Anda di halaman 1dari 11

PENGGUNAAN KIMIA DALAM PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH

KIMIA

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

KIMIA

Disusun oleh

Kelompok 5

Gina Anggraeni 200610220008

Zihni Mufti 200610220012

Yessi Natasya 200610220015

Judika Panggabean 200610220019

Fahmi yaskur 200610220025

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2023
PENDAHULUAN

Limbah peternakan adalah sisa-sisa bahan organik atau anorganik yang dihasilkan selama
kegiatan peternakan, termasuk kotoran hewan, air limbah, sisa pakan, limbah organik seperti
jerami, dan limbah lainnya yang timbul dari proses pemeliharaan hewan ternak.

Limbah peternakan dapat memiliki dampak negatif terhadap lingkungan jika tidak dikelola
dengan baik. Contohnya, kotoran hewan yang tidak diolah secara efektif dapat mencemari air
permukaan dan air tanah dengan nutrien seperti nitrogen dan fosfor, serta memicu
pertumbuhan alga yang berlebihan di perairan. Limbah peternakan juga dapat menghasilkan
gas rumah kaca seperti metana yang berkontribusi terhadap perubahan iklim.

Dalam operasi peternakan, terdapat beberapa jenis limbah yang dihasilkan seperti kotoran
hewa,air limbah,sisa pakan dan limbah organik lainnya. Kotoran hewan merupakan salah satu
jenis limbah yang paling umum dihasilkan dalam peternakan. Ini termasuk kotoran hewan
seperti tinja, urin, dan bedding yang digunakan sebagai alas tidur hewan. Kotoran hewan ini
mengandung nutrien seperti nitrogen, fosfor, dan kalium, serta bahan organik. . Air limbah ini
bisa mengandung limbah organik, nutrien, dan bahan kimia yang digunakan dalam kegiatan
peternakan. Sisa pakan yang tidak dikonsumsi oleh hewan ternak juga menjadi limbah dalam
peternakan. Ini termasuk sisa hijauan, jerami, konsentrat pakan, atau bahan pakan lainnya
yang tidak dimakan oleh hewan. Sisa pakan ini dapat mengandung nutrien dan bahan
organik. . Selain kotoran hewan dan sisa pakan, ada juga limbah organik lainnya yang
dihasilkan dalam peternakan. Contohnya adalah limbah hijauan yang telah digunakan sebagai
bahan pakan atau bedding, limbah pertanian seperti kulit jagung atau batang padi yang
digunakan sebagai bahan.

Dalam makalah ini kami akan menulis tentang penggunaan kimia dalam mengolah dan
pemanfaatan limbah peternakan. Seperti kimia yang dapat digunakan dalam proses
pengolahan limbah peternakan untuk meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan pengolahan
limbah.
RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana kimia digunakan dalam proses pengolahan limbah peternakan

2. Bagaimana manfaat penggunaan kimia dalam pengolahan dan pemanfaatan limbah


peternakan?
BAB II

ISI

1. Kimia dalam proses pengolahan limbah peternakan

Kimia dapat digunakan dalam proses pengolahan limbah peternakan untuk


meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan pengolahan limbah. Beberapa contoh bagaimana
kimia digunakan dalam proses pengolahan limbah peternakan yaitu dengan Penggunaan
Bahan Pengurai (Biodegradasi). Kimia dapat digunakan dalam bentuk enzim atau
mikroorganisme yang digunakan untuk mempercepat proses biodegradasi limbah peternakan.
Enzim dan mikroorganisme ini membantu dalam penguraian bahan organik yang terkandung
dalam limbah, sehingga mengurangi kandungan bahan organik dan menghasilkan produk
yang lebih stabil.

Kemudian dapat juga dengan penggunaan Bahan Pengurai (Biodegradasi). Kimia


dapat digunakan dalam bentuk enzim atau mikroorganisme yang digunakan untuk
mempercepat proses biodegradasi limbah peternakan. Enzim dan mikroorganisme ini
membantu dalam penguraian bahan organik yang terkandung dalam limbah, sehingga
mengurangi kandungan bahan organik dan menghasilkan produk yang lebih stabil.

Penggunaan Bahan Koagulan dan Flokulan: Dalam pengolahan limbah cair


peternakan, kimia seperti bahan koagulan dan flokulan dapat digunakan untuk mengendapkan
atau menggumpalkan partikel-partikel tersuspensi dalam air limbah. Bahan koagulan
membantu menggumpalkan partikel-partikel ke dalam flok yang lebih besar, sehingga
memudahkan proses pemisahan dan penghilangan padatan tersuspensi.

Penggunaan Bahan Desinfektan: Kimia seperti bahan desinfektan digunakan untuk


membunuh atau mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme patogen dalam limbah
peternakan. Bahan desinfektan ini membantu menjaga kebersihan dan mengurangi risiko
penyebaran penyakit dari limbah peternakan.

Penggunaan Bahan Adsorben: Kimia dapat digunakan dalam bentuk bahan adsorben, seperti
karbon aktif atau zeolit, untuk mengikat dan menghilangkan kontaminan atau senyawa
berbahaya dari limbah peternakan. Bahan adsorben ini memiliki permukaan yang luas dan
kemampuan untuk menyerap berbagai senyawa kimia yang ada dalam limbah.
Penggunaan Bahan Kimia Lainnya: Selain itu, ada pula penggunaan bahan kimia
lainnya dalam pengolahan limbah peternakan, seperti penggunaan bahan pengasam untuk
menstabilkan pH limbah, penggunaan bahan oksidasi untuk mengoksidasi senyawa yang
tidak diinginkan, atau penggunaan bahan penyerap untuk menghilangkan bau yang tidak
sedap dari limbah.

Kimia juga digunakan dalam pengolahan kompos limbah peternakan untuk


mempercepat proses dekomposisi, meningkatkan kualitas kompos, dan mengurangi waktu
yang dibutuhkan. Berikut adalah beberapa cara kimia dapat digunakan dalam pengolahan
kompos limbah peternakan setelah penggunaan bahan pengurai atau degradasi.

Penggunaan Bahan Penggiling (Chippers): Kimia dapat digunakan dalam bentuk


bahan penggiling atau penghancur untuk memperkecil ukuran limbah peternakan sebelum
dimasukkan ke dalam tumpukan kompos. Dengan menghancurkan limbah menjadi ukuran
yang lebih kecil, area permukaan kontak dengan mikroorganisme pengurai meningkat,
sehingga mempercepat proses dekomposisi.

Penggunaan Bahan Pendukung (Agen Pengurai): Kimia seperti urea atau amonium
sulfat dapat digunakan sebagai bahan pendukung dalam pengolahan kompos. Bahan-bahan
ini memberikan sumber nitrogen tambahan yang diperlukan oleh mikroorganisme pengurai
untuk mempercepat proses dekomposisi. Namun, penggunaan bahan pendukung harus
dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah overdosis yang dapat menyebabkan polusi
lingkungan.

Penggunaan Bahan Pencuci (Wetting Agents): Kimia dalam bentuk bahan pencuci
atau surfaktan dapat digunakan untuk meningkatkan penetrasi air ke dalam tumpukan
kompos. Ini membantu menjaga kelembaban yang optimal dalam kompos, yang penting
untuk aktivitas mikroorganisme pengurai dan proses dekomposisi yang efektif.

Penggunaan Bahan Penstabil (Stabilizers): Kimia seperti kapur pertanian atau dolomit
dapat digunakan sebagai bahan penstabil dalam pengolahan kompos. Bahan penstabil
membantu mengatur pH dan mencegah peningkatan keasaman yang berlebihan dalam
kompos. Hal ini dapat meningkatkan efisiensi mikroorganisme pengurai dan mencegah
pertumbuhan mikroorganisme patogen.
Penggunaan kimia dalam pengolahan kompos limbah peternakan harus dilakukan
dengan cermat dan memperhatikan dosis yang tepat, serta mematuhi peraturan dan standar
lingkungan yang berlaku. Konsultasikan dengan ahli atau pakar terkait sebelum
menggunakan bahan kimia dalam pengolahan kompos untuk memastikan keamanan dan
keberlanjutan proses pengolahan.

Metode dalam pemanfaatan limbah peternakan

 Pengomposan
Menurut Ratriyanto et al (2019) proses pengomposan adalah proses menurunkan C/N
bahan organik hingga sama dengan C/N tanah. Pupuk kompos merupakan pupuk yang
terbuat dari pengolahan kotoran hewan dan sisa tanaman organik menjadi pupuk
organik yang telah mengalami pelapukan. Metode ini melibatkan penggunaan bahan
kimia, seperti enzim dan starter mikroba, untuk mempercepat dekomposisi limbah
peternakan menjadi kompos yang kaya akan nutrisi. Proses ini dapat membantu
mengurangi volume limbah dan menghasilkan pupuk organik yang dapat digunakan
dalam pertanian.
 Fermentasi anaerobik: Proses fermentasi anaerobik menggunakan mikroorganisme
untuk menguraikan limbah peternakan dalam kondisi tanpa oksigen. Proses ini
menghasilkan biogas, seperti metana, yang dapat digunakan sebagai sumber energi.
Biogas juga dapat digunakan untuk menghasilkan listrik atau panas.

2. Bagaimana manfaat penggunaan kimia dalam pengolahan dan pemanfaatan


limbah peternakan?

Menurut Simamora dan Salundik (2008), penggunaan pupuk organik kesuburan dan
kegemburan tanah akan terjaga. Penggunaan pupuk organik seperti kompos dapat
memperbaiki produktivitas tanah, baik secara fisik, kimia, maupun biologi tanah. Secara
fisik, kompos bisa menggemburkan tanah, memperbaiki aerasi dan drainase,
meningkatkan pengikatan antar-partikel dan kapasitas mengikat air sehingga dapat
mencegah erosi dan longsor, mengurangi tercucinya nitrogen terlarut serta memperbaiki
daya olah tanah. Secara kimia, kompos dapat meningkatkan kapasitas tukar kation
(KTK), ketersediaan unsur hara, dan ketersediaan asam humat. Asam humat akan
membantu meningkatkan proses pelapukan bahan mineral. Secara biologi, kompos yang
tidak lain bahan organik ini merupakan sumber makanan bagi miroorganisme tanah.
Dengan adanya kompos, fungi, bakteri serta mikroorganime menguntungkan lainnya akan
berkembang lebih cepat. Banyaknya mikroorganisme tanah yang menguntungkan akan
menambah kesuburan tanah.

Ada beberapa bahan kimia penting yang digunakan dalam proses pengomposan untuk
mempercepat dekomposisi bahan organik. Berikut ini adalah beberapa bahan kimia yang
sering digunakan dalam pengomposan:

1. Aktivator Pengomposan: Bahan kimia seperti nitrat amonium, fosfat, atau kalium dapat
digunakan sebagai aktivator untuk meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang terlibat
dalam dekomposisi. Ini membantu dalam mempercepat proses pengomposan.

2. Starter Pengomposan: Beberapa produk komersial mengandung bakteri pengurai atau


jamur yang bermanfaat untuk memulai proses pengomposan. Bahan kimia seperti
mikroorganisme pengurai ini dapat mempercepat dekomposisi bahan organik.

3.Penstabil Pengomposan: Bahan kimia seperti kapur pertanian atau dolomit digunakan
untuk mengatur pH dalam tumpukan kompos. Penambahan kapur pertanian dapat
membantu menjaga kondisi yang optimal untuk aktivitas mikroorganisme pengurai.

4.Pelengkap Nutrisi: Bahan kimia seperti urea atau pupuk nitrogen fosforus kalium
(NPK) dapat ditambahkan sebagai sumber nutrisi tambahan untuk memperkaya kompos
dengan nutrisi yang diperlukan oleh mikroorganisme pengurai.

5. Pengontrol Bau: Bahan kimia seperti arang aktif atau zeolit dapat digunakan untuk
mengendalikan bau yang tidak sedap yang mungkin timbul selama proses pengomposan.
KESIMPULAN

Limbah peternakan merupakan sumber potensial untuk menghasilkan kompos yang


berguna sebagai pupuk organik. Pengolahan limbah peternakan menjadi kompos dapat
membantu mengurangi dampak negatif lingkungan dan menciptakan produk bernilai
tinggi dari limbah tersebut. Proses pengolahan limbah peternakan menjadi kompos
melibatkan interaksi kimia yang kompleks. Mikroorganisme pengurai dalam komunitas
mikrobiologi limbah peternakan berperan penting dalam memecah bahan organik menjadi
komponen yang lebih sederhana melalui reaksi kimia seperti fermentasi dan hidrolisis.

Penggunaan bahan kimia tambahan dalam pembuatan kompos dari limbah peternakan
tidaklah umum atau disarankan. Proses pengomposan yang alami dan berkelanjutan
seharusnya mengandalkan bahan organik, air, dan udara tanpa tambahan bahan kimia.
Pendekatan alami ini memastikan keberlanjutan, kualitas, dan keamanan produk kompos.
Selama proses pengolahan limbah peternakan menjadi kompos, perhatian harus diberikan
pada faktor-faktor seperti rasio karbon dan nitrogen yang seimbang, kelembaban yang
tepat, dan ventilasi udara yang cukup. Pengaturan kondisi yang optimal ini
memungkinkan mikroorganisme pengurai untuk bekerja secara efektif dan menghasilkan
kompos yang kaya nutrisi.

Pengolahan limbah peternakan menjadi kompos juga dapat mengurangi emisi gas rumah
kaca seperti metana yang dihasilkan dari dekomposisi limbah. Proses pengomposan
mengubah limbah organik menjadi bahan organik stabil yang dapat menyimpan karbon
dan mengurangi jejak karbon.
DAFTAR PUSTAKA

Pratiwi, I., Permatasari, R., & Homza, O. F. (2019). Pemanfaatan Limbah Kotoran Ternak
Sapi dengan Reaktor Biogas di Kabupaten Ogan Ilir. IKRA-ITH ABDIMAS, 2(3), 1-10.
Ratriyanto, A., Widyawati, S. D., P.S. Suprayogi, W., Prastowo, S., & Widyas, N. (2019).
Pembuatan Pupuk Organik dari Kotoran Ternak untuk Meningkatkan Produksi Pertanian.
SEMAR (Jurnal Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Dan Seni Bagi Masyarakat), 8(1), 9–13.

Simamora, S. dan Salundik. 2006. Meningkatkan Kualitas Kompos. Agromedia Pustaka.


Jakarta. 19 hlm.

Anda mungkin juga menyukai