate of return”
bila dimanfaatkan.
Dengan kata lain, pemanfaatan limbah tsb tidak layak
ditinjau dari segi ekonomi.
Istilah-istilah yang sering dijumpai & digunakan
berkaitan dengan penanganan limbah
peternakan sbb:
Limbah rumah tangga, restoran & hotel
Merupakan limbah yg sangat beragam, biasanya
merupakan sisa2 sayuran, buah-buahan, tulang,
ikan, daging, telur & aneka jenis makanan sisa
lainnya; juga bahan padatan & plastik, kertas,
kaleng2 bekas, & juga sisa2 minuman (cairan) atau
limbah dari WC & kamar mandi.
Limbah Rumah Potong Hewan (RPH)
Merupakan produk limbah organik yg dihasilkan dari
pemotongan hewan (limbah cair, padat, udara).

Limbah cair  berupa urine & air kotor yg mrpk sisa2


penggunaan air pada proses produksi
atau pembersihan serta sisa2
pemakaian oli pada peralatan
pemotongan hewan atau generator
listrik.
Limbah padat  antara lain dalam bentuk kotoran
hewan, bagian irisan karkas yg diafkir serta
bangkai hewan mati akibat kasus2 tertentu.

Limbah udara (polusi)  dalam bentuk bau kotoran


(termasuk bolus) serta asap yg berasal dari
pembakaran hewan yang mati / bagian2 karkas
yg diafkir.
Limbah Industri Pertanian Yang berasal dari:

 Industri Peternakan: kotoran ternak, bulu


unggas, limbah unit penetasan, sisa makanan, urine
dll.
 Industri Perikanan: jeroan & insang ikan, kepala
& kulit udang, sisik ikan dll.
 Industri Pertanian: sisa2 sayuran, buah-buahan,
kulit buah-buahan, bungkil-bungkilan, dedak, jerami-
jeramian dll.
 Industri Makanan: by-product pabrik gula, kecap,
tempe, tahu, mentega, keju, tapioka, tepung terigu,
tepung beras dll.
Biochemical Oxygen Demand (BOD5)
Banyaknya oksigen (ppm atau mg/liter) yg diperlukan
untuk menguraikan benda organik oleh bakteri shg limbah
tsb menjadi jernih kembali. Untuk itu semua diperlukan
waktu 100hari pada suhu 20°C, tetapi di laboratorium
cukup diperlukan waktu hanya 5 hari shg dikenal sbg
BOD5.
Dengan kata lain, kemampuan bahan organik untuk
meningkatkan konsumsi oksigen dgn cara penguraian oleh
mikroorganisme dinyatakan sbg:

“kebutuhan oksigen biokimia”


(“The Biochemical Oxygen Demand =
BOD”).
Semua limbah organik yang berasal dari peternakan
mempunyai BOD yg tinggi jika dibandingkan dgn limbah rumah
tangga yang tanpa penanganan.
Chemical Oxygen Demand (COD)
Banyaknya oksigen (ppm atau mg/liter) yg dibutuhkan
dalam kondisi khusus untuk menguraikan benda organik
secara kimiawi.

Dissolved Oxygen Demand (DO)


Banyaknya oksigen yg terkandung di dlm air & diukur dlm
satuan mg liter-1. Oksigen yang terlarut ini dipergunakan sbg
tanda derajat pengotoran limbah yang ada.
Semakain besar oksigen yg terlarut derajat pengotoran air
limbah semakin kecil, demikian sebaliknya.
Denitrifikasi (Denitrification)

Proses perombakan oleh bakteri terhadap


nitrat menjadi nitrogen gas atau beberapa
nitrous oksida.

Nitrifikasi (Nitrification)
Pemberian oksigen pada amoniak untuk diubah
menjadi nitrit & nitrat oleh mikroorganisme.
Zat yang pada umumnya merupakan bagian dari
binatang atau tumbuh-tumbuhan dengan
komponen utamanya adalah karbon, protein &
lemak.

Benda2 organik ini mudah sekali memgalami


pembusukan oleh bakteri dengan menggunakan
oksigen terlarut dalam limbah.
Bahan Pencermar
Setiap substansi yang bila ditambahkan di atas
takaran tertentu akan merusak atau menurunkan
kualitas lingkungan itu.

Misalnya susu sapi mrpk bahan makanan yang


aman & padat gizi, namun kalau dibuang dalam
jumlah yang besar ke perairan karena rusak dsbnya
 maka akan dapat menurunkan kualitas air &
menimbulkan pengaruh negatif pada keseimbangan
ekologis sungai tsb.
Effluent
Cairan yang keluar dari salah satu bagian dari
bangunan pengolah atau dari bangunan secara
keseluruhan.

Lumpur (Sludge)
Jumlah endapan yang tersisa setelah mengalami
penguapan pada suhu 103-105°C dari suatu air
limbah.
Lumpur Aktif (Activated Sludge)
Endapan lumpur yang berasal dari limbah yg telah
mengalami aerasi (pemberian udara) secara teratur.

Lumpur ini berguna untuk mempercepat proses


stalibisasi dari air limbah.

Lumpur ini sangat banyak mengandung bakteri


pengurai shg sangat banyak dipergunakan untuk
pemakan zat organik pada air limbah yang masih
baru.
Tangki Pengendap Terakhir (Final Settling
Tank)

Tangki yg dipergunakan untuk mengendapkan lumpur


setelah air limbah melalui proses aerasi.

Dari tangki ini nantinya dihasilkan lumpur yg dapat


dipergunakan sbg bahan baku pembuatan gas pada
tangki pencerna.

Selain lumpur maka hasil akhirnya adalah limbah yg


relatif sudah cukup bersih (“effluent”).
Waktu Tinggal (Detention Time)
Waktu yg diperlukan oleh suatu tahap pengolahan agar
tujuan pengolahan dpt dicapai secara optimal.

Pada setiap bagian bangunan pengolah mempunyai waktu


tinggal yg berbeda-beda, shg waktu tinggal ini perlu
diketahui lamanya pada setiap jenis bangunan pengolah.

Dengan diketahuinya waktu tinggal ini  maka besarnya


bangunan pengolah dpt dibuat dalam ukuran yg tepat
sesuai dgn kebutuhan.
Lubang Pemeriksaan (Man Hole)

Lubang yg diletakkan di atas saluran yg menghubungkan


saluran dgn udara terbuka.

Penempatan lubang pemeriksaan ini dimaksudkan untuk


melakukan periksaan saluran air limbah atau untuk
melakukan pemeliharaan & perbaikan.

Peletakan lubang ini disesuaikan dgn diameter serta


keadaan saluran itu sendiri  misalnya pada
persimpangan atau belokan.
Settleable Solid
Lumpur yg mengendap dgn sendirinya pada
kondsi yg tenang selama satu jam secara gaya
beratnya sendiri.

Total Suspended Solid (TSS)


Jumlah berat kering dalam mg liter-1 lumpur yg
ada di dalam air limbah setelah mengalami
penyaringan dengan membran berukuran 0,45
mikron.
Mixed Liquor Suspended Solid (MLSS)
Jumlah TSS yg berasal dari bak pengendap
lumpur aktif.

Mixed Liquor Volatile Suspended Solid


(MLVSS)
MLSS yang telah dipanaskan pada suhu
600°C shg benda volatilenya menguap.
a m -
. M a c
2 . 2 b ah
L i m
a c am
m r n a k
Te
Permasalahan dlm Manajemen
limbah peternakan:
Kita menghadapi pencemaran lingkungan shg
manusia akan lebih banyak membahas tentang:

Masalah pertumbuhan penduduk &


ekonomi
(teknologi & sumber daya)
Kedua aspek ini akan menghasilkan suatu pola
konsumsi yang konsumtif sehingga akhirnya akan
menghasilkan limbah yang dapat mengakibatkan
pencemaran.

Pencemaran ini sudah dimasukan dalam pokok2


perundang-undangan.

Apakah limbah peternakan harus diolah?


Tidak ada suatu aturan pun sampai saat ini yg
mengharuskan bahwa limbah peternakan itu harus
diolah kembali seperti halnya limbah2 industri 
karena limbah peternakan itu merupakan bahan
organik yg mudah terdekomposisi, kecuali kalau
limbah peternakan tsb berasal dari suatu usaha
peternakan yg letaknya berada di tengah2
pemukiman penduduk atau dalam kota, shg
PEMDA mengharuskannya untuk mengelola limbah
tsb.
Macam-macam Limbah Peternakan

1. Kotoran ternak (feses)


2. Urine
3. Sisa2 makanan
4. Makanan yang tidak dipakai

Yang lebih diperhatikan disini adalah:

Feses & urine


Limbah peternakan yg dihasilkan biasanya
dapat berupa:

oLimbah padat (solid wastes)


oLimbah cair (liquid wastes)
oLimbah gas (gaseous wastes)

Ketiga bentuk ini bisa dihasilkan sekaligus dari


suatu kegiatan atau bisa pula secara sendiri2
ataupun kombinasinya (padat-cair, padat-gas, atau
cair-gas).
im b a h
e n s i L
. Po t
2. 3 n a ka n
P e t er
Kotoran ternak (feses) adalah unsur2 yg tidak
berfaedah yg keluar dari usus melalui anus &
tddr:
1. Air
2. Sisa makanan yg tidak dapat dicerna
3. Sisa sekresi pencernaan
4. Bakteri yg mati maupun yg masih hidup
5. Garam2 organik
6. Sel2 epithel yg telah rusak
7. Animal protein factor (APF)
8. Vitamin B-12
9. Asam2 amino yg tidak terserap
Tabel. Estimasi Produksi Feses Beberapa Jenis Ternak
Berdasarkan Beberapa Sumber (kg/ekor/hari).

No Jenis LIPI Dirjen Peternakan Soebagyo dkk.


Ternak (1982) (1985) (1988)
1 Kerbau 11,7 - -
2 Sapi Bali 5,9 - -
3 Sapi Hisar 6,3 - -
4 Sapi muda - 12,5 2,76
5 Sapi - 25,0 9,3
dewasa
Data Tabel 2  produksi limbah (kotoran) ternak
jumlahnya bervariasi, tetapi kelembabannya
masih >70%.

Oleh karena itu mudah rusaknya limbah &


ancaman terhadap lingkungan masih cukup
tinggi.
Dari data Soebagyo dkk. (1988) tsb  dapat
dihitung produksi N, P & K dari feses sapi/ek/thn
yaitu:

a.Untuk sapi muda (kg/ekor/thn):


6,895kg N
12,26kg P
2,97kg K
b.Untuk sapi dewasa (kg/ekor/thn):
 23,21kg N
41,27kg P
9,96kg K
Asumsikan populasi ternak sapi potong di NTT ±
2.965.332 ekor (semuanya dikategorikan ternak
dewasa = 1 UT)  maka ternak sapi sudah
dapat menyumbangkan:

68.825.355,72kg N/thn
122.379.251,6kg P/thn
29.641.458,67kg K/thn untuk lahan di NTT
Hal ini memberi gambaran bahwa potensi limbah
peternakan berupa kotoran (feses) saja yg hanya
berasal dari ternak sapi sebenarnya cukup
memberikan harapan cerah bagi petani/peternak
di NTT dalam mengimbangi pengeluaran biaya
untuk membeli pupuk buatan yang sekarang ini
mahal.
te n s i
. 4. P o a h
2 L i m b
m a r a n
P e n c e ka n
e te r n a
P
Limbah ternak merupakan sumber bahan
pencemar utama di sektor pertanian.

Di negara maju  urutan pertama diduduki oleh


usaha peternakan sapi potong,kemudian kuda,
domba, babi; & terakhir ayam (unggas).

Untuk mengetahui potensi pencemaran dari usaha


ternak  biasanya limbah yg dihasilkan ternak
dikonversikan ke dalam limbah manusia.
Tabel. 4. Jumlah Limbah Ternak Dalam Imbangannya Dengan
Limbah Manusia.

No. Jenis Ternak Nisbah antara Limbah yang DIhasilkan per


ekor Ternak dan per orang Penduduk
1. Sapi potong 16,4
2. Kuda 11,30
3. Domba 2,45
4. Babi 1,90
5. Ayam (unggas) 0,14
Limbah ternak ayam nisbahnya rendah  karena
selalu tidak pernah dibuang tetapi dikumpulkan &
dijual untuk jadi pupuk. Pupuk ini akan mengalami
pencucian yg akhirnya masuk ke perairan sungai
dll.

Limbah ternak mengandung N yg merupakan zat


hara utama yg merangsang pertumbuhan alga
diperairan.
N biasanya dikonversi menjadi nitrat yg sangat
mudah tercuci melalui air larian.

Nitrat juga tercuci oleh prepisitasi ke dalam tanah


shg dapat mencemari air tanah.

Kadar nitrat yg tinggi dalam air minum 


mengakibatkan Methemoglobinanemia.

Pada bayi keracunan ini disebut Blue baby


. E f ek
2. 5 m b a h
r a n L i
ce m a
P e n n a ka n
P e te r
Pada masa lalu  Udara & air yg kita gunakan
mampu menyerap berbagai limbah maupun baunya.
Tetapi karena pola pemeliharaan & produksi ternak
terus meningkat  maka limbah tidak lagi dapat
diserap & bahkan secara bertahap mulai
melampaul ambang batas dimana pencemaran dinilai
mulai terjadi.

Dengan demikian  secara sempit, limbah ternak


masih dapat dikatakan sbg kotoran atau tinja (feses)
& urine ternak yg biasa disebut:
manure
Pencemaran lingkungan perairan yg disebabkan
oleh limbah ternak dapat mempengaruhi:

1. Kesehatan masyarakat
Pencemaran perairan mengakibatkan timbulnya
“Water Born Disesase” seperti:
Thypoid
Salmonelosis
Disentri dll
2. Rekreasi

Pemancingan: air yg tercemar limbah ternak


umumnya mengandung DO yg rendah  ikan
membutuhkan DO ± 6 ppm.

Pemandian umum: limbah ternak


merupakan media pertumbuhan yg baik, shg bila
masuk ke perairan umum menyebabkan kualitas air
tsb tidak sesuai lagi dengan peruntukannya.
Perairan umum: limbah ternak kaya akan
nutrien khususnya N & P. Kedua zat hara ini
sangat dibutuhkan oleh alga.
Dengan demikian, kehadirannya di perairan umum
akan meransang pertumbuhan alga yg disebut :
Algae Bloom
Hal ini akan meningkatkan evapotranspirasi yg
mengakibatkan berkurangnya sumber daya air.
Algae bloom juga menyebabkan berkurangnya
keindahan atau panorama (aestetika) suatu
perairan.

Perubahan aestetika ini oleh pakar lingkungan


dinilai sangat tinggi  karena menyangkut
keindahan & kepuasan bathin yg tidak
dapat di ukur dengan uang atau materi.
3. Polusi Udara
Kandungan N dalam limbah ternak tinggi. N biasanya
dikonversi menjadi nitrat & mudah tercuci melalui air larian
& dapat mencemari air tanah. Kotoran yg menumpuk
menyebabkan bau yg tidak sedap karena limbah tsb
mengandung amoniak (NH3) & hidrogen sulfida (H2S).

Kotoran ternak mengeluarkan H2S ke atmosfir, bereaksi


dgn oksigen membentuk SO2 & air. Selanjutnya di atmosfir,
SO2 ini mempunyai pengaruh utama terhadap saluran
pernapasan.
Upaya penanganan limbah ternak harus ditinjau
dari aspek:
Eknomis
Disekonomi (pencemaran)

Sebagai contoh,  limbah ternak memiliki:


oNilai pupuk yang tinggi
oJuga bisa berperan sbg kondisioner (penyubur)
tanah.
Tetapi untuk memanfaatkannya, peternak atau
prosedur harus terlebih duhulu mengumpulkan,
menyimpan, kemudian menentukan kapan limbah
tsb bisa digunakan.

Pada saat yg sama  peternak tsb harus yakin


bahwa pengaplikasian dari limbah tsb nantinya
tidak akan menimbulkan gangguan apapun pada
udara maupun perairan sekitarnya.
Oleh karena itu  peternak ataupun prosedur tsb
harus menghitung Rate of Return dari
pemanfaatan limbah tsb & membandingkannya
dengan biaya yg diperlukan bila limbah tsb
langsung dibuang saja.

Bila biaya pemanfatannya lebih tinggi dari biaya


untuk keperluan memprosesnya menjadi pupuk
 maka limbah tsb dilihat dari segi ekonomis
lebih baik dibuang saja karena tidak ekonomis
untuk dilakukan pengolahan.
Makin banyak limbah yg diproduksi  maka efek
eksternal dari satu prosedur memasuki
permasalahan intern prosedur yg lain &
mengakibatkan timbulnya pengeluaran tambahan.

Pengeluaran ini disebut disekonomi &


dianggap sebagian dari biaya produksi total.
Dampak negatif dari limbah tsb (terutama limbah
dari industri peternakan) adalah:

a.Membahayakan kesehatan manusia karena dapat


merupakan sumber berbagai macam penyakit.
b.Merugikan dari segi ekonomi karena dapat merusak
pada benda/bangunan, tanaman maupun hewan ternak.
c.Dapat merusak bahkan membunuh kehidupan yg ada
dalam air seperti ikan atau mikroflora lainnya.
d.Dapat merusak keindahan (aestetika) karena bau busuk
atau merusak pemandangan .
Dampak positif dari limbah tsb (terutama limbah
ternak atau limbah pertanian) adalah:
Menyuburkan / menambah hara tanah
Menyuburkan mikroflora

Masalah pencemaran sebenarnya tidak dirasakan


oleh perusahaan peternakan itu sendiri, tetapi saat
ini sangat dirasakan oleh industri peternakan,
misalnya: perusahaan susu, kulit, cornet beef dll.
Jadi mereka harus membuat pengelolaan limbah
walaupun di atas tadi telah dijelaskan bahwa tidak harus.

Masalah yg ditakutkan saat ini di luar negeri adalah


terkonsentrasinya peternakan pada suatu kawasan atau
daerah tertentu yg akan mengakibatkan beban limbah yg
akan dihasilkan akan semakin besar.

Hal ini terbukti dari hasil2 penelitian kualitas air bahwa


limbah ternak menghasilkan gas methan (CH4) & juga
ternyata sumbangan limbah ternak lebih kecil dibanding
limbah pertanian.

Anda mungkin juga menyukai