Anda di halaman 1dari 103

  1

KAJIAN PERTUMBUHAN BAKTERI Acetobacter sp. DALAM


KOMBUCHA-ROSELA MERAH (Hibiscus sabdariffa) PADA
KADAR GULA DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

TESIS

Oleh

JUSMAN NAINGGOLAN
077030 015/BIO

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  2

KAJIAN PERTUMBUHAN BAKTERI Acetobacter sp. DALAM


KOMBUCHA-ROSELA MERAH (Hibiscus sabdariffa) PADA
KADAR GULA DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh


Gelar Magister Sains dalam Program Studi Biologi pada Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

JUSMAN NAINGGOLAN
077030 015/BIO

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
MEDAN
2009

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  3

LEMBARAN PERSETUJUAN
Judul Tesis : KAJIAN PERTUMBUHAN BAKTERI
Acetobacter sp. DALAM KOMBUCHA-
ROSELA MERAH (Hibiscus sabdariffa) PADA
KADAR GULA DAN LAMA FERMENTASI
YANG BERBEDA
Nama Mahasiswa : Jusman Nainggolan
Nomor Pokok : 077030015
Program studi : Biologi

Menyetujui
Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Herla Rusmarilin, MS) (Prof. Dr. Dwi Suryanto, M.Sc)
Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. Dr. Dwi Suryanto, M.Sc) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)

Tanggal lulus: 08 September 2009

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  4

Diuji pada
Tanggal: 08 September 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. IR. Herla Ruusmarilin M.S.

Anggota : 1. Prof. Dr. Dwi Suryanto, M.Sc.

2. Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc.

3. Dr. Edy Batara Mulya Siregar, MS. 

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  5

ABSTRAK

Kombucha dan rosela sudah lama digunakan sebagai minuman kesehatan.


Demikian juga Acetobacter sudah lama digunakan sebagai penghasil nata de coco
dari air kelapa. Pada penelitian ini kombucha diinkubasikan pada ekstrak rosela
merah untuk melihat pertumbuhan Acetobacter sp. Untuk mendapatkan pertumbuhan
Acetobacter dilakukan rancangan acak lengkap faktorial dengan 2 faktor yaitu kadar
gula dan lama fermentasi. Ekstrak rosela dimasukkan dalam botol kaca sebanyak 200
ml dan dimasukkan lagi kombucha sebanyak 10 g. Perlakuan divariasikan dengan
kadar gula 8%, 10%, 12%, dan masing-masing perlakuan akan diinkubasikan selama
6 hari, 8 hari, 10 hari, 12 hari, 14 hari dan 0 hari menjadi kontrol. Masing-masing
perlakuan akan diisolasi dengan menggunakan media selektif Herstin-Schramm dan
media NA dicampur dengan PDA. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kadar
gula dan lama fermentasi mempengaruhi pertumbuhan koloni Acetobacter (CFU),
ketebalan nata (g), total asam (%), pH, kadar alkohol (%), Total Souble Solid (TSS)
dan organoleptik warna, rasa, aroma. Dari media kombucha diperoleh 3 macam
species mikroba, dan pertumbuhan Acetobacter yang paling cepat yaitu pada
perlakuan 10% gula dan lama fermentasi 10 hari.

Kata kunci : Acetobacter sp, kombucha-rosella merah (Hibiscus sabdariffa)

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  6

ABSTRACT

Kombucha and red rosela had used as a health drink for long time. Also
Acetobacter sp has been used to stimulated the production of nata de coco which
made from coconut water.In this research, community of kombucha which incubated
in the red rosela extract to see the possibility of Acetobacter sp growth. The research
had been performed using factorial completely randomized disign with two factors
i.e: sugar consentration (K): 8%, 10%, and 12% and fermentation time (L): 6, 8, 10,
12, 14 days and no time fermentation is control. Each 200 cc of rosela extract consist
of 10 g kombucha. Each treatment will be isolated by Herstin-Schramm selective
medium and NA mixed PDA medium. The result of this research show that sugar
content and fermentation period affected the number of Acetobacter colonies (CFU),
Nata Thickness (g), Total acid (%), pH, alcohol content (%), TSS and Organoleptic
Color, taste, smell. Kombucha media obtained from 3 types of microbe species, and
the growth of Acetobacter that is the most rapid treatment on the 10% sugar and 10
days fermentation time.

Key words: Acetobacter sp, kombucha-red rsosella (Hibiscus sabdariffa)

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  7

KATA PENGANTAR

Dari lubuk hati yang paling dalam, penulis Panjatkan Puji Syukur Kehadirat

Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Pengasih, karena penulis dapat rasakan Tuntunan

dan Perlindungan Tuhan dalam penyelesaian perkuliahan dan tugas akhir tesis ini.

Selanjutnya perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara melalui BAPPEDA Provinsi

Sumatera Utara yang memberikan kesempatan dan bantuan finansial

kepada penulis untuk mengikuti perkuliahan Sekolah Pascasarjana ini.

2. Bapak Prof. Chairuddin P.Lubis, DTM & H,Sp.A.(K)., Selaku Rektor

Universitas Sumatra Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc, selaku Direktur Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatra Utara yang telah memberikan

kesempatan dan fasilitas kepada penulis dalam mengikuti dan

menyelesaikan perkuliahan program Magister ini.

4. Bapak Prof. Dr. Dwi Suryanto, M.Sc selaku Ketua Program Studi Biologi

dan sekaligus menjadi pembimbing II penulis dalam penyelesaian tesis ini.

Penulis menyampaikan terima kasih yang tulus atas segala perhatian dan

kesabaran dalam memberikan bimbingan dan arahan dalam perkuliahan

dan penulisan ini.

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  8

5. Bapak Prof. Dr.Ing. Ternala Alex Barus, M.Sc selaku Sekretaris Program

Studi Biologi yang telah banyak memberikan masukan dan semangat bagi

penulis dalam penyelesaian perkuliahan dan tesis ini.

6. Ibu Dr.Ir. Herla Rusmarilin, M.Si sebagai Dosen Pembimbing I dan

sekaligus menjadi Kepala Laboratorium Pangan Pertanian USU. Terima

kasih yang tulus penulis haturkan atas perhatian, kesabaran dan kebaikan

dalam memberikan bimbingan dan arahan dalam perkuliahan dan secara

khusus dalam penyelesaian tesis ini.

7. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc dan Bapak Dr.Ir. Edi Batara Siregar

M.Sc selaku Dosen penguji dan sekaligus Bapak Prof. Dr. Erman Munir,

M.Sc selaku Kepala Laboratorium Mikrobiologi FMIPA USU yang telah

banyak memberikan masukan dan saran untuk penyempurnaan

penyelesaian tesis ini.

8. Bapak Ibu Dosen pada Program Studi Biologi Magister SPs USU yang

membekali penulis dalam perkuliahan sehingga tesis ini dapat

diselesaikan.

9. Kepala Sekolah SMA Swasta Raksana Medan Bapak Drs. S. Manik yang

telah memberikan kesempatan dan dorongan kepada penulis dalam

mengikuti pendidikan pada Sekolah Pascasarjana USU hingga selesai.

10. Laboran Mikrobiologi FMIPA USU dan laboran Laboratorium Pangan

Pertanian USU yang telah banyak membantu penulis dalam pelaksanaan

penelitian di Laboratorium.

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  9

11. Rekan-rekan Mikrobiologi 2006, 2007 dan 2008 yang telah banyak

memberikan dorongan dan saran kepada penulis.

12. Ayahanda K. Nainggolan dan Ibunda S. br Manik yang keduanya telah

tiada sejak 28 tahun yang lalu dan kepada Bapak Mertua A. Manik yang

sudah lama tiada, dan secara khusus kepada Ibunda mertua Ny. B.br

Sihotang yang telah banyak memberi dorongan dan doa kepada ananda

dalam penyelesaian perkuliahan dan tesisi ini.

13. Istri tercinta Chandra Manik, MTh yang telah banyak memberi dorongan,

semangat secara moral dalam penyelesain perkuliahan dan tesis ini. Sulit

mencari kata-kata yang tepat untuk menyampaikan rasa terima kasih

kepada istri tercinta dan buah hati kami tercinta Yosafat Weinberg

Nainggolan, Benhur Chrinstoper Nainggolan, Genetri Grathia Nainggolan

dan Indhiro Elsaday Nainggolan yang telah kehilangan kasih sayang dan

perhatian selama perkuliahan dan penyelesaian tesis ini. Mungkin inilah

yang terbaik menurut Tuhan dalam kehidupan keluarga kita. Semoga apa

yang telah Bapak peroleh menjadi menjadi motivasi yang baik buat kalian

semua untuk belajar mencapai cita-citamu.

14. Keluarga kakanda kel. Drs. S Nainggolan, MM, MBA., kel. Mama Patar

Nainggolan, kel. Pdt. E. Nainggolan, kel. Mama Andi Nainggolan, kel.

Bapak Gilian Nainggolan, kel. Drs T Nainggolan, MM., kel. E.

Nainggolan, SE., dan adinda kel. Herlina Nainggolan, Amd., kel. Jenli

Nainggolan, SE., yang selama ini telah banyak memberi motivasi dan

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  10

dorongan kepada penulis dalam perkuliahan dan penyelesaian tesis ini.

Dan tak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada adek ipar kel. V.M.

Manik, Serli Manik, SPAK, kel. H. Manik, kel. P. Nasution, kel. Bapak

Tasia, Buara, Asima yang telah banyak memberikan dorongan kepada

penulis dalam perkuliahan dan penyelesaian tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis

sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun dalam

penyempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penelitian dan ilmu

pengetahuan.

(Jusman Nainggolan)

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  11

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Panjaitan tanggal 23 Desember 1965 Pangururan

Samosir, putra dari Bapak K. Nainggolan dan Ibu S. br. Manik. Penulis adalah putra

ke delapan dari sepuluh bersaudara. Berkat didikan orangtua dapat menamatkan

sekolah SD Negeri 2 Buhit Pangururan tahun 1979, kemudian melanjutkan sekolah

SMP Negeri 2 Pangururan tamat tahun 1982 dan melanjut lagi SMA Negeri

Pangururan tamat tahun 1985. Pada tahun 1986 melanjutkan pendidikan di USU

dengan bantuan dana dari Dikti pusat Jakarta pada Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Diploma 3 jurusan Biologi dan tamat tahun 1989. Pada tahun

1995 penulis mendapat kesempatan melanjut kuliah pada Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam jurusan Biologi IKIP Negeri Medan dengan bantuan dana

dari Pemerintah melalui Depdikbud Provinsi Sumatera Utara Medan dan tamat tahun

1997.

Penulis memperoleh SK Pengangkatan sebagai Guru Pegawai Negeri Sipil

pada tahun 1990 dan ditempatkan sebagai guru Biologi pada SMA Negeri Sungai

Pakning Provinsi Riau. Pada tahun 1993 mutasi ke SMA Swasta Raksana Medan

sebagai guru diperbatukan dan sampai saat ini masih aktif bertugas sebagai guru

Biologi di SMA Swasta Raksana Medan.

Pada tahun 1993 penulis menikah dengan Chandra Manik, MTh dan dikarunia

anak 4 orang yaitu Yosafat Weinberg Nainggolan, Benhur Chrinstoper Nainggolan,

Genetri Grathia Nainggolan, dan Indhiro Elsadhay Nainggolan.

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  12

Penulis mendapat kesempatan melanjutkan Pendidikan Sekolah Pascasarjana

pada Universitas Sumatera Utara Program Studi Biologi Konsentrasi Mikrobiologi

pada bulan September 2007 dengan bantuan dana dari Pemerintah Provinsi Sumatera

Utara melalui BAPPEDA Provinsi Sumatera Utara.

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  13

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK……………………………………………………………….... i
ABSTRACT………………………………………………………………… ii
KATA PENGANTAR……………………………………………………. iii
RIWAYAT HIDUP………………………………………………………. vii
DAFTAR ISI……………………………………………………………… ix
DAFTAR TABEL...……………………………………………………… xii
DAFTAR GAMBAR.....……………………………………………….... xiii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………...… xv
BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………….. 1

1.1. Latar Belakang…………….………………………………. 1


1.2. Batasan Masalah……….……...…………………….…….. 4
1.3. Permasalahan………………………………….…………… 4
1.4. Tujuan Penelitian.....…………………………….…...……. 5
1.5. Manfaat Penelitian……………………………………….... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA……………………………………........ 7

2.1. Karakteristik Bakteri Acetobacter sp (BA)………………... 7


2.2. Kombucha…………………………………………………. 8
2.3. Proses Fermentasi Kombucha……………………………... 10
2.4. Rosela Merah (Hibiscus sabdariffa)……………………….. 11
2.5. Mekanisme Fermentasi……………………………………. 14
2.6. Faktor-Faktor Pembatas Fermentasi….................................. 16
2.7. Pertumbuhan Mikroba Kombucha…...……………………. 17

BAB III. BAHAN DAN METODA …………………………………….. 19


3.1. Waktu dan Tempat……………………………………….... 19
3.2. Bahan dan Alat……………………………………………. 19
3.3. Sumber Mikroba (Kombucha)…………………………….. 20
3.4. Pembuatan Ekstrak Rosela Merah……….………………... 20
3.5. Enumerasi dan Isolasi BA………………………………… 21
3.6. Identifikasi Bakteri Acetobacter sp (BA)…………………. 21

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  14

3.7. Pewarnaan Gram………………………………………….. 21


3.8. Uji Katalase……………………………………………….. 22
3.9. Uji Motilitas……………………………………………….. 22
3.10. Uji Produksi Selulosa……………………………………... 22
3.11. Pertumbuhan BA pada Kombucha-Rosela……………….. 23
3.12. Viabilitas ………………………...………………………... 23
3.13. Berat Nata Kombucha………….…………..…………….. 24
3.14. Pengukuran Kadar Total Asam……………………….…... 24
3.15. Pengukuran pH…………………………………………… 25
3.16. Uji Kadar Alkohol…………………………… …………. 25
3.17. Total Soluble Solid (TSS)..……………………………….. 26
3.18. Ujui Organolepik Warna, Rasa dan Aroma………………. 26
3.19 Rancangan Penelitian dan Analisis Data………………….. 27

BAB VI. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN……………. 28

4.1. Isolasi dan Seleksi Bakteri Acetobacter sp…………..….... 28


4.2. Karakterisasi Morfologis dan Uji Biokimia……………….. 29
4.3. Pengaruh Kadar Gula dan Lama Fermentasi terhadap
Pertumbuhan Koloni BA………………………………….. 29
4.4. Pengaruh Kadar Gula dan Lama Fermentasi Terhadap
Berat Nata…………………………………........................ 32
4.5. Pengaruh Kadar Gula dan Lama Fermentasi Terhadap
Persentasi Total Asam…………………………………...... 36
4.6. Pengaruh Kadar Gula dan Lama Fermentasi Terhadap pH.. 38
4.7. Pengaruh Kadar Gula dan Lama Fermentasi Terhadap
Persentasi Alkohol……………………………………….... 41
4.8. Pengaruh Kadar Gula dan Lama Fermentasi Terhadap
Produksi Total Soluble Solid (TSS)...……….…………….. 43
4.9. Pengaruh Kadar gula dan Lama Fermentasi Terhadap
Pertumbuhan BA, Berat Nata, Total Asam, Nilai pH,
Kadar Alkohol, TSS ……………………………….……... 46
4.10. Pengaruh Kadar Gula dan Lama Fermentasi Terhadap
Organoleptik Warna.……………………………………… 49
4.11. Pengaruh Kadar Gula dan Lama Fermentasi terhadap
Organoleptik Rasa...……………………………………… 51
4.12. Pengaruh Kadar Gula dan Lama Fermentasi terhadap
Organoleptik Aroma……………………………………… 54
4.13. Pengaruh Kadar Gula dan Lama Fermentasi terhadap
Organoleptik Warna, Rasa, dan Aroma……...…………… 56

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  15

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN..………………………………. 60


5.1. Kesimpulan ……………………………………………….. 60
5.2. Saran………………………………………………………. 60
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 62

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  16

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


2.1. Komponen yang dimiliki oleh teh kombucha...………................... 11
2.2. Kandungan zat nutrisi yang dimiliki oleh tumbuhan rosela
(Hibiscus sabdariffa)………………………………………………. 13
2.3. Kandungan asam amino pada kaliks tumbuhan rosela
(Hibiscus sabdariffa) dalam mg...………………………………… 14
3.1. Skala organoleptik warna ………………………..……….............. 26
3.2. Skala organoleptik rasa…………………………..……………….. 26
3.2. Skala organoleptik aroma…………………………..…................... 26
4.1. Karakter morfologi dan sifat biokimia mikroba pada kombucha
rosela………………………………………….………….……….. 29
4.2. Pengaruh interaksi konsentrasi gula dan lama fermentasi
terhadap pertumbuhan koloni BA…….…………………………. 30
4.3. Pengaruh interaksi konsentrasi gula dan lama fermentasi
terhadap berat nata (g)..……..………………………………..…… 34
4.4. Pengaruh interaksi konsentrasi gula dan lama fermentasi
terhadap total asam (%).……..……………………………...…….. 36
4.5. Pengaruh interaksi konsentrasi gula dan lama fermentasi
terhadap pH……….………………………………………..……... 39
4.6. Pengaruh interaksi konsentrasi gula dan lama fermentasi
terhadap kadar alkohol (%)…………………….……..……..……. 42
4.7. Pengaruh interaksi konsentrasi gula dan lama fermentasi
terhadap Total Soluble Solid (TSS)…………..…………….……… 44
4.8. Pengaruh interaksi konsentrasi gula dan lama fermentasi
terhadap organoleptik warna ………...………………………..…... 50
4.9. Pengaruh interaksi konsentrasi gula dan lama fermentasi
terhadap organoleptik rasa ………………………………..……… 52
4.10. Pengaruh interaksi konsentrasi gula dan lama fermentasi
terhadap organoleptik aroma……..……………………….…......... 54

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  17

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


4.1. Koloni Acetobacter sp pada media Herstin-Schramm (BA) dan
Koloni mikroba kombucha-rosela pada media campuran agar
dengan PDA. A = BA, B = sp 1, C = sp 2....…………………...... 28
4.2. Grafik hubungan interaksi kadar gula dan lama fermentasi
terhadap pertumbuhan koloni BA.…………………………..……. 31
4.3. Fermentasi kombucha-rosela pada kadar gula 8%, 10%, 12%
(A, B, C = Nata (selulosa) hasil fermentasi BA)...……...…...……. 33
4.4. Grafik hubungan interaksi kadar gula dan lama fermentasi
terhadap berat nata…….………………...…………………..…… 35
4.5. Grafik hubungan interaksi kadar gula dan lama fermentasi
Terhadap total asam (%)………..…………………….…………... 37
Grafik hubungan interaksi kadar gula dan lama fermentasi
terhadap pH……………………………………………………….. 40
4.6. Grafik hubungan interaksi kadar gula dan lama fermentasi
terhadap kadar alkohol (%).………….………..………………….. 42
4.7. Grafik hubungan interaksi kadar gula dan lama fermentasi
Terhadap Total Soluble Solid (TSS)….………………..…………... 45
4.8. Grafik hubungan interaksi kadar gula 8% dan lama fermentasi
terhadap pertumbuhan BA, berat nata, kadar total asam,
pH, kadar alkohol, dan TSS……………………...……..…………. 46
4.9. Grafik hubungan interaksi kadar gula 10% dan lama fermentasi
terhadap pertumbuhan BA, berat nata, kadar total asam,
pH, kadar alkohol, dan TSS..……………………….…………...... 48
4.10. Grafik hubungan interaksi kadar gula 12% dan lama fermentasi
terhadap pertumbuhan BA, berat nata, kadar total asam, pH,
kadar alkohol, dan TSS………….…….…………………………... 49
4.11. Grafik hubungan interaksi kadar gula dan lama fermentasi
terhadap organoleptik warna…………..………………………….. 51
4.12. Grafik hubungan interaksi kadar gula dan lama fermentasi
terhadap organoleptik rasa..………………...………………….…... 53
4.13. Grafik hubungan interaksi kadar gula dan lama fermentasi
terhadap organoleptik aroma………………………..……………… 56

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  18

4.14. Grafik hubungan interaksi kadar gula 8% dan lama fermentasi


terhadap organoleptik warna, rasa, aroma...……………………… 57
4.15. Grafik hubungan interaksi kadar gula 10% dan lama fermentasi
terhadap organoleptik warna, rasa, aroma...……………………… 58
4.16. Grafik hubungan interaksi kadar gula 12% dan lama fermentasi
terhadap organoleptik warna, rasa, aroma...……………………… 59

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  19

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman


1. Alur kerja pembuatan kombucha-rosela merah (Hibiscus
Sabdariffa)…………………………………………………………… 68

2. Alur kerja mendapatkan ekstrak rosela…………...……………... 69


3. Alur perlakuan biakan kombucha-rosela pada variasi kadar gula
dan lama fermentasi……………………………….…………….. 70
4. Data pengamatan analisis koloni BA………..……………….….. 71
5. Data pengamatan analisis berat nata (g)……..…………………... 72
6. Data pengamatan analisis total asam (%)………….…………….. 73
7. Data pengamatan analisis pH……….…….……………………... 74
8. Data pengamatan analisis kadar alkohol (%)……………………. 75
9. Data pengamatan analisis Total Soluble Solid (TSS)….……..…... 76
10. Data pengamatan analisis organoleptik warna…....……………... 77
11. Data pengamatan analisis organoleptik rasa………....………….. 78
12. Data pengamatan analisis organoleptik aroma….………………... 79
13. Specific Gravity of Ethanol at 20˚C...…………….……………… 80
14. Bakteri Acetobacter sp dan khamir………………..……............... 82
15. Kombucha- rosela……………………………..…..………........... 83
16. Gambar rosela (Hibiscus sabdariffa L)………………...………… 84

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu cara untuk mengidentifikasi adanya bakteri Acetobacter sp. (BA)

pada suatu substrat dengan mengamati adanya lapisan nata yang terdiri dari selulosa

mengapung pada permukaan larutan. Nata merupakan selulosa berbentuk padat dan

berwarna putih transparan, bertekstur kenyal dengan kandungan air sekitar 98%,

umumnya dikonsumsi sebagai makanan ringan. Biomassa nata berasal dari

pertumbuhan Acetobacter selama proses fermentasi pada media yang mengandung

gula dan asam. Dalam prosesnya, komponen gula dalam medium dipecah oleh

Acetobacter xylinum sehingga terbentuk polisakarida, yaitu selulosa. Selulosa

tersebut membentuk benang-benang serat yang terus menebal membentuk jaringan

kuat, disebut dengan pelikel nata (Stainer dan Deudrof 1957 dalam Rifki, 2004).

Kombucaha merupakan suatu ramuan berbentuk minuman yang merupakan

hasil simbiosis bakteri dan ragi. Menurut beberapa ahli, minuman ini berasal dari

Asia timur (Cina dan India), kemudian menyebar ke Afrika dan Eropa hingga Benua

Amerika. Kombucha terdiri dari lapisan gelatinoid serta membrane yang liat dan

berbentuk piringan bulat (sesuai dengan bentuk tempatnya), berwarna putih,

bertekstur kenyal seperti karet serta hidup dalam lingkungan nutrisi teh manis dan

tumbuh terus-menerus membentuk susunan piringan berlapis dan bila dirawat dengan

baik akan tumbuh sehat dan pesat serta dapat mempunyai usia sangat lama. 

1
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  21

Pada proses fermentasi kombucha ini dapat menghasilkan berbagai macam zat yang

bersifat menyehatkan tubuh. Banyak ahli yang meneliti tentang khasiat kombucha.

Khasiat kombucha diantaranya dapat mengobati pembengkakan dubur, rematik dan

encok pada persendian (Dufreshne et al, 2000), memperbaiki fungsi hati (Loncar et

al, 2006), mengobati sembelit, menurunkan tekanan darah, pusing kepala (Naland,

2003), menurunkan kolesterol (Rahayu, 2005), menyembuhkan kanker (Frank, 1995).

Kombucha sebagai minuman kesehatan telah digunakan lebih dari 2000 tahun

yang lalu (Frank, 1995). Pada kombucha dijumpai beberapa enzim yang dapat

memetabolisme kandungan substrat, misalnya teh (tanin) yang toksik dapat

didegrasasi menjadi monomer-monomer yang tidak berbahaya atau menjadi senyawa-

senyawa lain. Produk metabolisme berupa metobolit-metaboit dari teh dan gula,

yakni beberapa jenis asam dan beberapa vitamin. Kegunaan metabolit itu, misalnya

asam usnat (suatu derivatif dibenzofurane) yang merupakan anti bakteri patogen dan

antiviral. Asam asetat bersifat antagonis terhadap Shigella Escherichia coli,

Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa (Aditiwati & Kusnadi, 2003).

Alkohol diproduksi sekitar 0,5–1%, asam glukoronat mampu mendetoksifikasi

polisakarida misalnya asam hialuronat untuk jaringan konektif, asam kondroitin sulfat

sebagai substansi dasar kartilago, asam mukoitin sulfat untuk kesehatan mata dan

hepar sedangkan asam laktat yang menguntungkan koloni (Frank, 1999).

Untuk kelangsungan hidupnya kombucha memerlukan substrat, misalnya

larutan teh dan sumber karbonnya berupa gula. Setelah beberapa hari melakukan

fermentasi pada substrat, terlihat lembaran mengapung di permukaan larutan atau

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  22

substrat yang menunjukkan telah terjadi perbanyakan (reproduksi) dari individu/

inang, dan akibat reproduksi ini terjadilah proses metabolisme yang dapat mengubah

sukurosa menjadi lapisan selulosa dan mengapung. Pembentukan selulosa ini akibat

adanya kerja dari bakteri Acetobacter sp (BA). Tingginya kadar asam asetat yang

pada media kombucha sangat dipengaruhi oleh kelompok bakteri Acetobacter dan

Gluconobacter.

Hibiscus sabdariffa (rosela merah) berasal dari India menyebar ke Malaeysia

yang kemudian berkembang penyebarannya ke benua Afrika dan terdistribusi dari

India Barat sampai benua Amerika. Seorang ahli botani mengemukakan bahwa

tanaman ini dapat tumbuh baik di Brazil, Meksiko dan dapat juga tumbuh pada

daerah tropis dan sub tropis. Beberapa ahli telah meneliti bahwa rosela dapat

menyembuhkan berbagai macam penyakit yang berkaitan dengan hambatan pada

pembuluh darah dan anti bakteri seperti menyembuhkan tekanan darah tinggi, dapat

membunuh mikroba (Aditiwati & Kusnadi, 2003; Morton, 1920), sebagai minuman

kesehatan atau mengandung banyak anti oksidan (Usoh et al, 2005), dapat mencegah

terjadinya penyempitan pada pembuluh darah (Adegunloye et al, 1996), kaya

mineral dan riboflavin (Chen et al, 2004), dan memperbaiki kerja ginjal (Mojiminiyi

et al, 2000)

Sudah banyak dilakukan usaha penyembuhan penyakit dengan metode alami

serta memenuhi kebutuhan pangan dengan tidak menggunakan produk hasil kemasan

industri yang sering melibatkan bahan bahan sintetis kimia. Hal inilah yang menjadi

pendorong para peneliti untuk mencari sumber alternatif makanan atau minuman

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  23

yang berkhasiat untuk kesehatan. Dalam penelitian ini dicoba menggabungkan

fermentasi kombucha yang sudah dikenal orang sejak dahulu sebagai minuman

kesehatan dengan rosela merah (Hibiscus sabdariffa) yang merupakan minuman

kesehatan yang sudah banyak dikonsumsi orang.

Kombucha-rosela merupakan campuran antara kombucha dengan ekstrak

rosela merah (Hibiscus sabdariffa). Kombucha sebagai starter diinokulasikan ke

dalam ekstrak rosela merah yang dicampur dengan gula dan selanjutnya terjadi

fermentasi. Dalam penelitian ini dikaji pertumbuhan bakteri Acetobacter sp (BA)

dalam substrat ekstak rosella merah pada kadar gula dan lama fermentasi yang

berbeda.

1.2. Batasan Masalah

Mengingat banyaknya jumlah mikroba yang terdapat pada kombucha,

sehingga pengukuran pertumbuhan konsorsium mikroba pada kombucha-rosela ini

dapat dilakukan secara umum yaitu dengan penggunaan media NA dicampur dengan

PDA. Pengukuran pertumbuhan koloni bakteri Acetobacter sp dilakukan secara

khusus dengan cara inokulasi pada media Herstin-Schramm.

1.3. Permasalahan

Kombucha sebagai konsorsium mikroba (bakteri dan yeast) telah banyak

diteliti dan jika dicampur dengan air teh akan terjadi fermentasi. Pada saat ini teh

kombucha sudah dijadikan minuman kesehatan (Frank, 1999). Rosela juga telah

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  24

digunakan sebagai minuman kesehatan seperti diterangkan di atas. Dengan melihat

fungsi dari teh kombucha dan rosela di atas, menarik perhatian untuk meneliti

pertumbuhan mikroba pada kombucha-rosela.

Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis membuat rumusan masalah

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana viabilitas BA pada fermentasi kombucha-rosela dengan

kadar gula dan lama fermentasi yang berbeda?

2. Apakah kombucha mampu hidup dan berkembang pada ekstrak rosela

pada kadar gula dan lama fermetasi yang berbeda?

1.4. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui viabilitas BA yang dipengaruhi kadar gula dan lama

fermentasi pada substrat kombucha-rosela.

2. Untuk mengetahui pertumbuhan mikroba kombucha pada ekstrak rosela

merah (Hibiscus sabdariffa) yang dipengaruhi oleh kadar gula dan lama

fermentasi.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Sebagai sumber informasi bahwa media kombucha dapat diganti dengan

ekstak rosela merah (Hibiscus sabdariffa) yang diberi gula.

2. Sebagai informasi bahwa kombucha secara khusus BA mampu tumbuh pada

media ekstrak rosella dengan konsentrasi gula yang berbeda.

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  25

3. Sebagai sumber informasi bahwa konsentrasi gula dan lamanya fermentasi

mempengaruhi pertumbuhan BA secara optimal pada media ekstrak rosela.

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karakteristik Bakteri Acetobacter sp. (BA)

Bakteri Acetobacter xylinum termasuk genus Acetobacter (Ley & Frateur,

1974). Bakteri Acetobacter sp. bersifat Gram negatif, tidak membentuk endospora,

hidup bersifat aerob obligat, tidak melakukan fermentasi alkohol, berbentuk bulat

lonjong sampai batang pendek (Holt et al, 1974; Moat, 1986; Forng et al,

1989),tumbuh baik pada pH 3,5-4,3 dan suhu 25-30˚C, dapat mengoksidasi etanol

dan menghasilkan asam asetat. Metabolisme bakteri ini menghasilkan enzim katalase,

5- ketogluconic acid dari D-glukosa, ketogenesis dari gliserol (Holt et al, 1974; Ley

& Frateur, 1974). Secara fisik BA mampu mengoksidasi glukosa menjadi rantai atau

polimer yang panjang yang disebut dengan polisakarida atau selulosa berupa serat-

serat putih, yang terbentuk secara bertahap dari lapisan tipis pada awal fermentasi

hingga mencapai ketebalan sekitar 12 mm pada akhir fermentasi, kemudian disebut

sebagai nata yang termasuk metabolit sekunder. Selain metabolit sekunder,

Acetobacter sp. juga menghasilkan metabolit primer berupa asam asetat, air dan

energi yang digunakan kembali dalam siklus metabolismenya.

Asam asetat dimanfaatkan oleh Acetobacter sp. sebagai substrat, agar tercipta

kondisi yang optimum untuk pertumbuhannya dan untuk membentuk CO2 dan H2O

(Holt et al, 1974). Menurut Mandel (2004) bakteri Acetobacter sp. bersifat

overoksidizer yaitu kemampuannya yang dapat mengubah asam asetat dalam medium

7
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  27

fermentasi menjadi CO2 dan H2O, apabila gula dalam medium fermentasi telah habis

dimetabolisir. Banyaknya mikroba yang tumbuh pada suatu media sangat dipengaruhi

oleh nutrisi yang terkandung di medium (Gaman & Sherrington, 1994).

Bakteri Acetobacter memiliki kemampuan untuk memproduksi biofilm

selulosa (nata). Terbentukmya biofilm selulosa (nata) ini merupakan hasil

metabolisme Acetobacter sp yang prosesnya dikendalikan oleh plasmidnya (Rezaee

et al, 2005). Nata ini banyak digunakan pada berbagai industri bahan-bahan biomedik

dan untuk pembuatan kertas yang mempunyai mutu yang lebih bagus dibandingkan

kertas yang diperoleh dari serat tumbuhan (Neelobon et al, 2007), dapat digunakan

sebagai makanan ringan atau cuci mulut, dapat juga digunakan untuk mengurangi

sembelit, dan makanan bagi yang sedang menjalani diet.

2.2. Kombucha

Minuman fermentasi ini telah banyak diteliti dan diketahui memberikan

banyak manfaat bagi kesehatan. Kombucha adalah merupakan produk minuman hasil

fermentasi larutan teh dan gula menggunakan starter kombucha atau tea fungus

(Frank, 1999; Dufreshne et al, 2000). Minuman kombucha berasal dari China dan

dikenalkan ke beberapa Negara seperti Rusia, Korea dan Jepang oleh Doctor Kumbu

(Dufreshne and Franworth, 2000). Minuman ini sangat terkenal di negara-negara

tersebut karena mempunyai manfaat kesehatan dalam menstimulasi sistem imun

tubuh, meningkatkan sistem pencernaan dan fungsi hati (Dufreshne dan Franwoth,

2000; Loncar et al, 2006; Malbasa et al, 2006; Jayabalan et al, 2007). Tea fungus

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  28

merupakan simbiosis antara bakteri dan khamir dalam struktur selulosa (Frank,

1999).

Selama fermentasi dalam larutan teh dan gula, simbiosis bakteri dan khamir

ini memproduksi berbagai enzim, asam asetat, asam karbonat, asam folat, asam

glukonat, asam glukoronat, asam laktat, berbagai asam amino, fruktosa, karbon

dioksida, dan sejumlah kecil alkohol (0.5-1%), vitamin B1 (thiamin), vitamin B2

(riboflavin), vitamin B3 (niasin, niasinamide), vitamin B6 (pyridoxine), vitamin B12

(kobalamin, sianokobalamin), vitamin C (dari asam laktat). Komposisi inokulum

dalam kultur kombucha menjadi sangat krusial karena khamir dan bakteri asam asetat

yang tumbuh bersimbiosis mempunyai aktivitas sinergis dan saling melengkapi

dalam fermentasi (Frank, 1999).

Sebagai minuman segar, kombucha berkhasiat untuk membantu pencernaan,

menurunkan kolesterol, menurunkan berat badan, menstabilkan kadar glukosa dalam

darah, membantu sistem imun, dan membuang racun dari tubuh (Frank, 1999).

Kombucha merupakan alternatif sebagai minuman pengganti teh, karena selain

mengandung komponen senyawa alami yang terdapat dalam teh, juga mengandung

sejumlah asam-asam organik dan vitamin yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh.

Jenis bakteri dalam kombucha yakni Acetobacter xylinum, Bacterium

cylinoides, Gluconobacter gluconicum, Bacterium katogenum ,A. aceti, A.

ketogenum, A. pasterianum dan species yeast (kapang) yakni Saccharomyces

cereviceae, S. ludwigii, S. pombe, Torula sp, Pichia fermentan (Staments, 1994;

Naland 2008). Kultur tersebut merupakan komunitas simbiotik antara kapang (yeast)

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  29

dan bakteria yang apatogen (Staments, 1994). Adanya bentuk kehidupan simbiosis ini

menyebabkan sulit masuk bakteri yang patogen mengkontaminasi kerja sama kedua

jenis mikroba ini. Habitus (perawakan) kombucha seperti karet lunak yang berwarna

putih (pucat) dan bertekstur kenyal seperti karet dan menyerupai gel yang tampak

jelas pada kultur. Kultur yang disebut pelikel ini terbuat dari selulosa yang

merupakan hasil metabolisme bakteri Acetobacter (Frank, 1999).

Menurut Bazarewske (1995) kombucha mempunyai sifat-sifat yang spesifik

yaitu: hidup pada temperatur ideal 23⁰C–27⁰C, peka terhadap cahaya, peka terhadap

guncangan, pH yang ideal 2,7-3,2, peka terhadap logam, peka terhadap polivinil

chlorida (PVC). Dengan diketahuinya sifat ini, dalam pengkulturan kombucha dapat

diatur kondisi yang cocok, sehingga pertumbuhannya dapat berjalan seperti yang

diharapkan.

2.3. Proses Fermentasi Kombucha

Penginokulasian inokulum atau strarter kambucha ke dalam substrat ekstrak

rosela dicampur gula yang sudah steril. Setelah diinokulasi pada tempat stopless

ditutup dengan kain kasa atau sejenisnya dan disimpan selama 6-14 hari. Fermentasi

berlangsung dengan baik bila pH dan konsentrasi gula dan suhu diperhatikan. Pada

saat fermentasi, kultur tidak boleh diguncang atau digerak-gerakkan dan suhu ideal

untuk fermentasi 30˚C, dan pH sekitar 2,7-3,2 (Kustyawati & Ramli, 2008). Koloni

mikroba akan rusak bila terkena cahaya matahari.

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  30

Menurut Naland (2008) bahwa kombucha mengadung komponen-komponen

pada (Tabel 2.1).

Tabel 2.1. Komponen yang dimiliki oleh Teh Kombucha

Komponen kombucha Mamfaatnya bagi manusia

Asam laktat sangat penting dalam pencernaan manusia


Asam asetat menghambat bakteri berbahaya
Asam malat untuk detoksifikasi tubuh
Asam oksalat pengawet alami
Asam glukonat penginfeksi yeast seperti Candida
Asam butirat melawan infeksi khamir
Asam nukleat untuk regenerasi sel
Asam amino pembentukan protein
Beberapa enzim glukokinase, sukkurase,
Vitamin B-1 untuk metabolisme
Vitamin B-2 memproses asam amino, lemak dan karbohidrat
Vitamin B-3 untuk menurunkan kadar kolesterol
Vitamin B-6 untuk perbaikan saluran pencernaan
Vitamin B-12 metabolisma antar sel pada tubuh
Vitamin B-15 sebagai oksigenator dalam tubuh
Vitamin C pembentukan substansi antar sel dan meningkatkan
daya tubuh.
Asam folat untuk memproduksi sel-sel darah.
Asam glukoronat untuk mengkonjugasi toksin dan racun
Asam Hyaluronic untuk mengikat toksin dan membentuk ester.
Asetaminophen untuk menghilangkan rasa nyeri pada tubuh (analgetik)
Antibiotik untuk membatasi pertumbuhan mikroba.

2.4. Rosela Merah (Hibiscus Sabdariffa)

Rosele merah termasuk tanaman tahunan dan herbal, tumbuh dapat mencapai

2,4 meter dengan batang lunak atau setengah lunak, bentuk batang silindris, warna

merah. Daun memanjang dengan panjang (7,5-12,5 cm) warna hijau kemerahan

dengan petiola panjang atau pendek. Daun memiliki 5-7 lobus dengan tepi daun

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  31

bergirigi. Bunga terdapat pada daun aksial dengan lebar 5-12 cm berwarna pink,

kuning ros, maron. Kaliks bewarna merah, terdiri dari 5 sepal dan epikalik 8-12

lembar. Bracteolus mengelilingi dasar bunga dengan panjang 3,2– 5,7 cm dan

berbentuk kapsul dengan panjang 1,25–2 cm warna hijau dan memiliki 5 katup, setiap

katup terisi dengan 3-4 bentuk biji. Kapsul terbuka bila tua dan kering, kaliks, batang

dan daun rasanya asam (Morton, 1987; Sutomo, 2008). Rosela dapat tumbuh di

segala macam tanah, mudah tumbuh di lahan pasir tanpa harus disiram atau diberi

pupuk secara intensif.

Tanaman rosela hanya mengalami satu kali masa produktif, sehingga untuk

mengoptimalkan hasil panen disarankan rosela ditanam secara khusus tanpa diselingi

tanaman lain. Tanaman ini memiliki dua varietas dengan budidaya dan manfaat yang

berbeda, yaitu: (i) Hibiscus sabdariffa var. Altisima, rosela berkelopak bunga kuning

yang sudah lama dikembangkan untuk diambil serat batangnya sebagai bahan baku

pulp dan karung goni; dan (ii) Hibiscus sabdariffa var. Sabdariffa, rosela berkelopak

bunga merah yang kini mulai diminati petani dan dikembangkan untuk diambil

kelopak bunga dan bijinya. Bunga dan biji ini dapat dimanfaatkan sebagai tanaman

herbal dan bahan baku minuman kesehatan. Kandungan vitamin C yang tinggi pada

kaliks rosela ini dapat berfungsi sebagai bahan antioksidan dalam tubuh. Bunga

rosela kaya serat yang bermanfaat untuk kesehatan saluran pencernaan. Bunga rosela

kering dapat diseduh menjadi minuman sejenis teh, yang sudah umum dimanfaatkan.

Bunga rosela juga dapat dijadikan bahan baku selai, karena warnanya yang merah

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  32

menyala dapat menghasilkan selai yang berwarna cantik dan menyehatkan

(Kustyawati dan Ramli, 2008)

Rosela merah merupakan tanaman asli India dan terdistribusi ke Malaysia,

menyebar ke Afrika. Rosela merupakan tanaman tropis dan kemudian dibawa ke

daerah sub tropis Eropa dan sub tropis Amerika. Tumbuhan rosela mengandung kadar

kalsisum, niasin, riboflavin dan besi yang tinggi (Muryana, 2008). Untuk 100 gram

kaliks, buah segar, daun segar, dan biji kandungannya seperti dalam Tabel 2.2 berikut

(DEPKES RI. No SPP. 1065/35.15/05).

Tabel 2.2. Kandungan zat Nutrisi yang dimiliki oleh tumbuhan Rosela
(Hibiscus sabdariffa)

Dalam 100 g
Kaliks Buah segar Daun segar Biji kering
segar
Kalori (kal) 44 49 43 -
Air (%) 86,2 84,5 85,6 7.6
Protei n (g) 1,6 1,9 3,3 24,0
Lemak (g) 0,1 O,1 0,3 22,3
Karbohidrat (g) 11,1 12,3 9,2 -
Serat (g) 2,5 2,3 1,6 15,3
Abu (g) 1,0 1,2 1,6 7,0
Kalsium (mg) 160 172 213 0,3
Fosfor (mg) 60 57 93 0,6
Besi (mg) 3,8 2,9 4,8 -
Betakaroten (ig) 285 300 4135 -

Menurut Busson (1995) bahwa kaliks tumbuhan rosela ini juga mengandung

berbagai Asam amino (Tabel 2.3).

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  33

Tabel 2.3. Kandungan asam amino pada kaliks tumbuhan rosela (Hibiscus
sabdariffa) dalam mg

Nama asam amino Ukuran Nama asam amino Ukuran


Arginine 3,6 Tyrosine 2,2
Cystine 1,3 Valin 3,8
Histidine 1,5 Asam aspartat 16,3
Lysine 3,9 Asam glutamat 7,2
Methionine 1,0 Alanine 3,7
Isoleusine 5,0 Glycine 3,8
Phenylalanine 3,2 Proline 5,6
Threonine 3,0 Serine 3,5

2.5. Mekanisme Fermentasi

Proses fermentasi dimulai ketika kultur mengubah glukosa menjadi etanol dan

CO2, kemudian bereaksi dengan air membentuk asam karbonat. Glukosa berasal dari

inversi sukrosa oleh khamir menghasilkan glukosa dan fruktosa. Acetobacter sebagai

bakteri utama dalam kultur kambucha mengoksidasi etanol menjadi asetaldehida

kemudian menjadi asam asetat. Aktifitas biokimia yang kedua dari bakteri

Acetobacter adalah pembentuk asam glukonat yang berasal dari oksidasi glukosa.

Sukrosa dipecah menjadi glukosa dan fruktosa oleh khamir (Sutherland, 1972)

Pada pembuatan etanol oleh khamir dan pembuatan selulosa oleh bakteri

Acetobacter sp. Glukosa dikonversi menjadi asam glukonat melalui jalur fosfat

pentosa oleh bakteri asam asetat, sebagian besar fruktosa di metabolisme menjadi

asam asetat dan sejumlah kecil asam glukonat. Fruktosa masih tertinggal sebagian

dalam media fermentasi kemudian diubah menjadi bentuk yang lebih sederhana oleh

mikroorganisme sehingga dapat digunakan sebagai substrat fermentasi. Kultur dalam

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  34

waktu bersamaan juga menghasilkan asam organik lainnya, bakteri Acetobacter sp.

mengubah gula menjadi selulosa yang disebut pelikel dan melayang di permukaan

medium. Jika nutrisi dalam medium telah habis dikonsumsi, kultur akan berhenti

tumbuh. Kultur akan aktif lagi, jika memperoleh nutrisi kembali (Frank, 1999).

Bakteri asam asetat memanfaatkan etanol untuk tumbuh dan memproduksi

asam asetat. Adanya asam asetat memstimulasi khamir untuk memproduksi etanol.

Interaksi simbiosis ini ditemukan pada Gluconobacter dan S. cereviceae. Konsentrasi

asam asetat dalam kombucha hanya meningkat sampai batas tertentu lalu mengalami

penurunan. Menurut Kadir (2003) penurunan pH medium ini salah satunya

disebabkan karena terurainya gula menjadi etanol oleh Saccharomyces dan oleh

Acetobacter kemudian dirubah menjadi asam asetat seperti pada persamaan reaksi

berikut:

ATP ADP + Pi ATP ADP + Pi

Glukosa Etanol Asam asetat

Acetobacter juga mampu menghidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan sebuah

fruktosa. Jenis gula (sukrosa, glukosa, fruktosa) memiliki pengaruh yang berbeda-

beda terhadap pembentukan etanol dan asam laktat, namun konsentrasi gula secara

individual hanya berpengaruh kecil terhadap rasa kombucha.

Selama proses fermentasi kombucha dalam substrat terjadi aktifitas

mikroorganisme yang berlangsung secara simultan dan sekuensial. Proses fermentasi

dimulai dengan aktifitas khamir yang memecah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  35

dengan bantuan enzim ekstraseluler invertase dan selanjutnya glukosa direduksi

menjadi etanol dan karbon dioksida yang terbentuk bereaksi dengan air membentuk

asam karbonat (Aditiwati & Kusnadi, 2003)

2.6. Faktor-Faktor Pembatas Fermentasi

Faktor-faktor yang dapat membatasi proses fermentasi antara lain: suhu, pH,

ketersediaan nutrients (kadar gula), lamanya fermentasi, kondisi mikroba, sifat

medium dan pemindahan sisa (Aditiwati & Kusnadi, 2003). Pada suhu rendah,

viskositas ekstrak rosela merah meningkat dan volatilitas senyawa menurun sehingga

menghambat proses fermentasi (Athur, 1995). Pada suhu tinggi viabilitas kombucha

akan menurun atau in aktif dan proses fermentasi kombucha-rosella sebaiknya

dilakukan pada suhu kamar 30 ºC (Kustyawati dan Ramli, 2008).

Beberapa studi memberikan fakta bahwa fementasi akan meningkat bila

disesuaikan dengan peningkatan pH/asiditas (Walker, 1992). Secara umum pH sangat

mempengaruhi pertumbuhan setiap organisma maupun mikroorganisma, karena dapat

menghambat kerja enzim yang dimilikinya.

Nutrisi sebagai sumber karbon diperlukan untuk kelangsungan hidup

kombucha. Jika nutrisi melimpah, viabilitas meningkat atau berlaku sebaliknya.

Ketersediaan nutrisi pada kombucha meliputi adanya unsur C, N, P, dan K. Seperti

dijelaskan di atas, apabila nutrisi cukup pertumbuhan berlangsung dengan baik dan

bila nutrisi sudah habis, pertumbuhan terhenti tapi kombucha tetap dalam keadaan

hidup. Sebaliknya bila nutrisi terdapat banyak atau melimpah memperlambat

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  36

pertumbuhan. Fermentasi dapat berlangsung bila ada kadar gula sebagai sumber

karbon yang cukup. Pemecahan molekul gula oleh mikroba kombucha memerlukan

waktu. Semakin lama proses fementasi semakin habis sumber karbon dan sebagai

akibatnya tingkat keasaman semakin tinggi mengakibatkan proses fermentasi lambat

dan berhenti.

Kondisi mikroba berkaitan dengan adaptasi mikroba dengan lingkungan baru

dengan cara sel mempersiapkan diri untuk replikasi dengan sistem koloni sel. Adanya

pertumbuhan pada sel mengakibatkan terbentuknya koloni sel dan membentuk

lapisan biofilm atau lapisan gelatin atau lendir yang tersusun rapat dan tebal sehingga

terbentuk lempengan–lempengan selulosa yang disebut nata.

Media yang tersedia dengan nutrien yang komposisinya variatif, disesuaikan

dengan kebutuhan mikroba dalam proporsi yang sebanding. Media sebaiknya diberi

gula yang cukup sebagai sumber karbon bagi mikroba. Disamping itu harus

merupakan perhatian yang utama kondisi pH medium pada kombucha. Hasil

metabolisme mikroba dimamfaatkan dalam bentuk konsorsium, sehingga

meningkatkan viabilitas dan pertumbuhan konsorsium mikroba kombucha menjadi

saling mengisi atau melengkapi atau adanya bentuk kehidupan bersimbiosis

mutualisma.

2.7. Pertumbuhan Mikroba Kombucha

Pertumbuhan merupakan peningkatan komponen-komponen sel yang

selanjutnya menyebabkan peningkatan ukuran sel, peningkatan jumlah sel, atau

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  37

peningkatan kedua-duanya. Para ahli ekologi mikroba telah mengidentifikasi berbagai

jenis mikroba yang berupa konsorsium bakteri dan yeast. Pertumbuhan mikroba

maupun golongan jamur pada kombucha ini tentunya sangat dipengaruhi oleh adanya

sumber karbon yang cukup, suhu yang optimal dan kondisi pH yang cocok serta

kondisi lain yang mendukung (Frank, 1999).

Dalam penelitian ini diteliti secara khusus bakteri Acetobacter sp, karena

dalam fermentasi kombucha menghasilkan asam dan juga membentuk selulosa yang

terapung. Menurut Andriani (2006) bahwa asam asetat pada kombucha sangat

berguna untuk membasmi mikroba pathogen. Jadi asam asetat dapat digunakan

sebagai pengawet bahan makanan alami misalnya para pedagang daging dapat

memamfaatkan asam ini menjadi pengawet alami, tidak menggunakan pengawet

kimia seperti formalin.

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  38

BAB III

BAHAN DAN METODA

3.1. Waktu dan Tempat

Percobaan dilakukan dari bulan Mei s.d. Juni 2009 bertempat di Laboratorium

Teknologi Pangan Fakultas Pertanian dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang diperlukan untuk percobaan adalah: kultur kombucha, ekstrak

rosela merah, gula, air, alkohol 76%, NaOH 0,1 N, urea, kristal ungu, safranin, H2O2,

media agar. Medium nutrient Herstin-Schramm yang terdiri dari glukosa 2%;

exstraks yeast 0,5%; peptone bacto 0,5%; asam asetat 0,115%; Na2HPO4 0,27%;

MgSO4.7H2O 0,05%.

Alat-alat yang digunakan: cawan petri, tabung reaksi, gelas ukur, gelas beaker,

erlenmeyer, hoki stik, pembakar bunsen, tabung kuvet, kertas tissue, kertas saring,

oven, vortex, otoklaf (Yamato), timbangan elektrik atau timbangan manual, jam,

termometer, inkubator, korek api, glass objek, mikroskop, pipet volume,

handrefraktometer, piknometer, batang pengaduk, pH meter, rak tabung reaksi,

kamera foto digital.

19
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  39

3.3. Sumber Mikroba (Kombucha)

Sumber kombucha diperoleh dari Laboratorium Tehnologi Pangan Fakultas

Pertanian Universitas Sumatra Utara. Kemudian dibiakkan dulu untuk mendapatkan

kombucha yang dibutuhkan. Kombucha dipotong dengan menggunakan gunting atau

pisau yang distrerilkan dengan alkohol 76% atau dengan menggunakan alat yang

telah dibakar dengan pembakar bunsen, kemudian ditimbang sebanyak 10 g untuk

masing-masing perlakuan.

3.4. Pembuatan Ekstrak Rosela Merah

Kaliks bunga rosela diperoleh dari petani. Kaliks ini dibersihkan dengan air,

kemudian dikeringkan dengan cara mengangin-anginkan kemudian dimasukkan

dalam oven dengan suhu 50°C. Kaliks bunga rosela kering ditimbang 10 gram, lalu

diseduh dengan air yang mendidih sebanyak 1 liter atau dipanaskan dengan otoklaf

pada suhu 121oC dan tekanan 15 psi untuk memastikan bahwa mikroba yang ada

dalam ekstrak mati (tidak terkontaminasi).

Pembuatan minuman kombucha-rosela dengan cara memasukkan gula: 8%,

10%, 12%, kemudian dipanaskan hingga mendidih atau dengan menggunakan otoklaf

untuk memastikan semua mikroba mati. Larutan ini didinginkan kemudian

dimasukkan kombucha 50 g untuk setiap 1 liter larutan rosella

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  40

3.5. Enumerasi dan isolasi BA

Sebanyak 5 ml diambil cairan kombucha-rosela merah dicampurkan dengan

45 ml aquades steril, kemudian dilakukan pengenceran berseri hingga mencapai

pengenceran 10-4. Dari pengenceran 10-1 s.d. 10-4 suspensi diambil 0,1 ml dan

diinolkulasikan ke dalam media Herstin-Schramm dengan metode sebar.

3.6. Identifikasi Bakteri Acetobacter sp (BA)

Untuk mengidentifikasi genus BA ini dilakukan dengan mengamati berbagai

sifat morfologi koloni, morfologi sel maupun fisiologi yang dimiliki oleh mikroba

tersebut. Dalam hal ini identifikasi yang dilakukan pada bakteri golongan Acetobacter

sp. dilakukan dengan cara pewarnaan Gram, uji enzim katalase, uji motilitas,

produksi selulosa, dan produksi alkohol.

3.7. Pewarnaan Gram

Preparat oles dibuat pada gelas benda, difiksasi di atas api bunsen. Preparat

ditetesi dengan larutan kristal ungu, didiamkan selama 60 detik dan dicuci dengan air

mengalir dan dikeringkan. Preparat ditetesi dengan larutan gention violet dan

didiamkan selama 2 menit, dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan. Preparat

ditetesi dengan alkohol 96% sampai warna ungu hilang. Preparat ditetesi safranin dan

didiamkan selama 30 detik, dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan. Preparat

ditetesi dengan minyak imersi. Preparat diamati dengan mikroskop, jika sel berwarna

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  41

ungu sel termasuk gram positif dan sebaliknya jika sel berwarna merah sel itu

termasuk Gram negative (Nirwati, 2006; Hadioetomo, 1985).

3.8. Uji katalase

Isolat dari agar miring diambil satu ose, kemudian dioleskan pada gelas benda

yang telah disterilkan dengan alkohol. Gelas benda ditetesi dengan larutan H2O2 3%.

Jika terdapat gelembung gas berarti uji katalase tersebut positif artinya aktivitas

mikroba tersebut menghasilkan enzim katalase (Lay, 1994).

3.9. Uji motilitas

Uji ini dilakukan dengan cara menginokulasikan isolat bakteri dengan cara

menusukkan jarum ose secara tegak lurus hingga setengah tinggi ke media Sulfit

Indol Motility (SIM) pada tabung reaksi. Tabung diinkubasi selama 48 jam pada suhu

32˚C, setelah itu diperhatikan jejak pergerakan bakteri (Barrow et al., 1993)

3.10. Uji produksi selulosa

Pertumbuhan selulosa pada fermentasi ini diamati dari selulosa (nata) yang

dihasilkan. Selanjutnya nata ini dibandingkan dengan nata awal yang diinokulasikan

pada media ekstrak rosela. Untuk menjelasksn perbandingan pertumbuhan nata ini

dilakukan dengan cara penimbangan nata yang terbentuk.

Untuk memastikan bakteri BA pada kombucha-rosela ini dilakukan dengan

menginokulasikan mikroba kombucha-rosela pada media selektif Herstin-Schramm.

Koloni hasil isolasi ini diinokulasikan pada media air kelapa dengan gula 25%, urea

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  42

5% dan asam asetat 4% dikulturkan selama 10 hari. Apabila pada kultur ini dijumpai

adanya lapisan nata decoco, isolat yang digunakan itu merupakan bakteri BA dan

sebaliknya bila tidak terjadi, isolat yang digunakan bukan BA.

3.11. Pertumbuhan BA pada Kombucha-Rosela

Ekstrak rosela merah disiapkan dalam 3 level masing-masing dalam gelas

beaker 200 ml atau botol sejenisnya. Tiga botol ekstrak rosela dengan konsentrasi

gula 8%, tiga botol ekstrak rosela dengan konsentrasi gula 10%, tiga botol ekstrak

rosela dengan konsentrasi gula 12%. Masing-masing botol diberikan inokulum

kombucha sebanyak 10 g, kemudian diinkubasikan pada suhu kamar selama 0 hari

sebagai kontrol, 6 hari, 8 hari, 10 hari, 12 hari, dan 14 hari. Setelah fermentasi

berlangsung, kombucha ditimbang dengan menggunakan timbangan elektrik setelah

ditiriskan selama 5 menit. Setiap perlakuan diamati pertumbuhan bakteri dengan

menginokulasikan cairan kombucha-rosela pada cawan petri yang berisi media

selektif Herstin-Schramm.

3.12. Viabilitas

Sebanyak 45 cawan petri berisi media Herstin Schramm steril, diinokulasikan

larutan kombucha-rosella yang diberi gula 8 %, 10%, 12%, untuk lama fermentasi 0

hari sebagai kontrol, 6 hari, 8 hari, 10 hari, 12 hari, dan 14 hari dengan metode sebar.

Masing-masing perlakuan diamati dan dihitung pertumbuhan koloni BA pada media

Herstin Schramm setelah inkubasi 48 jam.

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  43

3.13. Berat Nata Kombucha

Karena kombucha termasuk konsorsium mikroba yang melekat pada nata,

untuk mengukur pertumbuhan mikroba dilakukan dengan menimbang berat nata

setelah fermentasi (M1) lalu dikurangkan dengan berat nata awal sebelum fermentasi

atau nata awal (Mo)

Pertambahan berat = M1 – Mo

M 1 = Berat akhir

M0 = Berat awal

3.14. Pengukuran kadar total asam

Kadar total asam dapat diukur dengan metoda Ranggana (1978) yaitu:

menyaring cairan kombucha-rosella dengan kertas saring. Sebanyak 10 ml dipipet ke

dalam bejana beaker kemudian diisi dengan aqudes hingga volumenya menjadi 100

ml, kemudian ditambahkan larutan fenolptalein 1% sebanayak 2-3 tetes. Larutan

dititrasi dengan menggunakan NaOH 0,1 N. Titrasi dihentikan setelah timbul warna

merah jambu yang stabil.

ml NaOH x N. NaOH x BM asam dominan x fp x 100%


% Total asam =
berat sampel (g) x 1000 x valensi asam
fp = faktor pengencer = 10

Asam dominan = asam asetat CH3COOH, valensi asam = 3

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  44

3.15. Pengukuran pH

Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter. Hal ini dilakukan

pada hari pertama sebelum terjadi fermentasi dan setelah terjadi fermentasi yaitu pada

hari ke-0, 6, 8, 10, 12, dan14.

3.16. Uji Kadar Alkohol

Pengujian kadar alkohol yang diproduksi oleh mikroba pada kombucha-

rosella dilakukan dengan metode Skoog (1985) sebagai berikut: larutan kombucha-

rosella diambil sebanyak 50 ml, kemudian dimasukkan ke dalam labu penyuling 250

ml dan selanjutnya dinetralkan dengan NaOH 3 N. Larutan ini dilanjutkan dengan

proses penyulingan dengan cara destilasi dan hasilnya ditampung sebanyak 50 ml.

Hasil penyulingan kemudian dimasukkan ke dalam alat piknometer 25 ml yang

dilengkapi termometer. Sebelum perlakuan alat piknometer dan termometer

ditimbang terlebih dahulu. Piknometer dimasukkan kedalam air dingin hingga suhu

air mencapai 20˚C (konstan). Kemudian permukaan luar piknometer dikeringkan

dengan kertas tissue dan ditimbang beratnya. Penghitungan berat jenis dapat

dilakukan dengan cara berikut:

(berat piknometer + destilat) – berat piknometer kosong

(berat piknometer + akuades – berat piknometer kosong

Dengan mengetahui berat jenis alkohol, kadar alcohol dapat dicari dari daftar specific

gravity pada lampiran 13.

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  45

3.17. Total Soluble Solid (TSS)

Cairan kombucha-rosella diambil 1-2 tetes dari setiap perlakuan, kemudian

diamati langsung dengan menggunakan alat handrefraktometer dan langsung dibaca

nilai TSS-nya. TSS ini dinyatakan dalam ˚Brix (Sudarmadji et al,1989)

3.18. Uji organoleptik Warna, Rasa dan Aroma

Uji organoleptik warna, rasa, aroma dilakukan dengan uji hedonik menurut

Soekarto (1985). Uji ini masing-masing dilakukan kepada 15 panelis yang diuji

secara inderawi dengan skala numerik. Skala hedonik warna, rasa, aroma dapat

dibuat pada Tabel 3.1, Tabel 3.2 dan 3.3.

Tabel 3.1. Skala organoleptik warna

Skala hedonic Skala numerik


Tidak suka 1
Agak suka 2
Suka 3
Sangat suka 4

Tabel 3.2 Skala organoleptik rasa

Skala hedonik Skala numerik


Tidak suka 1
Agak suka 2
Suka 3
Sangat suka 4

Tabel 3.3. Skala organoleptik aroma

Skala hedonik Skala numerik


Tidak suka 1
Agak suka 2
Suka 3
Sangat suka 4

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  46

3.19. Rancangan Penelitian dan Analisis Data

Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengka Faktorial (RALF)

dengan 2 perlakuan yaitu kadar gula dibuat 3 level yaitu 8%, 10%, 12% dan lama

fermentasi dibuat mulai 0, hari, 6 hari, 8 hari, 10 hari, 12 hari, dan 14 hari. Masing-

masing perlakuan dibuat dengan 3 kali ulangan.

Ŷijk = μ + αi+ßj + (αß)ij + εijk

Ŷijk : Hasil Pengamatan dari Faktor K pada taraf ke- I dan factor L pada taraf

ke- j dengan ulangan ke-k

μ : efek nilai tengah

βi : pengaruh factor K pada taraf ke - j

αi : pengaruh faktor L pada taraf ke - i

εijk : pengaruh error (galat) dari factor K pada taraf ke-I dan factor L pada

taraf ke – j dalam ulangan k.

Bila anava memberikan hasil yang berbeda nyata atau sangat nyata maka diadakan uji

lanjut untuk tingkat kepecayaan 95% (pada α = 0.05) dengan DMRT.

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  47

BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASA N

4.1. Isolasi dan seleksi Bakteri Acetobacter sp

Pada fermentasi kombucha-rosela yang telah dilakukan dengan perlakuan

kadar gula dan lama fermentasi yang bervariasi dapat diidentifikasi pertumbuhan BA.

Pertumbuhan BA diperoleh setelah diisolasi dari larutan kombucha-rosela. Setiap

perlakuan ditumbuhkan pada media Herstin-Schramm yang berperan sebagai media

selektif untuk BA, disamping itu ditumbuhkan pula pada media NA yang

dicampurkan dengan media PDA. Dari hasil penginokulasian ini didapat 3 macam

jenis mikroba (Gambar 4.1).

BA B

Gambar 4.1. Koloni Acetobacter sp pada media Herstin-Schramm (BA) dan


koloni mikroba kombucha-rosela pada media campuran Agar
dengan PDA. A = BA, B = sp 1, C = sp 2

28
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  48

4.2. Karakterisasi Morfologis dan Uji Biokimia

Pada kombucha-rosela dijumpai adanya beberapa jenis mikroba yang saling

bersimbiosis antara bakteri dengan yeast/khamir (Frank, 1999). Mikroba yang

berhasil diidentifikasi dari fermentasi kombucha-rosela, setelah diadakan

karakterisasi merfologi dan biokimia (Tabel 4.1).

Tabel 4.1 Karakter morfologi dan sifat biokimia mikroba pada kombucha-
rosela

Karakter morfologis Uji biokimia sederhana

Kode Bentuk Tepi Elevasi Warna Bentuk/ Gram SIM Katalase Produk
isolal Koloni Koloni Koloni Koloni Tatanan Nata
Sel
BA bulat rata naik krem pseudopodial,
diplobasil, - + + +
streptobasil
Sp 1 bulat berom datar putih pseudopodial
bak dan bertunas * * * -
Sp 2 bulat berom datar krem pseudopodial
bak dan bertunas * * * -
Catatan * = Tidak dilakukan uji biokimia sederhana

Dari hasil identifikasi ternyata BA mampu menghasilkan nata setelah diinokulasikan

pada air kelapa, sedangkan Sp 1 dan Sp 2 termasuk ke dalam kelompok khamir

karena mempunyai kemampuan berbiak dengan bertunas, disamping itu mikroba ini

tidak mampu memproduksi nata bila dimasukkan ke dalam air kelapa dengan 25%

gula, pH 4, dan urea5%.

4.3. Pengaruh Kadar Gula dan Lama Fermentasi Terhadap Pertumbuhan


Koloni BA

Nutrien sangat diperlukan oleh setiap makhluk hidup dalam pertumbuhannya.

Dalam penelitian ini kadar gula dan lama fermentasi memiliki interaksi yang baik

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  49

untuk pertumbuhan koloni BA (Tabel 4.2). Pada uji analisis statistik memberikan

notasi tidak berbeda nyata antara perlakuan kontrol (kadar gula 8%, 10%, 12%

dengan lama fermentasi 0 hari) dengan K1L1, K2L1, K3L1 (kadar gula 8%, 10%, 12%

dengan lama fermentasi 6 hari). Demikian juga perlakuan K1L2, K2L2, K3L2 (kadar

gula 8%, 10%, 12% dengan lama fermentasi 8 hari) terhadap kontrol memberikan

hasil yang tidak berbeda sangat nyata. Selanjutnya semua perlakuan memberikan

notasi yang berbeda nyata dan berbeda sangat nyata bila dibadingkan antar perlakuan

dengan kadar gula yang berbeda dan lama fermentasi yang sama. Keadaan ini

menunjukkan bahwa interaksi kadar gula dan lama fermentasi berpengaruh positif

terhadap pertumbuhan BA.

Tabel 4.2. Pengaruh Interaksi Konsentrasi Gula dan Lama Fermentasi


Terhadap Pertumbuhan Koloni BA

L0 L1 (6 L2 (8 L3 (10 L4 (12 L5 (14


(0hari) hari) hari) hari) hari) hari)
K1
(8%) 0.03-g 1.48-g 37.67-ef 74.33-bc 57.00-cd 34.00-ef
K2
(10%) 0.03-g 0.57-g 37.33-g 93.33-a 48.00-de 36.33-ef
K3
(12%) 0.03-g 5.60-g 74.33-bc 87.33-ab 33.00-ef 25.33-f
Keterangan: Notasi huruf berbeda nyata pada taraf 5% dan diuji dengan DMRT

Pertumbuhan koloni BA yang paling baik terdapat pada perlakuan K2L3 =

93.33 x 104. Sedangkan perlakuan yang paling lambat pertumbuhannya terdapat pada

perlakuan K1L3 = 74.33 x 104 (Gambar 4.2). Keadaan ini menunjukkan kadar gula

10% dan lama fermentasi 10 hari lebih cocok untuk media pertumbuhan BA dari pada

12% dan 8%. Menurut Gaman & Sherrington, (1994) bahwa kadar gula 12%

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  50

seharusnya pertumbuhan yang paling baik karena sumber karbon yang lebih banyak.

Berbeda dengan perlakuan ini, dimana kadar gula 12% memperlambat proses

metabolisme dari BA. Hal ini terjadi karena pertumbuhan mikroba dipengaruhi oleh

kepekatan konsentrasi zat terlarut pada larutan tersebut. Tingginya kadar gula dan

Total Soluble Solid pada suatu larutan dapat menjadi penyebab kematian pada

mikroba, karena dapat terjadi proses osmosis dari mikroba ke larutan. Pertumbuhan

BA pada perlakuan ini (Gambar 4.2) menggambarkan pengaruh kadar gula sangat

dominan. Kadar gula 8% menggambarkan pertumbuhan BA yang paling lambat

dibandingkan dengan perlakuan yang memiliki kadar gula 12% dan 10%.

Gambar 4.2. Grafik Hubungan Interaksi Kadar Gula dan Lama Fermentasi
Terhadap Pertumbuhan Koloni BA

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  51

Meningkatnya pertumbuhan koloni BA sesuai dengan kadar gula yang diberikan.

Hanya saja pertumbuhan mikroba pada suatu media tidak selamanya berbanding lurus

dengan penambahan kadar gula dalam proses fermentasi, karena pada proses

fermentasi dihasilkan alkohol, asam-asam organik dan zat-zat lain. Kondisi ini dapat

menjadi pembatas pertumbuhan mikroba, sehingga mikroba tidak berkembang secara

terus menerus tapi menurun seiring dengan penurunan sumber karbon yang dimiliki

dan asam-asam organik yang dihasilkan (Greenwalt et al,1999).

Dari Gambar 4.2 diatas terlihat bahwa BA memerlukan waktu untuk fase

adaptasi sampai hari ke-6, kemudian pertumbuhan meningkat (fase logaritmik)

sampai pada hari ke-10 dan menurun mulai hari ke-10 karena pada fermentasi ini

terjadi hubungan yang saling membutuhkan antara khamir dengan BA. Dalam

penelitian ini khamir merombak sukrosa menjadi glukosa dan kemudian difermentasi

menjadi alkohol, alkohol ini dimamfaatkan oleh BA menjadi asam asetat (Buckle et

al, 1987). Seiring dengan pertambahan waktu pertumbuhan akan menurun secara

perlahan, karena berkurangnya kadar gula dan timbulnya asam sebagai hasil

metabolit dari fermentasi tersebut (Amerine et al, 1987).

4.4. Pengaruh Kadar Gula dan Lama Fermentasi terhadap Berat Nata

Bakteri Acetobacter mampu mengoksidasi glukosa menjadi asam glukonat

dan asam organik lain pada waktu yang sama. Selain itu dapat mensintesis glukosa

menjadi polisakarida atau selulosa berupa serat-serat putih, yang terbentuk secara

bertahap dari lapisan tipis pada awal fermentasi hingga mencapai ketebalan sekitar 12

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  52

mm pada akhir fermentasi, kemudian disebut sebagai Nata (Aditiwati & Kusnadi,

2003).

                                

B C

Gambar 4.3. Fermentasi kombucha-rosela pada kadar gula 8%, 10%, 12%
(A, B, C = nata (selulosa) hasil fermentasi BA)

Selulosa ini mengapung pada permukaan medium dan kadang-kadang tenggelam

pada dasar medium (Gambar 4.3). Bila nata atau selulosa tenggelam, secara

berangsur akan terbentuk lapisan nata lagi di permukaan larutan dan akan menebal

(Porzio, 2001).

Pertumbuhan BA pada perlakuan ini dapat dilihat dari pertambahan hasil

metabolit yang dihasilkan. Pada perlakuan ini ukuran berat nata merupakan indikator

adanya pertumbuhan BA pada media kombucha-rosela (Tabel 4.3). Data analisis

statistik menunjukkan perlakuan kontrol memberi notasi berbeda sangat nyata

terhadap semua perlakuan. Demikian juga dengan perlakuan K1L1 terhadap K2L1 dan

K3L1 memberikan notasi yang berbeda nyata. Selanjutnya perlakuan dengan lama

fermentasi yang sama dan kadar gula yang berbeda, juga memberikan notasi yang

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  53

berbeda sangat nyata dan berbeda nyata. Data ini menunjukkan bahwa pertambahan

ukuran berat pada lapisan nata semakin naik seiring dengan penambahan waktu.

Pertambahan ukuran berat yang paling baik terjadi pada perlakuan K3L5 dan yang

paling rendah terdapat pada K1L5. Data ini membuktikan bahwa pertumbuhan BA

pada media K3L5 lebih lama terjadi, karena dalam media masih banyak kadar gula

sebagai sumber karbon.

Tabel 4.3. Pengaruh Interaksi Konsentrasi Gula dan Lama Fermentasi terhadap
Berat Nata (g)

L0 (0 L1 (6 L2 (8 L3 (10 L4 (12 L5 (14


hari) hari) hari) hari) hari) hari)
K1
(8%) 10.0-g 13.2-f 14.7-ef 16.1-de 16.2-de 16.2-de
K2
(10%) 10.0-g 15.1-ef 16.1-de 18.2-abc 18.3-abc 18.4-abc
K3
(12%) 10.0-g 17.1-cd 18.0-abc 19.8-ab 19.9-ab 20.0-a
Keterangan: Notasi huruf berbeda nyata pada taraf 5% dan diuji dengan DMRT

Kadar gula dengan lama fermentasi sangat mempengaruhi pembentukan nata

(Gambar 4.4). Dari Gambar 4.4 terlihat bahwa pertumbuhan nata yang paling baik

terdapat pada perlakuan kadar gula yang paling baik (Teng, 1999) karena kadar gula

dalam perlakuan ini berperan sebagai sumber karbon bagi mikroba kombucha-rosela.

Pertumbuhan yang paling baik terjadi pada lama fermentasi 8 hari sampai 10 hari,

dan yang paling lambat pada perlakuan mulai 10 hari sampai 14 hari. Hal ini

menggambarkan bahwa lama fermentasi sangat mempengaruhi aktivitas bakteri

Acetobacter menghasilkan nata. Lama proses fermentasi mengakibatkan terbentuknya

hasil metabolit yang dapat menghambat pertumbuhan BA (Greenwalt et al,1999).

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  54

Gambar 4.4. Grafik Hubungan Interaksi Kadar Gula dan Lama Fermentasi
Terhadap Berat Nata

Analisis statistik menunjukkan bahwa kadar gula sangat mempengaruhi

pembentukan lapisan nata. Berat ringannya atau tebal tipisnya lapisan nata atau

selulosa yang terbentuk pada suatu perlakuan tergantung pada kelengkapan nutrient

(Djutikah, 2002).

Secara umum mikroba mempunyai fase pertumbuhan yaitu fase adaptasi, fase

log, fase statis, dan fase kematian. Hal ini berarti waktu merupakan faktor yang

penting pada pertumbuhan mikroba (Gambar 4.4). Lama fermentasi 14 hari

menghasilkan nata yang paling baik dan yang paling rendah pada perlakuan 6 hari.

Dan perlakuan yang paling cepat terdapat pada 8 sampai 10 hari. Perlakuan ini

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  55

menunjukkan bahwa pada fermentasi ini terbentuk alkohol oleh khamir dan selanjutnya

alkohol akan dirobah oleh BA menjadi asam asetat (Buckle et al, 1987) yang dapat menjadi

penghalang untuk pertumbuhan BA itu sendiri.

4.5. Pengaruh Kadar Gula dan Lama Fermentasi terhadap Persentasi


Total Asam

Pembentukan asam pada fermentasi ini diawali dengan pengubahan sukurosa,

glukosa dan fruktosa, kemudian glukosa difermentasi oleh khamir menjadi alkohol

dan CO2 oleh Acetobacter sp alkohol dioksidasi menjadi asetaldihida dan kemudian

dirobah lagi menjadi asam asetat (Buckle, et al.,1987).

Pada penelitian ini, interaksi antara konsentrasi gula dengan lama fermentasi sangat

mempengaruhi total asam yang dihasilkan (Tabel 4.4). Perlakuan yang paling baik

untuk produksi kadar total asam terdapat pada perlakuan K3L5 sebesar 3,69 %, dan

yang paling rendah pada perlakuan K1L5 sebesar 3.26 %.

Tabel 4.4. Pengaruh Interaksi Konsentrasi Gula dan Lama Fermentasi terhadap
Total Asam (%)

L0 (0 L1 (6 L3 (10 L4 (12 L5 (14


hari) hari) L2 (8 hari) hari) hari) hari)
K1
(8%) 0.19-g 1.70-f 2.51-cde 3.00-abc 3.11-abc 3.26abc
K2
(10%) 0.19-g 2.18-ef 2.60-cde 2.93-cde 3.33-ab 3.61-ab
K3
(12%) 0.19-g 2.26-def 2.96-bcd 3.30-ab 3.47-ab 3.69-a
Keterangan: Notasi huruf berbeda nyata pada taraf 5% dan diuji dengan DMRT

Pada proses fermentasi berbagai bahan makanan dan minuman dapat melibatkan satu

macam atau beberapa mikroorganisme yang bekerja secara simbiotik

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  56

(Hesseltine,1991). Simbiosis yang terdapat pada perlakuan ini adalah kerja sama

antara khamir dengan BA, dimana khamir memecah glukosa menjadi alkohol dan

akan digunakan kembali oleh BA membentuk asam (Sutherland, 1972). Adanya

pengobahan alkohol ini mengakibatkan peningkatan produksi asam-asam organik

dalam larutan dan akan menurunkan nilai pH (gambar 4.6) pada larutan. Kadar total

asam yang paling baik dalam perlakuan ini secara umum terdapat pada perlakuan

kadar gula 12% dan yang paling rendah terdapat pada perlakuan kadar gula 8%

(Gambar 4.5). Keadaan ini terjadi kerena kelengkapan dari sumber karbon dalam

proses fermentasi (Gaman & Sherrington, 1994). Pertambahan total asam seiring

dengan penambahan waktu dan pengurangan Total Soluble Solid.

Gambar 4.5. Grafik Hubungan Interaksi Kadar Gula dan Lama Fermentasi
Terhadap Total Asam (%)

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  57

Dari analisis statistik pengaruh kadar gula dan lamanya fermentasi (Tabel 4.4)

terhadap produksi total asam yang dihasilkan terlihat mempunyai pengaruh yang

sangat nyata bila dibandingkan dengan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas

mikroba pada perlakuan ini tetap berlangsung, walaupun dengan aktivitas yang

lambat, karena tetap mengahasilkan nilai total asam yang meningkat seiring dengan

pertambahan waktu. Hal ini sesuai dengan pendapat (Amerine et al,1987) yang

menyatakan bahwa pada fermentasi yang mempunyai kadar gula yang banyak

menghasilkan total asam-asam organik yang banyak juga seiring dengan pertambahan

waktu.

4.6. Pengaruh Kadar Gula dan Lama Fermentasi terhadap pH

Mikroorganisme yang berperan dalam proses fermentasi ini terutama dari

golongan khamir/kapang dan bakteri. Fermentasi berbagai bahan makanan dan

minuman dapat melibatkan satu macam atau beberapa mikroorganisme yang bekerja

secara simbiotik (Hesseltine et al, 1991). Hasil analisis statistik pengaruh interaksi

konsentrasi kadar gula dan lama fermentasi terhadap nilai pH (Tabel 4.5)

menunjukkan adanya penurunan nilai pH seiring dengan pertambahan waktu.

Analisis statistik antar perlakuan memberikan notasi yang berbeda nyata. Hal ini

menunjukkan bahwa dalam fermentasi terjadi perubahan kimiawi dari senyawa-

senyawa organik oleh enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme (Fardiaz, 1987).

Perubahan kimia pada penelitian ini merupakan kerjasama yang kuat antara mikroba

yang terdapat dalam larutan kombucha-rosela (Tabel 4.5).

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  58

Tabel 4.5. Pengaruh Interaksi Konsentrasi Gula dan Lama Fermentasi terhadap
pH

L0 (0 L1 (6 L2 (8 L3 (10 L4 (12 L5 (14


hari) hari) hari) hari) hari) hari)
K1
(8%) 3.73-a 3.33-b 2.96-d 2.84-de 2.79-de 2.76-de
K2
(10%) 3.73-a 3.19-c 2.87-de 2.85-de 2.77-de 2.75-de
K3
(12%) 3.73-a 3.23-bc 2.85-de 2.81-de 2.78-de 2.72-e
Keterangan: Notasi huruf berbeda nyata pada taraf 5% dan diuji dengan DMRT

Khamir yang terdapat pada larutan merombak glukosa menjadi alkohol dan

selanjutnya alkohol akan dirobah BA menjadi asam asetat (Sutherland, 1972) dan

terbentuk pula asam-asam organik lain. Meningkatnya asam-asam organik ini

menggambarkan adanya aktivitas BA pada larutan yang mempunyai kemampuan

untuk merombak alkohol menjadi asam-asam organik (Amerine et al, 1987)

Tingginya kadar gula pada larutan menyebabkan tingginya aktifitas BA dan

menghasilkan asam organik yang tinggi pula dan menurunkan nilai pH pada larutan.

Dalam perlakuan ini terlihat bahwa kadar gula 8% memberikan nilai pH yang tinggi

dibandingkan dengan kadar gula 10% dan 12% (Gambar 4.6). Rendahnya nilai pH

suatu larutan tergantung pada kadar gula yang dimiliki sebagai sumber karbon pada

mikroba. Penurunan nilai pH ini akibat adanya perombakan gula menjadi etanol oleh

khamir dan oleh BA dirombak menjadi asam-asam organik (Sutherland, 1972; Kadir,

2003). Penurunan nilai pH akan mengubah kondisi pertumbuhan BA dan khamir pada

larutan.

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  59

Gambar 4.6. Grafik Hubungan Interaksi Kadar Gula dan Lama Fermentasi
terhadap pH

Analisis statistik pengaruh interaksi kadar gula dan lama fermentasi terhadap

nilai pH (Gambar 4.6), menunjukkan kadar gula 8% tidak berbeda nyata terhadap

10% dan 12%. Hal ini terjadi akibat adanya sifat dari asam asetat yang bersifat

volatile (Amerine et al, 1987) sehingga nilai pH tidak berbeda nyata dengan

penambahan kadar gula menjadi 10% atau 12%. Dengan sifat volatile ini

menyebabkan penurunan nilai pH berlangsung lambat. Hal ini terlihat dari hasil uji

organoleptik aroma untuk 15 orang panelis (Gambar 4.14) yang menggambarkan

kombucha-rosela kurang disukai para panelis seiring dengan pertambahan waktu.

Disamping itu BA bersifat overoksidizer yaitu mempunyai kemampuan untuk

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  60

merombak asam asetat pada medium menjadi CO2 dan H2O apabila dalam situasi

kekurangan nutrient (Mandel, 2004)

4.7. Pengaruh Kadar Gula dan Lama Fermentasi terhadap Persentasi


Alkohol

Pada fermentasi makanan dan minuman melibatkan satu macam atau lebih

mikroorganisma yang bekerja secara simbiosis (Hesseltine et al, 1991). Kehiduapan

simbiosis ini membuat kombucha-rosela merupakan minuman yang sulit dimasuki

oleh mikroba lain bahkan dapat membunuh mikroba lain yang masuk ke dalam

larutan (Andriani, 2006), karena dari hasil fermentasi ini dihasikan zat-zat asam

organik yang dapat menjadi penghambat pertumbuhan mikroba (Greenwalt et al,

1999) termasuk pertumbuhan BA.

Dari hasil fermentasi ini terlihat adanya pengaruh interaksi kadar gula dan

lama fermentasi terhadap kadar alkohol yang dihasilkan (Tabel 4.6). Selama proses

fermentasi berlangsung, khamir yang ada pada media kombucha-rosela mengubah

gula (sukrosa) dalam medium menjadi alkohol dan senyawa lain yang secara simultan

dilanjutkan dengan oksidasi alkohol menjadi asam asetat oleh bakteri Acetobacter sp.

Khamir menghasilkan enzim-enzim seperti invertase, zimase, karboksilase,

heksokinase, dehidrogenase, dan bakteri menghasilkan enzim alkohol dehidrogenase

(Salle et al, 1954). Hal inilah yang menyebabkan pada (Tabel 4.6) diproduksi kadar

alkohol lebih tinggi pada perlakuan K1L1, K2L1, K3L1 dibandingkan dengan perlakuan

hari berikutnya pada kadar gula yang berbeda.

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  61

Tabel 4.6. Pengaruh Interaksi Konsentrasi Gula dan Lama Fermentasi terhadap
Kadar Alkohol (%)

L0 L1 (6 L2 (8 L3 (10 L4 (12 L5 (14


(0hari) hari) hari) hari) hari) hari)
K1
(8%) 0 2.41-abc 2.27-d 2.15-e 1.86-g 1.59-i
K2
(10%) 0 2.45-a 2.15-e 2.04-f 1.73-h 1.41-j
K3
(12%) 0 2.43-ab 2.17-e 2.02-f 1.70-h 1.43-j
Keterangan: Notasi huruf berbeda nyata pada taraf 5% dan diuji dengan DMRT

Mikroba yang ada dalam media kombucha-rosela bekerja saling mendukung

atau saling bersimbiosis. Pada tahap awal terjadi proses fermentasi yang dilakukan

oleh khamir terhadap glukosa menjadi alkohol dan CO2, kemudian alkohol digunakan

oleh bakteri Acetobacter menjadi asam, sehingga menyebabkan kadar alkohol

semakin hari semakin menurun persentasinya (Gambar 4.7).

Gambar 4.7. Grafik Hubungan Interaksi Kadar Gula dan Lama Fermentasi
terhadap Kadar Alkohol (%)

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  62

Bila dibandingkan dengan organoleptik rasa dan aroma pada (Gambar 4.10 dan 4.11)

ternyata yang paling disukai oleh para panelis adalah perlakuan yang mempunyai

kadar gula 10% dan lama fermentasi 10 hari. Hal ini menggambarkan adanya

keseimbangan kadar gula dan kadar alkohol yang ada pada medium kombucha-

rosella, sehingga membuat cita rasa dari cairan ini menjadi disukai para panelis.

Sedangkan penambahan konsentrasi gula menjadi 12% memberikan notasi tidak

berbeda nyata.

Interaksi kadar gula dan lama fermentasi terhadap persentasi alkohol (Gambar

4.7) terlihat produksi alkohol yang paling baik terdapat pada perlakuan awal (6 hari

fermentasi) dan menurun seiring penambahan waktu. Data ini menunjukkan bahwa

pada awal fermentasi terjadi perombakan sukrosa menjadi glukosa dan oleh kamir

dirombak menjadi alkohol sesuai dengan pendapat (Beech at al, 1970), kemudian

kadar alkohol berangsur turun seiring dengan lama fermentasi karena alkohol akan

digunakan oleh Acetbacter sp untuk pembentukan asam asetat (Sutherland, 1972;

Kadir, 2003).

4.8. Pengaruh Kadar Gula dan Lama Fermentasi terhadap produksi Total
Soluble Solid (TSS)

Total Soluble Solid (TSS) dari kombucha-rosella sebelum terjadi fermentasi

berbeda dengan setelah terjadi fermentasi. Analisis statistik pengaruh interaksi

konsentrasi gula dan lama fermentasi terhadap TSS (Tabel 4.7) menunjukkan notasi

perlakuan kontrol berbeda sangat nyata dengan semua perlakuan. Perlakuan kontrol

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  63

mempunyai nilai TSS yang paling baik dan nilai ini menurun seiring dengan

pertambahan waktu. Hal ini menunjukkan aktivitas mikroba pada kombucha-rosela

membutuhkan sukrosa sebagai sumber karbon.

Nilai TSS pada awal fermentasi bertambah dari kadar gula yang diberikan,

karena nilai TSS ekstrak rosela sebelum penambahan gula = 3,50. Artinya setiap

perlakuan selalu ditambah dengan 3,50.

Tabel 4.7. Pengaruh Interaksi Konsentrasi Gula dan Lama Fermentasi


terhadap Total Soluble Solid (TSS)

L0 (0 L1 (6 L3 (10 L4 (12 L5 (14


hari) hari) L2 (8 hari) hari) hari) hari)
K1
(8%) 11.50-gh 10.73-ijk 10.47-jk 10.13-k 10.07-k 9.93-k
K2
(10%) 13.50-bc 12.27-de 12.07-def 11.93-efg 11.37-hi 10.93-hij
K3
(12%) 15.50-a 13.73-b 13.67-bc 13.60-bc 13.40-c 12.53-d
Keterangan: Notasi huruf berbeda nyata pada taraf 5% dan diuji dengan DMRT

Dari analisis statistik interaksi kadar gula dengan lama fermentasi terlihat penurunan

yang tajam pada perlakuan L0 menuju L1. Hal ini menggambarkan bahwa aktivitas

mikroba pada larutan sangat baik pada fase ini. Awal fermentasi dilakukan oleh

khamir sehingga terbentuk kadar alkohol yang lebih tinggi (Gambar 4.8), kadar

alkohol ini mempengaruhi aktivitas BA untuk melakukan perombakan terhadap

alkohol sehingga terbentuk asam-asam organik (Sutherland, 1972).

Penurunan kadar gula pada setiap perlakuan menjelaskan bahwa setiap

mikroba membutuhkan gula sebagai sumber karbon, sehingga terjadi penurunan

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  64

kadar TSS seiring penambahan waktu untuk fermentasi. Analisis statistik pengaruh

konsentrasi gula terhadap Total Soluble Solid (TSS) pada media kombucha-rosela

merupakan faktor yang sangat berarti untuk penentuan TSS pada fermentasi

kombucha-rosela ini.

Gambar 4.8. Grafik Hubungan Interaksi Kadar Gula dan Lama Fermentasi
Terhadap Total Soluble Solid (TSS)

Pada Gambar 4.8 terlihat nilai TSS menurun secara perlahan untuk semua perlakuan.

Hal ini menggambarkan mikroba pada larutan menggunakan TSS sebagai sumber

karbon pada metabolismanya.

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  65

4.9. Pengaruh Kadar Gula dan Lama Fermentasi Terhadap Pertumbuhan


BA, Berat Nata, Total Asam, Nilai pH, Kadar Alkohol, TSS

Bila dibandingkan pengaruh kadar gula 8% dan lama fermentasi terhadap

pertumbuhan BA, produksi nata, total asam yang dihasilkan, nilai pH, kadar alkohol,

dan nilai TSS (Gambar 4.9) menggambarkan adanya hubungan yang sagat berarti

antara pertumbuhan BA dengan pertumbuhan nata dimana pada L3 pertumbuhan

koloni BA yang paling baik dan pembentukan nata yang paling baik juga.

Gambar 4.9. Grafik Hubungan Interaksi Kadar Gula 8% dan Lama Fermentasi
Terhadap Pertumbuhan BA, Berat Nata, Kadar total Asam, pH,
Kadar Alkohol, dan TSS

Hal ini berarti banyaknya koloni BA berbanding lurus dengan produksi nata dan

berbanding terbalik dengan nilai TSS pada larutan. Artinya pertumbuhan mikroba

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  66

pada larutan kombucha-rosela ini menggunakan TSS sebagai sumber karbon dan

sebahagian sukrosa yang terdapat pada larutan akan dirombak menjadi selulosa

(Aditiwati & Kusnadi, 2003) yang terapung pada permukaan larutan yang sering

disebut nata.

Pada Gambar 4.9 menunjukkan pertumbuhan BA, akan menaikkan nilai total

asam, menurunkan nilai pH, dan menurunkan nilai kadar alkohol pada larutan. Pada

proses fermentasi ini terjadi kehidupan yang saling membutuhkan, dimana awal

fermentasi terjadi perombakan glukosa menjadi alkohol oleh khamir (Beech at al,

1970) yang kemudian alkohol dirombak oleh Acetobacter sp menjadi asam-asam

organik (Sutherland, 1972). Adanya proses ini akan membuat nilai pH menurun

seiring dengan penambahan waktu dan menaikkan kadar total asam pada larutan.

Semakin baik pertumbuhan BA pada larutan kombucha-rosela akan

menaikkan produksi selulosa yang terbentuk (Gambar 4.10), sesuai dengan pendapat

(Teng, 1999). Bila dibandingkan perlakuan yang berkadar gula 8% dengan 10% dan

12% terlihat produksi selulosa yang lebih baik terdapat pada perlakuan yang berkadar

gula 12% (Gambar 4.11). Hal ini terjadi akibat pertumbuhan BA pada larutan

kombucha-rosela akan berlangsung secara terus menerus walaupun secara lambat.

Adanya penurunan pertumbuhan BA akibat adanya hasil metabolit yang menjadi

penghambat pertumbuhan pada BA. Walaupun pertumbuhan BA menurun tapi nata

yang telah terbentuk semakin menebal sebagai hasil metabolisma dari BA itu sendiri.

Seiring dengan pertumbuhan BA menyebabkan kadar TSS, alkohol, dan nilai pH

menurun seiring dengan penambahan waktu fermentasi.

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  67

Gambar 4.10. Grafik Hubungan Interaksi Kadar Gula 10% dan Lama
Fermentasi Terhadap Pertumbuhan BA, Berat Nata, Kadar
Total Asam, pH, Kadar Alkohol, dan TSS

Sedangkan total asam yang diproduksi akan semakin meningkat sesuai dengan

pertambahan waktu. Pada perlakuan yang berkadar gula 12% (Gambar 4.11) terlihat

pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan dengan perlakuan yang berkadar gula

10%. Perlakuan ini memproduksi nata yang lebih baik dibandingkan dengan

perlakuan 8% dan 10%. Disamping itu dan menurunkan kadar TSS yang lebih

banyak, menurunkan nilai pH, menurunkan kadar alkohol, dan menaikkan kadar total

asam yang dihasilkan pada larutan.

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  68

Gambar 4.11. Grafik Hubungan Interaksi Kadar Gula 12% dan Lama
Fermentasi Terhadap Pertumbuhan BA, Berat Nata, Kadar
total Asam, pH, Kadar Alkohol, dan TSS

4.10. Pengaruh Kadar Gula dan Lama Fermentasi terhadap Organoleptik


Warna

Uji organoleptik dengan metode Hedonik bertujuan untuk mengetahui apakah

produk fermentasi kombucha-rosela bisa diterima atau tidak oleh masyarakat sebagai

minuman (Waluyo, 1984). Uji organoleptik produk kombucha-rosela dilakukan

terhadap 15 orang panelis yang memenuhi persyaratan untuk uji organoleptik dengan

metode Hedonik.

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  69

Dari analisis statistik pengaruh interaksi kadar gula dan lama fermentasi

terhadap organoleptik warna (Tabel 4.8) terlihat yang mempunyai nilai rataan paling

baik pada perlakuan K2L1 dan yang paling rendah pada perlakuan K3L1.

Tabel 4.8. Pengaruh Interaksi Konsentrasi Gula dan Lama Fermentasi terhadap
Organoleptik Warna

L4 (12 L5 (14
L1 (6 hari) L2 (8 hari) L3 (10 hari) hari) hari)
K1 (8%) 2.40-de 2.31-f 2.24-f 2.22-f 2.20-g
K2
(10%) 3.82-a 3.73-ab 3.71-abc 3.67-bc 3.58-cd
K3
(12%) 1.47-g 1.44-g 1.42-g 1.40-g 1.27-g
Keterangan: Notasi huruf berbeda nyata pada taraf 5% dan diuji dengan DMRT

Data ini menjelaskan bahwa pertumbuhan mikroba lebih cepat pada perlakuan kadar

gula 12%, karena terjadi pendegradasian warna pada larutan. Pada kadar gula 12%

memiliki warna yang kurang disukai para panelis, karena warnanya sudah pudar pada

L1. Sedangkan pada perlakuan dengan kadar gula 10% merupakan nilai organoleptik

yang paling disukai karena mempunyai keseimbangan kadar gula dengan

pertumbuhan mikroba pada larutan kombucha-rosela.

Kaliks bunga rosela ini memiliki pigmen hibiscin dan gossipetin. Pigmen ini

memberikan warna yang merah yang menarik (Gambar 4.3). Menurut Mariana dan

Kristiana (2008), kandungan pigmen ini pada kaliks rosela adalah 2% pada kaliks

bunga rosela. Pigmen inilah yang menarik perhatian setiap orang yang

mengkonsumsi ekstrak rosela. Adanya kemampuan konsorsium mikroba ini

mendegradasi warna (Pandey et al, 2007; Hao et al., 2007), dipengaruhi oleh

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  70

interaksi kadar gula dan waktu yang dimiliki oleh kombucha-rosela (Gambar 4.9).

Proses pendegradasian warna terlihat menurun seiring dengan pertambahan waktu,

sehingga perlakuan yang semakin hari semakin tidak disukai.

Gambar 4.12. Grafik Hubungan Interaksi Kadar Gula dan Lama Fermentasi
Terhadap Organoleptik Warna

4.11. Pengaruh Kadar Gula dan Lama Fermentasi terhadap Organoleptik


Rasa

Cita rasa suatu minuman merupakan penentu baik dan berhasil atau tidak

suatu hasil penelitian dijual pada masyarakat. Hasil fermentasi pada penelitian ini

memberikan cita rasa yang cukup baik. Cita rasa ini diduga disebabkan karena adanya

kecocokan kadar gula, persentasi alkohol dan kadar total asam yang dihasilkan pada

larutan kombucha-rosela.

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  71

Hasil analisis statistik pengaruh interaksi konsentrasi gula dan lama

fermentasi terhadap organoleptik rasa (Tabel 4.9), terlihat nilai yang paling disukai

terdapat pada perlakuan K2L3 = 2,91, dan yang paling tidak disukai terdapat pada

perlakuan K1L3 = 2,13. Sedangkan perlakuan dengan kadar gula 12% tidak jauh

berbeda dengan perlakuan kadar gula 10%. Untuk lama fermentasi L4 dan L5 nilai

organoleptik rasa lebih tinggi pada perlakuan kadar gula 12% dibandingkan dengan

kadar gula 10%. Hal ini disebabkan karena kadar gula yang dimiliki oleh perlakuan

kadar gula 12% masih banyak yang belum dirombak oleh mikroba, sehingga

mempengaruhi organoleptik rasa pada para panelis, hal ini digambarkan pada Total

Soluble Solid (Gambar 4.8) yang dimiliki oleh kombucha-rosela. Tingginya kadar

gula pada perlakuan K3 menyebabkan proses fermentasi dapat berlangsung lebih lama

walaupun secara lambat.

Tabel 4.9. Pengaruh Interaksi Konsentrasi Gula dan Lama Fermentasi


Terhadap Organoleptik Rasa

L1 (6 hari) L2 (8 hari) L3 (10 hari) L4 (12 hari) L5 (14 hari)


K1 (8%) 1.87-g 1.89-g 2.13-g 1.91-g 1.82-g
K2
(10%) 2.78-bcd 2.84-abc 2.91-a 2.67-de 2.64-de
K3
(12%) 2.24-f 2.60-e 2.90-ab 2.70-cde 2.66-de
Keterangan: Notasi huruf berbeda nyata pada taraf 5% dan diuji dengan DMRT

Analisis statistik interaksi kadar gula dan lama fermentasi terhadap

organoleptik rasa (Gambar 4.13) menggambarkan semua perlakuan mempunyai nilai

organoleptik rasa paling tinggi pada L3.

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  72

Gambar 4.13. Grafik Hubungan Interaksi Kadar Gula dan Lama Fermentasi
Terhadap Organoleptik Rasa

Selanjutnya nilai organoleptik rasa akan menurun seiring dengan penambahan waktu.

Gambar ini menjelaskan bahwa rasa larutan kombucha-rosela semakin hari

memberikan rasa yang kurang disukai oleh para panelis. Hal ini terjadi karena pada

larutan kombucha-rosela akan berkurang kadar gulanya, bertambah total asamnya,

dan berkurang alkohol karena telah dirombak menjadi asam asetat. Tingginya asam

asetat yang terbentuk (Sutherland, 1972) membuat aroma yang kurang menarik bagi

para panelis. Faktor inilah yang membuat nilai organoleptik rasa menurun.

Hasil analisis statistik pengaruh konsentrasi gula terhadap organoleptik rasa

menjelaskan bahwa fermentasi kombucha-rosela membutuhkan persentasi gula yang

tepat karena didalam kombucha ini terdapat mikroba yang hidup secara simbiotik.

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  73

Tipe kehidupan ini dapat memberikan asam-asam organik yang kemudian

mempengaruhi rasa dan aroma larutan.

Sedangkan lama fermentasi di atas 10 hari kurang disukai. Kemungkinan

kurang disukai karena terbentuknya asam yang semakin meningkat dan berkurangnya

TSS pada fermentasi tersebut. Pada fermentasi L1 juga kurang disukai, keadaan ini

terjadi kemungkinan karena pada perlakuan ini terbentuk kadar alkohol yang paling

baik (Gambar 4.7) pada L1.

4.12. Pengaruh Kadar Gula dan Lama Fermentasi terhadap Organoleptik


Aroma

Aroma sangat menentukan selera setiap orang untuk meminati suatu produk

makanan maupun minuman. Pada penelitian ini aroma kombucha-rosela cukup

diminati oleh para panelis. Analisis statistik interaksi kadar gula dengan lama

fermentasi terhadap organoleptik aroma (Tabel 4.10), terlihat nilai yang paling tinggi

pada perlakuan K2L3 sebesar 2,91, dan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan K1L3

dan K3L3.

Tabel 4.10. Pengaruh Interaksi Konsentrasi Gula dan Lama Fermentasi


terhadap Organoleptik Aroma

L1 (6 hari) L2 (8 hari) L3 (10 hari) L4 (12 hari) L5 (14 hari)


K1
(8%) 2.24-gh 2.40-fg 2.44-ef 2.04-i 1.96-j
K2
(10%) 2.82-abc 2.89-ab 2.91-a 2.62-d 2.13-h
K3
(12%) 2.29-fgh 2.60-de 2.76-c 2.82-bc 2.47-de
Keterangan: Notasi huruf berbeda nyata pada taraf 5% dan diuji dengan DMRT

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  74

Data ini menjelaskan bahwa interaksi konsentrasi gula dan lama fermentasi

sangat mempengaruhi organoleptik aroma pada fermentasi kombucha-rosela, Artinya

semakin lama terjadi fermentasi maka semakin banyak juga dibentuk asam-asam

organik maupun asam yang mudah menguap (Amerine et al, 1972). Disamping itu

alkohol yang merupakan hasil fermentasi dari khamir/yeast akan digunakan bakteri

Acetobacter sp untuk membentuk asam asetat (Buckle at al, 1987). Diduga kadar

asam-asam dan alkohol inilah yang menyebabkan aroma dari Kombucha-Rosella

semakin lama difermentasi membuat panelis tidak suka.

Interaksi kadar gula dan lama fermentasi terhadap organoleptk aroma

(Gambar 4.14) terlihat pada grafik bahwa kadar gula 10% mempunyai nilai

organoleptik aroma paling tinggi yaitu pada L3 sebesar 2,91, dan nilai yang paling

rendah terdapat pada perlakuan kadar gula 8% sebesar 2,44. Nilai ini menurun seiring

dengan penambahan waktu keculi pada perlakuan kadar gula 12% tetap naik pada L4

dan kemudian turun. Gambar ini menjelaskan bahwa interaksi kadar gula dengan

lama fermentasi paling baik untuk aroma pada K2L3, karena pada perlakuan ini

mempunyai perbandingan yang seimbang dengan pertumbuhan mikroba, kadar gula,

lama fermentasi dan metabolit yang dihasilkan pada larutan kombucha-rosela.

Analisis statistik pengaruh konsentrasi gula terhadap organoleptik aroma

menunjukkan pengaruh kadar gula lebih dominan dibandingkan dengan lama

fermentasi untuk mempengaruhi aroma larutan kombucha-rosela. Karena kadar gula

dirombak menjadi sumber karbon bagi mikroba dan sebahagian dikomversi menjadi

alkohol oleh kamir dan akan dirombak lagi menjadi asam asetat (Buckle at al, 1987).

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  75

Hasil metabolisma inilah yang membuat aroma larutan kombucha-rosela semakin

tidak disukai seiring dengan penambahn waktu.

Gambar 4.14. Grafik Hubungan Interaksi Kadar Gula dan Lama Fermentasi
Terhadap Organoleptik Aroma   

4.13. Pengaruh Kadar Gula dan Lama Fermentasi Terhadap Organoleptik


Warna, Rasa, Aroma

Interaksi kadar gula 8% dan lama fermentasi pada kombucha-rosela terhadap

nilai organoleptik warna, rasa, dan aroma (Gambar 4.15) menunjukkan organoleptik

rasa dan aroma yang paling disukai para panelis terdapat pada perlakuan lama

fermentasi 10 hari. Sedangkan nilai organoleptik warna sudah mengalami penurunan,

tapi masih mempunyai nilai yang hampir sama dengan organoleptik rasa dan aroma.

Data ini menjelaskan bahwa perlakuan lama fermentasi 10 hari lebih disukai para

panelis untuk kadar gula 8%.

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  76

Bila dibandingkan interaksi kadar gula 10% dan lama fermentasi pada

kombucha-rosela terhadap nilai organoleptik warna, rasa, dan aroma dengan

perlakuan berkadar gula 8% untuk lama fermentasi 10 hari terlihat perbedaan yang

cukup berarti. Nilai organoleptik warna, rasa, dan aroma yang paling baik terdapat

pada perlakuan kadar gula 10% dan lama fermentasi 10 hari (Gambar 4.16). Hasil ini

sesuai dengan pendapat (Aditiwat & Kusnadi, 2003) pada minuman tea cider.

Gambar 4.15. Grafik Hubungan Interaksi Kadar Gula 8% dan Lama


Fermentasi Terhadap Organoleptik Warna, Rasa, Aroma

Perlakuan interaksi kadar gula 12% dan lama fermentasi terhadap nilai

organoleptik warna, rasa, dan aroma menunjukkan nilai yang paling baik untuk

warna, rasa, dan aroma terdapat pada perlakuan lama fermentasi 10 hari (Gambar

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  77

4.17). Bila dibandingkan perlakuan kadar gula 8%, 10%, 12% dan lama fermentasi 6,

8, 10, 12, 14 hari, terlihat nilai organoleptik yang paling baik untuk warna, rasa, dan

aroma terdapat pada perlakuan kadar gula 10% dan lama fermentasi 10 hari (Gambar

4.16)

Gambar 4.16 Grafik Hubungan Interaksi Kadar Gula 10% dan Lama
Fermentasi Terhadap Organoleptik Warna, Rasa, Aroma

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  78

Gambar 4.17. Grafik Hubungan Interaksi Kadar Gula 10% dan Lama
Fermentasi Terhadap Organoleptik Warna, Rasa, Aroma

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  79

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari Penelitian Pertumbuhan BA pada kombucha-rosela ini dapat

disimpulkan:

1. Acetobacter sp. dapat tumbuh baik pada ekstrak rosella yang ditambah dengan

gula 8%, 10%, 12%.

2. Pertumbuhan bakteri Acetobacter sp. paling optimum pada perlakuan kadar

gula 10%, dan lama fermentasi 10 hari.

3. Pertumbuhan bakteri Acetobacter sp lambat pada perlakuan kadar gula 8%

dan lama fermentasi 10 hari.

4. Fermentasi kombucha-rosela merah yang divariasikan dengan kadar gula dan

lama fermentasi, mempengaruhi pertumbuhan BA, produksi nata yang

dihasilkan, total asam yang dihasilkan, pH, kadar alkohol, Total Soluble Solid

(TSS)

5. Uji organoleptik membuktikan bahwa kombucha-rosella cukup disukai dari

segi warna, dan disukai dari segi rasa dan aroma

5.2. Saran

Penulis menyadari masih banyak yang kurang dalam penelitian ini,

diharapkan untuk penelitian lebih lanjut, diantaranya:

1. Untuk mendapatkan pertumbuhan BA yang lebih baik, sebaiknya dilakukan

penelitian dengan lama fermentasi dengan rentang waktu 24 jam.

60
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  80

2. Penelitian ini digunakan sebagai minuman kesehatan setelah diteliti

kandungan toksitasnya dan kandungan anti oksidannya.

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  81

DAFTAR PUSTAKA

Acetobacter xylinum pada media nenas http://iqmal.staff.ugm.ac.id/index.php


/2009/12/05/limbah-buah-nenas-untuk-bahan-nata,

Adegunloye B .J., Omoniyi J.O., Owolabi O.A, Ajagbonna O.P., Sofola O.A and.
Coker H.A.B. (1996). Mechanisms of the blood pressure lowering effect of
the calyx extract of Hibiscus sabdariffa in rats. Afr. J. Med. Med. Sci. 25:
235-238.

Aditiwat P. & Kusnadi. 2003. Kultur Campuran dan Faktor Lingkungan


mikroorganisme yang Berperan dalam Fermentasi Tea-Cider
Departemen Biologi – FMIPA Institut Teknologi Bandung. PROC. ITB
Sains & Tek. 35 A, No ( 2), 147-162.

Amerine, M. A.Berg and M. V. Croes. 1972. The Tecnology of Wine Making,


The A VI Publising Compeny,Westport, Connecticut.

Anastasia dan Afrianto. 2008. Mutu Nata de Seaweed dalam berbagai


Konsenterasi jeruk. Program Studi Perikanan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran email: edd_afrianto@ walla.com

Andriani. 2006. Pengganti Formalain, asam asetat dapat untuk mengawetkan


daging ayam. Balai Penelitian Veteriner Bogor.
Barbara Surma-Ślusarska, Fresler S, Danielewicz D. 2008. Characteristics of
Bacterial Cellulose Obtained from Acetobacter Xylinum Culture for
Application in Papermaking. Technical University of Łódź Institute of
Papermaking and Printing ul.Wólczańska 223, 90-924 Łódź, Poland E-
mail: barbara.surma-slusarska@p.lodz.pl

Barrow, G. I. and R. Kromosom A. Feltham. 1993. Cowan and Steel’s mannual for
The identification of mediocal bacteria. Cambridge University Press,
Great Britain.

Beech, F. W. & Davenport, R. R. 1970. The Role of Yeast in Cider Making, Rose,
A. H. & Harrison, J. S. (ed), The Yeast vol. 3 Technology, Academic
Press. London, p. 73-95.

Buckle, K. A., R. A. Edward, G. H. Fleetdan M. Wooton. 1987. Ilmu Pangan.


Penerjemah H. Purnomo dan Adiono,UI-Press, Jakarta.

Budi Sutomo, S.Pd (20/8/08-7.00am) budiboga.blogspot.com

62
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  82

Chen C., F-P. Chou, Y-C. Ho, W-L. Lin, C-P. Wang, E-S. Kao, A-C. Huang and C-
J. Wang. 2004. Inhibitory effects of Hibiscus sabdariffa L. extract on
low-density lipoprotein oxidation and anti-hyperlipidemia in fructose-fed and
cholesterol-fed rats. Journal of Science Food and Agriculture 84(15).

DEPKES RI. No SPP. 1065/35.15/05

Djutikah, E. 2002. Pengembangan Proses Pembuatan Nata de Coco. Balai Litbang


Industri Surabaya. Vol. XXVIII No. 1

Dufresne, C. and E. Farnword. 2000. Tea, Kombucha. And health: a Review.


Food Research International 33:409-421.

Fardiaz, S. 1987. Fisiologi Fermentasi, PAU IPB, Bogor, hal. 11-16, 94-99.

Frank G. W. 1995. Kombucha Heatlty Beverages and Natural Remedy From The Far
East, Publishing W. Eenstaler Cosp Germany.

Frank G. W. 1995. Kombucha Publishing Eenstahler Gesellschaff GMBH &Co. Fax


(+49) 89-14 88 27 09 87 e-mail frank@kombu.de

Frank, G. W. 1999. Kombucha Healthy Beverage and Natural Remedy from the Far
East Its Correct Preparation and Use, Publishing House Ennsthaler Great
Britain, pp. 38-43, 64-82, 108-110.

Gaman, P.M & K.B Sherrington. 1981. Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan
Mikrobiologi. Gadjahmada University Press. Yogyakarta.

Greenwalt, C. J., Ledforf, R. A. & Steinkraus, K. H. 1999. Determination and


Characterization of Antimicrobial Activity of The Fermented Tea
Kombucha, Journal Kombucha, www.kombu.de.com, p. 1-4.

Hei Chan Lee. 1999. Reduced Production of Microbial Cellulose caused by


Agregation of Acetobacter xylinum under Shaking Culture Conditions
Observation by Scanning Electron Microscope. Devision of Chemical
Engineering, Colloge of Engineering Sun Moon University, Asan 336-
840, Korea.

Hesseltine, C. W. 1991. Mixed Culture Fermentation An Introduction to Oriental


Food Fermentation, Zeikus, J. G. & Johnson, E. A. (ed), Mixed Culture in
Biotechnology, Mc Graw-Hill, Inc. New-York, p. 1-7.

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  83

Holt J.G., N. R. Krieg, Peter H. A. S, James S., T. William. Bergeys Manual of


Determinative Bacteriology: 71,103,117,12
http://foamykombucha.com/14.html diakses 23-05-2009

Jayabalan,R., S.Marimuthu, K.Swaminathan. 2007. Changes in content of organic


acids and tea polyphenol during kombucha tea fermentation. Food Chemistry
102:392-398.

Kadir, S. 2003. Karakteristik Nata de Coco Dari Starter Ampas Nenas Melalui
Penambahan Sukrosa Dan Keasaman Medium. Journal Agroland 10(2):145-
150.

Kappel T. & R. H. Anken. 1993. The Tea Kombucha Publishing House


Eenstahler, Stey.

Kustyawati, M.E. dan S. Ramli. 2008. Pemanfaatan hasil tanaman hias Rosela
sebagai bahan minuman. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-
II 2008 Universitas Lampung, 17-18 November 2008

Ley, J. D., & Frateur, J. 1974. Genus Acetobacter. Bejering. 1889:126 – 277.
Dalam R.E. Buchanan & N.E. Gibson (Ed) Bergeys Manual of
Determinatif Bacteriology, Eight Edition. The Williams & Wilkins Co.
Baltimore.

Loncar, E., M. Djuric, M. Malbasa, I.J. Kolarov and M. Klasnja. 2006. Influence of
working condition upon kombucha conducted fermentation of black tea.
Food and Bioproduct processing 84 (C3):186-192.

Malbasa, R., E. Loncar, M. Djuric, M. Klasnja, S. Markov. 2006. Scale up of


black tea batch fermentation by kombucha. Food and bioproduct Processing
84 (C3): 193-199.

Mandel, J. H. 2004. Efek Penambahan Gula Dan Perbedaan Asal Inokulum


Terhadap Tebal Dan Berat Pelikel Nata Pada Pembuatan Nata De Coco.
Majalah Ilmiah BIMN Edisi 6.

Maryani dan Kristiana. 2008. Khasiat dan mamfaat Rosela. PT Agro Medya
Pustaka.

Mojiminiyi, F.B.O., B.J. Adegunloye, Y.A. Egbeniyi and R.U. Okolo (2000). An
investigation of the diuretic effect of an aqueous extract of the petals of
Hibiscus Sabdariffa. Afr. J. Med. Med. Sci., 2 (1): 77-80.

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  84

Morton, J. 1987. Roselle. p. 281–286.

Nadiyah, Krisdianto, A. Ajizah. 2005. Kemampuan Bakteri Acetobacter xylinum


Mengubah Padi (bekatul) menjadi Selulosa. Volume 2, Nomor 2,Juli
2005, Halaman 37-47.

Naland H. 2008. Kombucha the dengan seribu khasiat. PT Agromedya Pustaka.

Neelobon S., J. Burakorn, and S. Thaenthanee. 2007. Effect of culture Condition on


Bacterial Celluloce (BC) Production from Acetobacter xylinum TISTR
976 and Phisical Properties Of BC Parchment Paper. Bureau of
Community Technology, Department of Science Service, Ministry of
Science and Technology, Bangkok

Nilawati; K. Hariyanto; L. Halimah. 1997. Pengaruh Lama Penyimpanan Limbah


Cair Tahu Dan Konsentrasi Asam Asetat Terhadap Mutu Nata De Soya.
Buletin HPI Balai Industri Banda Aceh. Vol. X: 01-02.

Nirwati, H. 2006. Pembuatan Preparat dan Pengecatan dalam Petunjuk Praktikum


Mikrobiologi. Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Gadja Mada, Yogyakarta
Pandey, A., Singh, P. & Iyengar, L. (2007). Bacterial decolorization degradation of
azo dyes. International Biodeterioration & Biodegradation, 59: 73-84

Perry J.L. (1997). Assessment of swab transport systemsfor aerobic and anaerobic
organism recovery.1269-1271, vol 35 no 5
Porzio, L. 2001 The Kombucha Balancing Act. The Kombucha Center.
www.trib.com/-kombu/index.shtml.5 Juli 2009

Ranggana, S. 1977. Manual of Analysis at Fruit and Vegetables Product. Mc


Grow Hill Publising Co. LTD, New Delhi.

Rezaee A., Sanaz Solimani and Mehdi Forozandemogadam. 2005. Role of


Plasmid in Production of Acetobacter Xylinum Biofilms. Faculty of
Medical Sciences, Tarbiat Modares University, Tehran, Iran

Rezaee A., Solimani S, Forozandemagadam M. 2008. Role of Plasmid in Production


of Acetobacter xilinum Biofilms. Faculty of Medical Sciences, Tarbiat
Modares University, Tehran, Iran

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  85

Rifki, T. D. M. 2004. Pengaruh Persentase Gula Yang Berbeda Terhadap Mutu


Nata de Seaweed dari Euchema cottonii. Skripsi. Universitas Brawijaya.
Malang.

Salle, A. J. 1954 Fundamental Principles of Bacteriology, John Wiley & Sons,


Ins. New York, pp. 308, 394-400.

Soekarto, S. T. 1981. Penilaian Organoleptik Untuk Industri Pangan dan Hasil


Pertanian, Pusbangtepa. IPB- Press, Bogor

Staments P. 1994. My Advertures With The Blod Mush Room–The Journal


Winter

Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi. 1989. Analisis Bahan Pangan dan Hasil
Pertanian. Liberty, Yogyakarta.

Sutherland, I. W. 1972. Bacterial Exopolysaccharides, Rose, A. H., Tempest, D. W.


(ed), Advanced in Microbial Physiology Vol. 8, Academic Press, London,
New York, p. 143-203.

Teng L.P.N. 1999. Mengenal Nata de Coco. Balai Industri Ujung Pandang.
Vol. 27. No-1 : 32-46

Tuti Rahayu. 2005. Kadar Kolesterol Darah Tikus Putih (Rattus novergicus)
Setelah Pemberian Cairan Kombucha per-oral. Universitas Muhammadyah
Suraskarta. Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 6, No. 2, 85 -
100
Usoh I.F, E.J. Akpan , E.O. Etim and E.O. Farombi (2005). Antioxidant Actions of
Dried Flower Extracts of Hibiscus sabdariffa L. On Sodium Arsenite -
Induced Oxidative Stress in Rats. Pakistan Journal of Nutrition 4 (3): 135-
141, ISSN 1680-5194
Walker, J. 1992. Analyses of the Voltiles in The Seed oil Of Hibiscus saldariffa
(Malvaceal) big Means of GC-MS and GC-FTIR. Publishing Universitif of
Vienna, Austria.

Waluyo, S. 1984. Beberapa Anak Tentang Pengelolaan Vinegar, Dewa Ruci


Press, Jakarta, hal. 8-15, 27-31.

Yamada Y., Hasono R., Puspita L., Widiastuti Y., Soano S., Uchimura T., and
Komagata K. 2003. Diversity of Acetic Acid Bacteria in Indonesia,
Thailand, and the Philippines. Department of Applied Biology and Chemistry,

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  86

Faculty of Applied socience, Tokyo University of Agriculture, 1-1-1


Sakuragaoka, Setagaya-ku, Tokyo 156-8502, Japan.

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  87

Lampiran 1. Alur Kerja Pembuatan Larutan Kombucha-Rosela merah


(Hybiscus sabdariffa)

Kultur kombucha

Potong dengan menggunakan gunting


Atau pisau yang steril

Kombucha ditimbang 50 g dengan


menggunakan timbangan digital

Masukkan kedalam beaker glass atau


botol bermulut besar untuk memudahkan
penimbangan berikutnya

                    
Berikan Larutan ekstrak Rosela yang sudah
diberi gula 8 %, 10%, 12% dan steril

Kultur kombucha- rosela

68
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  88

Lampiran 2. Alur Kerja Mendapatkan ekstrak Rosela

Kaliks rosella merah bersih yang telah


dikeringkan dengan oven pada suhu 50⁰C

Ditimbang sebanyak 10 gr

Dilarutkan dalam 1 liter air yang sedang


mendidih sampai suhu 121 ⁰C dengan
ekanan 15 psi (autoclave) untuk memastikan
semua mikroba mati

Terbentuk ekstrak Rosella merah

69
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  89

Lampiran 3. Alur perlakuan biakan Kombucha-Rosella pada variasi kadar


gula dan lamanya fermentasi.

Biakan Kombucha- Rosella

Dimasukkan pada beaker glass atau


botol yang bermulut besar

Masing-masing beaker glass atau botol diberi


Ekstrak rosella dengan gula 8%, 10%, 12%
yang telah disterilkan

Mengamati Pertumbuhan Kombucha pada


masing-masing kultur selama 6 hari, 8 hari,
10 hari, 12 hari, 14 hari, dan 0 sebagai kontrol

Inokulasikan pada media selektif Herstin-


Schramm Untuk mendapatkan koloni kultur
Murni dan timbang berat nata Kombucha 

70
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  90

Lampiran 4

Data Pengamatan Analisis Koloni BA

Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III
K1L0 0.03 0.03 0.03 0.09 0.03
K1L1 1.51 1.45 1.48 4.44 1.48
K1L2 40.00 36.00 37.00 113.00 37.67
K1L3 75.00 79.00 69.00 223.00 74.33
K1L4 54.00 56.00 61.00 171.00 57.00
K1L5 35.00 37.00 30.00 102.00 34.00
K2L0 0.03 0.03 0.03 0.09 0.03
K2L1 0.42 0.59 0.70 1.71 0.57
K2L2 16.00 48.00 48.00 112.00 37.33
K2L3 92.00 91.00 97.00 280.00 93.33
K2L4 18.00 50.00 76.00 144.00 48.00
K2L5 32.00 37.00 40.00 109.00 36.33
K3L0 0.03 0.03 0.03 0.09 0.03
K3L1 3.50 6.45 6.84 16.79 5.60
K3L2 70.00 75.00 78.00 223.00 74.33
K3L3 98.00 80.00 84.00 262.00 87.33
K3L4 35.00 33.00 31.00 99.00 33.00
K3L5 30.00 25.00 21.00 76.00 25.33
Total 1937.21 645.74

Daftar Sidik Ragam Analisis Koloni BA

SK db JK KT F hit. F.05 F.01


Perlakuan 17 50490.215 2970.012 38.158 ** 2.04 2.74
K 2 69719.119 34859.550 447.870 ** 3.32 5.39
L 5 11705.956 2341.191 30.079 ** 2.69 4.02
KXL 10 7522.948 752.295 9.665 ** 2.27 3.17
Galat 36 808.044 22.44
Total 53 53292.259
Keterangan: ** = berbeda sangat nyata
FK = 69495,974
KK = 13,06%

71
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  91

Lampiran 5

Data Pengamatan Analisis Berat Nata (g)

Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III
K1L0 10.00 10.00 10.00 30.00 10.0
K1L1 13.80 12.60 13.20 39.60 13.2
K1L2 14.20 14.30 15.60 44.10 14.7
K1L3 15.90 15.70 16.60 48.20 16.1
K1L4 15.30 16.40 16.90 48.60 16.2
K1L5 16.70 15.70 16.30 48.70 16.2
K2L0 10.00 10.00 10.00 30.00 10.0
K2L1 14.60 15.40 15.30 45.30 15.1
K2L2 16.00 16.00 16.20 48.20 16.1
K2L3 18.00 18.20 18.40 54.60 18.2
K2L4 18.10 18.40 18.50 55.00 18.3
K2L5 18.40 18.10 18.20 54.70 18.4
K3L0 10.00 10.00 10.00 30.00 10.0
K3L1 15.50 18.20 17.50 51.20 17.1
K3L2 18.00 18.70 17.30 54.00 18.0
K3L3 22.20 20.30 17.00 59.50 19.8
K3L4 20.80 19.80 18.90 59.50 19.9
K3L5 23.30 18.40 18.20 59.90 20.0
Total 861.10 287.03

Tabel Sidik Ragam Analisis Ketebalan Lapisan Nata (g)

SK db JK KT F hit. F.05 F.01


Perlakuan 17 551.774 32.457 27.765 ** 2.04 2.74
K 2 13898.899 4229.116 3617.721 ** 3.32 5.39
L 5 6640.429 1328.085 1136.086 ** 2.69 4.02
KXL 10 6706.696 670.6696 573.712 ** 2.27 3.17
Galat 36 42.100 1.169
Total 53 593.874
Keterangan: ** = berbeda sangat nyata
FK = 13731,356
KK = 6,78%

72
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  92

Lampiran 6

Data Pengamatan Analisis Total Asam (%)

Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III
K1L0 0.19 0.19 0.19 0.57 0.19
K1L1 1.56 1.94 1.61 5.10 1.70
K1L2 2.40 2.61 2.53 7.54 2.51
K1L3 2.48 3.28 3.24 9.01 3.00
K1L4 3.99 3.37 4.00 11.36 3.11
K1L5 2.95 3.03 3.79 9.77 3.26
K2L0 0.19 0.19 0.19 0.57 0.19
K2L1 2.02 2.19 2.32 6.53 2.18
K2L2 2.35 2.73 2.44 7.52 2.60
K2L3 2.35 2.73 2.44 7.52 2.93
K2L4 3.41 3.62 3.62 10.65 3.33
K2L5 3.45 3.66 3.71 10.82 3.61
K3L0 0.19 0.19 0.19 0.57 0.19
K3L1 2.20 2.32 2.27 6.79 2.26
K3L2 3.24 3.03 2.61 8.88 2.96
K3L3 3.33 3.20 3.37 9.89 3.30
K3L4 3.45 3.41 3.54 10.40 3.47
K3L5 3.49 4.00 3.58 11.07 3.69
Total 134.55 44.85

Tabel Sidik Ragam Analisis Total Asam (%)

SK db JK KT F hit. F.05 F.01


Perlakuan 17 65.554 3.856 24.877 ** 2.04 2.74
K 2 336.595 168.297 1085.787 ** 3.32 5.39
L 5 131.600 26.320 169.806 ** 2.69 4.02
KXL 10 139.441 13.9441 89.962 ** 2.27 3.17
Galat 36 5.601 0.155
Total 53 71.155
Keterangan: ** = berbeda sangat nyata
FK = 335.274
KK = 15,80%

73
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  93

Lampiran 7

Data Pengamatan Analisis pH

Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III
K1L0 3.73 3.73 3.73 11.19 3.73
K1L1 3.59 3.40 2.99 9.98 3.33
K1L2 2.96 2.90 3.03 8.89 2.96
K1L3 2.84 2.83 2.85 8.52 2.84
K1L4 2.81 2.80 2.76 8.37 2.79
K1L5 2.76 2.75 2.76 8.27 2.76
K2L0 3.73 3.73 3.73 11.19 3.73
K2L1 3.31 3.13 3.12 9.56 3.19
K2L2 2.87 2.85 2.88 8.60 2.87
K2L3 2.83 2.84 2.87 8.54 2.85
K2L4 2.76 2.78 2.78 8.32 2.77
K2L5 2.76 2.76 2.74 8.26 2.75
K3L0 3.73 3.73 3.73 11.19 3.73
K3L1 3.17 3.07 3.45 9.69 3.23
K3L2 2.84 2.87 2.85 8.56 2.85
K3L3 2.80 2.81 2.82 8.43 2.81
K3L4 2.79 2.78 2.76 8.33 2.78
K3L5 2.73 2.72 2.71 8.16 2.72
Total 164.05 54.68

Tabel Sidik Ragam Analisis pH

SK db JK KT F hit. F.05 F.01


Perlakuan 17 6.711 0.394 36.481 ** 2.04 2.74
K 2 498.426 122.509 11343.426 ** 3.32 5.39
L 5 245.862 49.172 4552.963 ** 2.69 4.02
KXL 10 245.853 24.5853 2276.417 ** 2.27 3.17
Galat 36 0.391 0.0108
Total 53 7.102
Keterangan: ** = berbeda sangat nyata
FK = 498,378
KK = 3,42%

74
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  94

Lampiran 8

Data Pengamatan Analisis Kadar Alkohol (%)

Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III
K1L0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
K1L1 2.43 2.37 2.43 7.23 2.41
K1L2 2.29 2.29 2.22 6.80 2.27
K1L3 2.15 2.22 2.09 6.46 2.15
K1L4 1.88 1.81 1.88 5.57 1.86
K1L5 1.61 1.61 1.54 4.76 1.59
K2L0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
K2L1 2.43 2.43 2.50 7.36 2.45
K2L2 2.15 2.15 2.15 6.45 2.15
K2L3 2.02 2.09 2.02 6.13 2.04
K2L4 1.75 1.68 1.75 5.18 1.73
K2L5 1.48 1.41 1.34 4.23 1.41
K3L0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
K3L1 2.43 2.43 2.43 7.29 2.43
K3L2 2.15 2.22 2.15 6.52 2.17
K3L3 2.02 2.02 2.02 6.06 2.02
K3L4 1.75 1.68 1.68 5.11 1.70
K3L5 1.48 1.41 1.41 4.30 1.43
Total 89.45 29.82

Tabel Sidik Ragam Analisis Kadar Alkohol (%)

SK db JK KT F hit. F.05 F.01


Perlakuan 17 34.822 2.048 2048 ** 2.04 2.74
K 2 148.340 74.17 74170 ** 3.32 5.39
L 5 56.752 11.350 11350 ** 2.69 4.02
KXL 10 56.767 5.6767 5676.7 ** 2.27 3.17
Galat 36 0.050 0.001
Total 53 34.872
Keterangan: ** = berbeda sangat nyata
FK = 148,172
KK = 1,91%

75
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  95

Lampiran 9

Data Pengamatan Analisis Total Soluble Solid (TSS)

Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III
K1L0 11.5 11.5 11.5 34.50 11.50
K1L1 10.6 10.6 11.0 32.20 10.73
K1L2 10.8 10.4 10.2 31.40 10.47
K1L3 10.2 10.2 10.0 30.40 10.13
K1L4 10.2 10.0 10.0 30.20 10.07
K1L5 9.8 10.0 10.0 29.80 9.93
K2L0 13.5 13.5 13.5 40.50 13.50
K2L1 12.4 12.2 12.2 36.80 12.27
K2L2 12.0 12.0 12.2 36.20 12.07
K2L3 12.2 11.8 11.8 35.80 11.93
K2L4 12.4 11.8 12.0 36.20 11.37
K2L5 11.4 10.4 11.0 32.80 10.93
K3L0 15.5 15.5 15.5 46.50 15.50
K3L1 13.8 13.6 13.8 41.20 13.73
K3L2 13.2 13.4 13.8 40.40 13.67
K3L3 13.4 13.6 13.8 40.80 13.60
K3L4 13.6 13.2 13.4 40.20 13.40
K3L5 12.8 12.4 12.4 37.60 12.53
Total 653.50 217.83

Tabel Sidik Ragam Analisis Total Soluble Solid (TSS)

SK db JK KT F hit. F.05 F.01


Perlakuan 17 123.583 7.269 80.767 ** 2.04 2.74
K 2 8138.776 4059.388 45104.311 ** 3.32 5.39
L 5 3929.433 758.886 8432.067 ** 2.69 4.02
KXL 10 4085.760 408.5760 4539.733 ** 2.27 3.17
Galat 36 3.240 0.090
Total 53 126.823
Keterangan: ** = berbeda sangat nyata
FK = 7908,560
KK = 2,48%

76
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  96

Lampiran 10

Data Pengamatan Analisis Organoleptik Warna

Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III
K1L0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
K1L1 2.40 2.47 2.33 7.20 2.40
K1L2 2.33 2.33 2.27 6.93 2.31
K1L3 2.27 2.20 2.27 6.73 2.24
K1L4 2.27 2.20 2.20 6.67 2.22
K1L5 2.20 2.13 2.27 6.60 2.20
K2L0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
K2L1 3.80 3.80 3.87 11.47 3.82
K2L2 3.73 3.67 3.80 11.20 3.73
K2L3 3.73 3.73 3.67 11.13 3.71
K2L4 3.67 3.73 3.60 11.00 3.67
K2L5 3.60 3.53 3.60 10.73 3.58
K3L0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
K3L1 1.47 1.40 1.53 4.40 1.47
K3L2 1.47 1.40 1.47 4.33 1.44
K3L3 1.47 1.40 1.40 4.27 1.42
K3L4 1.40 1.33 1.47 4.20 1.40
K3L5 1.33 1.27 1.20 3.80 1.27
Total 110.65 36.88

Tabel Sidik Ragam Analisis Organoleptik Warna (Numerik)

SK db JK KT F hit. F.05 F.01


Perlakuan 17 86.110 5.065 1013.000 ** 2.04 2.74
K 2 294.310 147.155 29431 ** 3.32 5.39
L 5 90.561 18.112 3622.400 ** 2.69 4.02
KXL 10 117.639 11.7639 2352.780 ** 2.27 3.17
Galat 36 0.190 0.005
Total 53 86.30
Keterangan: ** = berbeda sangat nyata
FK = 226,74
KK= 3,45%

77
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  97

Lampiran 11

Data Pengamatan Analisis Organoleptik Rasa

Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III
K1L0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
K1L1 1.87 1.80 1.93 5.60 1.87
K1L2 1.87 1.87 1.93 5.67 1.89
K1L3 2.07 2.13 2.20 6.40 2.13
K1L4 1.93 1.87 1.93 5.73 1.91
K1L5 1.87 1.80 1.80 5.47 1.82
K2L0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
K2L1 2.73 2.80 2.80 8.33 2.78
K2L2 2.87 2.80 2.87 8.53 2.84
K2L3 2.93 2.93 2.87 8.73 2.91
K2L4 2.73 2.67 2.60 8.00 2.67
K2L5 2.67 2.60 2.67 7.93 2.64
K3L0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
K3L1 2.20 2.27 2.27 6.73 2.24
K3L2 2.53 2.60 2.67 7.80 2.60
K3L3 2.91 2.89 2.90 8.70 2.90
K3L4 2.68 2.69 2.74 8.11 2.70
K3L5 2.66 2.67 2.65 7.98 2.66
Total 109.71 36.57

Tabel Sidik Ragam Analisis Organoleptik Rasa (Numerik)

SK db JK KT F hit. F.05 F.01


Perlakuan 17 51.703 3.041 608.200 ** 2.04 2.74
K 2 207.428 103.714 20742.800 ** 3.32 5.39
L 5 96.199 19.239 3847.800 ** 2.69 4.02
KXL 10 59.527 5.9527 1191 ** 2.27 3.17
Galat 36 0.200 0.005
Total 53 51.903
Keterangan: ** = berbeda sangat nyata
FK = 222,894
KK = 3,48%

78
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  98

Lampiran 12

Data Pengamatan Analisis Organoleptik Aroma


Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III
K1L0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
K1L1 2.27 2.27 2.20 6.73 2.24
K1L2 2.33 2.40 2.47 7.20 2.40
K1L3 2.33 2.47 2.53 7.33 2.44
K1L4 2.07 2.00 2.07 6.13 2.04
K1L5 2.00 1.93 1.93 5.87 1.96
K2L0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
K2L1 2.87 2.80 2.80 8.47 2.82
K2L2 2.87 2.93 2.93 8.73 2.89
K2L3 2.93 2.93 2.87 8.73 2.91
K2L4 2.67 2.60 2.60 7.87 2.62
K2L5 2.20 2.13 2.07 6.40 2.13
K3L0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
K3L1 2.27 2.33 2.27 6.87 2.29
K3L2 2.60 2.67 2.53 7.80 2.60
K3L3 2.67 2.73 2.87 8.27 2.76
K3L4 2.73 2.87 2.87 8.47 2.82
K3L5 2.53 2.47 2.40 7.40 2.47
Total 112.25 37.42

Tabel Sidik Ragam Analisis Organoleptik Aroma (Numerik)

SK db JK KT F hit. F.05 F.01


Perlakuan 17 50.859 2.991 427.286 ** 2.04 2.74
K 2 236.501 118.250 16892.857 ** 3.32 5.39
L 5 64.400 12.88 1840.000 ** 2.69 4.02
KXL 10 121.242 12.1242 1732.029 ** 2.27 3.17
Galat 36 0.269 0.007
Total 53 51.128
Keterangan: ** = berbeda sangat nyata
FK = 233,330
KK = 4,03%

79
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  99

Lampiran 13

80
Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  100

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  101

Lampiran 14. Bakteri Acetobacter sp dan Khamir

PG

Foto 1. Pewarnaan Gram (PG) pada Acetobacter sp dengan perbesaran 12,5 x 40 =


600 kali

KH

Foto 2. Gambar Khamir pada Kombucha-Rosella dengan perbesaran 12,5 x 40 =


600 kali. KH = tunas khamir

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  102

Lampiran 15. Kombucha-Rosella

B
C
A

Foto 3. Fermentasi Kombucha-Rosella selama 6 hari. A = Nata pada gula 8%, B =


Nata pada gula 10%, C = Nata pada gula 12%.

Foto 4. Kombucha-rosella yang digunakan untuk uji organoleptik warna, rasa dan
arom

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009
  103

Lampiran 16. Gambar Rosella (Hibiscus sabdariffa L)

Jusman Nainggolan : Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter Sp. Dalam Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
Sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, 2009

Anda mungkin juga menyukai