LAPORAN
Oleh :
NPM: 21801041088
FAKULTAS PETERNAKAN
MALANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Daging segar merupakan daging yang telah mengalami perubahan fisik dan
kimia setelah proses pemotongan tetapi belum mengalami pengolahan lebih lanjut
seperti pembekuan, penggaraman (curing), pengasapan (smoking) dan lain
sebagainya. Bahan pangan hasil hewani pada umumnya tidak mempunyai daya
tahan atau daya simpan yang lama terutama apabila bahan tersebut dalam keadaan
segar, pada umunya bersifat lunak tidak tahan pada tekanan dan hambatan tetapi
merupakan sumber protein dan lemak. Sifat daging segar ini sangat penting
diketahuai oleh penjual daging, pengusaha dalam pengolahan daging dan konsumen
sifat-sifat yang perlu diketahuai terutama diantaranya adalah PH daging, daya
mengikat air (DIA), susut masak dan keempukan.
Penanganan yang salah di dalam pengelolaan daging segar akan berdampak
pada kualitas dan kuantitas daging. Daging yang akan dikirim baik itu luar daerah
maunpun ekspor/impor mendapat penanganan khusus seperti pengawetan
menggunakan pembekuan. Pembekuan ini bertujauan untuk mencegah bakteri/
mikroba masuk di dalam daging.
Daging yang dikonsumsi diharapkan mempunyai kualitas serta layak untuk
dikonsumsi. Adapun parameter yang dijadikan tolak ukur untuk mengetahui
kualitas dari daging yakni : warna, daya ikat air, pH, keempukan , susut masak,
aroma dll. Komponen-komponen tersebut mempunyai hubungan satu sama
lainnya. Namun yang menjadi objek pengamatan disini adalah empat komponen
saja meskipun pada dasarnya semua komponen tersebut penting untuk kita ketahui.
3.2.2 Bahan
1. Daging ayam
2. Daging sapi
4.2 Pembahasan
4.2.1 Cara Mengetahui Prosentase Drip Daging Setelah Dilakukan
Thawing
Berdasarkan praktikum dan pengamatan yang telah dilakukan dalam
proses mengetahui drip loss dalam daging yang dilakukan dengan cara
penimbangan sampel daging dengan ketebalan 3 cm. penimbangan
sampel dilakuakn dua kali yakni penimbangan berat awal dan berat akhir
yang hasilnya seperti pada data hasil yang dapat dijelaskan sebagai
berikut, pada daging sapi 1 volume drip loss sebanyak 10 %, pada
dagingsapi 2 sebanyak 12,5 % , pada daging sapi 3 sebanyak 16,7 %.
Untuk daging ayam 1 sebanyak 5%, daging ayam 2 sebanyak 16,7 %,
daging ayam 3 sebanyak 16,7 %. Berdasarkan data tersebut dapat
dikatakan bahwa stiap pengurangn 1 gram berat daging volume drip loss
yang dihasilkan rata-rata sebanyak 10-16,5 %
Nilai drip loss yang meningkat pada praktikum ini mungkin
disebabkan saat daging dithawing, prosess tersebut tidak dilaksanakan
dengan baik sehingga daging tersebut masih dalam keadaan beku bagian
dalamnya. Atau peningkatan nilai drip loss tersebut disebabkan pada saat
pemotongan ternak tersebut mendapat perlakuan yang tidak maksimal
sehingga dapat membuat ternak tersebut stress.
Pendapat saya diatas sesuai dengan pendapat Bhattacharya
(1988) yang mengatakan bahwa proses pembekuan juga dapat
meningkatkan kerusakan protein daging, sehingga daya ikat air terhadap
protein daging akan semakin lemah, yang akan menyebabkan nilai daya
ikat air menurun. Penurunan nilai daya ikat air oleh protein daging, dan
pada saat penyegaran kembali (thawing) daging beku
Bau dan rasa tidak normal akan segera tercium sesudah hewan dipotong.
Hal tersebut dapat disebabkan oleh adanya kelainan sebagai berikut :
1. Hewan sakit terutama yang menderita radang bersifat akut pada organ
dalam yang akan menghasilkan daging berbau seperti mentega tengik.
2. Hewan dalam pengobatan terutama dengan pengobatan antibiotic
akan menghasilkan daging yang berbau obat – obatan.
3. Warna daging tidak normal tidak selalu membahayakan kesehatan,
namun akan mengurangi selera konsumen.
4. Konsistensi daging tidak normal yang ditandai kekenyalan daging
rendah ( jika ditekan dengan jari akan terasa lunak ) dapat
mengindikasikan daging tidak sehat, apaila disertai dengan perubahan
warna yang tidak normal maka daging tersebut tidak layak
dikonsumsi.
5. Daging busuk dapat mengganggu kesehatan konsumen karena
menyebabkan gangguan saluran pencernaan. Pembusukan dapat
terjadi karena penanganan yang kurang baik pada waktu pendinginan,
sehingga aktivitas bakteri pembusuk meningkat, atau karena terlalu
lama dibiarkan ditempat terbuka dalam waktu relative lama pada suhu
kamar, sehingga terjadi proses pemecahan protein oleh enzim – enzim
dalam daging yang menghasilkan amoniak dan asam sulfide.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada daging ayam A dengan berat awal 8 gram dan berat akhir 7,6 gram
dan volume drip daging 5 % , daging ayam B dengan berat awal 6 gram dan berat
akhir 5 gram dan volume drip 16,7%, daging ayam C dengan berat awal 6 gram
dan berat akhir 5 gram dan volume drip 16,7 %
5.2 Saran
Lawrie, R.A. 1998. Lawrie’s Meat Science. 6th Edition. Woodhead Publishing
Ltd., Cambridge
Wismer-Pedersen, J. 1971. Pada The Science of Meat and Meat Products. 2nd Ed.
J.F. Price and B.S. Schweigert, W.H. Frreeman and Co., San
Fransisco.
Yanti, H., Hidayati, dan Elfawati. 2008. Kualitas daging sapi dengan kemasan
plastik PE (polyethylen) dan plastik PP (polypropylen) Di pasar
arengka kota pekanbaru. Jurnal Peternakan Vol 5 No 1 Februari 2008
(22 – 27).
LAMPIRAN