Anda di halaman 1dari 5

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN
MODUL PRAKTIKUM
PENGELOLAAN LIMBAH PETERNAKAN
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM - 02 9-9-2019 5 1 dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM

Hari/Tanggal : Selasa, 06 Oktober 2020


Materi : Perhitungan Nisbah C/N, Perhitungan Kadar Air, dan
Dekomposisi Awal
Nama : Muhammad Firdaus Susanto
NPM : 200110180248
Kelompok : 10
Dosen Pengampu : Dr. Ir. Yuli Astuti Hidayati, MP.

1. Judul Praktikum

Perhitungan Nisbah C/N, Perhitungan Kadar Air, dan Proses Dekomposisi Awal pada
Limbah Feses Sapi

2. Tujuan Praktikum
- Mampu mengerti faktor-faktor yang mempengaruhi proses dekomposisi awal
- Mampu Mengerti proses dekomposisi bahan organik dalam limbah peternakan

3. Kajian Pustaka

Pembusukan atau dekomposisi merupakan salah satu perubahan secara kimia yang
membuat objek, biasanya makhluk hidup yang mati dapat mengalami perusakan
susunan/struktur yang dilakukan oleh dekomposer atau media pembusukan (termasuk semut,
belatung, bakteri dan jamur). Kompos pada umumnya terbuat dari sampah organik yang
berasal dari dedaunan dan kotoran hewan, yang sengaja ditambahkan agar terjadi
keseimbangan unsur nitrogen dan karbon sehingga mempercepat proses pembusukan dan
menghasilkan rasio C/N yang ideal. Kotoran ternak kambing, ayam, sapi ataupun pupuk
buatan pabrik seperti urea bisa ditambahkan dalam proses pengomposan (Sulistyorini, 2005).
Proses pengomposan akan segera berlangsung setelah bahan-bahan mentah dicampur. Proses
pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap
pematangan (Isroi, 2008).

Proses pengomposan dilakukan dengan mencampurkan kedua bahan yang digunakan


kemudian diinkubaasi selama 14 hari. Beberapa faktor yang sangat tergandtung dalam
pengomposan yaitu nisbah C/N, ketersediaan oksigen, kadar air, dan aktivitas
mikroorganisme. Nisbah C/N adalam faktor utama yang mempengaruhi pengomposan.

Menurut (CSIRO, 1979) Nisbah C/N mendekati nilai optimum terjadi pada kisaran 25-
30. Nisbah C/N tinggi makan akan memperlambat proses pengomposan karena aktivitas
mikroorganisme yang akan terhambat dan tidak dapat menghasilkan unsur hara yang dapat
dimanfaatkan untuk mendukung metabolisme tubuhnya, sebaliknya jika terlalu rendah akan
mengakibatkan peningkatan jumlh pelepasan N menjadi bentuk ammonia. Pupuk organik
cair mengandung unsur yang relatif lengkap yaitu unsur hara makro primer dan makro
sekunder.
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
MODUL PRAKTIKUM
PENGELOLAAN LIMBAH PETERNAKAN
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM - 02 9-9-2019 5 2 dari 5

4. Hasil Pengamatan

Gambar 1. Dekomposan dimasukan kedalam karung

Gambar 2. Dekomposan dalam karung dilubangi dan dimasukan termometer

Gambar 3. Kurva Perubahan Suhu (dalam Celcius) Dekomposan selama Inkubasi


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
MODUL PRAKTIKUM
PENGELOLAAN LIMBAH PETERNAKAN
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM - 02 9-9-2019 5 3 dari 5

Gambar 4. Kondisi Fisik Dekomposan yang dikeluarkan dari dalam karung

Gambar 5. Kondisi Fisik Dekomposan yang ditumbuhi jamur

5. Pembahasan

Pada praktikum kali ini kami melaksanakan praktikum secara daring dengan
menonton beberapa video yang diberikan oleh asisten laboratorium, dalam video tersebut
dilakukan pembuatan dekomposan awal limbah feses sapi secara fermentasi dengan bahan
organik, yang diperhatikan dalam mempersiapkan proses pengomposan antara lain
penghitungan Nisbah C/N dimana untuk menghasilkan proses dekomposisi yang efisien
maka sebaiknya nisbah C/N dalam rentang dari 25:1 ke 40:1 (Ministry of Agriculture and
Food British Columbia, 1996). Faktor selanjutnya ialah ukuran partikel, menurut (Boyd,
1979) Nisbah C/N yang kecil menunjukkan proses dekomposisi berjalan lebih cepat
dibandingkan nisbah C/N yang besar. Faktor lainnya dalam penyusunan bahan substrat
pengomposan dalam karung harus dipastikan dilakukan aerasi, yang berguna untuk
menyediakan kebutuhan oksigen (O2). Penambahan air pada saat pencampuran bahan
dengan substrat (jerami padi) dilakukan untuk mendapatkan kelembaban Menurut (Robert,
2007), proses pengomposan akan bekerja maksimal jika kandungan kelembaban bahan
dalam tumpukan sekitar 50%.
Pengamatan suhu dilakukan pada proses pembuatan dekomposan awal yang di
inkubasi selama 1 minggu di dalam karung. Pengamatan suhu dilakukan menggunakan
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
MODUL PRAKTIKUM
PENGELOLAAN LIMBAH PETERNAKAN
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM - 02 9-9-2019 5 4 dari 5

termometer pada 3 bagian karung, yaitu atas, tengah dan bawah, Suhu yang diamati mulanya
naik pada hari pertama yang mencapai rata-rata 63,3 C hingga hari kedua yang mencapai
59,3 C. Hal tersebut didukung dengan pernyataan (Isroi, 2008), Suhu akan meningkat hingga
diatas 50-70 C. Terlihat pada grafik yang tertera suhu dekomposan yang diamati pada hari
ke 4-7 mengalami penurunan dan hampir konstan, yakni suhu menjadi stabil dan proses
dekomposisi telah selesai.
Kondisi Fisik Kompos setelah di inkubasi selama 7 hari menujukkan warna yang
melebihi gelap (dari kuning menjadi kecoklatan hampir seperti tanah) daripada sebelum di
inkubasi, selain itu bahan organik menjadi lebih remah dan tidak berbau. Hal tersebut
dikarenakan proses dekomposisi dan mineralisasi sehingga nilai C/N turun mendekati C/N
tanah. Oleh karena itu kompos yang matang warnanya menyerupai tanah (Murbandono,
1998; Mulyani dkk, 1991). Kemudian didapatkan juga aktivitas mikroba yang tidak
diinginkan, yaitu berupa jamur dalam proses inkubasi selama 7 hari. Kompos yang
ditumbuhi jamur didapati area berwarna putih. Jamur juga dapat mempengaruhi proses
pengomposan. Menurut (Isroi, 2008) Pengomposan dapat dipercepat dengan beberapa
strategi, yakni dengan menambahkan mikroorganisme yang dapat mempercepat proses
pengomposan.

6. Kesimpulan

Nisbah C/N ialah faktor utama yang mempengaruhi pengomposan. Faktor yang perlu
dipersiapkan dan diperhatikan dalam proses dekomposisi awal yakni, penghitungan nisbah
C/N, pengecilan ukuran, kadar air, dan aerasi (ketersediaan oksigen). Nilai optimum nisbah
C/N berkisaran 25-30. Hasil pengamatan didapatkan aktivitas penguraian bahan organik
yang terdiri dari proses aktif yakni penaikan suhu pada hari ke 1-3, sedangkan hari ke 4-7
suhu turun mencapai stabil yang menandai proses pematangan kompos. Kondisi Fisik
Dekomposan setelah dikeluarkan dari karung mengalami perubahan warna, bau, dan tektstur
yang menyerupai tanah yakni warna gelap, tekstur remah, dan tidak berbau.

7. Daftar Pustaka

Boyd, C.E. 1979. Water Quality Management in Warm Water Fish Ponds.
Craftmaster.Opdika. Alabama. 482 hlm.

Commonwealth Scientific and Industrial Research Organization (CSIRO). 1979.


Composting. Discovering soil No 3, National Library of Australia Cataloging in publication
Entry.

Isroi. 2008. Kompos. Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia. Bogor.

Ministry of Agriculture and Food British Columbia. 1996. The Composting Process

Murbandono, 1998. Membuat Kompos. Penebar Swadaya, Jakarta.

Robert, D. 2007. The Rapid Composting Method. University of California. California

Sulistyorini L. 2005. Pengelolaan Sampah dengan Cara Menjadikannya Kompos. Jurnal


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
MODUL PRAKTIKUM
PENGELOLAAN LIMBAH PETERNAKAN
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM - 02 9-9-2019 5 5 dari 5

Kesehatan Lingkungan. 2(1): 77-84

Anda mungkin juga menyukai