Anda di halaman 1dari 3

Nama : Adyra Shafa Salsabilla

NPM : 200110180005

Kelas : F

Resume Video “Pengenalan Profil Kelompok Ternak Nagrak Asih Mandiri,


Lembang, Kabupaten Bandung Barat”

Video ini menjelaskan kegiatan penanganan limbah yang dilakukan oleh


Kelompok Ternak Nagrak Asih Mandiri. Kelompok ini beranggotakan 45 peternak
yang memiliki populasi ternak sekitar 315 ekor berdiri pada tahun 2005 dan sudah
tersertifikasi. Kelompok ini diketuai oleh Bapak Dede Koswara yang berusia 48
tahun, beliau sudah menjadi peternak sejak tahun 1997 sampai saat ini. Kelompok
ternak ini mengenal pengolahan limbah sejak tahun 2010 dan mengalami beberapa
kendala yang akhirnya bisa diselesaikan. Limbah yang dihasilkan oleh Kelompok
Ternak Nagrak Asih Mandiri diolah menjadi beberapa produk, yaitu:

1. Fresh Manure merupakan feses yang dikumpulkan dari kandang


menggunakan cangkul lalu dimasukkan kedalam karung untuk dijual dengan
harga sekitar Rp. 3000- Rp. 5000. Fresh Manure biasanya dijual kepada
budidaya tanaman bunga dan dijual perkarung.
2. Biogas merupakan produk hasil pengolahan limbah dari Kelompok Ternak
Nagrak Asih Mandiri dalam video terlihat Bapak Dede Koswara bisa
menyalakan kompor yang memnafaatkan biogas. Menurut Wahyu Febriyanita
(2015) Prinsip pembentukan biogas adalah adanya dekomposisi organik
secara anaerobik untuk menghasilkan gas yang sebagian besar adalah berupa
gas metan (yang memiliki sifat mudah terbakar) dan karbondioksida, gas
inilah yang disebut biogas.
3. Briket Kohe atau Briket arang merupakan bahan bakar alternatif yaitu sebuah
blok yang dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk memulai dan
mempertahankan api dari kotoran sapi. Pemanfaatan kotoran sapi sebagai
briket memiliki kelebihan yaitu proses pembuatan sederhana, biaya
pembuatan murah, dan pengemasan yang mudah dibawa. Dalam pembuatan
briket yang mempengaruhi kualitas briket yaitu kadar pengeringan dan suhu
pengeringan. Menurut Sudrajat (1983) menyatakan bahwa jenis perekat yang
digunakan pada pembuatan briket berpengaruh terhadap kerapatan, ketahanan
tekan, nilai kalor bakar, kadar air, dan kadar abu. Dalam video dapat dilihat
proses penjemuran briket menggunakan sinar matahari atau penjemuran
alami. Hal ini sesuai dengan pendapat Suryani (1986) Briket dihasilkan
setelah pengempaan masih mengandung air yang cukup tinggi (sekitar 50%)
sehingga perlu dilakukan pengeringan dengan berbagai macam alat
pengeringan seperti kiln, oven, atau dengan penjemuran alami (sinar
matahari).
4. Vermikompos merupakan proses penguraian bahan organik dalam kondisi
aerob yang dilakukan oleh cacing tanah Lumbricus rubellus dan
mikroorganisme berupa bakteri dan jamur (Badruzzaman dkk, 2016). Menurut
Markel,J.A (1981) Faktor-faktor yang mempengaruhi proses
vermicomposting meliputi nisbah C/N = 25-35, mikroorganisme, kadar air 50-
55%, temperature 30-55⁰C, Ph 5,5-8, aerasi (udara) .
5. BioCompound
DAFTAR PUSTAKA

Badruzzaman, D. Z., W. Juanda, Y.A. Hidayati. 2016. Kajian Kualitas Kascing pada
Vermicomposting dari Campuran Feses Sapi Perah dan Jerami Padi. Vol.16,
No. 2. Jurnal Ilmu Ternak. Sumedang.

Merkel,J.A. 1981. Managing Livestock Wastes. AVI Publishing Company, INC,


Westport, Connecticut.

Sudrajat R, Soleh S. 1994. Petunjuk Teknis Pembutan Arang Aktif. Badan Peneliti
dan Pengembangan Kehutanan. Bogor.

Suryani A. 1986. Pengaruh Tekanan Pengempaan dan Jenis Perekat dalam


Pembuatan Briket Arang dari Tempurung Kelapa Sawit (Elaeis quinensis
jacq). Departemen Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor

Wahyu Febriyanita. 2015. Skripsi “Pengembangan Biogas Dalam Rangka


Pemanfaatan Energi Terbarukan Di Desa Jetak Kecamatan Getasan
Kabupaten Semarang”. Universitas Negeri Semarang.

Anda mungkin juga menyukai