Anda di halaman 1dari 2

Kerbau Jaffrabadi

Karakteristik kerbau jaffrabadi


 Sejarah pembentukan

Kerbau jaffrabadi adalah jenis kerbau yang ditemukan dikawasan hutan Gir-Kathiawar
khususnya mengarah ke Jaffrabadi India. Kerbau Jaffrabadi adalah kerbau perah yang
menghasilkan susu 15-18 kg per hari dengan lemak susu (butter fat) yang tinggi. Kerbau
jaffrabadi dikenal juga dengan Bhavanagri, Gir, atau Jaffari.

 Penyebaran
Menurut sejarah perkembangan domestikasi, moyang dari kerbau (Bubalus bubalus)
adalah kerbau liar di Asia. Ditemukan dua tipe utama kerbau, yaitu kerbau lumpur dan kerbau
sungai atas dasar perbedaan fenotipe, karyotype dan mitokondria DNA (Tanaka et al, 1996
dalam FAO, 2007). Kerbau sungai penghasil utama susu hidup subkontinen India, Timur
tengah dan Eropa timur sedangkan kerbau lumpur yang berperan penting sebagai tenaga kerja
pada budidaya di China dan negara – negara di Asia Tenggara.
Kedua tipe kerbau ini merupakan hasil hibridisasi di bagian timur laut India. Kerbau
tersebut mungkin didomestikasi terpisah, dengan kemungkinan pusat domestikasi kerbau
sungai terjadi di Lembah Indus, Lembah Efrat, dan Lembah Tigris pada 5000 tahun yang lalu
sedangkan kerbau lumpur di domestikasi di China sekitar 4000 tahun yang lalu. Asal kerbau
di Indonesia diduga telah dibawa ke Jawa yaitu saat perpindahan nenek moyang kita dari
India belakang ke Jawa pada tahun 1.000 SM (Hardjosubroto dan Astuti, 1993)
 Sifat kualitatif
 Warna kulitnya kadang hitam kadang warna tampak pada kepala dan kaki
 Kepala besar, lebar, dan dahinya menonjol
 Tanduk tipis menggantung ke leher dengan ujung melengkung ke atas
 Bentuk telinga
 Ambing dan putting berkembang baik
 Kaki kuat dan lurus
 Leher kuat
 Sifat kuantitatif
 Ukuran permukaan tubuh
Panjang tubuh:
Jantan = 176, 6 Cm
Betina = 160 Cm
 Memiliki bobot badan betina dewasa 450 Kg dan jantan dewasa 600 Kg
Daftar pustaka
Tanaka K, Solis CD, Masangkay JS, Maeda K, Kawamoto Y, Namikawa T. (1996).
Phylogenetic relationship among all living species of the genus Buballus based on DNA
sequences of the cytochrome b gene. Biochem Genet. 34:443-452.
Hardjosubroto dan J.M. Astuti. 1993. Buku Pintar Peternakan. PT Gramedia Widiasarana
Indonesia. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai