Ridwan Alamsyah Judika Panggabean Rhefaldy Kusuma H.
200610220016 200610220019 200610220024 BAHASAN
LATAR PENGUJIAN MUTU
BELAKANG KESIMPULAN DAGING DAGING LATAR BELAKANG
Daging merupakan salah satu sumber pangan yang paling penting
bagi manusia karena terdapat banyak manfaat yang terkandung didalamnya. Hampir semua tingkatan masyarakat menyukai daging karena rasanya yang lezat apabila dimakan. Namun, saat ini banyak kecurangan yang dilakukan para produsen daging, khususnya di Indonesia. Hal ini terbukti karena adanya liputan- liputan di media elektronik mengenai kecurangan dalam memproduksi dan menjual daging. PENGUJIAN DAGING
1. DAYA IKAT AIR 3. NILAI PH DAGING
2. SUSUT MASAK 4. KEEMPUKAN DAGING
DAYA IKAT AIR
didefinisikan sebagai kemampuan daging untuk menahan
airnya atau airyang ditambahkan selama ada pengaruh kekuatan, misalnya pemotongan daging, pemanasan, penggilingan, dan tekanan. Daging juga mempunyai kemampuan untukmenyerap air secara spontan dari lingkungan yang mengandung cairan (water absorption). SUSUT MASAK
Susut masak merupakan indikator nilai nutrisi
daging yang berhubungan dengan kadar jus daging yaitu banyaknya air yang terikat dalam dan diantara serabut otot. Jus daging merupakan komponen dari daging yang ikut menentukan keempukan daging (Soeparno, 1992) NILAI PH DAGING
Nilai pH merupakan salah satu kriteria dalam penentuan kualitas daging,
khususnya di Rumah Potong Hewan (RPH). Setelah pemotongan hewan (hewan telah mati), maka terjadilah proses biokimiawi yang sangat kompleks di dalam jaringan otot dan jaringan lainnya sebagai konsekuen tidak adanya aliran darah ke jaringan tersebut, karena terhentinya pompa jantung. Nilai pH daging tidak akan pernah mencapai nilai di bawah 5,3. Hal ini disebabkan karena pada nilai pH di bawah 5,3 enzim- enzim yang terlibat dalam glikolisis anaerob tidak aktif bekerja. (Lukman, 2010). KEEMPUKAN DAGING Salah satu penilaian mutu daging adalah sifat keempukannya yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor yang mempengaruhi keempukan daging ada hubungannya dengan komposisi daging itu sendiri, yaitu berupa tenunan pengikat, serabut daging, sel-sel lemak yang ada di antara serabut daging serta rigor mortis daging yang terjadi setelah ternak dipotong. MUTU DAGING
1. WARNA 2. JUICINESS
3. FLAVOR WARNA
Mioglobin merupakan pigmen utama daging dan konsentrasinya akan
mempengaruhi intensitas warna merah daging. Warna daging juga dipengaruhi oleh kondisi penanganan dan penyimpanan Ketika daging segar dipotong, maka warna awal yang terlihat adalah warna merah keunguan dari mioglobin JUICINESS Juiciness atau kesan juicy produk daging dipengaruhi oleh jumlah air yang dapat dipertahankan untuk tetap berada di dalam daging setelah dimasak; dan produksi saliva (air ludah) pada saat pengunyahan. ntukan saliva. WHC adalah kemampuan daging untuk mempertahankan kandungan air (bebas) nya pada saat mendapat tekanan dari luar, seperti proses pemanasan, penggilingan atau pengepresan. WHC dapat berubah karena pemasakan dan menyebabkan pengaruh pada juiciness produk. Peningkatan suhu pemasakan akan meningkatkan denaturasi protein sehingga WHC menurun dan karakter juicy produk juga berkurang FLAVOR Perbedaan cara memasak akan menghasilkan flavor yang berbeda. Sebagai contoh, pada daging yang dimasak dengan teknik pemasakan kering, flavor hanya terbentuk di bagian permukaan daging sementara teknik pemasakan basah memungkinkan reaksi pembentukan flavor berlangsung sampai ke bagian dalam daging. Keberadaan komponen lain selama proses pengasapan dan kuring daging juga akan menghasilkan produk daging dengan flavor yang khas KESIMPULAN Daging adalah semua bagian tubuh ternak yang dapat dan wajar dimakan termasuk jaringan-jaringan dan organ tubuh bagian dalam seperti hati, ginjal, dan lain-lain. Pengujian daging dapat dilakukan dengan cara menghitung daya ikat air, susut masak, pH, dan keempukan daging. Mutu merupakan gabungan atribut produk yang dinilai secara organoleptik dan digunakan konsumen untuk memilih produk. Pada daging dan produk olahan daging, mutu daging ditentukan oleh mutu komposisi gizi (rasio antara daging non lemak dengan lemak) dan palatabilitasnya yang mencakup penampakan, tekstur (juiciness dan keempukan) dan flavor. Secara visual, mutu daging dinilai dari warna, marbling dan daya ikat air (water holding capacity, WHC)-nya. SESI DISKUSI Silakan bertanya. Terbatas 3 pertanyaan. Mohon maaf atas kekurangan dan kesalahan kami