SKRIPSI
OLEH :
SKRIPSI
OLEH :
Disetujui oleh:
Komisi Pembimbing
Mengetahui :
i
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
ii
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
(2001-2007), SMP Swasta Katolik Budi Murni 1 (2007-2010), dan SMA Swasta
Santo Thomas 1 (2010-2013). Penulis berhasil masuk ke Program Studi Ilmu dan
Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) pada tahun 2013.
Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan (IMITP) USU, sebagai anggota dan
Doulu Pasar Sumatera Utara pada tanggal 25 Juli 2016 sampai 26 Agustus 2016.
Mahasiswa Tingkat Nasional pada tahun 2014 di Jakarta dan pada tahun 2016 di
Medan.
Sarjana Teknologi Pangan di Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, dengan
iii
Universitas Sumatera Utara
iv
sepenuhnya dibiayai oleh PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk melalui program
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
selama penyusunan skripsi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
Adik Kael, serta semua keluarga. Terima kasih atas doa, cinta, kasih sayang,
2. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Terima kasih atas dana penelitian yang
3. Ibu Dr. Ir. Herla Rusmarilin, MP selaku Ketua Komisi Pembimbing Skripsi
dan Ibu Linda Masniary Lubis, STP, M.Si selaku Anggota Komisi
4. Prof. Ir. Zulkifli Lubis, M. App. Sc. Terima kasih atas kritik dan saran dalam
5. Ir. Hotnida Sinaga, M.Phil. Ph.D dan Mimi Nurminah, STP, M.Si. Terima
Prof. Dr. Ir. Eko Handayanto, M.Sc, Prof. Dr. Ir. Bustanul Arifin, MS,
Prof. Dr. Ir. Budi Prasetyo Widyobroto, DESS, DEA dan tim pakar lainnya
dari PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk dalam program Indofood Riset
Nugraha 2016-2017. Terima kasih atas bimbingan, saran, serta motivasi yang
7. Seluruh staf pengajar (Pak Zulkifli, Pak Ismed, Pak Terip, Pak Sentosa, Pak
Ridwansyah, Ibu Herla, Ibu Elisa, Ibu Era, Ibu Rona, Ibu Lasma, Ibu Mimi,
Ibu Hotnida, dan Ibu Linda) serta pegawai di Program Studi Ilmu dan
8. Staf Asisten Laboratorium Teknologi Pangan, Abang dan kakak ITP 2012,
Parisdo Sinurat, Desni, Andrew, Egidya, Murti, Olivia, Bunda Jes, Jessica,
Indri, Eskana, Azmi, dan Fahri, serta adik-adik 2014 hingga 2016. Terima
kasih atas dukungan dan kebersamaannya serta semua pihak yang tidak bisa
skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang
membutuhkan.
Penulis
Hal
ABSTRAK ......................................................................................................... i
ABSTRACT ........................................................................................................ ii
PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
Latar Belakang........................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ....................................................................................... 6
Kegunaan Penelitian .................................................................................. 6
Hipotesa Penelitian .................................................................................... 6
vii
Universitas Sumatera Utara
viii
LAMPIRAN ....................................................................................................... 95
No. Hal
1. Tingkat kematangan buah pisang............................................................. 12
10. Uji LSR pengaruh tingkat kematangan albedo kulit pisang (mentah,
setengah matang, dan matang) terhadap kadar protein serbuk albedo kulit
pisang....................................................................................................... 56
11. Uji LSR pengaruh tingkat kematangan albedo kulit pisang (mentah,
setengah matang, dan matang) terhadap kadar lemak serbuk albedo kulit
pisang....................................................................................................... 58
12. Uji LSR pengaruh tingkat kematangan albedo kulit pisang (mentah,
setengah matang, dan matang) terhadap kadar karbohidrat serbuk albedo
kulit pisang.............................................................................................. 61
13. Uji LSR pengaruh tingkat kematangan albedo kulit pisang (mentah,
setengah matang, dan matang) terhadap kadar serat serbuk albedo kulit
pisang....................................................................................................... 63
ix
Universitas Sumatera Utara
x
16. Uji LSR pengaruh tingkat kematangan albedo kulit pisang (mentah,
setengah matang, dan matang) terhadap aktivitas antioksidan (IC 50)
serbuk albedo kulit pisang....................................................................... 69
18. Uji LSR efek utama pengaruh jenis perlakuan terhadap persentase
perubahan berat badan mencit................................................................. 73
20. Uji LSR efek utama pengaruh jenis perlakuan terhadap persentase
perubahan kadar glukosa darah mencit................................................... 77
No. Hal
1. Standar kematangan berdasarkan warna................................................... 11
5. Struktur flavonoid.................................................................................... 21
8. Mencit...................................................................................................... 27
11. Diagram alir uji aktivitas antioksidan ekstrak albedo kulit pisang ambon
terhadap mencit percobaan...................................................................... 45
xi
Universitas Sumatera Utara
xii
No. Hal
1. Data pengamatan dan data analisis sidik ragam kadar air (%) albedo
kulit pisang............................................................................................... 95
2. Data pengamatan dan data analisis sidik ragam kadar abu (%) albedo
kulit pisang............................................................................................... 96
3. Data pengamatan dan data analisis sidik ragam kadar protein (%) albedo
kulit pisang............................................................................................... 97
4. Data pengamatan dan data analisis sidik ragam kadar lemak (%) albedo
kulit pisang............................................................................................... 98
5. Data pengamatan dan data analisis sidik ragam kadar karbohidrat (%)
albedo kulit pisang.................................................................................... 99
6. Data pengamatan dan data analisis sidik ragam kadar serat (%) albedo
kulit pisang................................................................................................ 100
7. Data pengamatan dan data analisis sidik ragam aktivitas antioksidan (IC50)
(µg/ml) albedo kulit pisang...................................................................... 101
9. Data pengamatan dan data analisis sidik ragam kadar air (%) serbuk
albedo kulit pisang.................................................................................... 107
10. Data pengamatan dan data analisis sidik ragam kadar abu (%) serbuk
albedo kulit pisang.................................................................................... 108
11. Data pengamatan dan data analisis sidik ragam kadar protein (%) serbuk
albedo kulit pisang.................................................................................... 109
12. Data pengamatan dan data analisis sidik ragam kadar lemak (%) serbuk
albedo kulit pisang.................................................................................... 110
13. Data pengamatan dan data analisis sidik ragam kadar karbohidrat (%)
serbuk albedo kulit pisang........................................................................ 111
14. Data pengamatan dan data analisis sidik ragam kadar serat (%) serbuk
albedo kulit pisang................................................................................... 112
15. Data pengamatan dan data analisis sidik ragam aktivitas antioksidan (IC50)
(µg/ml) serbuk albedo kulit pisang.......................................................... 113
xiii
Universitas Sumatera Utara
xiv
16. Data pengamatan total flavonoid serbuk albedo kulit pisang.................. 117
17. Data pengamatan dan data analisis sidik ragam persentase perubahan
berat badan mencit..................................................................................... 119
18. Data pengamatan dan data analisis sidik ragam persentase perubahan
kadar glukosa darah mencit........................................................................ 121
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pisang termasuk salah satu jenis buah yang paling banyak diproduksi di
Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), diketahui bahwa jumlah
produksi pisang di Indonesia tahun 2015 mencapai 7,29 juta ton. Hal inilah yang
menyebabkan negara Indonesia sering disebut sebagai salah satu produsen pisang
di Asia. Selain itu, tingkat konsumsi pisang di Indonesia menurut data kementrian
lainnya. Pada tahun 2015, konsumsi pisang mencapai 5,68 kg per kapita per tahun
(BPS, 2015).
bagian, salah satunya adalah pisang ambon. Pisang ambon merupakan salah satu
menghasilkan energi. Selain itu, pisang ambon juga memiliki kandungan nutrisi
yang cukup lengkap bagi tubuh sehingga banyak dikonsumsi oleh masyarakat.
bagian yaitu mentah, setengah matang, dan matang, dimana ketiga bagian ini
dapat diketahui dari kenampakan fisik yang terdapat pada pisang, seperti warna
kulit, tekstur dan rasa pisang. Selain kenampakan fisik, tingkat kematangan pada
pisang dapat diuji secara kimia yang dapat dilihat dari komponen yang terkandung
didalamnya.
Secara umum pisang ambon terdiri dari isi dan kulit dimana 40% dari
berat utuh merupakan bagian kulit. Kulit pisang merupakan bahan buangan atau
1
Universitas Sumatera Utara
2
limbah yang jumlahnya cukup banyak. Kulit pisang hanya dijadikan sebagai
limbah organik atau sebagai pakan ternak seperti kambing, sapi, dan kerbau.
Jumlah kulit pisang yang cukup banyak akan memiliki nilai jual yang
(Susanti, 2006). Pada umumnya, kulit pisang masih jarang dimanfaatkan padahal
kulit pisang dapat bertindak sebagai alternatif yang efektif dan ekonomis untuk
menurunkan kadar glukosa darah. Hal ini dikarenakan kulit pisang mengandung
zat antioksidan yang cukup tinggi dalam bentuk senyawa flavonoid. Berdasarkan
penelitian, jumlah kandungan antioksidan pada kulit pisang ini lebih tinggi
Adapun jenis dari flavonoid yang terdapat pada kulit pisang adalah naringenin dan
tidak tepat telah menjadi faktor utama munculnya penyakit degeneratif. Aktivitas
yang semakin padat menjadikan semua orang menginginkan hal yang serba
Indonesia dan jumlahnya semakin bertambah setiap tahunnya. Penyakit ini dapat
terjadi akibat adanya kelainan pada sekresi insulin, kinerja insulin ataupun
darah melebihi batas normal) pada penderita. Faktor yang dapat memicu
terjadinya diabetes melitus baik faktor dari luar maupun dari dalam seperti faktor
lain sebagainya.
meningkat, pada tahun 1998 terdapat 108 juta jiwa, tahun 2000 meningkat
menjadi 220 juta jiwa dan data terakhir di tahun 2014 meningkat menjadi 442 juta
jiwa. WHO (2005) menyatakan bahwa Indonesia tergolong negara yang banyak
setelah negara India, China, dan Amerika Serikat. Jumlah pasien penderita
diabetes melitus di Indonesia ada sebanyak 8,3 juta jiwa pada tahun 2000. Jumlah
penderita penyakit ini akan semakin meningkat setiap tahunnya dimana diprediksi
bahwa peningkatan ini terus berlanjut sampai mencapai 21,3 juta dari total
pada tahun 2007 sebanyak 5,7% dari jumlah penduduk, di tahun 2013 meningkat
menjadi 6,9% dari jumlah penduduk atau sekitar 9,1 juta jiwa, serta diperkirakan
cara membentuk radikal bebas sangat reaktif yang dapat menimbulkan kerusakan
menyebabkan gangguan produksi insulin oleh sel beta Langerhans pankreas dan
adalah dengan cara melakukan terapi bagi penderita baik secara non farmakologis
glukosa dalam darah pada penderita. Pengobatan secara non farmalogis sering
munculnya efek samping bagi penderita dan bersifat lebih ekonomis dalam segi
biaya pengobatan. Alternatif ini dianggap bersifat lebih efektif dan biasanya tidak
glukosa darah. Pustaka yang tersedia mengindikasikan bahwa terdapat lebih dari
tahun 1980 WHO telah menyarankan berbagai pihak untuk fokus dalam meneliti
berbagai jenis tanaman yang mengandung efek hipoglikemik. Hal ini dikarenakan
aman bagi kesehatan tubuh dan kebanyakan menimbulkan efek samping yang
bahwa kandungan kimia yang diisolasi dari tumbuhan telah banyak digunakan
satu tanaman herbal yang dapat dimanfaatkan sebagai obat antidiabetes alami
adalah kulit pisang ambon, dimana jumlahnya tersedia cukup banyak di Indonesia.
terutama pada buahnya dimana diketahui pada buah pisang ambon terkandung
senyawa yang mempunyai efek hipoglikemik yang jika diekstrak dengan etanol
sangat memberikan efek yang baik dalam menurunkan jumlah kandungan glukosa
dalam darah (Ojewole dan Adewunmi, 2003). Peranan kulit pisang dalam
menurunkan kadar glukosa darah masih kurang diketahui namun telah diteliti
jumlah kandungan glukosa darah bagi penderita diabetes melitus. Berdasarkan hal
Diabetes.”
Tujuan Penelitian
flavanoid dari kulit pisang ambon mentah, setengah matang, dan matang,
kulit pisang dengan dosis yang berbeda dalam menurunkan kadar glukosa darah
Kegunaan Penelitian
sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana teknologi pangan di
Sumatera Utara, Medan dan juga sebagai sumber informasi untuk mengetahui
Hipotesa Penelitian
Pisang Ambon
Tanaman pisang (Musa paradisiaca L.) berasal dari Asia Tenggara, India,
dan Brasil. Habitat asli tanaman pisang adalah hutan tropis, namun tanaman ini
dapat tumbuh subur baik di dataran rendah maupun tinggi. Tanaman pisang
merupakan tanaman semusim yang akan mati setelah sekali berbuah, namun tunas
anakan akan menggantikan tanaman induk dan siap menghasilkan buah baru.
Pisang adalah nama umum yang diberikan pada tumbuhan terna raksasa
yang berdaun besar dan memanjang dari suku Musaceae. Tanaman ini terdiri dari
beberapa jenis seperti Musa acuminate, Musa balbisiana, dan Musa paradisiaca,
dimana ketiga jenis ini menghasilkan buah konsumsi yang dinamakan sama.
Budidaya pisang sesuai dengan iklim Indonesia baik dataran rendah maupun
tinggi sampai dengan 1300 meter dari permukaan laut (Ishak, 1995).
yaitu pada tahun 2013 sebesar 6,28 juta ton atau mengalami peningkatan sebesar
90 ribu ton atau sekitar 1,45% dibandingkan tahun 2012. Sementara itu, produksi
pisang di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2013 yaitu sebesar 342.298 ton , hal
Pisang ambon termasuk salah satu jenis buah yang banyak dikonsumsi oleh
masyarakat karena mengandung senyawa yang disebut asam lemak rantai pendek,
7
Universitas Sumatera Utara
8
yang memelihara lapisan sel jaringan dari usus kecil dan meningkatkan
kemampuan tubuh untuk menyerap nutrisi. Pisang ambon merupakan salah satu
varietas pisang yang digemari di kalangan masyarakat. Hal ini dikarenakan telah
adanya penelitian yang menyatakan bahwa buah pisang ambon matang sangat
tanaman buah yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Bangsa : Zingiberales
Suku : Musaceae
Marga : Musa
(Warintek, 2011).
dalam menjaga kualitas pada buah. Kematangan merupakan keadaan buah yang
berhubungan dengan umur buah yang cukup siap untuk memasuki stadium
matang (Ahmad, 2002). Buah pisang merupakan jenis buah yang dapat diperam
karena mengeluarkan gas etilen yang memacu proses pematangan. Hal inilah yang
mengakibatkan buah pisang tergolong jenis buah yang memiliki umur simpan
buah pisang dapat dipanen adalah penentuan dari ciri-ciri fisik buah seperti bentuk
buah, ukuran, dan warna kulit buah. Dapat juga diuji secara kimiawi, seperti
penentuan total padatan terlarut, kadar pati, dan kadar asam. Cara lain yang
penentuan bunga mekar, yang kemudian dapat ditentukan umur panen dari buah
berkurangnya pati secara nyata bersamaan dengan kenaikan kadar gula. Dalam
buah hijau kadar gula daging buah sekitar 1-2% sedangkan pada buah matang
penuh menjadi 15-20%. Kadar pati serentak turun dari 20% pada daging buah
hijau menjadi 1-2% pada daging buah matang. Kadar asam askorbat menjadi dua
kali lipat bila diperam dalam keadaan hijau menjadi kuning kecoklatan
memenuhi kriteria yaitu bentuk rusuk buah (linggir) sudah tidak tampak jelas,
lingkar buah bulat dan berisi penuh, dan biasanya kulit buah tampak licin dan
berbedak, berkas putih bunga yang terdapat pada ujung buah sudah terlepas atau
hitam kering, daun paling kecil dan paling ujung dari tajuk daun sudah menguning
atau kering, kulit buah dari sisir pertama sudah terjadi perubahan warna dan
Menurut Lodh, dkk. (1971) di dalam Pantastico (1993), pada waktu masak
berat buah pisang dapat dipertahankan secara tetap selama 2-4 hari, dan kemudian
beratnya akan berkurang seiring dengan perubahan warna kulit pada permulaan
semakin masaknya buah pisang maka berat daging buah bertambah sedangkan
Warna merupakan salah satu faktor dalam penentuan matang atau tidaknya
Proses pertumbuhan buah pisang selama proses pematangan dilihat dari segi
perubahan warna pada kulitnya yang pada umumnya dari hijau kemudian berubah
menjadi kuning (Satuhu dan Supriyadi, 2000). Hal tersebut terjadi karena klorofil
dari 50-100 mg/kg pada kulit pisang hijau menjadi nol pada stadia matang penuh
(Turner, 1997).
proses pematangan kandungan air akan meningkat dan mencapai 77,19% pada
buah yang matang (ripe) dan 79,2% pada buah yang sangat matang (over ripe).
tekstur buah pisang, dimana buah akan menjadi lebih lunak dengan meningkatnya
yang matang dan buah yang sangat matang. Penurunan ini berkaitan dengan
Buah pisang yang akan dikonsumsi dalam keadaan segar harus memenuhi
syarat dan kriteria dengan kualitas yang baik. Dalam membeli pisang konsumen
Tingkat pertama berwarna hijau. Selanjutnya, warna hijau tetapi sudah ada bintik
kuning. Ketiga, warna kuning sudah banyak, tetapi warna hijau masih dominan.
Kemudian warna kuning lebih dominan, sudah merata dengan sedikit hijau
berwarna kuning. Proses sudah selesai dan memasuki pembusukan ketika bercak
cokelat muncul. Terakhir bila bintik cokelat sudah merata, berarti pisang mulai
Tingkat kematangan buah pisang ditandai dengan melihat warna dari kulit
pisang dan kadar gula dari pisang. Hal ini secara umum dibagi menjadi 8
bersifat subjektif. Secara umum kematangan buah pisang dibagi menjadi tiga
bagian yaitu mentah, setengah matang, dan matang. Pada umumnya, kematangan
tersebut dilihat dari segi warna pada kulit pisang, dimana pisang mentah memiliki
warna hijau, pisang setengah matang memiliki warna kuning kehijauan, dan
ketiga jenis pisang berdasarkan tingkat kematangannya dapat dilihat pada Gambar
2,3, dan 4.
Kulit Pisang
Kulit pisang merupakan salah satu bagian dari tanaman pisang yang selama
ini keberadaannya terabaikan. Kulit pisang merupakan bahan buangan atau limbah
buah pisang yang belum dikupas (Munadjim, 1988). Selain itu juga kulit pisang
adalah produk dari limbah industri pangan yang dimanfaatkan untuk pakan ternak
(Zainuddin, 2002). Kulit pisang merupakan bahan buangan atau limbah buah
pisang yang cukup bahan jumlahnya. Pada umumnya kulit pisang belum
dimanfaatkan secara nyata, hanya dibuang sebagai limbah organik saja atau
digunakan untuk dijadikan sebagai makanan ternak seperti kambing, sapi, dan
kerbau. Jumlah kulit pisang yang cukup banyak akan memiliki nilai jual yang
(Susanti, 2006).
Bagian dari pisang yang selama ini masih jarang dimanfaatkan adalah kulit
pisang (Anonim, 2008). Jumlah dari kulit pisang cukup banyak yaitu sekitar 1/3
dari buah pisang yang belum dikupas (Basse, 2000). Kulit pisang memiliki
kandungan gizi yang cukup lengkap seperti karbohidrat, lemak, protein, kalsium,
fosfor, zat besi, vitamin B, vitamin C, dan air. Unsur-unsur gizi inilah yang dapat
(Munadjim, 1988).
Kulit pisang merupakan sumber yang kaya akan zat pati (3%), protein
linoleat, asam α-linolenat, pektin, dan asam amino esensial seperti leucine, valine,
peningkatan kadar gula, penurunan kadar zat pati dan hemiselulosa, serta
peningkatan kadar protein dan lemak. Degradasi zat pati dan hemiselulosa oleh
endogenous enzyme dapat menjelaskan peningkatan kadar gula dalam kulit pisang
yang sudah matang. Karbohidrat yang terdapat pada kulit pisang antara lain
glukosa, galaktosa, arabinosa, rhamnosa, dan xylosa. Selain itu, kulit pisang
(Ehiowemwenguan, 2014). Adapun komposisi zat gizi dari kulit pisang dapat
warna pada kulit pisang serta kandungan nutrisi dari buahnya. Pada umumnya
kandungan nutrisi yang terdapat dalam kulitnya, seperti yang terdapat pada
Tabel 3.
Ektraksi
yang tidak bercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke
pelarut yang lain (Setiati, 2001). Sebagian metode untuk memisahkan komponen
alat-alat yang sederhana dan sangat mudah ditemukan (Hayati, 2012). Metode
ekstraksi dengan cara maserasi sering disebut sebagai ekstraksi dingin atau tanpa
tidak tahan panas atau bahan yang belum diketahui kandungannya. Namun
proses maserasi ini membutuhkan waktu yang lama dan pelarut dalam jumlah
banyak (kekurangan proses maserasi). Adapun prinsip dari metode maserasi ini
jaringan bahan, sehingga komponen yang diinginkan dapat larut dalam pelarut
(Winata, 2011).
sejumlah senyawa metabolit. Oleh karena itu dengan menggunakan metode ini
maka digunakan pelarut sehingga tidak akan merusak senyawa yang diinginkan
dissolves like, suatu pelarut akan cenderung melarutkan senyawa yang memiliki
tingkat kepolaran yang sama sehingga pelarut polar akan melarutkan senyawa
golongan polifenol yang terdistribusi luas pada tumbuhan dalam bentuk glukosida
yang berikatan dengan suatu gula. Hal inilah yang mengakibatkan flavonoid
termasuk salah satu senyawa yang bersifat polar. Salah satu senyawa yang bersifat
adalah etanol (Harborne, 1987). Etanol merupakan pelarut yang memiliki sifat
metabolit atau dengan kata lain komponen aktif dengan kepolaran yang beragam
dapat terekstraksi lebih sempurna. Selain itu juga etanol merupakan pelarut yang
memiliki titik didih rendah sehingga sangat mudah menguap dan mudah
tanaman yang akan diekstrak. Dengan ukuran bahan yang semakin kecil maka
Antioksidan
oksidasi dengan cara bereaksi dengan radikal bebas reaktif dan membentuk
senyawa non-radikal bebas yang tidak reaktif dan relatif stabil (Winarsi, 2007).
Antioksidan merupakan zat yang dapat menetralkan radikal bebas, atau suatu
bahan yang berfungsi untuk mencegah sistem biologi tubuh dari efek merugikan
yang timbul dari proses ataupun reaksi yang menyebabkan oksidasi yang
berlebihan. Sementara, radikal bebas adalah senyawa kimia yang mempunyai satu
atau lebih elektron yang tidak berpasangan, senyawa ini harus mencari elektron
lain sebagai pasangan (Hernani dan Raharjo, 2005). Berbagai kemungkinan dapat
terjadi sebagai akibat dari kerja radikal bebas, termasuk gangguan fungsi sel,
proses oksidasi lipid (Moein, dkk., 2007). Dalam arti khusus, senyawa ini dapat
sintetik yang merupakan senyawa yang diperoleh dari hasil sintesa reaksi kimia
dan antioksidan alami yang merupakan senyawa hasil ekstraksi dari bahan alami
Butylated Hydroxytoluene (BHT), Propyl Gallat (PG), dan Etylene Diamine Tetra
gangguan kesehatan bagi konsumen antara lain fungsi hati, paru, mukosa usus,
dan keracunan (Suryo dan Tohari, 1995). Untuk mengatasi permasalahan tersebut
maka dicari alternatif lain dengan cara mengganti penggunaan antioksidan sintetik
dengan antioksidan alami yang bersifat lebih aman dan tidak memberikan efek
alami yang terdapat pada tumbuhan umumnya merupakan senyawa fenolik yang
terletak pada hampir seluruh bagian tumbuhan seperti pada kayu, biji, daun, buah,
akar, bunga ataupun serbuk sari (Sarastani, dkk., 2002). Di dalam bahan pangan
perubahan warna yang disebabkan oleh proses oksidasi. Hal itu dikarenakan
Aktivitas dari antioksidan sangat tergantung pada sifat oksidan atau ROS
yang dikenakan pada sistem biologis, aktivitas dan jumlah antioksidan serta sifat
beberapa cara, yaitu dengan memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas
bebas pada tahap inisiasi misalnya pada superoksida dismutase, ataupun dengan
cara mengkelat katalis logam transisi seperti logam Fe2+ dan Cu2+ misalnya pada
buahnya. Senyawa antioksidan yang terdapat pada kulit pisang yaitu katekin,
itu, kandungan unsur gizi yang terdapat pada kulit pisang cukup lengkap, seperti
karbohidrat, lemak, protein, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin B, vitamin C dan
air, sehingga kulit pisang memiliki potensi yang cukup baik untuk dimanfaatkan
Dalam tumbuhan, aglikon flavonoid (flavonoid tanpa gula terikat) terdapat dalam
dasarnya, yang tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6 yaitu dua cincin aromatik
yang dihubungkan oleh satuan tiga karbon yang dapat atau tidak dapat
O-glikosida, pada senyawa tersebut satu gugus hidroksil flavonoid (atau lebih)
terikat pada satu gula dengan ikatan hemiasetal yang tidak tahan terhadap asam.
Pengaruh flavonoid menjadi kurang reaktif dan lebih mudah larut air, sifat ini
terhadap efek radikal bebas adalah dengan mengurai oksigen radikal, melindungi
24 sel dari peroksidasi lipid, memutuskan rantai reaksi radikal, mengikat ion
logam dari kompleks inert sehingga ion logam tersebut tidak dapat berperan
(Wijaya, 1999).
keunggulan karena lebih sederhana, mudah, cepat, peka serta sampel yang
mengetahui aktivitas antioksidan ini adalah IC50 yang berarti sebagai konsentrasi
Awalnya larutan DPPH berwarna ungu dan ketika bereaksi dengan antioksidan
alami yang banyak pada tanaman maka akan membentuk warna kuning. Dan
apabila semakin banyak antioksidan yang ada dalam suatu bahan maka warna
ungu larutan DPPH akan semakin hilang dan akan membentuk warna kuning
(Molyneux, 2004).
radikal hidrogen kepada radikal DPPH sehingga tereduksi menjadi DPPH-H (1,1-
Gambar 6. Reduksi DPPH dari senyawa peredam radikal bebas (Molyneux, 2004)
Diabetes Melitus
keturunan dan karena pengaruh gaya hidup. Diabetes berasal dari bahasa Yunani
siphon yang berarti “mengalirkan” dan Mellitus berasal dari bahasa Latin yang
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya,
bersifat kronik dan disertai komplikasi kronik ataupun akut. Sebagian penyandang
diabetes melitus tidak menyadari dan tidak berobat secara teratur sampai saat
dunia sebagai negara dengan jumlah penderita diabetes melitus terbanyak setelah
India, China, Amerika Serikat. Tercatat pada tahun 2000 jumlah penderita
diabetes melitus di Indonesia mencapai 8,4 juta. Diperkirakan pada tahun 2030,
dalam kasus diabetes ini berada pada rentan umur 18-69 tahun. WHO memastikan
Diabetes melitus adalah suatu sindroma klinik yang ditandai oleh poliuri,
polidipsi, dan polifagi yang disertai peningkatan kadar glukosa darah atau
hiperglikemia (glukosa puasa ≥ 126 mg/dl atau postprandial ≥ 200 mg/dl atau
glukosa sewaktu ≥ 200 mg/dl). Apabila tidak segera diatasi akan terjadi gangguan
juga telah membuktikan bahwa stres oksidatif menjadi dasar patomekanisme dari
(Kumawat dkk., 2011). Stres oksidatif adalah peristiwa dimana radikal bebas yang
berupa molekul reaktif, yang muncul melalui suatu reaksi biokimiawi dari sel
normal merusak membran sel dan menyebabkan berbagai gangguan fungsi tubuh
(Adji, 2008). Radikal bebas dalam tubuh akan menyebabkan kerusakan DNA,
karbohidrat, protein dan lipid (Hanachi dkk., 2009). Stres oksidatif merupakan
salah satu komponen pada mekanisme kerusakan jaringan pada manusia. Stres
sel yaitu reaksi radikal bebas (radikal hidroksil) dengan poly unsaturated fatty
Streptozotocin
untuk menginduksi baik diabetes melitus tipe 1 maupun tipe 2 pada hewan uji
(Arulmozhi dkk., 2004). Adapun struktur kimia dari streptozotocin dapat dilihat
pada Gambar 7.
substrat untuk enzim xantin oksidase (sel β pankreas mempunyai aktivitas tinggi
Selain itu, streptozotocin merupakan donor nitric oxide (NO) yang juga
Mencit
kisaran penggunaan sekitar 40-80%. Hal ini dikarenakan mencit termasuk hewan
memiliki kesamaan fisiologis dengan manusia, siklus hidup singkat, jumlah anak
per kelahiran banyak, tidak memerlukan tempat yang luas, variasi sifat-sifatnya
tinggi, mudah untuk ditangani, dan sifat produksi dan karakteristik reproduksinya
mirip hewan lain seperti sapi, kambing, dan domba (Moriwaki, et al., 1994).
dalam jumlah banyak, variasi genetiknya tinggi, dan sifat anatomi dan
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Genus : Mus
Mencit (Mus musculus L.) merupakan hewan pengerat yang memiliki rambut
berwarna keabu-abuan atau putih, mata berwarna merah atau hitam, kulit
berpigmen, dan perut berwarna sedikit pucat. Mencit termasuk hewan yang sering
beberapa faktor, yaitu faktor internal (seks, perbedaan umur, hormon, kehamilan,
dan penyakit) dan faktor eksternal (makanan, minuman, dan lingkungan sekitar)
Mencit yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit (Mus musculus
L.) strain DDW. Mencit memiliki berat badan yang bervariasi dimana, berat
badan ketika lahir berkisar antara 2-4 g, sedangkan berat badan dewasa berkisar
20-40 g untuk mencit jantan dan untuk mencit betina dengan berat sekitar 25-40 g
(Setijono, 1985). Adapun gambar dari mencit percobaan dapat dilihat pada
Gambar 8.
Penelitian Terdahulu
Musa cavendish yang berasal dari negara Filipina telah berhasil diisolasi menjadi
salah satu jenis antioksidan yaitu gallokatekin yang kandungannya ternyata lebih
banyak terdapat dalam kulit dibandingkan dengan yang terdapat dalam buah.
Selain itu, aktivitas antioksidan bagian kulit lebih banyak jika dibandingkan
dengan buahnya.
terutama pada bagian buahnya dimana diketahui dalam buah pisang ambon
efek yang baik dalam menurunkan jumlah kandungan glukosa dalam darah
818 mg/100 g. Pada umumnya diketahui bahwa senyawa flavonoid sering terdapat
sebagai antioksidan, sehingga akibat dari tingginya flavonoid pada kulit pisang
maka aktivitas antioksidan pada kulit pisang juga tinggi. Dimana diketahui bahwa
yang disebabkan oleh penurunan fungsi sel, jaringan, dan organ tubuh seiring
Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian dan Laboratorium Struktur
Bahan Penelitian
Bahan utama yang digunakan pada penelitian adalah kulit pisang ambon
mentah, kulit pisang ambon setengah matang, dan kulit pisang ambon matang
yang diperoleh dari daerah Pancur Batu, Medan Sumatera Utara. Hewan uji yaitu
mencit jantan yang berumur 3-4 minggu dengan berat badan berkisar 20-30 g.
Reagensia
Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah pelarut heksan,
H2SO4 (asam sulfat), NaOH (natrium hidroksida), alkohol 96%, akuades, etanol
p.a, serbuk phenolpthalein, K2SO4 (kalium sulfat), CuSO4 (kupri sulfat), DPPH
asam oksalat.
29
Universitas Sumatera Utara
30
Alat Penelitian
serbuk albedo kulit pisang adalah sendok stainless steel, pisau stainless steel,
baskom, blender, timbangan analitik, talenan, tirisan, oven, dan loyang. Peralatan
yang digunakan untuk analisa sifat fisika-kimia serbuk kulit pisang adalah
erlenmeyer, alat destruksi, alat destilasi, tabung soxhlet, cawan porselen, cawan
peralatan lainnya dan peralatan yang digunakan untuk esktrak kulit pisang dengan
metode maserasi adalah beaker glass, botol kaca, rotary evaporator, kain saring,
dan corong. Peralatan yang digunakan untuk uji in-vivo pada mencit adalah spuit
injeksi tuberculin 1 cc, strip glukosa, glukometer (Gluco Dr), timbangan, dan
Metode Penelitian
Adapun kegiatan yang akan dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari 3
tahap, yaitu:
Tahap III : Pengujian secara in-vivo aktivitas antioksidan ekstrak albedo kulit
sebagai berikut :
8 (n-1) > 15
8n > 15 + 8
8n > 23
n>2~3
Keterangan :
k = Jumlah kelompok
mencit tidak diabetes, kelompok kontrol negatif dimana mencit diabetes diberi
larutan 0,5% CMC dengan dosis 1% dari berat badan, kelompok kontrol positif
kelompok perlakuan dimana mencit diabetes dan diberi ekstrak albedo kulit
pisang mentah, diberi ekstrak albedo kulit pisang setengah matang, dan diberi
ekstrak albedo kulit pisang matang dengan dosis 200 mg/kgBB dan
400 mg/kgBB.
berikut:
Ŷij = μ + αi + + εij
dimana:
Ŷij : Hasil pengamatan dari faktor K pada taraf ke-i dalam ulangan ke-j
εij : Efek galat dari faktor K pada taraf ke-i dalam ulangan ke-j.
Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata dan sangat nyata maka uji
dilanjutkan dengan uji beda rataan dengan menggunakan uji LSR (Least
Significant Range).
Pelaksanaan Penelitian
itu ditiriskan dan dikeringkan dalam oven dengan suhu 50 oC selam + 15 jam.
pengujian kadar protein, kadar lemak, kadar air, kadar abu, dan uji kualitatif dan
kuantitatif kandungan flavonoid. Setiap uji akan dilakukan pada albedo kulit
pisang mentah, albedo kulit pisang setengah matang, dan albedo kulit pisang
sebanyak 100 g serbuk albedo kulit pisang dan ditambahkan pelarut etanol dengan
jam pertama sambil diaduk. Setelah itu disaring dengan menggunakan kain saring.
Ampas yang diperoleh kemudian dimaserasi kembali sampai hasil filtrat maserasi
mendekati warna pelarut etanol 96% (tersari sempurna). Filtrat yang diperoleh
ekstrak kental. Diperoleh ekstrak albedo kulit pisang. Tahapan dapat dilihat pada
Gambar 10.
Ekstrak albedo kulit pisang yang dihasilkan dari proses ini dilakukan
Disediakan mencit jantan dengan berat 20-30 g dan berumur 3-4 minggu.
libitum. Setelah 1 minggu, diukur kadar glukosa darah mencit, dimana kadar awal
darah mencit 3 hari setelah dilakukan induksi, kadar glukosa yang akan digunakan
sebagai kadar glukosa darah mencit yang mengalami diabetes mellitus adalah
kadar glukosa darah puasa yaitu > 126 mg/dl. Penelitian ini menggunakan
berat badan
Gambar 11.
mutu serbuk albedo kulit pisang yang dihasilkan terdiri dari kadar air, kadar abu,
kadar lemak, kadar protein, kadar serat kasar, uji flavonoid, dan uji antioksidan
dengan suhu sekitar 50 oC selama 2 jam, kemudian suhu 70 oC selama 2 jam, dan
menit lalu ditimbang kembali. Setelah itu, bahan dipanaskan kembali di dalam
oven dengan suhu yang sama selama 1 jam, kemudian didinginkan kembali
dengan desikator selama 15 menit lalu ditimbang. Perlakuan ini diulangi sampai
hingga tidak berasap dan dilanjutkan dengan pengabuan di dalam tanur bersuhu
550-660 oC sampai pengabuan sempurna dengan cara bahan dibakar 1 jam dalam
tanur dengan suhu 100 oC, 2 jam dengan suhu 300 oC dan 2 jam dengan suhu 500
o
C. Cawan berisi sampel yang telah diabukan didinginkan dalam desikator dan
dalam labu lemak, kemudian dilakukan reflux selama ± 6 jam sampai pelarut
turun kembali ke labu lemak dan berwarna jernih. Pelarut yang ada dalam labu
lemak didestilasi dan ditampung kembali. Kemudian labu lemak yang berisi
lemak hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven pada suhu 105 ºC hingga mencapai
berat yang tetap, kemudian didinginkan dalam desikator. Labu beserta lemaknya
ditimbang.
Sampel yang telah dikeringkan ditimbang sebanyak 0,2 g yang telah yang
dengan 2,5 ml H2SO4 pekat, 2 g katalis, dan batu didih. Sampel dididihkan selama
1-1,5 jam atau sampai cairan berwarna jernih. Labu beserta isinya didinginkan
NaOH 40%. Kemudian dibilas dengan air suling. Labu erlenmeyer berisi H2SO4
tetes indikator (campuran metil merah 0,02% dalam alkohol dan metil biru 0,02%
terendam dalam labu larutan H2SO4, kemudian dilakukan destilasi hingga sekitar
125 ml destilat dalam labu erlenmeyer. Ujung kondensor kemudian dibilas dengan
sedikit air destilat dan ditampung dalam erlenmeyer lalu dititrasi dengan NaOH
0,02 N sampai terjadi perubahan warna ungu menjadi hijau. Penetapan blanko
(A - B) x N x 0,014 x 6,25
Kadar protein (%) x 100 %
Bobot sampel (g)
N = Normalitas NaOH
H2SO4 0,325 N. Hidrolisis dengan autoclave selama 15 menit pada suhu 105oC.
saring Whatman No. 41 yang telah dikeringkan dan diketahui beratnya. Kertas
saring tersebut dicuci berturut-turut dengan akuades panas lalu 25 ml H2SO4 0,325
N, kemudian dengan akuades panas dan terakhir dengan 25 ml etanol 95%. Kertas
saring dikeringkan dalam oven bersuhu 105oC selama satu jam, pengeringan
dilanjutkan sampai bobot konstan. Kadar serat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
perhitungan melibatkan kadar air, kadar abu, kadar protein dan kadar lemak.
ekstraksi disaring dan kepada filtratnya ditambahkan 2 tetes NaOH 10%. Adanya
Larutan baku 2000 ppm kuersetin dibuat dengan variasi konsentrasi 200
ppm, 400 ppm, 600 ppm, 800 ppm, 1000 ppm, dan 1200 ppm. Sebanyak 0,5 ml
larutan dari berbagai konsentrasi direaksikan dengan 0,1 ml AlCl3 10%; 0,1 ml
Sampel diambil sebanyak 0,5 ml sampel yang telah diencerkan (1:10 g/ml
etanol) ditambahkan 1,5 ml etanol, 0,1 ml AlCl3 10%, 0,1 ml natrium asetat 1 M,
dan 2,8 ml akuades. Campuran larutan tersebut dibiarkan selama 30 menit dan
diukur absorbansinya pada 417 nm. Larutan baku kuersetin dibuat dengan
2000 ppm. Kandungan total flavonoid dalam ekstrak etanol diekspresikan sebagai
a. Ekstraksi sampel
ditimbang 200 gr dan untuk serbuk albedo kulit pisang ditimbang 100 gr lalu
selama ± 10 jam. Hasil maserasi disaring dengan kain saring yang sudah
kembali dengan etanol teknis dan dimaserasi dengan perbandingan yang sama dan
saring sehingga diperoleh hasil maserasi 2. Hal ini diulangi kembali hingga
lalu dievaporasi dengan rotary evaporator dengan suhu 50ºC sampai terbentuk
ekstrak kental. Sehingga diperoleh ekstrak etanol albedo kulit pisang dan serbuk
b. Larutan DPPH
Larutan DPPH (0,12 Mm) dibuat dengan cara ditimbang 4,8 mg DPPH
ml pada labu ukur dan ditempatkan dalam ruangan gelap selama 20 menit.
c. Larutan kontrol
(p.a) pada 1,5 ml larutan DPPH dalam tabung reaksi. Absorbansi ditentukan pada
Larutan sampel dibuat dengan cara menimbang bahan 100 mg sampel yang
kemudian dilarutkan dalam 100 ml etanol (p.a) (1000 bagian per juta), larutan ini
adalah larutan induk. Kemudian dipipet 31,25 µl, 62,5 µl, 125 µl, 250 µl, dan 500
µl, ke dalam labu ukur 5 ml sehingga diperoleh konsentrasi 6,25 µg/ml, 12,5 µg/ml,
25 µg/ml, 50 µg/ml, dan 100 µg/ml. Penentuan antioksidan dilakukan dengan cara
etanol (p.a) sampai batas tera. Kemudian dimasukkan ke tabung reaksi dan
dihomogenkan dengan vortex lalu diinkubasi selama 30 menit dengan suhu 37ºC
persamaan garis regresi. Semakin rendah IC50 berarti semakin tinggi aktivitas
merk Ohaus dengan ketelitian dua angka. Berat badan mencit diamati dilakukan
berat badan awal, berat badan setelah diinduksi streptozotocin, dan berat badan
akhir.
dengan menggunakan blood glucose stick meter (Gluco DrTM) dimana darah
diambil dari bagian ekor mencit. Kemudian darah yang keluar ditempelkan pada
strip glukometer. Kadar glukosa darah akan terukur dan nampak pada layar
setelah 5 detik yang dinyatakan dalam mg/dl (Unitly, 2012). Sebelum dilakukan
apabila memiliki kadar glukosa darah puasa yaitu sebesar ≥ 126 mg/dl
(Perkeni, 2011). Hal yang dilakukan untuk membuat mencit model diabetes
mg/kgBB (Daud, et al., 2016) kemudian dilarutkan dalam 0,1 M buffer salin sitrat
pH 4,5. Mencit yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit dengan kadar
Pemberian dosis ekstrak yang digunakan dalam penelitian ini adalah dosis
200 mg/kgBB dan 400 mg/kgBB. Jadi apabila mencit mempunyai berat rata-rata
30 gram, maka:
200 (mg)
Dosis 200 mg/kgBB mencit = x 30 gBB = 6 mg
1000 (g)BB
400 (mg)
Dosis 400 mg/kgBB mencit = x 30 gBB = 12 mg
1000 (g)BB
Volume cairan maksimal yang dapat diberikan per oral pada mencit adalah
volume maksimalnya.
Dipekatkan dengan
rotary evaporator
Diberi makan
Mencit diadaptasikan selama 1 minggu dan minum
secara ad libitum
Mencit diukur kadar glukosa darah awal (kadar normal)
Diberi 0,5%
(-) Induksi CMC dengan K(-) K(+) K(+)
streptozotocin dosis 1%/BB
selama 14 hari Diberi metformin 65 mg/kgBB
selama 14 hari
Gambar 11. Diagram alir uji aktivitas antioksidan ekstrak albedo kulit pisang ambon
terhadap mencit percobaan
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap albedo kulit pisang segar
air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, kadar karbohidrat, dan kadar serat.
Karakteristik kimia dari ketiga albedo kulit pisang dengan berbagai tingkat
Tabel 4. Pengaruh tingkat kematangan terhadap karakteristik kimia albedo kulit pisang
Tingkat Kematangan
Parameter
K1 K2 K3
Kadar Air (%bb) 87,1182 + 86,1182 + 85,4191 +
0,1267a,A 0,2756b,B 0,2965c,C
Kadar Abu (%bk) 6,2308 + 5,6868 + 5,2877 +
b,B b,AB
0,1046 0,0550 0,4047a,A
Kadar Protein (%bk) 0,9752 + 0,6022 + 0,3916 +
c,C b,B
0,0537 0,0494 0,0461a,A
Kadar Lemak (%bk) 4,4827 + 5,6383 + 6,3859 +
c,C b,B
0,3070 0,0496 0,2655a,A
Kadar Karbohidrat(%bk) 75,2045 + 74,2082 + 73,3539 +
0,7230a,A 0,3550b,AB 0,1632b,B
Kadar Serat (%bk) 20,3713 + 18,5722 + 17,7180 +
0,4043c,B 0,2750b,B 0,1877a,A
Keterangan:- Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf
5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji
LSR
- Uji dilakukan 3 kali ulangan, tanda (+) menunjukkan standar deviasi
K1 = Albedo kulit pisang mentah
K2 = Albedo kulit pisang setengah matang
K3 = Albedo kulit pisang matang
kualitatif pada albedo kulit pisang segar menunjukkan bahwa albedo kulit pisang
46
Universitas Sumatera Utara
47
senyawa flavonoid. Hal ini ditandai dengan terjadinya perubahan warna dari
pada Tabel 5.
Putih keruh
K1 +
jingga/orange
Putih keruh
K2 + merah
keorangean
Putih keruh
K3 + merah
keorangean
larutan basa ke dalam ekstrak etanol albedo kulit pisang. Hal ini sesuai dengan
serupa dengan senyawa fenol yaitu bersifat agak asam sehingga apabila
direaksikan dengan pelarut basa atau amonia akan menghasilkan warna yang
Jumlah total flavonoid dan aktivitas antioksidan (IC50) dari ekstrak albedo
kulit pisang dengan berbagai tingkat kematangan dapat dilihat pada Tabel 6.
Total Flavonoid
dari ketiga albedo kulit pisang segar dapat dilihat pada Gambar 14. Nilai total
2655,7050 µgQE/g dan terendah pada albedo kulit pisang mentah sebesar
527,1009 µgQE/g. Hal ini sesuai dengan literatur Rees, et al. (2012) yang
perubahan senyawa fenolik. Pada kulit buah yang berwarna kuning terkandung
flavonoid dan senyawa fenolik yang lebih kaya jika dibandingkan dengan kulit
buah yang berwarna hijau (Alamsyah, et al., 2016). Menurut Chauchan, et al.
etanol maupun metanol dinyatakan bahwa kulit pisang matang maupun mentah
fenol. Jenis flavonoid yang terdapat dalam kulit pisang yang teridentifikasi adalah
naringenin dan rutin (Kanazawa dan Sakakibara, 2000) serta terdapat katekin,
kematangan albedo kulit pisang segar yang berbeda memiliki aktivitas antioksidan
(IC50) yang berbeda sangat nyata (P<0,01). Aktivitas antioksidan (IC50) dari ketiga
albedo kulit pisang segar dapat dilihat pada Gambar 15. Nilai aktivitas antioksidan
tertinggi terdapat pada albedo kulit pisang matang 106,8790 µg/ml dan terendah
pada albedo kulit pisang mentah sebesar 176,3149 µg/ml. Perbedaan nilai dari
(Dwiari, 2008). Menurut Rees, et al. (2012) masa perkembangan dan pematangan
Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa nilai IC50 rata-rata dari ekstrak
albedo kulit pisang segar menunjukkan aktivitas yang sedang, yaitu albedo kulit
pisang matang sebesar 106,8790 µg/ml, albedo kulit pisang setengah matang
sebesar 136,9277 µg/ml, dan albedo kulit pisang mentah sebesar 176,3149 µg/ml.
Hal ini sesuai dengan literatur Jun et al. (2003), dimana kategori aktivitas
antioksidan terdiri atas empat bagian yakni nilai IC50 <50 ppm kategori sangat
kuat, nilai IC50 50-100 ppm kategori kuat, nilai IC50 101-250 ppm kategori
sedang, dan nilai IC50 250-500 ppm kategori rendah. Hal ini disebabkan oleh
pisang. Dalam keadaan mentah senyawa fenol yang terkandung lebih sedikit
apabila semakin besar kandungan flavonoid pada suatu tanaman maka aktivitas
Gambar 15. Aktivitas antioksidan (IC50) dari ketiga albedo kulit pisang
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap serbuk albedo kulit pisang
terhadap kandungan kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, kadar
terhadap karakteristik kimia dari serbuk albedo kulit pisang dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 menunjukkan bahwa kadar air serbuk albedo kulit pisang tertinggi
sebesar 5,7792%. Kadar abu serbuk albedo kulit pisang tertinggi diperoleh pada
protein serbuk albedo kulit pisang tertinggi diperoleh pada K1 sebesar 1,1546%,
dan terendah pada K3 sebesar 0,6776%. Kadar lemak serbuk albedo kulit pisang
sebesar 5,9208%. Kadar karbohidrat serbuk albedo kulit pisang tertinggi diperoleh
Kadar serat serbuk albedo kulit pisang tertinggi diperoleh pada K3 sebesar
Kadar air
tingkat kematangan albedo kulit pisang (mentah, setengah matang, dan matang)
memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air serbuk
albedo kulit pisang. Hasil pengujian dengan uji LSR dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Uji LSR pengaruh tingkat kematangan albedo kulit pisang (mentah, setengah
matang, dan matang) terhadap kadar air serbuk albedo kulit pisang
Jarak LSR Tingkat kematangan albedo Notasi
Rataan
(P) 0,05 0,01 kulit pisang 0,05 0,01
- - - K1 = Mentah 5,7992 b B
2 0,9247 1,4012 K2 = Setengah Matang 6,5826 b AB
3 0,9584 1,4536 K3 = Matang 7,6431 a A
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR
(mentah, setengah matang, dan matang) dengan kadar air serbuk albedo kulit
Gambar 14. Hubungan antara perbedaan tingkat kematangan albedo kulit pisang
dengan kadar air serbuk albedo kulit pisang
albedo kulit pisang (mentah, setengah matang, dan matang) dengan kadar air
serbuk albedo kulit pisang bahwa semakin matang maka kadar air akan semakin
meningkat. Hal ini dikarenakan adanya penyusutan pada bobot kulit buah.
Menurut Pantastico (1986), selama proses pematangan bobot daging buah akan
semakin bertambah sedangkan bobot kulit buah akan semakin berkurang. Bobot
kulit pisang menandakan tingkat ketebalan kulit pisang, dimana semakin tebal
kulit pisang maka air bebas dalam bahan pangan akan semakin lebih mudah
menguap (Nurhayati, dkk., 2016). Semakin banyak jumlah air yang diuapkan
maka kadar air yang dihasilkan menjadi berkurang (Harris dan Karmas, 1989).
protopektin menjadi pektin. Perombakan protopektin yang tidak larut air menjadi
pektin yang larut air akan menghasilkan hasil samping air. Hal inilah yang
yang berbeda. Menurut Santoso (2011), komposisi berbagai jenis gizi untuk setiap
tingkat kematangan. Selain itu, perbedaan kadar air ini disebabkan oleh
karakteristik dari kulit pisang yang berbeda selama proses pematangan, sehingga
keterikatan air dalam matriks jaringan juga berbeda. Menurut Jamaluddin, dkk.
(2014), karakteristik air yang terikat dalam suatu bahan pangan berbeda akibat
Kadar air pada semua serbuk albedo kulit pisang termasuk dalam kisaran
aman untuk kondisi penyimpanan, hal ini sesuai dengan literatur Depkes RI
(1985) yang menyatakan bahwa simplisia dinilai cukup aman apabila mempunyai
kadar air kurang dari 10%. Pengurangan kadar air pada keadaan segar menjadi
serbuk disebabkan adanya proses pengeringan pada albedo kulit pisang. Menurut
Harris dan Karmas (1989), proses pengeringan akan menambahkan kalor pada
albedo kulit pisang sehingga suhu pada albedo kulit pisang akan meningkat dan
jumlah air yang diuapkan dalam bahan pangan semakin banyak. Semakin banyak
jumlah air yang diuapkan maka kadar air yang dihasilkan menjadi berkurang.
Kadar abu
tingkat kematangan albedo kulit pisang (mentah, setengah matang, dan matang)
memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar abu serbuk
albedo kulit pisang. Hasil pengujian dengan uji LSR dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Uji LSR pengaruh tingkat kematangan albedo kulit pisang (mentah, setengah
matang, dan matang) terhadap kadar abu serbuk albedo kulit pisang
Jarak LSR Tingkat kematangan albedo Notasi
Rataan
(P) 0,05 0,01 kulit pisang 0,05 0,01
- - - K1 = Mentah 9,6634 a A
2 0,5591 0,8472 K2 = Setengah Matang 8,7564 b B
3 0,5795 0,8789 K3 = Matang 7,7762 c C
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR
(mentah, setengah matang, dan matang) dengan kadar abu serbuk albedo kulit
Gambar 15. Hubungan antara perbedaan tingkat kematangan albedo kulit pisang
dengan kadar abu serbuk albedo kulit pisang
albedo kulit pisang (mentah, setengah matang, dan matang) dengan kadar abu
serbuk albedo kulit pisang bahwa semakin matang kadar abu akan semakin
menurun. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan kerja enzim selama proses
peningkatan kerja enzim. Selain itu, selama proses pematangan buah terjadi
menyebabkan beberapa unsur mineral menjadi mudah lepas (Baiyeri, et al., 2011).
Perbedaan jumlah kadar abu pada setiap serbuk albedo kulit pisang disebabkan
salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kandungan gizi yang terdapat pada
albedo kulit pisang lebih tinggi dibandingkan dengan albedo kulit pisang segar
yaitu pada albedo kulit pisang segar (mentah, setengah matang, dan matang)
secara berturut 6,2308%, 5,6868%, dan 5,2877% sedangkan pada serbuk secara
berturut 9,6634%, 8,7564%, dan 7,7762%. Kenaikan ini terjadi akibat adanya
sehingga jumlah kandungan gula, lemak, mineral. Hal inilah yang menandakan
jumlah kadar abu menjadi meningkat (Fitriani, dkk., 2013). Kulit pisang
mengandung mineral yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan kulit pisang
termasuk bahan buangan yang kaya akan kandungan mineral, seperti potasium,
Kadar protein
tingkat kematangan albedo kulit pisang (mentah, setengah matang, dan matang)
memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar protein serbuk
albedo kulit pisang. Hasil pengujian dengan uji LSR dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Uji LSR pengaruh tingkat kematangan albedo kulit pisang (mentah, setengah
matang, dan matang) terhadap kadar protein serbuk albedo kulit pisang
Jarak LSR Tingkat kematangan albedo Notasi
Rataan
(P) 0,05 0,01 kulit pisang 0,05 0,01
- - - K1 = Mentah 1,1546 a A
2 0,1488 0,2255 K2 = Setengah Matang 0,9343 b A
3 0,1542 0,2340 K3 = Matang 0,6776 c B
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR
(mentah, setengah matang, dan matang) dengan kadar protein serbuk albedo kulit
Gambar 16. Hubungan antara perbedaan tingkat kematangan albedo kulit pisang
dengan kadar protein serbuk albedo kulit pisang
albedo kulit pisang (mentah, setengah matang, dan matang) dengan kadar protein
serbuk albedo kulit pisang bahwa semakin matang kandungan protein akan
semakin berkurang. Hal ini dikarenakan oleh adanya peningkatan kerja enzim
dalam buah selama pematangan. Menurut Haider, et al. (2014), selama proses
pematangan buah protein mengalami degradasi oleh radikal bebas serta adanya
Hal ini sesuai dengan literatur Leinmuller, et al. (1991) yang menyatakan bahwa
penghambatan aktivitas enzim oleh senyawa fenolik dimana tanin menjadi terikat
dengan substrat sehingga substrat tidak dapat berinteraksi dengan sisi aktif enzim.
dalam bahan pangan seperti protein (Kumari dan Jain, 2012). Perbedaan jumlah
kadar protein pada setiap serbuk albedo kulit pisang disebabkan oleh pengaruh
tingkat kematangan yang berbeda. Menurut Santoso (2011) dikatakan bahwa ada
banyak faktor yang menyebabkan kandungan gizi dari suatu bahan pangan
albedo kulit pisang lebih tinggi dibandingkan dengan albedo kulit pisang segar
yaitu pada albedo kulit pisang segar (mentah, setengah matang, dan matang)
secara berturut 0,9752%, 0,6022%, dan 0,3916% sedangkan pada serbuk secara
berturut 1,1546%, 0,9343%, dan 0,6776%. Kenaikan ini diakibatkan oleh suhu
pengeringan yang tepat. Menurut Sukasih dan Setyadjit (2016), kenaikan jumlah
pengeringan yang tepat sehingga kandungan protein dalam serbuk albedo kulit
Kadar lemak
tingkat kematangan albedo kulit pisang (mentah, setengah matang, dan matang)
memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar lemak serbuk
albedo kulit pisang. Hasil pengujian dengan uji LSR dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Uji LSR pengaruh tingkat kematangan albedo kulit pisang (mentah, setengah
matang, dan matang) terhadap kadar lemak serbuk albedo kulit pisang
Jarak LSR Tingkat kematangan albedo Notasi
Rataan
(P) 0,05 0,01 kulit pisang 0,05 0,01
- - - K1 = Mentah 5,9208 c C
2 0,8008 1,2135 K2 = Setengah Matang 8,6860 b B
3 0,8300 1,2589 K3 = Matang 11,1556 a A
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR
(mentah, setengah matang, dan matang) dengan kadar lemak serbuk albedo kulit
Gambar 17. Hubungan antara perbedaan tingkat kematangan albedo kulit pisang
dengan kadar lemak serbuk albedo kulit pisang
albedo kulit pisang (mentah, setengah matang, dan matang) dengan kadar lemak
serbuk albedo kulit pisang bahwa semakin matang maka kadar lemak akan
semakin tinggi. Hal ini dikarenakan oleh adanya pigmen karotenoid yang bersifat
mengikat lemak. Semakin matang buah maka pigmen klorofil pada kulit buah
sehingga pigmen ini menyebabkan kulit buah berubah warna menjadi kuning
(Apandi, 1984). Karotenoid merupakan pigmen yang memiliki sifat larut dalam
lemak sehingga dengan adanya pigmen ini dapat melindungi lemak yang
terkandung dalam albedo kulit pisang (Palozza dan Krinsky, 1992). Menurut
Pantastico (1986), karotenoid yang ada dalam kulit pisang terdiri dari
mencegah terjadinya proses oksidasi lemak (Dutta, et al., 2005). Selain itu,
perbedaan kadar lemak ini diakibatkan oleh tingkat kematangan yang berbeda.
Menurut Santoso (2011) tingkat kematangan salah satu faktor dalam menentukan
albedo kulit pisang lebih tinggi dibandingkan dengan albedo kulit pisang segar
yaitu pada albedo kulit pisang segar (mentah, setengah matang, dan matang)
secara berturut 4,4827%, 5,6383%, dan 6,3859% sedangkan pada serbuk secara
berturut 5,9208%, 8,6860%, dan 11,1556%. Hal ini diakibatkan oleh adanya
molekul air (H2O) yang ditandai dengan berkurangnya kadar air serta
Kadar karbohidrat
pengaruh tingkat kematangan albedo kulit pisang (mentah, setengah matang, dan
karbohidrat serbuk albedo kulit pisang. Hasil pengujian dengan uji LSR dapat
Tabel 12. Uji LSR pengaruh tingkat kematangan albedo kulit pisang (mentah, setengah
matang, dan matang) terhadap kadar karbohidrat serbuk albedo kulit pisang
Jarak LSR Tingkat kematangan Notasi
Rataan
(P) 0,05 0,01 albedo kulit pisang 0,05 0,01
- - - K1 = Mentah 83,2612 a A
2 0,9745 1,4767 K2 = Setengah Matang 81,6233 b B
3 1,0100 1,5319 K3 = Matang 80,3906 c B
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR
(mentah, setengah matang, dan matang) dengan kadar karbohidrat serbuk albedo
Gambar 18. Hubungan antara perbedaan tingkat kematangan albedo kulit pisang
dengan kadar karbohidrat serbuk albedo kulit pisang
albedo kulit pisang (mentah, setengah matang, dan matang) dengan kadar
karbohidrat serbuk albedo kulit pisang bahwa semakin matang maka kadar
karbohidrat akan semakin rendah. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi perkembangan
dan pertumbuhan dari buah pisang. Selama proses pertumbuhan, kandungan gizi
dalam buah pisang akan mengalami perubahan, salah satunya adalah kandungan
pati. Kandungan pati pada buah akan mengalami peningkatan saat pertumbuhan
(Liur, 2014). Selain itu, adanya perubahan protopektin menjadi pektin yang terjadi
albedo kulit pisang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kondisi segar yaitu pada
albedo kulit pisang segar (mentah, setengah matang, dan matang) secara berturut
Albedo kulit pisang mengandung banyak karbohidrat yang baik bagi tubuh.
Karbohidrat yang terkandung dalam kulit pisang adalah amilum atau pati
Kadar serat
tingkat kematangan albedo kulit pisang (mentah, setengah matang, dan matang)
memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar serat serbuk
albedo kulit pisang. Hasil pengujian dengan uji LSR dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Uji LSR pengaruh tingkat kematangan albedo kulit pisang (mentah, setengah
matang, dan matang) terhadap kadar serat serbuk albedo kulit pisang
Jarak LSR Tingkat kematangan Notasi
Rataan
(P) 0,05 0,01 albedo kulit pisang 0,05 0,01
- - - K1 = Mentah 11,8446 c C
2 0,6817 1,0329 K2 = Setengah Matang 14,3287 b B
3 0,7065 1,0715 K3 = Matang 17,4753 a A
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR
(mentah, setengah matang, dan matang) dengan kadar serat serbuk albedo kulit
Gambar 19. Hubungan antara perbedaan tingkat kematangan albedo kulit pisang
dengan kadar serat serbuk albedo kulit pisang
albedo kulit pisang (mentah, setengah matang, dan matang) dengan kadar serat
serbuk albedo kulit pisang bahwa semakin matang maka kadar serat akan semakin
tinggi. Hal ini dikarenakan oleh semakin tingginya kandungan air dalam kulit
pisang. Serat memiliki daya serap air yang tinggi sehingga semakin tinggi kadar air
pada bahan pangan maka kadar serat akan semakin meningkat (Julfan, dkk., 2016).
Jenis serat yang terkandung dalam kulit pisang berupa serat tidak larut air (selulosa,
hemiselulosa, dan lignin) dan serat larut air (pektin dan gum) (Ramli, et al., 2010).
albedo kulit pisang lebih rendah jika dibandingkan dengan kondisi segar yaitu
pada albedo kulit pisang segar (mentah, setengah matang, dan matang) secara
pisang. Proses pemanasan akan membantu degradasi dinding sel kulit pisang dan
membuat pektin larut air sehingga menurunkan kandungan serat kasar pada bahan
Tabel 14. Pengujian kualitatif flavonoid pada serbuk albedo kulit pisang
Tingkat Hasil Hasil Gambar
kematangan albedo uji pengamatan
kulit pisang
Hijau
K1 + kekuningan
jingga/orange
Hijau
K2 + kekuningan
merah
keorangean
Hijau
K3 + kekuningan
merah
keorangean
dilakukan pengujian, dimana serbuk albedo kulit pisang terjadi perubahan warna
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap ekstrak serbuk albedo kulit
flavonoid dan aktivitas antioksidan (IC50). Jumlah total flavonoid dan aktivitas
antioksidan (IC50) dari ekstrak serbuk albedo kulit pisang dengan berbagai tingkat
Tabel 15. Pengaruh tingkat kematangan albedo kulit pisang terhadap kandungan
total flavonoid dan aktivitas antioksidan dari serbuk albedo kulit pisang
Tingkat Kematangan Albedo Kulit Pisang
Parameter
K1 K2 K3
Total Flavonoid (µgQE/g) 2332,0158 7020,8540 7311,0893
Aktivitas antioksidan 93,7214 + 75,8161 + 49,4311 +
(IC50) (µg/ml) 2,1748a,A 3,1628b,B 0,3960c,C
Keterangan: - Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf
5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut
uji LSR
- Uji antioksidan dilakukan 3 kali ulangan, tanda (+) menunjukkan standar deviasi
K1 = Albedo kulit pisang mentah
K2 = Albedo kulit pisang setengah matang
K3 = Albedo kulit pisang matang
albedo dan serbuk albedo kulit pisang tertinggi diperoleh pada K3 sebesar
Dari hasil yang diperoleh diketahui bahwa ketiga albedo dan serbuk
albedo kulit pisang mengandung flavonoid, hal ini ditandai dengan adanya
perubahan warna. Degradasi warna yang terjadi pada pengujian ini diakibatkan
adanya penggunaan larutan basa pada ke dalam larutan etanol yaitu NaOH ke
dalam ekstrak albedo dan serbuk albedo kulit pisang. Hal ini sesuai dengan
sifat menyerupai senyawa fenol bersifat agak asam sehingga dengan adanya
penambahan larutan basa akan memunculkan warna lain yang dapat dideteksi
senyawa fenol adalah bersifat polar yang dimana untuk melarutkannya maka
memerlukan senyawa yang bersifat polar yaitu etanol termasuk pelarut yang
mampu melarutkan senyawa semi polar maupun polar (Monache, 1986). Etanol
merupakan pelarut yang sifatnya dapat melarutkan senyawa mulai dari yang
Total flavonoid
matang albedo kulit pisang maka jumlah kandungan total flavonoid yang
albedo serbuk albedo kulit pisang dapat dilihat pada Gambar 20. Semakin matang
tinggi (Tiarani, 2015). Selain itu berdasarkan literatur Rees, et al. (2012)
perubahan senyawa fenolik. Pada kulit buah yang berwarna kuning terkandung
flavonoid dan senyawa fenolik yang lebih kaya jika dibandingkan dengan kulit
buah yang berwarna hijau (Alamsyah, et al., 2016). Menurut Chauchan, dkk.
etanol maupun metanol dinyatakan bahwa kulit pisang matang maupun mentah
fenol. Jenis flavonoid yang terdapat dalam kulit pisang yang teridentifikasi adalah
naringenin dan rutin (Kanazawa dan Sakakibara, 2000) serta terdapat katekin,
lebih tinggi jika dibandingkan dalam bentuk segarnya yaitu pada albedo kulit pisang
segar (mentah, setengah matang, dan matang) secara berturut 527,1009 µgQE/g,
2129,7672 µgQE/g, dan 2655,7050 µgQE/g sedangkan pada serbuk secara berturut
jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dalam keadaan serbuk akibat dari proses
flavonoid pada bahan yang dikeringkan lebih tinggi dibandingkan dalam keadaan
segar. Selain itu, jumlah flavonoid pada bahan pangan juga dipengaruhi oleh
Gambar 20. Total flavonoid dari ketiga serbuk albedo kulit pisang
pengaruh tingkat kematangan albedo kulit pisang (mentah, setengah matang, dan
antioksidan (IC50) serbuk albedo kulit pisang. Hasil pengujian dengan uji LSR
Tabel 16. Uji LSR pengaruh tingkat kematangan albedo kulit pisang (mentah,
setengah matang, dan matang) terhadap aktivitas antioksidan (IC50)
serbuk albedo kulit pisang
Jarak LSR Tingkat kematangan Notasi
Rataan
(P) 0,05 0,01 albedo kulit pisang 0,05 0,01
- - - K 1 = Mentah 93,7214 a A
2 4,4504 6,7438 K 2 = Setengah Matang 75,8161 b B
3 4,6125 6,9959 K 3 = Matang 49,4311 c C
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR
(mentah, setengah matang, dan matang) dengan aktivitas antioksidan (IC 50)
Gambar 21. Hubungan antara perbedaan tingkat kematangan albedo kulit pisang
dengan aktivitas antioksidan (IC50) serbuk albedo kulit pisang
albedo kulit pisang (mentah, setengah matang, dan matang) dengan aktivitas
antioksidan (IC50) serbuk albedo kulit pisang bahwa semakin matang maka
aktivitas antioksidan serbuk akan semakin tinggi. Nilai aktivitas antioksidan (IC50)
tertinggi terdapat pada serbuk albedo kulit pisang matang sebesar 49,4311 µg/ml
dan terendah pada serbuk albedo kulit pisang mentah sebesar 93,7214 µg/ml.
kandungan senyawa oksidatif dan aktivitas antioksidan dari buah pisang baik pada
daging maupun kulit. Adanya perbedaan aktivitas antioksidan dari albedo kulit
pisang ini juga diakibatkan oleh adanya perbedaan jumlah kandungan flavonoid
bahan pangan maka akan semakin meningkat pula aktivitas antioksidan bahan
pangan tersebut dimana flavonoid pada serbuk albedo kulit pisang mentah sebesar
2332,0158 µgQE/g sedangkan pada serbuk albedo kulit pisang matang sebesar
7311,0893 µgQE/g. Hal ini sesuai dengan literatur Damar, dkk. (2014) yang
(Pantastico, 1986). Selain itu senyawa antioksidan yang terdapat didalam kulit
serbuk albedo kulit pisang lebih tinggi jika dibandingkan dari bahan segar. Hal ini
dikarenakan adanya proses pengolahan yang dapat menjaga kandungan gizi dari
seperti kategori yang disebutkan oleh Jun, et al. (2003) bahwa bahan yang
memiliki kategori aktif jika memiliki nilai IC50 10-100 µg/ml. Menurut
Selain itu, aktivitas antioksidan dalam serbuk lebih tinggi dari pada dalam
keadaan segar diakibatkan oleh adanya perendaman dengan asam askorbat yang
saat dilakukan proses pengeringan antioksidan dari kulit pisang tidak mengalami
dengan adanya asam askorbat. Menurut Arifin, dkk. (2007), asam askorbat
memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap berat badan mencit
Berat badan mencit jantan dengan umur 3-4 minggu berkisar 20-30 g
Tabel 17. Pengaruh jenis perlakuan terhadap persentase kenaikan berat badan mencit
Berat badan (g) Persentase kenaikan berat
Kelompok
Awal Akhir badan (%)
K1 31,6667 + 3,5119 37,0000 + 4,0000 16,8750 + 1,1399a,A
K2 36,0000 + 4,3589 32,6667 + 3,7859 -9,2235 + 0,4802e,E
K3 31,3333 + 1,5275 36,3333 + 1,5275 15,9824 + 0,7681a,A
K4 32,0000 + 1,7321 33,0000 + 1,7321 3,1313 + 0,1750d,D
K5 34,3333 + 3,7859 37,0000 + 4,3589 8,7063 + 0,8485c,C
K6 33,6667 + 2,5166 36,6667 + 2,5166 9,3226 + 1,3120c,BC
K7 37,3333 + 1,5275 41,6667 + 2,0817 11,5808 + 1,0841b,B
K8 33,0000 + 1,7321 38,3333 + 2,0817 16,1607 + 1,4708a,A
K9 32,6667 + 3,5119 38,3333 + 4,0415 17,3633 + 0,7649a,A
Keterangan : Pengujian dilakukan 3 kali ulangan, tanda (±) menunjukkan nilai standar deviasi
K1 = Kelompok kontrol tidak DM dan diberi akuades selama 14 hari
K2 = Kelompok negatif DM dan diberi suspensi 0,5% CMC/BB selama 14 hari
K3 = Kelompok positif DM dan diberi metformin 65 mg/kgBB selama 14 hari
K4 = Kelompok perlakuan DM dan diberi ekstrak serbuk albedo kulit pisang mentah
200 mg/kgBB selama 14 hari
K5 = Kelompok perlakuan DM dan diberi ekstrak serbuk albedo kulit pisang mentah
400 mg/kgBB selama 14 hari
K6 = Kelompok perlakuan DM dan diberi ekstrak serbuk albedo kulit pisang setengah
matang 200 mg/kgBB selama 14 hari
K7 = Kelompok perlakuan DM dan diberi ekstrak serbuk albedo kulit pisang setengah
matang 400 mg/kgBB selama 14 hari
K8 = Kelompok perlakuan DM dan diberi ekstrak serbuk albedo kulit pisang matang
200 mg/kgBB selama 14 hari
K9 = Kelompok perlakuan DM dan diberi ekstrak serbuk albedo kulit pisang matang
400 mg/kgBB selama 14 hari
Tabel 18. Uji LSR efek utama pengaruh jenis perlakuan terhadap persentase
kenaikan berat badan mencit
LSR Notasi
Jarak (P) Kelompok Rataan
0,05 0,01 0,05 0,01
- - - K1 16,8750 a A
2 1,6685 2,2863 K2 -9,2235 e E
3 1,7505 2,3845 K3 15,9824 a A
4 1,8027 2,4491 K4 3,1313 d D
5 1,8387 2,4963 K5 8,7063 c C
6 1,8645 2,5322 K6 9,3226 c BC
7 1,8847 2,5603 K7 11,5808 b B
8 1,8999 2,5839 K8 16,1607 a A
9 1,9117 2,6030 K9 17,3633 a A
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR
terdapat pada perlakuan K9 yaitu sebesar 17,3633% dan yang terendah terdapat
persentase kenaikan berat badan mencit dapat dilihat pada Gambar 22.
Gambar 22. Hubungan antara jenis perlakuan terhadap persentase kenaikan berat
badan mencit selama 14 hari
(menjadi kurus) yaitu -9,2235%. Persentase nilai negatif (-) menandakan adanya
penurunan berat badan mencit percobaan selama dilakukan pengujian. Hal ini
glikogen dalam tubuh menjadi terhambat. Hewan hiperglikemia yang tidak diberi
terapi apapun akan mengalami penurunan berat badan yang diakibatkan oleh
rusaknya sel pankreas dan terganggunya kerja insulin sehingga produksi glukosa
dalam hati menjadi sulit untuk seimbang. Akibatnya kebutuhan energi dalam
tubuh menjadi tidak tercukupi. Hal inilah yang menyebabkan tubuh akan
menggunakan simpanan lemak, otot dan protein sehingga terjadi penurunan berat
badan (Kartika, dkk., 2016). Selain itu, penurunan berat badan terjadi diakibatkan
meskipun kadar glukosa darah sangat tinggi sehingga energi diperoleh melalui
menandakan kondisi mencit tetap sehat dan baik selama proses penelitian.
Peningkatan berat badan ini diakibatkan oleh tubuh hewan yang sehat dan hanya
diberikan pakan dan minum standar serta tidak mengalami stres oksidatif sehingga
(kelompok positif), serta K4, K5, K6, K7, K8, dan K9 (kelompok perlakuan)
mengalami peningkatan berat badan yang menandakan semakin sehat. Hal ini
ditandai dengan tidak adanya nilai negatif (-) pada persentase perubahan berat
badan. Kenaikan berat badan ini menandakan adanya perbaikan pada tubuh
mengalami kehilangan kalori yang cukup besar pada kondisi diabetik sehingga
dan terapi yang diberikan ke dalam tubuh hewan percobaan menyebabkan berat
menunjukkan bahwa dosis ini paling efektif dalam meningkatkan berat badan
mencit yang mengalami diabetes. Hal ini dikarenakan kulit pisang mengandung
meningkatnya penggunaan zat gizi dalam makanan yang dimakan sehingga terjadi
kenaikan berat badan pada hewan percobaan (Permata dan Syauqy, 2015). Selain
itu, kulit pisang mengandung serat yang tinggi yang dapat memperbaiki
penyerapan makanan dalam tubuh. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lunn dan
Buttriss (2007) bahwa serat larut air akan membentuk gel dalam perut dan usus
glukosa darah mencit. Persentase perubahan kadar glukosa darah mencit dapat
Tabel 19. Pengaruh jenis perlakuan terhadap persentase penurunan kadar glukosa
darah mencit
Kadar glukosa darah (mg/dl) Persentase penurunan
Kelompok kadar glukosa darah
Awal Akhir mencit (%)
K1 213,3333 + 5,7735 158,6667 + 4,9329 25,6061 + 2,3862a,AB
K2 156,0000 + 22,2711 166,3333 + 22,8983 -6,6985 + 2,1093e,E
K3 157,3333 + 8,0829 123,0000 + 6,5574 21,8272 + 0,1591b,B
K4 187,3333 + 17,0392 176,6667 + 16,1658 5,6935 + 0,6585d,D
K5 145,0000 + 7,0000 135,6667 + 6,4291 6,4342 + 0,0991d,D
K6 142,6667 + 19,6554 131,6667 + 17,6554 7,6996 + 0,2552d,D
K7 201,6667 + 82,7124 177,0000 + 72,8560 12,2601 + 0,2766c,C
K8 148,3333 + 21,5716 114,6667 + 17,7858 22,7651 + 0,7073b,B
K9 186,6667 + 55,8957 138,0000 + 42,5793 26,1933 + 0,6151a,A
Keterangan : Pengujian dilakukan 3 kali ulangan, tanda (±) menunjukkan nilai standar deviasi
K1 = Kelompok kontrol tidak DM dan diberi akuades selama 14 hari
K2 = Kelompok negatif DM dan diberi suspensi 0,5% CMC/BB selama 14 hari
K3 = Kelompok positif DM dan diberi metformin 65 mg/kgBB selama 14 hari
K4 = Kelompok perlakuan DM dan diberi ekstrak serbuk albedo kulit pisang mentah
200 mg/kgBB selama 14 hari
K5 = Kelompok perlakuan DM dan diberi ekstrak serbuk albedo kulit pisang mentah
400 mg/kgBB selama 14 hari
K6 = Kelompok perlakuan DM dan diberi ekstrak serbuk albedo kulit pisang setengah
matang 200 mg/kgBB selama 14 hari
K7 = Kelompok perlakuan DM dan diberi ekstrak serbuk albedo kulit pisang setengah
matang 400 mg/kgBB selama 14 hari
K8 = Kelompok perlakuan DM dan diberi ekstrak serbuk albedo kulit pisang matang
200 mg/kgBB selama 14 hari
K9 = Kelompok perlakuan DM dan diberi ekstrak serbuk albedo kulit pisang matang
400 mg/kgBB selama 14 hari
tingkat kematangan dengan dosis 200 mg/kgBB dan 400 mg/kgBB memberikan
efek untuk menurunkan kadar glukosa darah. Sesuai Tabel 19 juga dapat
penurunan yang lebih besar jika dibandingkan dengan dosis 200 mg/kgBB. Hal ini
yang bekerja dalam menangkal radikal bebas akan semakin meningkat. Selain itu,
oleh banyak sedikitnya asupan serat yang masuk ke dalam saluran pencernaan,
sehingga dengan semakin tinggi dosis maka jumlah asupan serat yang masuk akan
Hasil pengujian dengan uji LSR dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Uji LSR efek utama pengaruh jenis perlakuan terhadap persentase
penurunan kadar glukosa darah mencit
LSR Notasi
Jarak (P) Kelompok Rataan
0,05 0,01 0,05 0,01
- - - K1 25,6061 a AB
2 1,9501 2,6721 K2 -6,6985 e E
3 2,0459 2,7869 K3 21,8272 b B
4 2,1069 2,8624 K4 5,6935 d D
5 2,1489 2,9175 K5 6,4342 d D
6 2,1791 2,9595 K6 7,6996 d D
7 2,2028 2,9924 K7 12,2601 c C
8 2,2205 3,0199 K8 22,7651 b B
9 2,2343 3,0422 K9 26,1933 a A
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR
Hubungan antara jenis perlakuan terhadap persentase penurunan kadar
glukosa darah dapat dilihat pada Gambar 23.
Gambar 23. Hubungan antara jenis perlakuan terhadap persentase penurunan kadar
glukosa darah mencit selama 14 hari
perlakuan (K4, K5, K6, K7, K8, dan K9) mengalami penurunan kadar glukosa darah
terganggu. Hal ini sesuai dengan Erwin dkk., (2012) yang menyatakan bahwa
dengan cara membentuk radikal bebas yang sangat reaktif yang dapat
(GLUT2) sehingga sensitifitas reseptor insulin perifer atau menjadi terhambat dan
K7, K8, dan K9) mengalami penurunan kadar glukosa darah yaitu 5,6935%,
yang diakibatkan oleh adanya aktivitas senyawa antioksidan dalam ekstrak kulit
pisang ambon yang memiliki efek hipoglikemik. Hal ini sesuai dengan Indrawati,
dkk. (2015) yang menyatakan bahwa ekstrak kulit buah pisang ambon memiliki
efek hipoglikemik karena adanya efek sinergis senyawa bioaktif yang terkandung
komplikasi dan kadar glukosa darah dapat terkontrol (Widowati, 2008). Menurut
Someya et al. (2002), jenis antioksidan yang terdapat pada kulit buah pisang
dan meregulasi glukosa darah sehingga dapat menurunkan kadar glukosa darah
tikus dengan cara merangsang sel β-pankreas untuk memproduksi insulin lebih
dalam menurunkan kadar glukosa darah. Menurut Kumari dan Jain (2012) tanin
keadaan hiperglikemia.
perlakuan disebabkan oleh adanya kandungan serat yang tinggi dalam serbuk
albedo kulit pisang. Jenis serat yang terdapat dalam kulit pisang antara lain
selulosa dan hemiselulosa. Hal ini sesuai dengan Weickert dan Pfeiffer (2008)
yang menyatakan bahwa serat dalam bahan pangan mampu menurunkan glukosa
postprandial yang berkaitan dengan sifatnya dalam membentuk gel dan larutan
dan mencegah meningkatnya kadar glukosa setelah makan (Mark, dkk., 2000)
(K8 dan K9) memiliki persentase penurunan kadar glukosa darah yang mendekati
insulin, menekan produksi glukosa di hati, menurunkan oksidasi asam lemak dan
meningkatkan pemakaian glukosa dalam usus melalui proses non oksidatif. Ekstra
laktat yang terbentuk akan diekstraksi oleh hati dan digunakan sebagai bahan
glukosa darah. Secara umum, metformin dapat menurunkan kadar glukosa darah
antioksidan dan jumlah kandungan serat yang tinggi yang lebih efektif dalam
menurunkan kadar glukosa darah. Hal ini sesuai dengan Sulistijani (2001) yang
meningkatkan kekentalan isi usus yang secara tidak langsung dapat menurunkan
kecepatan difusi permukosa usus halus sehingga kadar glukosa darah akan
Kesimpulan
glukosa darah mencit penderita diabetes terhadap parameter yang diamati dapat
kadar abu, kadar protein, kadar lemak, kadar karbohidrat, kadar serat, dan
aktivitas antioksidan.
2. Dari hasil pengujian secara kualitatif diketahui bahwa kulit pisang dengan
3. Dari hasil penelitian in vivo terhadap mencit yang diberi perlakuan dapat
4. Dari hasil penelitian in vivo terhadap mencit yang diberi perlakuan dapat
pisang lain.
5. Dari hasil penelitian in vivo terhadap mencit yang diberi perlakuan dapat
Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan membuat aplikasi produk kulit
lebih tinggi.
lebih lama sehingga diperoleh kadar glukosa darah yang mencapai batas
normal.
Anggresani, L., Yuliawatim dan E. Desriyanti. 201. Uji total kandungan flavonoid
dan aktivitas antioksidan ekstrak daun kembang bulan (Thitonia
diversifolia (Hemsley) A. Gray). Riset Informasi Kesehatan. 6(1) : 18-23.
84
Badan Pusat Statistik. 2015. Produksi Tanaman Pisang Seluruh Provinsi. Diakses
dari www.bps.go.id. [25 Agustus 2017].
Erwin, Etriwati, dan Rusli. 2012. Mencit (Mus musculus) Galur Balb-C yang
diinduksikan streptozotocin berulang sebagai hewan model diabetes
mellitus. Jurnal Kedokteran Hewan. 6(1) : 47-50.
Fahri, C., Sutarno, dan S. Listyawati. 2005. Kadar glukosa dan kolesterol total
darah tikus putih (Rattus norvegicus L.) hiperglikemik setelah pemberian
ekstrak metanol akar meniran (Phyllanthus niruri L.). Biofarmasi.
3(1) : 1-6.
Febrianti, A., G. Dwiyanti, dan W. Siswaningsih. 2014. Pengaruh Suhu dan Lama
Pemanasan Terhadap Aktivitas Antioksidan dan Total Antosianin
Minuman Sari Ubi Jalar (Ipomea batatas L.). Jurnal Sains dan Teknologi
Kimia. 5(2) : 85-95.
Fitriani, S., A. Ali, dan Widiastuti. 2013. Pengaruh suhu dan lama pengeringan
terhadap mutu manisan kering jahe (Zingiber Officinale Rosc.) dan
kandungan antioksidannya. SAGU. 12(2) : 1-8.
Frindryani, L. F. 2016. Isolasi dan uji aktivitas antioksidan senyawa dalam ekstrak
etanol temu kunci (Boesenbergia pandurata) dengan metode DPPH.
Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta Guna.
Harris, R. S. dan E. Karmas. 1989. Evaluasi Gizi Pada Pengolahan Bahan Pangan.
Penerjemah: S. Achmadi. ITB-Press, Bandung.
Indrawati, S., Yuliet, dan Ihwan. 2015. Efek antidiabetes ekstrak air kulit buah
pisang ambon (Musa paradisiaca L.) terhadap mencit (Mus musculus)
model hiperglikemia. Galenika Journal of Pharmacy. 2(1) : 133-140.
Ishak, Elly, dan S. Amrullah. 1985. Ilmu dan Teknologi Pangan. Badan
Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Bagian Timur, Ujung Pandang.
Jamaluddin, R., D. Molenaar, dan Tony. 2014. Kajian isotermi sorpsi air dan
fraksi air terikat kue pia kacang hijau asal kota Gorontalo. Jurnal Ilmu dan
Teknologi Pangan. 2(1) : 27-37.
Johari, J. M. C. dan M. Rachmawati. 2006. Kimia SMA dan MA untuk Kelas XII.
Gelora Aksara Pratama, Jakarta.
Jun, M., H. Y. Fu, J. Hong, X. Wan, C. S. Yang, dan C. T. Ho. 2003. Comparison
of antioxidant activities of isoflavones from kudzu root (Pueraria lobata
Ohwi). J. Food Scie. 68(6) :2117-2122.
Kumar, S. 2011. Free radicals and antioxidant: human and food system. Adv. In
App. Sci. Res. 2(1) : 129-135.
Liur, I. J. 2014. Analisa sifat kimia dari tiga jenis tepung ubi jalar (Ipomoea
batatas L.). Jurnal Agrinimal. 4(1) : 17-21.
Mahoptara D., S. Mishra, dan N. Sutar. 2010. Banana and its by-product
utilisation : an overview. Journal of Scientific & Industrial Research.
69 : 323-329.
Medero. 2008. Mouse Lecture and Wet Lab. http://www.uprh.edu [22 Juni 2017].
Nurhayati, N., M. Maryanto, dan R. Tafrikhah. 2016. Ekstraksi pektin dari kulit
dan tandan pisang dengan variasi suhu dan metode. Agritech.
36(3) : 327-334.
Prabawati, S., Suyanti, dan A. S. Dondy. 2008. Teknologi Pasca Penen dan
Teknik Pengolahan Buah Pisang. Balai Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Jakarta.
Rees, D., G. Farrell, dan J. Orchard. 2012. Crop Post-Harvest: Science and
Technology, Perishables. Wiley-Blackwell, USA.
Simmonds. 1996. Numeric Taxonomy of Wild Bananas (Musa sp.) New Phyto l,
New York.
Suryo, I. dan I. Tohari. 1995. Aktivitas antioksidan buah jambu mete dan
penerapannya pada abon. Biosains. 1(7) : 124-135.
Tiarani. 2015. Perbandingan kadar total flavonoid dari ekstrak metanol pisang
ambon kuning (Musa paradisiaca L. Varsapientum) dengan berbagai jenis
tingkat kematangan. Ejurnal, Bogor.
Tony, H. dan B. Suharto. 2005. Insulin, Glikogen dan Anti Diabetik Oral.
Dalam: Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Gaya Baru, Jakarta.
Unitly, A. A. 2012. Keadaan puasa terhadap kadar glukosa darah tikus Rattus
norvegicus. JESBIO. 1(1): 29-33.
Wijaya, A. 1999. Free Radicals and Antioxidant Status. Pusat Informasi dan
Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UI, Jakarta.
Wild, S. 2004. Global prevalence of diabetes-estimates for the year 2000 and
projection for 2030. Diabetes Care. 5(27) : 1047-1053.
Zainuddin. 2002. Pemanfaatan kulit pisang dan ampas tahu terhadap kinerja
pertumbuhan ayam buras. Jurnal Seminar Nasional Teknologi Pertanian.
13 (11) : 322-325.
Lampiran 1.
Data pengamatan dan data analisis sidik ragam kadar air (%) albedo kulit
pisang
Daftar analisis sidik ragam kadar air (%) albedo kulit pisang segar
F.Tabel
SK db JK KT F.Hitung
0,05 0,01
Perlakuan 2 4,3656 2,1828 36,4019 ** 5,14 10,92
Galat 6 0,3598 0,0600
Total 8 4,7254
Keterangan:
FK = 66911,6163
KK = 0,2840
** = Sangat nyata
Uji LSR efek utama perbedaan albedo kulit pisang berdasarkan tingkat
kematangan terhadap kadar air albedo kulit pisang segar
LSR Notasi
Jarak (P) Perlakuan Rataan
0,05 0,01 0,05 0,01
- - - K1 = Mentah 87,1182 a A
2 0,4892 0,7413 K 2 = Setengah Matang 86,1355 b B
3 0,5070 0,7690 K3 = Matang 85,4191 c B
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR
Lampiran 2.
Data pengamatan dan data analisis sidik ragam kadar abu (%) albedo kulit
pisang
Daftar analisis sidik ragam kadar abu (%) albedo kulit pisang segar
F.Tabel
SK db JK KT F.Hitung
0,05 0,01
Perlakuan 2 1,3447 0,6723 11,3456 ** 5,14 10,92
Galat 6 0,3556 0,0593
Total 8 1,7002
Keterangan:
FK = 296,0261
KK = 4,2446
** = Sangat nyata
Uji LSR efek utama perbedaan albedo kulit pisang berdasarkan tingkat
kematangan terhadap kadar abu albedo kulit pisang segar
Jarak LSR Tingkat kematangan Notasi
Rataan
(P) 0,05 0,01 albedo kulit pisang 0,05 0,01
- - - K1 = Mentah 6,2308 a A
2 0,4863 0,7369 K2 = Setengah Matang 5,6868 b AB
3 0,5040 0,7644 K3 = Matang 5,2877 b B
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR
Lampiran 3.
Data pengamatan dan data analisis sidik ragam kadar protein (%) albedo
kulit pisang
Daftar analisis sidik ragam kadar protein (%) albedo kulit pisang segar
F.Tabel
SK db JK KT F.Hitung
0,05 0,01
Perlakuan 2 0,5241 0,2621 105,3790 ** 5,14 10,92
Galat 6 0,0149 0,0025
Total 8 0,5390
Keterangan:
FK = 3,8770
KK = 7,5978
** = Sangat nyata
Uji LSR efek utama perbedaan albedo kulit pisang berdasarkan tingkat
kematangan terhadap kadar protein albedo kulit pisang segar
Jarak LSR Tingkat kematangan Notasi
Rataan
(P) 0,05 0,01 albedo kulit pisang 0,05 0,01
- - - K1 = Mentah 0,9752 a A
2 0,0996 0,1510 K2 = Setengah Matang 0,6022 b B
3 0,1032 0,1566 K3= Matang 0,3916 c C
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR
Lampiran 4.
Data pengamatan dan data analisis sidik ragam kadar lemak (%) albedo
kulit pisang
Daftar analisis sidik ragam kadar lemak (%) albedo kulit pisang segar
F.Tabel
SK db JK KT F.Hitung
0,05 0,01
Perlakuan 2 5,5162 2,7581 49,4805 ** 5,14 10,92
Galat 6 0,3344 0,0557
Total 8 5,8507
Keterangan:
FK = 272,4768
KK = 4,2909
** = Sangat nyata
Uji LSR efek utama perbedaan albedo kulit pisang berdasarkan tingkat
kematangan terhadap kadar lemak albedo kulit pisang segar
LSR Tingkat kematangan Notasi
Jarak (P) Rataan
0,05 0,01 albedo kulit pisang 0,05 0,01
- - - K1 = Mentah 4,4827 c C
2 0,4716 0,7147 K2 = Setengah Matang 5,6383 b B
3 0,4888 0,7414 K3 = Matang 6,3859 a A
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR
Lampiran 5.
Data pengamatan dan data analisis sidik ragam kadar karbohidrat (%)
albedo kulit pisang
Daftar analisis sidik ragam kadar karbohidrat (%) albedo kulit pisang segar
F.Tabel
SK db JK KT F.Hitung
0,05 0,01
Perlakuan 2 5,1469 2,5735 11,4299 ** 5,14 10,92
Galat 6 1,3509 0,2252
Total 8 6,4978
Keterangan:
FK = 49624,9441
KK = 0,6390
** = Sangat nyata
Uji LSR efek utama perbedaan albedo kulit pisang berdasarkan tingkat
kematangan terhadap kadar karbohidrat albedo kulit pisang segar
Jarak LSR Tingkat kematangan Notasi
Rataan
(P) 0,05 0,01 albedo kulit pisang 0,05 0,01
- - - K1 = Mentah 75,2045 a A
2 0,9479 1,4363 K2 = Setengah Matang 74,2082 b AB
3 0,9824 1,4900 K3 = Matang 73,3539 b B
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR
Lampiran 6.
Data pengamatan dan data analisis sidik ragam kadar serat (%) albedo kulit
pisang
Daftar analisis sidik ragam kadar serat (%) albedo kulit pisang segar
F.Tabel
SK db JK KT F.Hitung
0,05 0,01
Perlakuan 2 11,0063 5,5032 60,1895 ** 5,14 10,92
Galat 6 0,5486 0,0914
Total 8 11,5549
Keterangan:
FK = 3210,5203
KK = 1,6010
** = Sangat nyata
Uji LSR efek utama perbedaan albedo kulit pisang berdasarkan tingkat
kematangan terhadap kadar serat albedo kulit pisang segar
LSR Tingkat kematangan Notasi
Jarak (P) Rataan
0,05 0,01 albedo kulit pisang 0,05 0,01
- - - K 1 = Mentah 20,3713 c B
2 0,6040 0,9153 K 2 = Setengah Matang 18,5722 b B
3 0,6260 0,9495 K 3 = Matang 17,7180 a A
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR
Lampiran 7.
Data pengamatan dan data analisis sidik ragam aktivitas antioksidan (IC50)
(µg/ml) albedo kulit pisang
Daftar analisis sidik ragam antioksidan (IC50) (µg/ml) albedo kulit pisang segar
F.Tabel
SK db JK KT F.Hitung
0,05 0,01
Perlakuan 2 7275,6253 3637,8127 3017,3029 ** 5,14 10,92
Galat 6 7,2339 1,2057
Total 8 7282,8592
Keterangan:
FK = 176502,2110
KK = 0,7841
** = Sangat nyata
Kurva % inhibisi uji aktivitas antioksidan pada ekstrak albedo kulit pisang segar
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
(h)
(i)
Gambar kurva % inhibisi aktivitas antioksidan ekstrak albedo kulit pisang untuk
yang mentah ulangan 1 (a), ulangan 2 (b), ulangan 3 (c), dan untuk yang setengah
matang ulangan 1 (d), ulangan 2 (e), ulangan 3 (f), serta untuk yang matang
ulangan 1 (g), ulangan 2 (h), ulangan 3 (i)
Uji LSR efek utama perbedaan albedo kulit pisang berdasarkan tingkat
kematangan terhadap aktivitas antioksidan albedo kulit pisang
LSR Tingkat kematangan Notasi
Jarak (P) Rataan
0,05 0,01 albedo kulit pisang 0,05 0,01
- - - K1 = Mentah 176,3149 a A
2 2,1934 3,3238 K2 = Setengah Matang 136,9277 b B
3 2,2733 3,4480 K3 = Matang 106,8790 c C
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR
Lampiran 8.
Data pengamatan total flavonoid albedo kulit pisang
Nilai absorbansi standar kuersetin
Sampel x (ppm) y (abs) Persamaan regresi
Kuersetin 200 0,375 y = 0,001x + 0,189
400 0,549
600 0,713
800 0,910
1000 1,115
1200 1,258
Contoh perhitungan:
y = 0,001x + 0,189
x = (0,722-0,189)
x = 533 µg/ml
= 2655,7050 µgQE/g
Lampiran 9.
Data pengamatan dan data analisis sidik ragam kadar air (%) serbuk albedo
kulit pisang
Daftar analisis sidik ragam kadar air (%) serbuk albedo kulit pisang
F.Tabel
SK db JK KT F.Hitung
0,05 0,01
Perlakuan 2 5,1383 2,56914 11,9905 ** 5,14 10,92
Galat 6 1,2856 0,21427
Total 8 5,1383
Keterangan:
FK = 400,9981
KK = 6,9347
** = Sangat nyata
Uji LSR efek utama perbedaan serbuk albedo kulit pisang berdasarkan tingkat
kematangan terhadap kadar air serbuk albedo kulit pisang segar
Jarak LSR Tingkat kematangan Notasi
Rataan
(P) 0,05 0,01 albedo kulit pisang 0,05 0,01
- - - K1 = Mentah 5,7992 b B
2 0,9247 1,4012 K2 = Setengah Matang 6,5826 b AB
3 0,9584 1,4536 K3 = Matang 7,6431 a A
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR
Lampiran 10.
Data pengamatan dan data analisis sidik ragam kadar abu (%) serbuk albedo
kulit pisang
Daftar analisis sidik ragam kadar abu (%) serbuk albedo kulit pisang
F.Tabel
SK db JK KT F.Hitung
0,05 0,01
Perlakuan 2 5,3447 2,6724 34,1158 ** 5,14 10,92
Galat 6 0,4700 0,0783
Total 8 5,8147
Keterangan:
FK = 686,2320
KK = 3,2052
** = Sangat nyata
Uji LSR efek utama perbedaan serbuk albedo kulit pisang berdasarkan tingkat
kematangan terhadap kadar abu serbuk albedo kulit pisang segar
Jarak LSR Tingkat kematangan Notasi
Rataan
(P) 0,05 0,01 albedo kulit pisang 0,05 0,01
- - - K1 = Mentah 9,6634 a A
2 0,5591 0,8472 K2 = Setengah Matang 8,7564 b B
3 0,5795 0,8789 K3 = Matang 7,7762 c C
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR
Lampiran 11.
Data pengamatan dan data analisis sidik ragam kadar protein (%) serbuk
albedo kulit pisang
Daftar analisis sidik ragam kadar protein (%) serbuk albedo kulit pisang
F.Tabel
SK db JK KT F.Hitung
0,05 0,01
Perlakuan 2 0,3420 0,1710 30,8114 ** 5,14 10,92
Galat 6 0,0333 0,0056
Total 8 0,3753
Keterangan:
FK = 7,6536
KK = 8,0790
** = Sangat nyata
Uji LSR efek utama perbedaan serbuk albedo kulit pisang berdasarkan tingkat
kematangan terhadap kadar protein serbuk albedo kulit pisang segar
Jarak LSR Tingkat kematangan albedo Notasi
Rataan
(P) 0,05 0,01 kulit pisang 0,05 0,01
- - - K1 = Mentah 1,1546 a A
2 0,1488 0,2255 K2 = Setengah Matang 0,9343 b A
3 0,1542 0,2340 K3 = Matang 0,6776 c B
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR
Lampiran 12.
Data pengamatan dan data analisis sidik ragam kadar lemak (%) serbuk
albedo kulit pisang
Daftar analisis sidik ragam kadar lemak (%) serbuk albedo kulit pisang
F.Tabel
SK db JK KT F.Hitung
0,05 0,01
Perlakuan 2 41,1485 20,5742 128,0220 ** 5,14 10,92
Galat 6 0,9643 0,1607
Total 8 42,1127
Keterangan:
FK = 663,6963
KK = 4,6683
** = Sangat nyata
Uji LSR efek utama perbedaan serbuk albedo kulit pisang berdasarkan tingkat
kematangan terhadap kadar lemak serbuk albedo kulit pisang segar
LSR Tingkat kematangan Notasi
Jarak (P) Rataan
0,05 0,01 albedo kulit pisang 0,05 0,01
- - - K1 = Mentah 5,9208 c C
2 0,8008 1,2135 K2 = Setengah Matang 8,6860 b B
3 0,8300 1,2589 K3 = Matang 11,1556 a A
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR
Lampiran 13.
Data pengamatan dan data analisis sidik ragam kadar karbohidrat (%)
serbuk albedo kulit pisang
Daftar analisis sidik ragam kadar karbohidrat (%) serbuk albedo kulit pisang
F.Tabel
SK db JK KT F.Hitung
0,05 0,01
Perlakuan 2 12,4425 6,2213 26,1403 ** 5,14 10,92
Galat 6 1,4280 0,2380
Total 8 13,8705
Keterangan:
FK = 60159,8995
KK = 0,5967
** = Sangat nyata
Uji LSR efek utama perbedaan serbuk albedo kulit pisang berdasarkan tingkat
kematangan terhadap kadar karbohidrat serbuk albedo kulit pisang segar
Jarak LSR Tingkat kematangan albedo Notasi
Rataan
(P) 0,05 0,01 kulit pisang 0,05 0,01
- - - K1 = Mentah 83,2612 a A
2 0,9745 1,4767 K2 = Setengah Matang 81,6233 b B
3 1,0100 1,5319 K3 = Matang 80,3906 c B
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR
Lampiran 14.
Data pengamatan dan data analisis sidik ragam kadar serat (%) serbuk
albedo kulit pisang
Daftar analisis sidik ragam kadar serat (%) serbuk albedo kulit pisang
F.Tabel
SK db JK KT F.Hitung
0,05 0,01
Perlakuan 2 47,7765 23,8882 205,1595 ** 5,14 10,92
Galat 6 0,6986 0,11644
Total 8 48,4751
Keterangan:
FK = 1950,1952
KK = 2,3453
** = Sangat nyata
Uji LSR efek utama perbedaan serbuk albedo kulit pisang berdasarkan tingkat
kematangan terhadap kadar serat serbuk albedo kulit pisang segar
Jarak LSR Tingkat kematangan albedo Notasi
Rataan
(P) 0,05 0,01 kulit pisang 0,05 0,01
- - - K1 = Mentah 11,8446 c C
2 0,6817 1,0329 K2 = Setengah Matang 14,3287 b B
3 0,7065 1,0715 K3 = Matang 17,4753 a A
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR
Lampiran 15.
Data pengamatan dan data analisis sidik ragam aktivitas antioksidan (IC50)
(µg/ml) serbuk albedo kulit pisang
Daftar analisis sidik ragam antioksidan (IC50) (µg/ml) serbuk albedo kulit pisang
F.Tabel
SK db JK KT F.Hitung
0,05 0,01
Perlakuan 2 2978,3941 1484,1970 300,0393 ** 5,14 10,92
Galat 6 29,7800 4,9633
Total 8 3008,1741
Keterangan:
FK = 47947,2490
KK = 3,0522
** = Sangat nyata
Kurva % inhibisi setiap ulangan uji aktivitas antioksidan pada serbuk albedo kulit
pisang
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
(h)
(i)
Gambar kurva % inhibisi aktivitas antioksidan serbuk albedo kulit pisang untuk
yang mentah ulangan 1 (a), ulangan 2 (b), ulangan 3 (c), dan untuk yang setengah
matang ulangan 1 (d), ulangan 2 (e), ulangan 3 (f), serta untuk yang matang
ulangan 1 (g), ulangan 2 (h), ulangan 3 (i)
Uji LSR efek utama perbedaan albedo kulit pisang berdasarkan tingkat
kematangan terhadap aktivitas antioksidan serbuk albedo kulit pisang
Jarak LSR Tingkat kematangan Notasi
Rataan
(P) 0,05 0,01 albedo kulit pisang 0,05 0,01
- - - K 1 = Mentah 93,7214 a A
2 4,4504 6,7438 K 2 = Setengah Matang 75,8161 b B
3 4,6125 6,9541 K 3 = Matang 49,4311 c C
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR
Lampiran 16.
Data pengamatan total flavonoid albedo kulit pisang serbuk dan segar
Nilai absorbansi standar kuersetin
Sampel x (ppm) y (abs) Persamaan regresi
Kuersetin 200 0,375 y = 0,001x + 0,189
400 0,549
600 0,713
800 0,910
1000 1,115
1200 1,258
Contoh perhitungan:
y = 0,001x + 0,189
x = (0,934-0,189)
x = 745 µg/ml
= 7311,0893 µgQE/g
Lampiran 17.
Data pengamatan dan data analisis sidik ragam persentase kenaikan berat
badan mencit
Data analisis persentase kenaikan berat badan mencit setelah diberi perlakuan
selama 14 hari
% Kenaikan berat badan
Kelompok Total Rataan
1 2 3
K1 15,6250 17,8571 17,1429 50,6250 16,8750
K2 -9,0909 -9,7561 -8,8235 -27,6705 -9,2235
K3 16,6667 15,1515 16,1290 47,9472 15,9824
K4 3,0303 3,0303 3,3333 9,3939 3,1313
K5 8,1081 8,3333 9,6774 26,1189 8,7063
K6 8,8235 8,3333 10,8108 27,9677 9,3226
K7 12,8205 11,1111 10,8108 34,7424 11,5808
K8 14,7059 17,6471 16,1290 48,4820 16,1607
K9 16,6667 17,2414 18,1818 52,0899 17,3633
Total 269,6964
Rataan 9,9888
Daftar analisis sidik ragam persentase kenaikan berat badan mencit setelah diberi
perlakuan selama 14 hari
SK db JK KT F Hitung F Tabel
0,05 0,01
Perlakuan 8 1789,7377 223,7172 236,444 ** 2,51 3,71
Galat 18 17,0312 0,9462
Total 26 1806,7688
Keterangan :
FK = 2693,9319
KK = 9,7381
** = Sangat nyata
Uji LSR efek utama pengaruh jenis perlakuan terhadap persentase kenaikan berat
badan mencit
LSR Notasi
Jarak (P) Kelompok Rataan
0,05 0,01 0,05 0,01
- - - K1 16,8750 a A
2 1,6685 2,2863 K2 -9,2235 e E
3 1,7505 2,3845 K3 15,9824 a A
4 1,8027 2,4491 K4 3,1313 d D
5 1,8387 2,4963 K5 8,7063 c C
6 1,8645 2,5322 K6 9,3226 c BC
7 1,8847 2,5603 K7 11,5808 b B
8 1,8999 2,5839 K8 16,1607 a A
9 1,9117 2,6030 K9 17,3633 a A
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR
K1 = Kelompok kontrol tidak DM dan diberi akuades selama 14 hari
K2 = Kelompok negatif DM dan diberi suspensi 0,5% CMC/BB selama 14 hari
K3 = Kelompok positif DM dan diberi metformin 65 mg/kgBB selama 14 hari
K4 = Kelompok perlakuan DM dan diberi ekstrak serbuk albedo kulit pisang mentah
200 mg/kgBB selama 14 hari
K5 = Kelompok perlakuan DM dan diberi ekstrak serbuk albedo kulit pisang mentah
400 mg/kgBB selama 14 hari
K6 = Kelompok perlakuan DM dan diberi ekstrak serbuk albedo kulit pisang setengah
matang 200 mg/kgBB selama 14 hari
K7 = Kelompok perlakuan DM dan diberi ekstrak serbuk albedo kulit pisang setengah
matang 400 mg/kgBB selama 14 hari
K8 = Kelompok perlakuan DM dan diberi ekstrak serbuk albedo kulit pisang matang
200 mg/kgBB selama 14 hari
K9 = Kelompok perlakuan DM dan diberi ekstrak serbuk albedo kulit pisang matang
400 mg/kgBB selama 14 hari
Lampiran 18.
Data pengamatan dan data analisis sidik ragam persentase penurunan kadar
glukosa darah mencit
Data analisis persentase penurunan kadar glukosa darah mencit setelah diberi
perlakuan selama 14 hari
% Penurunan kadar glukosa darah
Kelompok Total Rataan
1 2 3
K1 27,1429 26,8182 22,8571 76,8182 25,6061
K2 -4,6053 -6,6667 -8,8235 -20,0955 -6,6985
K3 21,6867 22,0000 21,7949 65,4816 21,8272
K4 5,3659 5,2632 6,4516 17,0806 5,6935
K5 6,5359 6,4286 6,3380 19,3025 6,4342
K6 7,4074 7,8788 7,8125 23,0987 7,6996
K7 12,1212 12,0805 12,5786 36,7804 12,2601
K8 23,3083 21,9653 23,0216 68,2952 22,7651
K9 25,4980 26,6667 26,4151 78,5798 26,1933
Total 365,3415
Rataan 13,5312
Daftar analisis sidik ragam persentase penurunan kadar glukosa darah mencit
setelah diberi perlakuan selama 14 hari
SK db JK KT F Hitung F Tabel
0,05 0,01
Perlakuan 8 3050,6344 381,3293 295,0467 ** 2,51 3,71
Galat 18 23,2639 1,2924
Total 26 3073,8983
Keterangan :
FK = 4943,4971
KK = 8,4017
** = Sangat nyata
Uji LSR efek utama pengaruh jenis perlakuan terhadap persentase penurunan
kadar glukosa darah mencit
LSR Notasi
Jarak (P) Kelompok Rataan
0,05 0,01 0,05 0,01
- - - K1 25,6061 a AB
2 1,9501 2,6721 K2 -6,6985 e E
3 2,0459 2,7869 K3 21,8272 b B
4 2,1069 2,8624 K4 5,6935 d D
5 2,1489 2,9175 K5 6,4342 d D
6 2,1791 2,9595 K6 7,6996 d D
7 2,2028 2,9924 K7 12,2601 c C
8 2,2205 3,0199 K8 22,7651 b B
9 2,2343 3,0422 K9 26,1933 a A
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR
K1 = Kelompok kontrol tidak DM dan diberi akuades selama 14 hari
K2 = Kelompok negatif DM dan diberi suspensi 0,5% CMC/BB selama 14 hari
K3 = Kelompok positif DM dan diberi metformin 65 mg/kgBB selama 14 hari
K4 = Kelompok perlakuan DM dan diberi ekstrak serbuk albedo kulit pisang mentah
200 mg/kgBB selama 14 hari
K5 = Kelompok perlakuan DM dan diberi ekstrak serbuk albedo kulit pisang mentah
400 mg/kgBB selama 14 hari
K6 = Kelompok perlakuan DM dan diberi ekstrak serbuk albedo kulit pisang setengah
matang 200 mg/kgBB selama 14 hari
K7 = Kelompok perlakuan DM dan diberi ekstrak serbuk albedo kulit pisang setengah
matang 400 mg/kgBB selama 14 hari
K8 = Kelompok perlakuan DM dan diberi ekstrak serbuk albedo kulit pisang matang
200 mg/kgBB selama 14 hari
K9 = Kelompok perlakuan DM dan diberi ekstrak serbuk albedo kulit pisang matang
400 mg/kgBB selama 14 hari
Lampiran 19.
Streptozotocin
Penyelesaian :
Metformin
Penyelesaian :
Pembuatan larutan => Dilarutkan 180,4167 mg ekstrak serbuk albedo kulit pisang
Penyelesaian :
Pembuatan larutan => Dilarutkan 555,17 mg ekstrak serbuk albedo kulit pisang +
Penyelesaian :
Pembuatan larutan => Dilarutkan 1110,33 mg ekstrak serbuk albedo kulit pisang
Lampiran 20.
Diperoleh :
Lampiran 21.
Foto-foto penelitian
Bahan Baku
Matang
Pembuatan Ekstrak
Metformin Gluco Dr
Lampiran 22.