TESIS
Oleh
JUSMAN NAINGGOLAN
077030 015/BIO
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
2
TESIS
Oleh
JUSMAN NAINGGOLAN
077030 015/BIO
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
MEDAN
2009
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
3
LEMBARAN PERSETUJUAN
Judul Tesis : KAJIAN PERTUMBUHAN BAKTERI
Acetobacter sp. DALAM KOMBUCHA-
ROSELA MERAH (Hibiscus sabdariffa) PADA
KADAR GULA DAN LAMA FERMENTASI
YANG BERBEDA
Nama Mahasiswa : Jusman Nainggolan
Nomor Pokok : 077030015
Program studi : Biologi
Menyetujui
Komisi Pembimbing
(Dr. Ir. Herla Rusmarilin, MS) (Prof. Dr. Dwi Suryanto, M.Sc)
Ketua Anggota
(Prof. Dr. Dwi Suryanto, M.Sc) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
4
Diuji pada
Tanggal: 08 September 2009
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
5
ABSTRAK
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
6
ABSTRACT
Kombucha and red rosela had used as a health drink for long time. Also
Acetobacter sp has been used to stimulated the production of nata de coco which
made from coconut water.In this research, community of kombucha which incubated
in the red rosela extract to see the possibility of Acetobacter sp growth. The research
had been performed using factorial completely randomized disign with two factors
i.e: sugar consentration (K): 8%, 10%, and 12% and fermentation time (L): 6, 8, 10,
12, 14 days and no time fermentation is control. Each 200 cc of rosela extract consist
of 10 g kombucha. Each treatment will be isolated by Herstin-Schramm selective
medium and NA mixed PDA medium. The result of this research show that sugar
content and fermentation period affected the number of Acetobacter colonies (CFU),
Nata Thickness (g), Total acid (%), pH, alcohol content (%), TSS and Organoleptic
Color, taste, smell. Kombucha media obtained from 3 types of microbe species, and
the growth of Acetobacter that is the most rapid treatment on the 10% sugar and 10
days fermentation time.
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
7
KATA PENGANTAR
Dari lubuk hati yang paling dalam, penulis Panjatkan Puji Syukur Kehadirat
Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Pengasih, karena penulis dapat rasakan Tuntunan
dan Perlindungan Tuhan dalam penyelesaian perkuliahan dan tugas akhir tesis ini.
sebesar-besarnya kepada:
3. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc, selaku Direktur Sekolah
4. Bapak Prof. Dr. Dwi Suryanto, M.Sc selaku Ketua Program Studi Biologi
Penulis menyampaikan terima kasih yang tulus atas segala perhatian dan
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
8
5. Bapak Prof. Dr.Ing. Ternala Alex Barus, M.Sc selaku Sekretaris Program
Studi Biologi yang telah banyak memberikan masukan dan semangat bagi
kasih yang tulus penulis haturkan atas perhatian, kesabaran dan kebaikan
7. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc dan Bapak Dr.Ir. Edi Batara Siregar
M.Sc selaku Dosen penguji dan sekaligus Bapak Prof. Dr. Erman Munir,
8. Bapak Ibu Dosen pada Program Studi Biologi Magister SPs USU yang
diselesaikan.
9. Kepala Sekolah SMA Swasta Raksana Medan Bapak Drs. S. Manik yang
penelitian di Laboratorium.
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
9
11. Rekan-rekan Mikrobiologi 2006, 2007 dan 2008 yang telah banyak
tiada sejak 28 tahun yang lalu dan kepada Bapak Mertua A. Manik yang
sudah lama tiada, dan secara khusus kepada Ibunda mertua Ny. B.br
Sihotang yang telah banyak memberi dorongan dan doa kepada ananda
13. Istri tercinta Chandra Manik, MTh yang telah banyak memberi dorongan,
semangat secara moral dalam penyelesain perkuliahan dan tesis ini. Sulit
kepada istri tercinta dan buah hati kami tercinta Yosafat Weinberg
dan Indhiro Elsaday Nainggolan yang telah kehilangan kasih sayang dan
yang terbaik menurut Tuhan dalam kehidupan keluarga kita. Semoga apa
yang telah Bapak peroleh menjadi menjadi motivasi yang baik buat kalian
14. Keluarga kakanda kel. Drs. S Nainggolan, MM, MBA., kel. Mama Patar
Nainggolan, SE., dan adinda kel. Herlina Nainggolan, Amd., kel. Jenli
Nainggolan, SE., yang selama ini telah banyak memberi motivasi dan
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
10
Dan tak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada adek ipar kel. V.M.
Manik, Serli Manik, SPAK, kel. H. Manik, kel. P. Nasution, kel. Bapak
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun dalam
penyempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penelitian dan ilmu
pengetahuan.
(Jusman Nainggolan)
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
11
RIWAYAT HIDUP
Samosir, putra dari Bapak K. Nainggolan dan Ibu S. br. Manik. Penulis adalah putra
SMP Negeri 2 Pangururan tamat tahun 1982 dan melanjut lagi SMA Negeri
Pangururan tamat tahun 1985. Pada tahun 1986 melanjutkan pendidikan di USU
dengan bantuan dana dari Dikti pusat Jakarta pada Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Diploma 3 jurusan Biologi dan tamat tahun 1989. Pada tahun
1995 penulis mendapat kesempatan melanjut kuliah pada Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam jurusan Biologi IKIP Negeri Medan dengan bantuan dana
dari Pemerintah melalui Depdikbud Provinsi Sumatera Utara Medan dan tamat tahun
1997.
pada tahun 1990 dan ditempatkan sebagai guru Biologi pada SMA Negeri Sungai
Pakning Provinsi Riau. Pada tahun 1993 mutasi ke SMA Swasta Raksana Medan
sebagai guru diperbatukan dan sampai saat ini masih aktif bertugas sebagai guru
Pada tahun 1993 penulis menikah dengan Chandra Manik, MTh dan dikarunia
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
12
pada bulan September 2007 dengan bantuan dana dari Pemerintah Provinsi Sumatera
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
13
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK……………………………………………………………….... i
ABSTRACT………………………………………………………………… ii
KATA PENGANTAR……………………………………………………. iii
RIWAYAT HIDUP………………………………………………………. vii
DAFTAR ISI……………………………………………………………… ix
DAFTAR TABEL...……………………………………………………… xii
DAFTAR GAMBAR.....……………………………………………….... xiii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………...… xv
BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………….. 1
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
14
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
15
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
16
DAFTAR TABEL
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
17
DAFTAR GAMBAR
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
18
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
19
DAFTAR LAMPIRAN
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
20
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu cara untuk mengidentifikasi adanya bakteri Acetobacter sp. (BA)
pada suatu substrat dengan mengamati adanya lapisan nata yang terdiri dari selulosa
mengapung pada permukaan larutan. Nata merupakan selulosa berbentuk padat dan
berwarna putih transparan, bertekstur kenyal dengan kandungan air sekitar 98%,
gula dan asam. Dalam prosesnya, komponen gula dalam medium dipecah oleh
kuat, disebut dengan pelikel nata (Stainer dan Deudrof 1957 dalam Rifki, 2004).
hasil simbiosis bakteri dan ragi. Menurut beberapa ahli, minuman ini berasal dari
Asia timur (Cina dan India), kemudian menyebar ke Afrika dan Eropa hingga Benua
Amerika. Kombucha terdiri dari lapisan gelatinoid serta membrane yang liat dan
bertekstur kenyal seperti karet serta hidup dalam lingkungan nutrisi teh manis dan
tumbuh terus-menerus membentuk susunan piringan berlapis dan bila dirawat dengan
baik akan tumbuh sehat dan pesat serta dapat mempunyai usia sangat lama.
1
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
21
Pada proses fermentasi kombucha ini dapat menghasilkan berbagai macam zat yang
bersifat menyehatkan tubuh. Banyak ahli yang meneliti tentang khasiat kombucha.
encok pada persendian (Dufreshne et al, 2000), memperbaiki fungsi hati (Loncar et
al, 2006), mengobati sembelit, menurunkan tekanan darah, pusing kepala (Naland,
Kombucha sebagai minuman kesehatan telah digunakan lebih dari 2000 tahun
yang lalu (Frank, 1995). Pada kombucha dijumpai beberapa enzim yang dapat
senyawa lain. Produk metabolisme berupa metobolit-metaboit dari teh dan gula,
yakni beberapa jenis asam dan beberapa vitamin. Kegunaan metabolit itu, misalnya
asam usnat (suatu derivatif dibenzofurane) yang merupakan anti bakteri patogen dan
polisakarida misalnya asam hialuronat untuk jaringan konektif, asam kondroitin sulfat
sebagai substansi dasar kartilago, asam mukoitin sulfat untuk kesehatan mata dan
larutan teh dan sumber karbonnya berupa gula. Setelah beberapa hari melakukan
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
22
inang, dan akibat reproduksi ini terjadilah proses metabolisme yang dapat mengubah
sukurosa menjadi lapisan selulosa dan mengapung. Pembentukan selulosa ini akibat
adanya kerja dari bakteri Acetobacter sp (BA). Tingginya kadar asam asetat yang
pada media kombucha sangat dipengaruhi oleh kelompok bakteri Acetobacter dan
Gluconobacter.
India Barat sampai benua Amerika. Seorang ahli botani mengemukakan bahwa
tanaman ini dapat tumbuh baik di Brazil, Meksiko dan dapat juga tumbuh pada
daerah tropis dan sub tropis. Beberapa ahli telah meneliti bahwa rosela dapat
pembuluh darah dan anti bakteri seperti menyembuhkan tekanan darah tinggi, dapat
membunuh mikroba (Aditiwati & Kusnadi, 2003; Morton, 1920), sebagai minuman
kesehatan atau mengandung banyak anti oksidan (Usoh et al, 2005), dapat mencegah
mineral dan riboflavin (Chen et al, 2004), dan memperbaiki kerja ginjal (Mojiminiyi
et al, 2000)
serta memenuhi kebutuhan pangan dengan tidak menggunakan produk hasil kemasan
industri yang sering melibatkan bahan bahan sintetis kimia. Hal inilah yang menjadi
pendorong para peneliti untuk mencari sumber alternatif makanan atau minuman
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
23
fermentasi kombucha yang sudah dikenal orang sejak dahulu sebagai minuman
dalam ekstrak rosela merah yang dicampur dengan gula dan selanjutnya terjadi
dalam substrat ekstak rosella merah pada kadar gula dan lama fermentasi yang
berbeda.
dapat dilakukan secara umum yaitu dengan penggunaan media NA dicampur dengan
1.3. Permasalahan
diteliti dan jika dicampur dengan air teh akan terjadi fermentasi. Pada saat ini teh
kombucha sudah dijadikan minuman kesehatan (Frank, 1999). Rosela juga telah
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
24
fungsi dari teh kombucha dan rosela di atas, menarik perhatian untuk meneliti
merah (Hibiscus sabdariffa) yang dipengaruhi oleh kadar gula dan lama
fermentasi.
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
25
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
26
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1974). Bakteri Acetobacter sp. bersifat Gram negatif, tidak membentuk endospora,
hidup bersifat aerob obligat, tidak melakukan fermentasi alkohol, berbentuk bulat
lonjong sampai batang pendek (Holt et al, 1974; Moat, 1986; Forng et al,
1989),tumbuh baik pada pH 3,5-4,3 dan suhu 25-30˚C, dapat mengoksidasi etanol
dan menghasilkan asam asetat. Metabolisme bakteri ini menghasilkan enzim katalase,
5- ketogluconic acid dari D-glukosa, ketogenesis dari gliserol (Holt et al, 1974; Ley
& Frateur, 1974). Secara fisik BA mampu mengoksidasi glukosa menjadi rantai atau
polimer yang panjang yang disebut dengan polisakarida atau selulosa berupa serat-
serat putih, yang terbentuk secara bertahap dari lapisan tipis pada awal fermentasi
Acetobacter sp. juga menghasilkan metabolit primer berupa asam asetat, air dan
Asam asetat dimanfaatkan oleh Acetobacter sp. sebagai substrat, agar tercipta
kondisi yang optimum untuk pertumbuhannya dan untuk membentuk CO2 dan H2O
(Holt et al, 1974). Menurut Mandel (2004) bakteri Acetobacter sp. bersifat
overoksidizer yaitu kemampuannya yang dapat mengubah asam asetat dalam medium
7
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
27
fermentasi menjadi CO2 dan H2O, apabila gula dalam medium fermentasi telah habis
dimetabolisir. Banyaknya mikroba yang tumbuh pada suatu media sangat dipengaruhi
et al, 2005). Nata ini banyak digunakan pada berbagai industri bahan-bahan biomedik
dan untuk pembuatan kertas yang mempunyai mutu yang lebih bagus dibandingkan
kertas yang diperoleh dari serat tumbuhan (Neelobon et al, 2007), dapat digunakan
sebagai makanan ringan atau cuci mulut, dapat juga digunakan untuk mengurangi
2.2. Kombucha
banyak manfaat bagi kesehatan. Kombucha adalah merupakan produk minuman hasil
fermentasi larutan teh dan gula menggunakan starter kombucha atau tea fungus
(Frank, 1999; Dufreshne et al, 2000). Minuman kombucha berasal dari China dan
dikenalkan ke beberapa Negara seperti Rusia, Korea dan Jepang oleh Doctor Kumbu
tubuh, meningkatkan sistem pencernaan dan fungsi hati (Dufreshne dan Franwoth,
2000; Loncar et al, 2006; Malbasa et al, 2006; Jayabalan et al, 2007). Tea fungus
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
28
merupakan simbiosis antara bakteri dan khamir dalam struktur selulosa (Frank,
1999).
Selama fermentasi dalam larutan teh dan gula, simbiosis bakteri dan khamir
ini memproduksi berbagai enzim, asam asetat, asam karbonat, asam folat, asam
glukonat, asam glukoronat, asam laktat, berbagai asam amino, fruktosa, karbon
dalam kultur kombucha menjadi sangat krusial karena khamir dan bakteri asam asetat
darah, membantu sistem imun, dan membuang racun dari tubuh (Frank, 1999).
mengandung komponen senyawa alami yang terdapat dalam teh, juga mengandung
sejumlah asam-asam organik dan vitamin yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh.
Naland 2008). Kultur tersebut merupakan komunitas simbiotik antara kapang (yeast)
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
29
dan bakteria yang apatogen (Staments, 1994). Adanya bentuk kehidupan simbiosis ini
menyebabkan sulit masuk bakteri yang patogen mengkontaminasi kerja sama kedua
jenis mikroba ini. Habitus (perawakan) kombucha seperti karet lunak yang berwarna
putih (pucat) dan bertekstur kenyal seperti karet dan menyerupai gel yang tampak
jelas pada kultur. Kultur yang disebut pelikel ini terbuat dari selulosa yang
yaitu: hidup pada temperatur ideal 23⁰C–27⁰C, peka terhadap cahaya, peka terhadap
guncangan, pH yang ideal 2,7-3,2, peka terhadap logam, peka terhadap polivinil
chlorida (PVC). Dengan diketahuinya sifat ini, dalam pengkulturan kombucha dapat
diatur kondisi yang cocok, sehingga pertumbuhannya dapat berjalan seperti yang
diharapkan.
rosela dicampur gula yang sudah steril. Setelah diinokulasi pada tempat stopless
ditutup dengan kain kasa atau sejenisnya dan disimpan selama 6-14 hari. Fermentasi
berlangsung dengan baik bila pH dan konsentrasi gula dan suhu diperhatikan. Pada
saat fermentasi, kultur tidak boleh diguncang atau digerak-gerakkan dan suhu ideal
untuk fermentasi 30˚C, dan pH sekitar 2,7-3,2 (Kustyawati & Ramli, 2008). Koloni
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
30
Rosele merah termasuk tanaman tahunan dan herbal, tumbuh dapat mencapai
2,4 meter dengan batang lunak atau setengah lunak, bentuk batang silindris, warna
merah. Daun memanjang dengan panjang (7,5-12,5 cm) warna hijau kemerahan
dengan petiola panjang atau pendek. Daun memiliki 5-7 lobus dengan tepi daun
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
31
bergirigi. Bunga terdapat pada daun aksial dengan lebar 5-12 cm berwarna pink,
kuning ros, maron. Kaliks bewarna merah, terdiri dari 5 sepal dan epikalik 8-12
lembar. Bracteolus mengelilingi dasar bunga dengan panjang 3,2– 5,7 cm dan
berbentuk kapsul dengan panjang 1,25–2 cm warna hijau dan memiliki 5 katup, setiap
katup terisi dengan 3-4 bentuk biji. Kapsul terbuka bila tua dan kering, kaliks, batang
dan daun rasanya asam (Morton, 1987; Sutomo, 2008). Rosela dapat tumbuh di
segala macam tanah, mudah tumbuh di lahan pasir tanpa harus disiram atau diberi
Tanaman rosela hanya mengalami satu kali masa produktif, sehingga untuk
mengoptimalkan hasil panen disarankan rosela ditanam secara khusus tanpa diselingi
tanaman lain. Tanaman ini memiliki dua varietas dengan budidaya dan manfaat yang
berbeda, yaitu: (i) Hibiscus sabdariffa var. Altisima, rosela berkelopak bunga kuning
yang sudah lama dikembangkan untuk diambil serat batangnya sebagai bahan baku
pulp dan karung goni; dan (ii) Hibiscus sabdariffa var. Sabdariffa, rosela berkelopak
bunga merah yang kini mulai diminati petani dan dikembangkan untuk diambil
kelopak bunga dan bijinya. Bunga dan biji ini dapat dimanfaatkan sebagai tanaman
herbal dan bahan baku minuman kesehatan. Kandungan vitamin C yang tinggi pada
kaliks rosela ini dapat berfungsi sebagai bahan antioksidan dalam tubuh. Bunga
rosela kaya serat yang bermanfaat untuk kesehatan saluran pencernaan. Bunga rosela
kering dapat diseduh menjadi minuman sejenis teh, yang sudah umum dimanfaatkan.
Bunga rosela juga dapat dijadikan bahan baku selai, karena warnanya yang merah
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
32
daerah sub tropis Eropa dan sub tropis Amerika. Tumbuhan rosela mengandung kadar
kalsisum, niasin, riboflavin dan besi yang tinggi (Muryana, 2008). Untuk 100 gram
kaliks, buah segar, daun segar, dan biji kandungannya seperti dalam Tabel 2.2 berikut
Tabel 2.2. Kandungan zat Nutrisi yang dimiliki oleh tumbuhan Rosela
(Hibiscus sabdariffa)
Dalam 100 g
Kaliks Buah segar Daun segar Biji kering
segar
Kalori (kal) 44 49 43 -
Air (%) 86,2 84,5 85,6 7.6
Protei n (g) 1,6 1,9 3,3 24,0
Lemak (g) 0,1 O,1 0,3 22,3
Karbohidrat (g) 11,1 12,3 9,2 -
Serat (g) 2,5 2,3 1,6 15,3
Abu (g) 1,0 1,2 1,6 7,0
Kalsium (mg) 160 172 213 0,3
Fosfor (mg) 60 57 93 0,6
Besi (mg) 3,8 2,9 4,8 -
Betakaroten (ig) 285 300 4135 -
Menurut Busson (1995) bahwa kaliks tumbuhan rosela ini juga mengandung
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
33
Tabel 2.3. Kandungan asam amino pada kaliks tumbuhan rosela (Hibiscus
sabdariffa) dalam mg
Proses fermentasi dimulai ketika kultur mengubah glukosa menjadi etanol dan
CO2, kemudian bereaksi dengan air membentuk asam karbonat. Glukosa berasal dari
inversi sukrosa oleh khamir menghasilkan glukosa dan fruktosa. Acetobacter sebagai
kemudian menjadi asam asetat. Aktifitas biokimia yang kedua dari bakteri
Acetobacter adalah pembentuk asam glukonat yang berasal dari oksidasi glukosa.
Sukrosa dipecah menjadi glukosa dan fruktosa oleh khamir (Sutherland, 1972)
Pada pembuatan etanol oleh khamir dan pembuatan selulosa oleh bakteri
Acetobacter sp. Glukosa dikonversi menjadi asam glukonat melalui jalur fosfat
pentosa oleh bakteri asam asetat, sebagian besar fruktosa di metabolisme menjadi
asam asetat dan sejumlah kecil asam glukonat. Fruktosa masih tertinggal sebagian
dalam media fermentasi kemudian diubah menjadi bentuk yang lebih sederhana oleh
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
34
waktu bersamaan juga menghasilkan asam organik lainnya, bakteri Acetobacter sp.
mengubah gula menjadi selulosa yang disebut pelikel dan melayang di permukaan
medium. Jika nutrisi dalam medium telah habis dikonsumsi, kultur akan berhenti
tumbuh. Kultur akan aktif lagi, jika memperoleh nutrisi kembali (Frank, 1999).
asam asetat. Adanya asam asetat memstimulasi khamir untuk memproduksi etanol.
asam asetat dalam kombucha hanya meningkat sampai batas tertentu lalu mengalami
disebabkan karena terurainya gula menjadi etanol oleh Saccharomyces dan oleh
Acetobacter kemudian dirubah menjadi asam asetat seperti pada persamaan reaksi
berikut:
fruktosa. Jenis gula (sukrosa, glukosa, fruktosa) memiliki pengaruh yang berbeda-
beda terhadap pembentukan etanol dan asam laktat, namun konsentrasi gula secara
dimulai dengan aktifitas khamir yang memecah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
35
menjadi etanol dan karbon dioksida yang terbentuk bereaksi dengan air membentuk
Faktor-faktor yang dapat membatasi proses fermentasi antara lain: suhu, pH,
medium dan pemindahan sisa (Aditiwati & Kusnadi, 2003). Pada suhu rendah,
viskositas ekstrak rosela merah meningkat dan volatilitas senyawa menurun sehingga
menghambat proses fermentasi (Athur, 1995). Pada suhu tinggi viabilitas kombucha
dijelaskan di atas, apabila nutrisi cukup pertumbuhan berlangsung dengan baik dan
bila nutrisi sudah habis, pertumbuhan terhenti tapi kombucha tetap dalam keadaan
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
36
pertumbuhan. Fermentasi dapat berlangsung bila ada kadar gula sebagai sumber
karbon yang cukup. Pemecahan molekul gula oleh mikroba kombucha memerlukan
waktu. Semakin lama proses fementasi semakin habis sumber karbon dan sebagai
dan berhenti.
dengan cara sel mempersiapkan diri untuk replikasi dengan sistem koloni sel. Adanya
lapisan biofilm atau lapisan gelatin atau lendir yang tersusun rapat dan tebal sehingga
dengan kebutuhan mikroba dalam proporsi yang sebanding. Media sebaiknya diberi
gula yang cukup sebagai sumber karbon bagi mikroba. Disamping itu harus
mutualisma.
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
37
jenis mikroba yang berupa konsorsium bakteri dan yeast. Pertumbuhan mikroba
maupun golongan jamur pada kombucha ini tentunya sangat dipengaruhi oleh adanya
sumber karbon yang cukup, suhu yang optimal dan kondisi pH yang cocok serta
Dalam penelitian ini diteliti secara khusus bakteri Acetobacter sp, karena
dalam fermentasi kombucha menghasilkan asam dan juga membentuk selulosa yang
terapung. Menurut Andriani (2006) bahwa asam asetat pada kombucha sangat
berguna untuk membasmi mikroba pathogen. Jadi asam asetat dapat digunakan
sebagai pengawet bahan makanan alami misalnya para pedagang daging dapat
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
38
BAB III
Percobaan dilakukan dari bulan Mei s.d. Juni 2009 bertempat di Laboratorium
rosela merah, gula, air, alkohol 76%, NaOH 0,1 N, urea, kristal ungu, safranin, H2O2,
media agar. Medium nutrient Herstin-Schramm yang terdiri dari glukosa 2%;
exstraks yeast 0,5%; peptone bacto 0,5%; asam asetat 0,115%; Na2HPO4 0,27%;
MgSO4.7H2O 0,05%.
Alat-alat yang digunakan: cawan petri, tabung reaksi, gelas ukur, gelas beaker,
erlenmeyer, hoki stik, pembakar bunsen, tabung kuvet, kertas tissue, kertas saring,
oven, vortex, otoklaf (Yamato), timbangan elektrik atau timbangan manual, jam,
19
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
39
pisau yang distrerilkan dengan alkohol 76% atau dengan menggunakan alat yang
masing-masing perlakuan.
Kaliks bunga rosela diperoleh dari petani. Kaliks ini dibersihkan dengan air,
dalam oven dengan suhu 50°C. Kaliks bunga rosela kering ditimbang 10 gram, lalu
diseduh dengan air yang mendidih sebanyak 1 liter atau dipanaskan dengan otoklaf
pada suhu 121oC dan tekanan 15 psi untuk memastikan bahwa mikroba yang ada
10%, 12%, kemudian dipanaskan hingga mendidih atau dengan menggunakan otoklaf
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
40
pengenceran 10-4. Dari pengenceran 10-1 s.d. 10-4 suspensi diambil 0,1 ml dan
sifat morfologi koloni, morfologi sel maupun fisiologi yang dimiliki oleh mikroba
tersebut. Dalam hal ini identifikasi yang dilakukan pada bakteri golongan Acetobacter
sp. dilakukan dengan cara pewarnaan Gram, uji enzim katalase, uji motilitas,
Preparat oles dibuat pada gelas benda, difiksasi di atas api bunsen. Preparat
ditetesi dengan larutan kristal ungu, didiamkan selama 60 detik dan dicuci dengan air
mengalir dan dikeringkan. Preparat ditetesi dengan larutan gention violet dan
didiamkan selama 2 menit, dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan. Preparat
ditetesi dengan alkohol 96% sampai warna ungu hilang. Preparat ditetesi safranin dan
didiamkan selama 30 detik, dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan. Preparat
ditetesi dengan minyak imersi. Preparat diamati dengan mikroskop, jika sel berwarna
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
41
ungu sel termasuk gram positif dan sebaliknya jika sel berwarna merah sel itu
Isolat dari agar miring diambil satu ose, kemudian dioleskan pada gelas benda
yang telah disterilkan dengan alkohol. Gelas benda ditetesi dengan larutan H2O2 3%.
Jika terdapat gelembung gas berarti uji katalase tersebut positif artinya aktivitas
Uji ini dilakukan dengan cara menginokulasikan isolat bakteri dengan cara
menusukkan jarum ose secara tegak lurus hingga setengah tinggi ke media Sulfit
Indol Motility (SIM) pada tabung reaksi. Tabung diinkubasi selama 48 jam pada suhu
32˚C, setelah itu diperhatikan jejak pergerakan bakteri (Barrow et al., 1993)
Pertumbuhan selulosa pada fermentasi ini diamati dari selulosa (nata) yang
dihasilkan. Selanjutnya nata ini dibandingkan dengan nata awal yang diinokulasikan
pada media ekstrak rosela. Untuk menjelasksn perbandingan pertumbuhan nata ini
Koloni hasil isolasi ini diinokulasikan pada media air kelapa dengan gula 25%, urea
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
42
5% dan asam asetat 4% dikulturkan selama 10 hari. Apabila pada kultur ini dijumpai
adanya lapisan nata decoco, isolat yang digunakan itu merupakan bakteri BA dan
beaker 200 ml atau botol sejenisnya. Tiga botol ekstrak rosela dengan konsentrasi
gula 8%, tiga botol ekstrak rosela dengan konsentrasi gula 10%, tiga botol ekstrak
sebagai kontrol, 6 hari, 8 hari, 10 hari, 12 hari, dan 14 hari. Setelah fermentasi
selektif Herstin-Schramm.
3.12. Viabilitas
larutan kombucha-rosella yang diberi gula 8 %, 10%, 12%, untuk lama fermentasi 0
hari sebagai kontrol, 6 hari, 8 hari, 10 hari, 12 hari, dan 14 hari dengan metode sebar.
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
43
setelah fermentasi (M1) lalu dikurangkan dengan berat nata awal sebelum fermentasi
Pertambahan berat = M1 – Mo
M 1 = Berat akhir
M0 = Berat awal
Kadar total asam dapat diukur dengan metoda Ranggana (1978) yaitu:
dalam bejana beaker kemudian diisi dengan aqudes hingga volumenya menjadi 100
dititrasi dengan menggunakan NaOH 0,1 N. Titrasi dihentikan setelah timbul warna
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
44
3.15. Pengukuran pH
pada hari pertama sebelum terjadi fermentasi dan setelah terjadi fermentasi yaitu pada
rosella dilakukan dengan metode Skoog (1985) sebagai berikut: larutan kombucha-
rosella diambil sebanyak 50 ml, kemudian dimasukkan ke dalam labu penyuling 250
proses penyulingan dengan cara destilasi dan hasilnya ditampung sebanyak 50 ml.
ditimbang terlebih dahulu. Piknometer dimasukkan kedalam air dingin hingga suhu
dengan kertas tissue dan ditimbang beratnya. Penghitungan berat jenis dapat
Dengan mengetahui berat jenis alkohol, kadar alcohol dapat dicari dari daftar specific
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
45
Uji organoleptik warna, rasa, aroma dilakukan dengan uji hedonik menurut
Soekarto (1985). Uji ini masing-masing dilakukan kepada 15 panelis yang diuji
secara inderawi dengan skala numerik. Skala hedonik warna, rasa, aroma dapat
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
46
dengan 2 perlakuan yaitu kadar gula dibuat 3 level yaitu 8%, 10%, 12% dan lama
fermentasi dibuat mulai 0, hari, 6 hari, 8 hari, 10 hari, 12 hari, dan 14 hari. Masing-
Ŷijk : Hasil Pengamatan dari Faktor K pada taraf ke- I dan factor L pada taraf
εijk : pengaruh error (galat) dari factor K pada taraf ke-I dan factor L pada
Bila anava memberikan hasil yang berbeda nyata atau sangat nyata maka diadakan uji
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
47
BAB IV
kadar gula dan lama fermentasi yang bervariasi dapat diidentifikasi pertumbuhan BA.
selektif untuk BA, disamping itu ditumbuhkan pula pada media NA yang
dicampurkan dengan media PDA. Dari hasil penginokulasian ini didapat 3 macam
BA B
28
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
48
Tabel 4.1 Karakter morfologi dan sifat biokimia mikroba pada kombucha-
rosela
Kode Bentuk Tepi Elevasi Warna Bentuk/ Gram SIM Katalase Produk
isolal Koloni Koloni Koloni Koloni Tatanan Nata
Sel
BA bulat rata naik krem pseudopodial,
diplobasil, - + + +
streptobasil
Sp 1 bulat berom datar putih pseudopodial
bak dan bertunas * * * -
Sp 2 bulat berom datar krem pseudopodial
bak dan bertunas * * * -
Catatan * = Tidak dilakukan uji biokimia sederhana
karena mempunyai kemampuan berbiak dengan bertunas, disamping itu mikroba ini
tidak mampu memproduksi nata bila dimasukkan ke dalam air kelapa dengan 25%
Dalam penelitian ini kadar gula dan lama fermentasi memiliki interaksi yang baik
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
49
untuk pertumbuhan koloni BA (Tabel 4.2). Pada uji analisis statistik memberikan
notasi tidak berbeda nyata antara perlakuan kontrol (kadar gula 8%, 10%, 12%
dengan lama fermentasi 0 hari) dengan K1L1, K2L1, K3L1 (kadar gula 8%, 10%, 12%
dengan lama fermentasi 6 hari). Demikian juga perlakuan K1L2, K2L2, K3L2 (kadar
gula 8%, 10%, 12% dengan lama fermentasi 8 hari) terhadap kontrol memberikan
hasil yang tidak berbeda sangat nyata. Selanjutnya semua perlakuan memberikan
notasi yang berbeda nyata dan berbeda sangat nyata bila dibadingkan antar perlakuan
dengan kadar gula yang berbeda dan lama fermentasi yang sama. Keadaan ini
menunjukkan bahwa interaksi kadar gula dan lama fermentasi berpengaruh positif
93.33 x 104. Sedangkan perlakuan yang paling lambat pertumbuhannya terdapat pada
perlakuan K1L3 = 74.33 x 104 (Gambar 4.2). Keadaan ini menunjukkan kadar gula
10% dan lama fermentasi 10 hari lebih cocok untuk media pertumbuhan BA dari pada
12% dan 8%. Menurut Gaman & Sherrington, (1994) bahwa kadar gula 12%
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
50
seharusnya pertumbuhan yang paling baik karena sumber karbon yang lebih banyak.
Berbeda dengan perlakuan ini, dimana kadar gula 12% memperlambat proses
metabolisme dari BA. Hal ini terjadi karena pertumbuhan mikroba dipengaruhi oleh
kepekatan konsentrasi zat terlarut pada larutan tersebut. Tingginya kadar gula dan
Total Soluble Solid pada suatu larutan dapat menjadi penyebab kematian pada
mikroba, karena dapat terjadi proses osmosis dari mikroba ke larutan. Pertumbuhan
BA pada perlakuan ini (Gambar 4.2) menggambarkan pengaruh kadar gula sangat
dibandingkan dengan perlakuan yang memiliki kadar gula 12% dan 10%.
Gambar 4.2. Grafik Hubungan Interaksi Kadar Gula dan Lama Fermentasi
Terhadap Pertumbuhan Koloni BA
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
51
Hanya saja pertumbuhan mikroba pada suatu media tidak selamanya berbanding lurus
dengan penambahan kadar gula dalam proses fermentasi, karena pada proses
fermentasi dihasilkan alkohol, asam-asam organik dan zat-zat lain. Kondisi ini dapat
terus menerus tapi menurun seiring dengan penurunan sumber karbon yang dimiliki
Dari Gambar 4.2 diatas terlihat bahwa BA memerlukan waktu untuk fase
sampai pada hari ke-10 dan menurun mulai hari ke-10 karena pada fermentasi ini
terjadi hubungan yang saling membutuhkan antara khamir dengan BA. Dalam
penelitian ini khamir merombak sukrosa menjadi glukosa dan kemudian difermentasi
menjadi alkohol, alkohol ini dimamfaatkan oleh BA menjadi asam asetat (Buckle et
al, 1987). Seiring dengan pertambahan waktu pertumbuhan akan menurun secara
perlahan, karena berkurangnya kadar gula dan timbulnya asam sebagai hasil
4.4. Pengaruh Kadar Gula dan Lama Fermentasi terhadap Berat Nata
dan asam organik lain pada waktu yang sama. Selain itu dapat mensintesis glukosa
menjadi polisakarida atau selulosa berupa serat-serat putih, yang terbentuk secara
bertahap dari lapisan tipis pada awal fermentasi hingga mencapai ketebalan sekitar 12
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
52
mm pada akhir fermentasi, kemudian disebut sebagai Nata (Aditiwati & Kusnadi,
2003).
B C
Gambar 4.3. Fermentasi kombucha-rosela pada kadar gula 8%, 10%, 12%
(A, B, C = nata (selulosa) hasil fermentasi BA)
pada dasar medium (Gambar 4.3). Bila nata atau selulosa tenggelam, secara
berangsur akan terbentuk lapisan nata lagi di permukaan larutan dan akan menebal
(Porzio, 2001).
metabolit yang dihasilkan. Pada perlakuan ini ukuran berat nata merupakan indikator
terhadap semua perlakuan. Demikian juga dengan perlakuan K1L1 terhadap K2L1 dan
K3L1 memberikan notasi yang berbeda nyata. Selanjutnya perlakuan dengan lama
fermentasi yang sama dan kadar gula yang berbeda, juga memberikan notasi yang
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
53
berbeda sangat nyata dan berbeda nyata. Data ini menunjukkan bahwa pertambahan
ukuran berat pada lapisan nata semakin naik seiring dengan penambahan waktu.
Pertambahan ukuran berat yang paling baik terjadi pada perlakuan K3L5 dan yang
paling rendah terdapat pada K1L5. Data ini membuktikan bahwa pertumbuhan BA
pada media K3L5 lebih lama terjadi, karena dalam media masih banyak kadar gula
Tabel 4.3. Pengaruh Interaksi Konsentrasi Gula dan Lama Fermentasi terhadap
Berat Nata (g)
(Gambar 4.4). Dari Gambar 4.4 terlihat bahwa pertumbuhan nata yang paling baik
terdapat pada perlakuan kadar gula yang paling baik (Teng, 1999) karena kadar gula
dalam perlakuan ini berperan sebagai sumber karbon bagi mikroba kombucha-rosela.
Pertumbuhan yang paling baik terjadi pada lama fermentasi 8 hari sampai 10 hari,
dan yang paling lambat pada perlakuan mulai 10 hari sampai 14 hari. Hal ini
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
54
Gambar 4.4. Grafik Hubungan Interaksi Kadar Gula dan Lama Fermentasi
Terhadap Berat Nata
pembentukan lapisan nata. Berat ringannya atau tebal tipisnya lapisan nata atau
selulosa yang terbentuk pada suatu perlakuan tergantung pada kelengkapan nutrient
(Djutikah, 2002).
Secara umum mikroba mempunyai fase pertumbuhan yaitu fase adaptasi, fase
log, fase statis, dan fase kematian. Hal ini berarti waktu merupakan faktor yang
menghasilkan nata yang paling baik dan yang paling rendah pada perlakuan 6 hari.
Dan perlakuan yang paling cepat terdapat pada 8 sampai 10 hari. Perlakuan ini
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
55
menunjukkan bahwa pada fermentasi ini terbentuk alkohol oleh khamir dan selanjutnya
alkohol akan dirobah oleh BA menjadi asam asetat (Buckle et al, 1987) yang dapat menjadi
glukosa dan fruktosa, kemudian glukosa difermentasi oleh khamir menjadi alkohol
dan CO2 oleh Acetobacter sp alkohol dioksidasi menjadi asetaldihida dan kemudian
Pada penelitian ini, interaksi antara konsentrasi gula dengan lama fermentasi sangat
mempengaruhi total asam yang dihasilkan (Tabel 4.4). Perlakuan yang paling baik
untuk produksi kadar total asam terdapat pada perlakuan K3L5 sebesar 3,69 %, dan
Tabel 4.4. Pengaruh Interaksi Konsentrasi Gula dan Lama Fermentasi terhadap
Total Asam (%)
Pada proses fermentasi berbagai bahan makanan dan minuman dapat melibatkan satu
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
56
(Hesseltine,1991). Simbiosis yang terdapat pada perlakuan ini adalah kerja sama
antara khamir dengan BA, dimana khamir memecah glukosa menjadi alkohol dan
dalam larutan dan akan menurunkan nilai pH (gambar 4.6) pada larutan. Kadar total
asam yang paling baik dalam perlakuan ini secara umum terdapat pada perlakuan
kadar gula 12% dan yang paling rendah terdapat pada perlakuan kadar gula 8%
(Gambar 4.5). Keadaan ini terjadi kerena kelengkapan dari sumber karbon dalam
proses fermentasi (Gaman & Sherrington, 1994). Pertambahan total asam seiring
Gambar 4.5. Grafik Hubungan Interaksi Kadar Gula dan Lama Fermentasi
Terhadap Total Asam (%)
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
57
Dari analisis statistik pengaruh kadar gula dan lamanya fermentasi (Tabel 4.4)
terhadap produksi total asam yang dihasilkan terlihat mempunyai pengaruh yang
sangat nyata bila dibandingkan dengan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas
mikroba pada perlakuan ini tetap berlangsung, walaupun dengan aktivitas yang
lambat, karena tetap mengahasilkan nilai total asam yang meningkat seiring dengan
pertambahan waktu. Hal ini sesuai dengan pendapat (Amerine et al,1987) yang
menyatakan bahwa pada fermentasi yang mempunyai kadar gula yang banyak
menghasilkan total asam-asam organik yang banyak juga seiring dengan pertambahan
waktu.
minuman dapat melibatkan satu macam atau beberapa mikroorganisme yang bekerja
secara simbiotik (Hesseltine et al, 1991). Hasil analisis statistik pengaruh interaksi
konsentrasi kadar gula dan lama fermentasi terhadap nilai pH (Tabel 4.5)
Analisis statistik antar perlakuan memberikan notasi yang berbeda nyata. Hal ini
senyawa organik oleh enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme (Fardiaz, 1987).
Perubahan kimia pada penelitian ini merupakan kerjasama yang kuat antara mikroba
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
58
Tabel 4.5. Pengaruh Interaksi Konsentrasi Gula dan Lama Fermentasi terhadap
pH
Khamir yang terdapat pada larutan merombak glukosa menjadi alkohol dan
selanjutnya alkohol akan dirobah BA menjadi asam asetat (Sutherland, 1972) dan
menghasilkan asam organik yang tinggi pula dan menurunkan nilai pH pada larutan.
Dalam perlakuan ini terlihat bahwa kadar gula 8% memberikan nilai pH yang tinggi
dibandingkan dengan kadar gula 10% dan 12% (Gambar 4.6). Rendahnya nilai pH
suatu larutan tergantung pada kadar gula yang dimiliki sebagai sumber karbon pada
mikroba. Penurunan nilai pH ini akibat adanya perombakan gula menjadi etanol oleh
khamir dan oleh BA dirombak menjadi asam-asam organik (Sutherland, 1972; Kadir,
2003). Penurunan nilai pH akan mengubah kondisi pertumbuhan BA dan khamir pada
larutan.
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
59
Gambar 4.6. Grafik Hubungan Interaksi Kadar Gula dan Lama Fermentasi
terhadap pH
Analisis statistik pengaruh interaksi kadar gula dan lama fermentasi terhadap
nilai pH (Gambar 4.6), menunjukkan kadar gula 8% tidak berbeda nyata terhadap
10% dan 12%. Hal ini terjadi akibat adanya sifat dari asam asetat yang bersifat
volatile (Amerine et al, 1987) sehingga nilai pH tidak berbeda nyata dengan
penambahan kadar gula menjadi 10% atau 12%. Dengan sifat volatile ini
menyebabkan penurunan nilai pH berlangsung lambat. Hal ini terlihat dari hasil uji
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
60
merombak asam asetat pada medium menjadi CO2 dan H2O apabila dalam situasi
Pada fermentasi makanan dan minuman melibatkan satu macam atau lebih
oleh mikroba lain bahkan dapat membunuh mikroba lain yang masuk ke dalam
larutan (Andriani, 2006), karena dari hasil fermentasi ini dihasikan zat-zat asam
Dari hasil fermentasi ini terlihat adanya pengaruh interaksi kadar gula dan
lama fermentasi terhadap kadar alkohol yang dihasilkan (Tabel 4.6). Selama proses
gula (sukrosa) dalam medium menjadi alkohol dan senyawa lain yang secara simultan
dilanjutkan dengan oksidasi alkohol menjadi asam asetat oleh bakteri Acetobacter sp.
(Salle et al, 1954). Hal inilah yang menyebabkan pada (Tabel 4.6) diproduksi kadar
alkohol lebih tinggi pada perlakuan K1L1, K2L1, K3L1 dibandingkan dengan perlakuan
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
61
Tabel 4.6. Pengaruh Interaksi Konsentrasi Gula dan Lama Fermentasi terhadap
Kadar Alkohol (%)
atau saling bersimbiosis. Pada tahap awal terjadi proses fermentasi yang dilakukan
oleh khamir terhadap glukosa menjadi alkohol dan CO2, kemudian alkohol digunakan
Gambar 4.7. Grafik Hubungan Interaksi Kadar Gula dan Lama Fermentasi
terhadap Kadar Alkohol (%)
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
62
Bila dibandingkan dengan organoleptik rasa dan aroma pada (Gambar 4.10 dan 4.11)
ternyata yang paling disukai oleh para panelis adalah perlakuan yang mempunyai
kadar gula 10% dan lama fermentasi 10 hari. Hal ini menggambarkan adanya
keseimbangan kadar gula dan kadar alkohol yang ada pada medium kombucha-
rosella, sehingga membuat cita rasa dari cairan ini menjadi disukai para panelis.
berbeda nyata.
Interaksi kadar gula dan lama fermentasi terhadap persentasi alkohol (Gambar
4.7) terlihat produksi alkohol yang paling baik terdapat pada perlakuan awal (6 hari
fermentasi) dan menurun seiring penambahan waktu. Data ini menunjukkan bahwa
pada awal fermentasi terjadi perombakan sukrosa menjadi glukosa dan oleh kamir
dirombak menjadi alkohol sesuai dengan pendapat (Beech at al, 1970), kemudian
kadar alkohol berangsur turun seiring dengan lama fermentasi karena alkohol akan
Kadir, 2003).
4.8. Pengaruh Kadar Gula dan Lama Fermentasi terhadap produksi Total
Soluble Solid (TSS)
konsentrasi gula dan lama fermentasi terhadap TSS (Tabel 4.7) menunjukkan notasi
perlakuan kontrol berbeda sangat nyata dengan semua perlakuan. Perlakuan kontrol
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
63
mempunyai nilai TSS yang paling baik dan nilai ini menurun seiring dengan
Nilai TSS pada awal fermentasi bertambah dari kadar gula yang diberikan,
karena nilai TSS ekstrak rosela sebelum penambahan gula = 3,50. Artinya setiap
Dari analisis statistik interaksi kadar gula dengan lama fermentasi terlihat penurunan
yang tajam pada perlakuan L0 menuju L1. Hal ini menggambarkan bahwa aktivitas
mikroba pada larutan sangat baik pada fase ini. Awal fermentasi dilakukan oleh
khamir sehingga terbentuk kadar alkohol yang lebih tinggi (Gambar 4.8), kadar
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
64
kadar TSS seiring penambahan waktu untuk fermentasi. Analisis statistik pengaruh
konsentrasi gula terhadap Total Soluble Solid (TSS) pada media kombucha-rosela
merupakan faktor yang sangat berarti untuk penentuan TSS pada fermentasi
kombucha-rosela ini.
Gambar 4.8. Grafik Hubungan Interaksi Kadar Gula dan Lama Fermentasi
Terhadap Total Soluble Solid (TSS)
Pada Gambar 4.8 terlihat nilai TSS menurun secara perlahan untuk semua perlakuan.
Hal ini menggambarkan mikroba pada larutan menggunakan TSS sebagai sumber
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
65
pertumbuhan BA, produksi nata, total asam yang dihasilkan, nilai pH, kadar alkohol,
dan nilai TSS (Gambar 4.9) menggambarkan adanya hubungan yang sagat berarti
koloni BA yang paling baik dan pembentukan nata yang paling baik juga.
Gambar 4.9. Grafik Hubungan Interaksi Kadar Gula 8% dan Lama Fermentasi
Terhadap Pertumbuhan BA, Berat Nata, Kadar total Asam, pH,
Kadar Alkohol, dan TSS
Hal ini berarti banyaknya koloni BA berbanding lurus dengan produksi nata dan
berbanding terbalik dengan nilai TSS pada larutan. Artinya pertumbuhan mikroba
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
66
pada larutan kombucha-rosela ini menggunakan TSS sebagai sumber karbon dan
sebahagian sukrosa yang terdapat pada larutan akan dirombak menjadi selulosa
(Aditiwati & Kusnadi, 2003) yang terapung pada permukaan larutan yang sering
disebut nata.
Pada Gambar 4.9 menunjukkan pertumbuhan BA, akan menaikkan nilai total
asam, menurunkan nilai pH, dan menurunkan nilai kadar alkohol pada larutan. Pada
proses fermentasi ini terjadi kehidupan yang saling membutuhkan, dimana awal
fermentasi terjadi perombakan glukosa menjadi alkohol oleh khamir (Beech at al,
organik (Sutherland, 1972). Adanya proses ini akan membuat nilai pH menurun
seiring dengan penambahan waktu dan menaikkan kadar total asam pada larutan.
menaikkan produksi selulosa yang terbentuk (Gambar 4.10), sesuai dengan pendapat
(Teng, 1999). Bila dibandingkan perlakuan yang berkadar gula 8% dengan 10% dan
12% terlihat produksi selulosa yang lebih baik terdapat pada perlakuan yang berkadar
gula 12% (Gambar 4.11). Hal ini terjadi akibat pertumbuhan BA pada larutan
yang telah terbentuk semakin menebal sebagai hasil metabolisma dari BA itu sendiri.
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
67
Gambar 4.10. Grafik Hubungan Interaksi Kadar Gula 10% dan Lama
Fermentasi Terhadap Pertumbuhan BA, Berat Nata, Kadar
Total Asam, pH, Kadar Alkohol, dan TSS
Sedangkan total asam yang diproduksi akan semakin meningkat sesuai dengan
pertambahan waktu. Pada perlakuan yang berkadar gula 12% (Gambar 4.11) terlihat
pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan dengan perlakuan yang berkadar gula
10%. Perlakuan ini memproduksi nata yang lebih baik dibandingkan dengan
perlakuan 8% dan 10%. Disamping itu dan menurunkan kadar TSS yang lebih
banyak, menurunkan nilai pH, menurunkan kadar alkohol, dan menaikkan kadar total
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
68
Gambar 4.11. Grafik Hubungan Interaksi Kadar Gula 12% dan Lama
Fermentasi Terhadap Pertumbuhan BA, Berat Nata, Kadar
total Asam, pH, Kadar Alkohol, dan TSS
produk fermentasi kombucha-rosela bisa diterima atau tidak oleh masyarakat sebagai
terhadap 15 orang panelis yang memenuhi persyaratan untuk uji organoleptik dengan
metode Hedonik.
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
69
Dari analisis statistik pengaruh interaksi kadar gula dan lama fermentasi
terhadap organoleptik warna (Tabel 4.8) terlihat yang mempunyai nilai rataan paling
baik pada perlakuan K2L1 dan yang paling rendah pada perlakuan K3L1.
Tabel 4.8. Pengaruh Interaksi Konsentrasi Gula dan Lama Fermentasi terhadap
Organoleptik Warna
L4 (12 L5 (14
L1 (6 hari) L2 (8 hari) L3 (10 hari) hari) hari)
K1 (8%) 2.40-de 2.31-f 2.24-f 2.22-f 2.20-g
K2
(10%) 3.82-a 3.73-ab 3.71-abc 3.67-bc 3.58-cd
K3
(12%) 1.47-g 1.44-g 1.42-g 1.40-g 1.27-g
Keterangan: Notasi huruf berbeda nyata pada taraf 5% dan diuji dengan DMRT
Data ini menjelaskan bahwa pertumbuhan mikroba lebih cepat pada perlakuan kadar
gula 12%, karena terjadi pendegradasian warna pada larutan. Pada kadar gula 12%
memiliki warna yang kurang disukai para panelis, karena warnanya sudah pudar pada
L1. Sedangkan pada perlakuan dengan kadar gula 10% merupakan nilai organoleptik
Kaliks bunga rosela ini memiliki pigmen hibiscin dan gossipetin. Pigmen ini
memberikan warna yang merah yang menarik (Gambar 4.3). Menurut Mariana dan
Kristiana (2008), kandungan pigmen ini pada kaliks rosela adalah 2% pada kaliks
bunga rosela. Pigmen inilah yang menarik perhatian setiap orang yang
mendegradasi warna (Pandey et al, 2007; Hao et al., 2007), dipengaruhi oleh
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
70
interaksi kadar gula dan waktu yang dimiliki oleh kombucha-rosela (Gambar 4.9).
Gambar 4.12. Grafik Hubungan Interaksi Kadar Gula dan Lama Fermentasi
Terhadap Organoleptik Warna
Cita rasa suatu minuman merupakan penentu baik dan berhasil atau tidak
suatu hasil penelitian dijual pada masyarakat. Hasil fermentasi pada penelitian ini
memberikan cita rasa yang cukup baik. Cita rasa ini diduga disebabkan karena adanya
kecocokan kadar gula, persentasi alkohol dan kadar total asam yang dihasilkan pada
larutan kombucha-rosela.
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
71
fermentasi terhadap organoleptik rasa (Tabel 4.9), terlihat nilai yang paling disukai
terdapat pada perlakuan K2L3 = 2,91, dan yang paling tidak disukai terdapat pada
perlakuan K1L3 = 2,13. Sedangkan perlakuan dengan kadar gula 12% tidak jauh
berbeda dengan perlakuan kadar gula 10%. Untuk lama fermentasi L4 dan L5 nilai
organoleptik rasa lebih tinggi pada perlakuan kadar gula 12% dibandingkan dengan
kadar gula 10%. Hal ini disebabkan karena kadar gula yang dimiliki oleh perlakuan
kadar gula 12% masih banyak yang belum dirombak oleh mikroba, sehingga
mempengaruhi organoleptik rasa pada para panelis, hal ini digambarkan pada Total
Soluble Solid (Gambar 4.8) yang dimiliki oleh kombucha-rosela. Tingginya kadar
gula pada perlakuan K3 menyebabkan proses fermentasi dapat berlangsung lebih lama
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
72
Gambar 4.13. Grafik Hubungan Interaksi Kadar Gula dan Lama Fermentasi
Terhadap Organoleptik Rasa
Selanjutnya nilai organoleptik rasa akan menurun seiring dengan penambahan waktu.
memberikan rasa yang kurang disukai oleh para panelis. Hal ini terjadi karena pada
dan berkurang alkohol karena telah dirombak menjadi asam asetat. Tingginya asam
asetat yang terbentuk (Sutherland, 1972) membuat aroma yang kurang menarik bagi
para panelis. Faktor inilah yang membuat nilai organoleptik rasa menurun.
tepat karena didalam kombucha ini terdapat mikroba yang hidup secara simbiotik.
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
73
kurang disukai karena terbentuknya asam yang semakin meningkat dan berkurangnya
TSS pada fermentasi tersebut. Pada fermentasi L1 juga kurang disukai, keadaan ini
terjadi kemungkinan karena pada perlakuan ini terbentuk kadar alkohol yang paling
Aroma sangat menentukan selera setiap orang untuk meminati suatu produk
diminati oleh para panelis. Analisis statistik interaksi kadar gula dengan lama
fermentasi terhadap organoleptik aroma (Tabel 4.10), terlihat nilai yang paling tinggi
pada perlakuan K2L3 sebesar 2,91, dan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan K1L3
dan K3L3.
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
74
Data ini menjelaskan bahwa interaksi konsentrasi gula dan lama fermentasi
semakin lama terjadi fermentasi maka semakin banyak juga dibentuk asam-asam
organik maupun asam yang mudah menguap (Amerine et al, 1972). Disamping itu
alkohol yang merupakan hasil fermentasi dari khamir/yeast akan digunakan bakteri
Acetobacter sp untuk membentuk asam asetat (Buckle at al, 1987). Diduga kadar
(Gambar 4.14) terlihat pada grafik bahwa kadar gula 10% mempunyai nilai
organoleptik aroma paling tinggi yaitu pada L3 sebesar 2,91, dan nilai yang paling
rendah terdapat pada perlakuan kadar gula 8% sebesar 2,44. Nilai ini menurun seiring
dengan penambahan waktu keculi pada perlakuan kadar gula 12% tetap naik pada L4
dan kemudian turun. Gambar ini menjelaskan bahwa interaksi kadar gula dengan
lama fermentasi paling baik untuk aroma pada K2L3, karena pada perlakuan ini
dirombak menjadi sumber karbon bagi mikroba dan sebahagian dikomversi menjadi
alkohol oleh kamir dan akan dirombak lagi menjadi asam asetat (Buckle at al, 1987).
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
75
Gambar 4.14. Grafik Hubungan Interaksi Kadar Gula dan Lama Fermentasi
Terhadap Organoleptik Aroma
nilai organoleptik warna, rasa, dan aroma (Gambar 4.15) menunjukkan organoleptik
rasa dan aroma yang paling disukai para panelis terdapat pada perlakuan lama
tapi masih mempunyai nilai yang hampir sama dengan organoleptik rasa dan aroma.
Data ini menjelaskan bahwa perlakuan lama fermentasi 10 hari lebih disukai para
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
76
Bila dibandingkan interaksi kadar gula 10% dan lama fermentasi pada
perlakuan berkadar gula 8% untuk lama fermentasi 10 hari terlihat perbedaan yang
cukup berarti. Nilai organoleptik warna, rasa, dan aroma yang paling baik terdapat
pada perlakuan kadar gula 10% dan lama fermentasi 10 hari (Gambar 4.16). Hasil ini
sesuai dengan pendapat (Aditiwat & Kusnadi, 2003) pada minuman tea cider.
Perlakuan interaksi kadar gula 12% dan lama fermentasi terhadap nilai
organoleptik warna, rasa, dan aroma menunjukkan nilai yang paling baik untuk
warna, rasa, dan aroma terdapat pada perlakuan lama fermentasi 10 hari (Gambar
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
77
4.17). Bila dibandingkan perlakuan kadar gula 8%, 10%, 12% dan lama fermentasi 6,
8, 10, 12, 14 hari, terlihat nilai organoleptik yang paling baik untuk warna, rasa, dan
aroma terdapat pada perlakuan kadar gula 10% dan lama fermentasi 10 hari (Gambar
4.16)
Gambar 4.16 Grafik Hubungan Interaksi Kadar Gula 10% dan Lama
Fermentasi Terhadap Organoleptik Warna, Rasa, Aroma
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
78
Gambar 4.17. Grafik Hubungan Interaksi Kadar Gula 10% dan Lama
Fermentasi Terhadap Organoleptik Warna, Rasa, Aroma
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
79
BAB V
5.1. Kesimpulan
disimpulkan:
1. Acetobacter sp. dapat tumbuh baik pada ekstrak rosella yang ditambah dengan
dihasilkan, total asam yang dihasilkan, pH, kadar alkohol, Total Soluble Solid
(TSS)
5.2. Saran
60
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
80
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
81
DAFTAR PUSTAKA
Adegunloye B .J., Omoniyi J.O., Owolabi O.A, Ajagbonna O.P., Sofola O.A and.
Coker H.A.B. (1996). Mechanisms of the blood pressure lowering effect of
the calyx extract of Hibiscus sabdariffa in rats. Afr. J. Med. Med. Sci. 25:
235-238.
Barrow, G. I. and R. Kromosom A. Feltham. 1993. Cowan and Steel’s mannual for
The identification of mediocal bacteria. Cambridge University Press,
Great Britain.
Beech, F. W. & Davenport, R. R. 1970. The Role of Yeast in Cider Making, Rose,
A. H. & Harrison, J. S. (ed), The Yeast vol. 3 Technology, Academic
Press. London, p. 73-95.
62
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
82
Chen C., F-P. Chou, Y-C. Ho, W-L. Lin, C-P. Wang, E-S. Kao, A-C. Huang and C-
J. Wang. 2004. Inhibitory effects of Hibiscus sabdariffa L. extract on
low-density lipoprotein oxidation and anti-hyperlipidemia in fructose-fed and
cholesterol-fed rats. Journal of Science Food and Agriculture 84(15).
Fardiaz, S. 1987. Fisiologi Fermentasi, PAU IPB, Bogor, hal. 11-16, 94-99.
Frank G. W. 1995. Kombucha Heatlty Beverages and Natural Remedy From The Far
East, Publishing W. Eenstaler Cosp Germany.
Frank, G. W. 1999. Kombucha Healthy Beverage and Natural Remedy from the Far
East Its Correct Preparation and Use, Publishing House Ennsthaler Great
Britain, pp. 38-43, 64-82, 108-110.
Gaman, P.M & K.B Sherrington. 1981. Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan
Mikrobiologi. Gadjahmada University Press. Yogyakarta.
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
83
Kadir, S. 2003. Karakteristik Nata de Coco Dari Starter Ampas Nenas Melalui
Penambahan Sukrosa Dan Keasaman Medium. Journal Agroland 10(2):145-
150.
Kustyawati, M.E. dan S. Ramli. 2008. Pemanfaatan hasil tanaman hias Rosela
sebagai bahan minuman. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-
II 2008 Universitas Lampung, 17-18 November 2008
Ley, J. D., & Frateur, J. 1974. Genus Acetobacter. Bejering. 1889:126 – 277.
Dalam R.E. Buchanan & N.E. Gibson (Ed) Bergeys Manual of
Determinatif Bacteriology, Eight Edition. The Williams & Wilkins Co.
Baltimore.
Loncar, E., M. Djuric, M. Malbasa, I.J. Kolarov and M. Klasnja. 2006. Influence of
working condition upon kombucha conducted fermentation of black tea.
Food and Bioproduct processing 84 (C3):186-192.
Maryani dan Kristiana. 2008. Khasiat dan mamfaat Rosela. PT Agro Medya
Pustaka.
Mojiminiyi, F.B.O., B.J. Adegunloye, Y.A. Egbeniyi and R.U. Okolo (2000). An
investigation of the diuretic effect of an aqueous extract of the petals of
Hibiscus Sabdariffa. Afr. J. Med. Med. Sci., 2 (1): 77-80.
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
84
Perry J.L. (1997). Assessment of swab transport systemsfor aerobic and anaerobic
organism recovery.1269-1271, vol 35 no 5
Porzio, L. 2001 The Kombucha Balancing Act. The Kombucha Center.
www.trib.com/-kombu/index.shtml.5 Juli 2009
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
85
Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi. 1989. Analisis Bahan Pangan dan Hasil
Pertanian. Liberty, Yogyakarta.
Teng L.P.N. 1999. Mengenal Nata de Coco. Balai Industri Ujung Pandang.
Vol. 27. No-1 : 32-46
Tuti Rahayu. 2005. Kadar Kolesterol Darah Tikus Putih (Rattus novergicus)
Setelah Pemberian Cairan Kombucha per-oral. Universitas Muhammadyah
Suraskarta. Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 6, No. 2, 85 -
100
Usoh I.F, E.J. Akpan , E.O. Etim and E.O. Farombi (2005). Antioxidant Actions of
Dried Flower Extracts of Hibiscus sabdariffa L. On Sodium Arsenite -
Induced Oxidative Stress in Rats. Pakistan Journal of Nutrition 4 (3): 135-
141, ISSN 1680-5194
Walker, J. 1992. Analyses of the Voltiles in The Seed oil Of Hibiscus saldariffa
(Malvaceal) big Means of GC-MS and GC-FTIR. Publishing Universitif of
Vienna, Austria.
Yamada Y., Hasono R., Puspita L., Widiastuti Y., Soano S., Uchimura T., and
Komagata K. 2003. Diversity of Acetic Acid Bacteria in Indonesia,
Thailand, and the Philippines. Department of Applied Biology and Chemistry,
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
86
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
87
Kultur kombucha
Berikan Larutan ekstrak Rosela yang sudah
diberi gula 8 %, 10%, 12% dan steril
68
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
88
Ditimbang sebanyak 10 gr
69
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
89
70
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
90
Lampiran 4
Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III
K1L0 0.03 0.03 0.03 0.09 0.03
K1L1 1.51 1.45 1.48 4.44 1.48
K1L2 40.00 36.00 37.00 113.00 37.67
K1L3 75.00 79.00 69.00 223.00 74.33
K1L4 54.00 56.00 61.00 171.00 57.00
K1L5 35.00 37.00 30.00 102.00 34.00
K2L0 0.03 0.03 0.03 0.09 0.03
K2L1 0.42 0.59 0.70 1.71 0.57
K2L2 16.00 48.00 48.00 112.00 37.33
K2L3 92.00 91.00 97.00 280.00 93.33
K2L4 18.00 50.00 76.00 144.00 48.00
K2L5 32.00 37.00 40.00 109.00 36.33
K3L0 0.03 0.03 0.03 0.09 0.03
K3L1 3.50 6.45 6.84 16.79 5.60
K3L2 70.00 75.00 78.00 223.00 74.33
K3L3 98.00 80.00 84.00 262.00 87.33
K3L4 35.00 33.00 31.00 99.00 33.00
K3L5 30.00 25.00 21.00 76.00 25.33
Total 1937.21 645.74
71
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
91
Lampiran 5
Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III
K1L0 10.00 10.00 10.00 30.00 10.0
K1L1 13.80 12.60 13.20 39.60 13.2
K1L2 14.20 14.30 15.60 44.10 14.7
K1L3 15.90 15.70 16.60 48.20 16.1
K1L4 15.30 16.40 16.90 48.60 16.2
K1L5 16.70 15.70 16.30 48.70 16.2
K2L0 10.00 10.00 10.00 30.00 10.0
K2L1 14.60 15.40 15.30 45.30 15.1
K2L2 16.00 16.00 16.20 48.20 16.1
K2L3 18.00 18.20 18.40 54.60 18.2
K2L4 18.10 18.40 18.50 55.00 18.3
K2L5 18.40 18.10 18.20 54.70 18.4
K3L0 10.00 10.00 10.00 30.00 10.0
K3L1 15.50 18.20 17.50 51.20 17.1
K3L2 18.00 18.70 17.30 54.00 18.0
K3L3 22.20 20.30 17.00 59.50 19.8
K3L4 20.80 19.80 18.90 59.50 19.9
K3L5 23.30 18.40 18.20 59.90 20.0
Total 861.10 287.03
72
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
92
Lampiran 6
Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III
K1L0 0.19 0.19 0.19 0.57 0.19
K1L1 1.56 1.94 1.61 5.10 1.70
K1L2 2.40 2.61 2.53 7.54 2.51
K1L3 2.48 3.28 3.24 9.01 3.00
K1L4 3.99 3.37 4.00 11.36 3.11
K1L5 2.95 3.03 3.79 9.77 3.26
K2L0 0.19 0.19 0.19 0.57 0.19
K2L1 2.02 2.19 2.32 6.53 2.18
K2L2 2.35 2.73 2.44 7.52 2.60
K2L3 2.35 2.73 2.44 7.52 2.93
K2L4 3.41 3.62 3.62 10.65 3.33
K2L5 3.45 3.66 3.71 10.82 3.61
K3L0 0.19 0.19 0.19 0.57 0.19
K3L1 2.20 2.32 2.27 6.79 2.26
K3L2 3.24 3.03 2.61 8.88 2.96
K3L3 3.33 3.20 3.37 9.89 3.30
K3L4 3.45 3.41 3.54 10.40 3.47
K3L5 3.49 4.00 3.58 11.07 3.69
Total 134.55 44.85
73
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
93
Lampiran 7
Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III
K1L0 3.73 3.73 3.73 11.19 3.73
K1L1 3.59 3.40 2.99 9.98 3.33
K1L2 2.96 2.90 3.03 8.89 2.96
K1L3 2.84 2.83 2.85 8.52 2.84
K1L4 2.81 2.80 2.76 8.37 2.79
K1L5 2.76 2.75 2.76 8.27 2.76
K2L0 3.73 3.73 3.73 11.19 3.73
K2L1 3.31 3.13 3.12 9.56 3.19
K2L2 2.87 2.85 2.88 8.60 2.87
K2L3 2.83 2.84 2.87 8.54 2.85
K2L4 2.76 2.78 2.78 8.32 2.77
K2L5 2.76 2.76 2.74 8.26 2.75
K3L0 3.73 3.73 3.73 11.19 3.73
K3L1 3.17 3.07 3.45 9.69 3.23
K3L2 2.84 2.87 2.85 8.56 2.85
K3L3 2.80 2.81 2.82 8.43 2.81
K3L4 2.79 2.78 2.76 8.33 2.78
K3L5 2.73 2.72 2.71 8.16 2.72
Total 164.05 54.68
74
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
94
Lampiran 8
Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III
K1L0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
K1L1 2.43 2.37 2.43 7.23 2.41
K1L2 2.29 2.29 2.22 6.80 2.27
K1L3 2.15 2.22 2.09 6.46 2.15
K1L4 1.88 1.81 1.88 5.57 1.86
K1L5 1.61 1.61 1.54 4.76 1.59
K2L0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
K2L1 2.43 2.43 2.50 7.36 2.45
K2L2 2.15 2.15 2.15 6.45 2.15
K2L3 2.02 2.09 2.02 6.13 2.04
K2L4 1.75 1.68 1.75 5.18 1.73
K2L5 1.48 1.41 1.34 4.23 1.41
K3L0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
K3L1 2.43 2.43 2.43 7.29 2.43
K3L2 2.15 2.22 2.15 6.52 2.17
K3L3 2.02 2.02 2.02 6.06 2.02
K3L4 1.75 1.68 1.68 5.11 1.70
K3L5 1.48 1.41 1.41 4.30 1.43
Total 89.45 29.82
75
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
95
Lampiran 9
Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III
K1L0 11.5 11.5 11.5 34.50 11.50
K1L1 10.6 10.6 11.0 32.20 10.73
K1L2 10.8 10.4 10.2 31.40 10.47
K1L3 10.2 10.2 10.0 30.40 10.13
K1L4 10.2 10.0 10.0 30.20 10.07
K1L5 9.8 10.0 10.0 29.80 9.93
K2L0 13.5 13.5 13.5 40.50 13.50
K2L1 12.4 12.2 12.2 36.80 12.27
K2L2 12.0 12.0 12.2 36.20 12.07
K2L3 12.2 11.8 11.8 35.80 11.93
K2L4 12.4 11.8 12.0 36.20 11.37
K2L5 11.4 10.4 11.0 32.80 10.93
K3L0 15.5 15.5 15.5 46.50 15.50
K3L1 13.8 13.6 13.8 41.20 13.73
K3L2 13.2 13.4 13.8 40.40 13.67
K3L3 13.4 13.6 13.8 40.80 13.60
K3L4 13.6 13.2 13.4 40.20 13.40
K3L5 12.8 12.4 12.4 37.60 12.53
Total 653.50 217.83
76
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
96
Lampiran 10
Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III
K1L0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
K1L1 2.40 2.47 2.33 7.20 2.40
K1L2 2.33 2.33 2.27 6.93 2.31
K1L3 2.27 2.20 2.27 6.73 2.24
K1L4 2.27 2.20 2.20 6.67 2.22
K1L5 2.20 2.13 2.27 6.60 2.20
K2L0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
K2L1 3.80 3.80 3.87 11.47 3.82
K2L2 3.73 3.67 3.80 11.20 3.73
K2L3 3.73 3.73 3.67 11.13 3.71
K2L4 3.67 3.73 3.60 11.00 3.67
K2L5 3.60 3.53 3.60 10.73 3.58
K3L0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
K3L1 1.47 1.40 1.53 4.40 1.47
K3L2 1.47 1.40 1.47 4.33 1.44
K3L3 1.47 1.40 1.40 4.27 1.42
K3L4 1.40 1.33 1.47 4.20 1.40
K3L5 1.33 1.27 1.20 3.80 1.27
Total 110.65 36.88
77
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
97
Lampiran 11
Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III
K1L0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
K1L1 1.87 1.80 1.93 5.60 1.87
K1L2 1.87 1.87 1.93 5.67 1.89
K1L3 2.07 2.13 2.20 6.40 2.13
K1L4 1.93 1.87 1.93 5.73 1.91
K1L5 1.87 1.80 1.80 5.47 1.82
K2L0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
K2L1 2.73 2.80 2.80 8.33 2.78
K2L2 2.87 2.80 2.87 8.53 2.84
K2L3 2.93 2.93 2.87 8.73 2.91
K2L4 2.73 2.67 2.60 8.00 2.67
K2L5 2.67 2.60 2.67 7.93 2.64
K3L0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
K3L1 2.20 2.27 2.27 6.73 2.24
K3L2 2.53 2.60 2.67 7.80 2.60
K3L3 2.91 2.89 2.90 8.70 2.90
K3L4 2.68 2.69 2.74 8.11 2.70
K3L5 2.66 2.67 2.65 7.98 2.66
Total 109.71 36.57
78
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
98
Lampiran 12
79
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
99
Lampiran 13
80
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
100
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
101
PG
KH
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
102
B
C
A
Foto 4. Kombucha-rosella yang digunakan untuk uji organoleptik warna, rasa dan
arom
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
103
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009