ADI WIJAYANTO
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
TESIS
ADI WIJAYANTO
NIM 1490761017
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
i
PEMBERIAN EKSTRAK BUAH DELIMA MERAH
(Punica granatum) ORAL MENURUNKAN KADAR F2-
ISOPROSTAN PADA URIN TIKUS (Rattus norvegicus)
WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI AKTIVITAS
FISIK BERLEBIH
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi
Ilmu Biomedik, Program Pascasarjana Universitas Udayana
ADI WIJAYANTO
NIM 1490761017
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
ii
Lembar Pengesahan
Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc., Sp.And Prof.Dr.dr.Wimpie I. Pangkahila, Sp.And, FAACS
NIP. 194606191976021001
NIP. 194412211972061001
Mengetahui,
Dr. dr. Gde Ngurah Indraguna Pinatih, M.Sc, Sp.GK Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K)
NIP.195805211985031002 NIP.195902151985102001
iii
Tesis ini Telah Diuji dan Dinilai oleh Panitia Penguji pada Program Pascasarjana
Universitas Udayana
No. : 6038/UN14.4/HK/2016
Anggota :
iv
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa penulis haturkan karena
hanya atas berkat dan rahmat-Nya tesis yang berjudul PEMBERIAN EKSTRAK
dengan baik.
pengalaman tak ternilai yang didapat yang semakin membuka wawasan dan
menjadi pembelajaran hidup bagi penulis. Semua ini tentunya adalah peran serta
selama perjalanan ini. Penulis menyadari bahwa tesis ini bisa terselesaikan berkat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, maka perkenankan penulis untuk
1. Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD. KEMD
2. Dr. dr. Gde Ngurah Indraguna Pinatih, M.Sc., Sp.GK sebagai ketua
vi
memberikan saran- saran ilmiah dan masukan yang sangat bermanfaat
4. Prof. dr. Wimpie I. Pangkahila, Sp. And, FAACS, sebagai pembimbing II,
5. Prof. dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK, Dr. dr. Gde Ngurah Indraguna
Pinatih, M.Sc., Sp.GK, dan Dr. dr. Ida Sri Iswari, Sp. MK., M.kes, sebagai
penguji, yang dengan bijak dan sabar memberikan perhatian, koreksi dan
tesis ini.
kepada Pak Edy, Geg Wah, Geg Eni, Mbok Amie, Mbok Yethi, dan
teknis penelitian.
9. Orang tua, istri, adik, anak, keluarga tercinta serta sahabat penulis yang
vii
selalu memberikan dukungan, semangat, doa serta pengertian selama
dan saling memberikan semangat satu sama lain sejak awal kuliah sampai
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu namun sangat
Akhir kata penulis sangat menyadari bahwa tesis ini masih sangat jauh
dari kesempurnaan, sehingga saran dan masukan membangun dari berbagai pihak
sangatlah diharapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi
Penulis
viii
ABSTRAK
ix
ABSTRACT
x
DAFTAR ISI
halaman
xi
2.1.2 Gejala Klinis Penuaan ...................................................... 11
2.2 Radikal Bebas ........................................................................... 13
2.2.1 Klasifikasi Radikal Bebas ................................................. 13
2.2.2 Sumber Radikal Bebas ...................................................... 14
2.2.3 Pembentukan Radikal Bebas ............................................. 14
2.2.4 Reactive Oxygen Species (ROS) ......................................... 16
2.2.4.1 Dampak Negatif Reactive Oxygen Species ............ 17
2.2.4.2 Dampak Positif Reactive Oxygen Species ............ 18
F2-Isoprostan ...................................,,,,................................. 25
xii
2.6 Delima ........................................................................................ 33
xiii
4.5.2 Klasifikasi Variabel .......................................................... 49
BAB VI PEMBAHASAN............................................................................. 65
xiv
7.1 Simpulan ..................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 74
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
xvii
DAFTAR SINGKATAN
COX = Cyclooxygenase
DHEA = Dehydroepiandrosterone
GSH = Glutathione
HNE = 4-Hydroxy-2-Trans-Nonenal
MDA = Malondialdehyde
viii
SPSS® = Statistical Package for the Social Sciences
TA = Total Activity
UV = Ultraviolet
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
x
BAB I
PENDAHULUAN
Penuaan adalah proses alami yang akan dialami oleh setiap individu. Penuaan
bisa diartikan sebagai suatu proses penurunan fungsi organisme yang terjadi
Seiring dengan banyaknya perubahan yang dialami baik secara alam dan
kondisi lingkungan yang secara tiba-tiba serta di ikuti dengan beban kerja yang
sebagai suatu penyakit yang dapat dicegah, dihindari, dan diobati, sehingga dapat
Ada 2 faktor yang menyebabkan seseorang menjadi tua yaitu faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal seperti radikal bebas, berkurangya produksi
genetik. Sedangkan faktor eksternal seperti gaya hidup yang tidak sehat, polusi
1
2
Salah satu teori menyebutkan bahwa proses penuaan diakibatkan oleh radikal
bebas. Radikal bebas merupakan molekul reaktif, terdiri dari satu atau lebih
elektron yang tidak berpasangan pada orbit terluar (Pham-Huy et al., 2008).
Seiring dengan bertambahanya usia, maka produksi radikal bebas yang dihasilkan
dalam sel ataupun yang di asup dari luar biasanya cenderung menurun.
oksidatif.
hipertensi dapat dikontrol dengan cara berolahraga, walaupun pada olahraga yang
berat dapat meningkatkan ROS (reactive oxygen species) dalam jaringan, dan
membran lipid, dan protein. Guna melindungi sel dari kerusakan ROS yang
Aktivitas fisik yang berlebih juga dapat meningkatkan risiko timbulnya stres
oksidatif. Stres oksidatif terjadi karena jumlah radikal bebas yang terbentuk
alami radikal bebas akan dihasilkan. Kerusakan oksidatif yang berulang dan
dalam waktu lama akan menyebabkan sel atau jaringan akan kehilangan fungsinya
Peroksidasi lipid juga ikut berperan pada kerusakan jaringan, reaksi berantai
dari peroksidasi lipid dapat menjadi asupan radikal bebas sehingga akan
endoperoksid dan aldehid akan merusak komponen membran sel yang kaya akan
asam lemak tak jenuh ganda / PUFA (polyunsaturated fatty acid). Hasil dari
(HNE), Malondialdehyde (MDA), dan berbagai aldehid lain (Baraas, 2006; Ann
dan Carol, 2008). Beberapa cara dipakai untuk mengukur kadar lipid peroksidasi,
antara lain MDA, HNE, TBARS, F 2 isoprostan, Acrolein lysin (Ann dan Carol,
2008).
peroksidasi lipid, dan mempunyai implikasi yang penting untuk petanda biologis,
karena pengukuran lebih mudah dan stabil sehingga dapat diandalkan untuk
menilai dan mengkaji status stress oksidatif in vivo. Pemeriksaan ini dapat
Saat ini antioksidan digunakan dalam rangka upaya dalam pencegahan dan
Buah delima merah (Punica granatum) merupakan satu dari sekian banyak
antosianin bertanggung jawab atas pembentukan warna merah, ungu dan biru dari
buah, sayuran dan bunga. Antosianin merupakan salah satu antioksidan kuat yang
melindungi sel dari radikal bebas (Yanjun et al., 2009; Cao et al., 2001).
oedem paru, mengurangi inflamasi dan memberikan respon yang baik pada
parenkim paru, dan pada paru-paru mencit yang mengalami hiperoksia (Husari et
al.,2009).
bahwa 44% lesi dapat dicegah dengan pemberian suplemen buah delima
dibandingkan dengan mencit yang hanya diberi air. Buah Delima merupakan
antioksidan yang baik, belum ada penelitian yang melaporkan apakah pemberian
ekstrak buah delima merah secara oral dapat menurunkan kadar F 2 -isoprostan
pada urin tikus (Rattus norvegicus) wistar jantan yang diinduksi pelatihan fisik
berlebih.
sebagai berikut:
merah (Punica granatum) oral, menurunkan kadar F 2 -isoprostan pada urin tikus
(Rattus norvegicus) putih wistar jantan yang diinduksi pelatihan fisik berlebih.
buah delima merah sebagai antioksidan dalam menangkal radikal bebas dengan
6
indikator penurunanan kadar F 2 -isoprostan pada urin tikus putih wistar yang
merah dalam menangkal radikal bebas, dan telah dilakukan clinical trial, maka
diharapkan ekstrak etanol buah delima merah dapat digunakan sebagai antioksidan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Penuaan(Aging)
oleh setiap organisme. Dalam proses penuaan, terjadi penurunan fungsi organ-
organ secara bertahap yang terjadi pada manusia, tumbuhan, hewan, dan juga
organisme bersel satu. Penuaan telah terjadi pada saat manusia baru saja lahir.
dan juga fungsi imunologi. Dengan adanya faktor risiko seperti hipertensi,
stress dan kebiasaan gaya hidup tidak sehat mengakibatkan berbagai variasi
penyakit pada sistem tubuh, seperti : penyakit degeneratif, aritmia, gagal jantung,
tumor, dapat terjadi penuaan lanjut secara patologis (Park dan Yeo, 2013).
7
8
Ada beberapa teori penuaan, pertama yaitu teori program genetik (genetic
programming theory) dimana teori ini berpendapat bahwa penuaan dan usia hidup
primer (primary damage theory) yang menyebutkan bahwa penuaan terjadi oleh
catastrophe, teori radikal bebas, teori kerusakan DNA, teori membran sel (Park
Pada dasarnya, semua teori itu dibagi menjadi dua kelompok yaitu teori
wear and tear dan teori program. Hipotesis kerusakan DNA, glikosilasi, dan
radikal bebas termasuk dalam teori wear and tear, sedangkan teori program
(Pangkahila, 2011).
Menurut teori ini, penuaan terjadi jika sel ataupun jaringan tubuh yang
dipakai atau disalahgunakan secara terus menerus menjadi rusak atau habis. Teori
“pakai” dan “rusak” ini diperkenalkan oleh Dr. August Weismann, biologis dari
Kerusakan pada DNA akan terus terjadi pada setiap sel organisme hidup.
Sebagian dapat diperbaiki, tetapi sebagian lagi terakumulasi pada saat DNA
9
secepat waktu kerusakan itu muncul pertama kali. Kerusakan DNA yang terus
menerus ini terjadi juga pada sel mamalia yang tidak dapat membelah. Seiring
coba sejak tahun 1930 (Park dan Yeo, 2013; Jin, 2010).
b. Glikosilasi
pada sel darah merah. Proses glikosilasi ini penting untuk penyakit-penyakit
degeneratif seperti diabetes. Pada kondisi normal tanpa diabetes, hanya sekitar
ikatan kovalen ini dapat diketahui dengan mengukur Hemoglobin A1c (HbA1c).
Jika kadar HbA1c ini terlalu tinggi maka akan memperburuk struktur dan fungsi
sel. Pada organ-organ yang tidak tergantung insulin, seperti ginjal, pembuluh
darah, saraf perifer, dan lensa mata, glukosa akan diabsorbsi dengan mudah
sehingga terjadi kekakuan arteri, hilangnya fungsi saraf, dan katarak. Pada
diabetes proses penuaan ini merupakan role model dari proses penuaan pada
sel dan organ. Radikal bebas merupakan molekul yang memiliki satu atau lebih
protein, dan lipid mudah diserang radikal bebas. Ikatan single- dan double- asam
nukleat dapat berikatan dengan molekul lain karena rusak, dan dapat berikatan
dengan basa atau kelompok gula lain (Pangkahila, 2011; Jin, 2010).
2. Teori Program
Telomere mempengaruhi fungsi sel punca pada organ yang pergantian selnya
tinggi. Pada replikasi sel, telomere mengalami pemendekan setiap kali terjadi
pembelahan sel. Setelah beberapa kali pembelahan sel, telomere telah dipakai dan
pembelahan sel berhenti. Proses telomere ini menentukan rentang usia sel yang
pada akhirnya juga rentang usia pada organisme itu sendiri (Pangkahila, 2011).
11
b. Teori Immunologi
Efektivitas maksimal dari sistem imun ialah sewaktu pubertas dan akan menurun
c. Teori Neuroendokrin
suprarenalis, dan lain-lain. Fungsi hormonal lebih optimal saat usia muda
masing-masing organ tubuh. Hal ini mengakibatkan berbagai tanda dan gejala
penuaan, yang pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu (Pangkahila, 2011):
tulang.
2. Tanda psikis, seperti kurangnya gairah hidup , susah tidur, mudah cemas,
Proses penuaan tidak timbul begitu saja, ada tiga fase dalam proses penuaanantara
Pada Fase ini, terjadi penurunan berbagai hormon didalam tubuh, seperti
penurunan hormon ini biasanya tidak terlihat dari luar, sehingga orang terlihat
Terjadi penurunan massa otot sekitar satu kilogram setiap beberapa tahun, hal ini
lemak terus bertambah.Pada fase ini orang sudah merasa tidak muda lagi dan
kelihatan lebih tua. Kerusakan yang diakibatkan radikal bebas mulai merusak
Terjadi penurunan kadar hormon secara terus menerus pada fase ini.
growth hormone, testosteron, estrogen, dan hormon tiroid. Penurunan juga disertai
tulang menurun, massa otot mengalami penurunan sekitar satu kilogram setiap
Radikal bebas merupakan molekul reaktif, terdiri dari satu atau lebih
elektron yang tidak berpasangan pada orbit terluar (Pham-Huy et al., 2008).
molekul yang berdekatan, seperti karbohidrat, protein, lipid, dan asam nukleat,
sehingga membuat molekul tersebut menjadi tidak stabil juga dan terbentuklah
reaksi rantai baru yang akan berhenti jika diredam oleh senyawa yang bersifat
biologi ialah oxygen-free radical, yang dikenal sebagai reactive oxygen species
dioksida (NO● 2 ).
14
dibagi menjadi:
1. Radikal bebas yang dibentuk dari dalam tubuh oleh karena proses
organik melalui ionisasi dan radiasi yang terjadi pada reaksi inflamasi dan
iskemia.
3. Radikal bebas yang berasal dari luar tubuh yang disebabkan oleh
polutan seperti radiasi sinar UV, sinar X, sinar gamma, asap rokok, asap
pestisida atau zat beracun lainnya. Disamping itu, radikal bebas juga dapat
Radikal bebas secara umum terbentuk melalui tiga tahapan reaksi berikut
(Winarsi, 2007):
dalam hal ini reaksi berantai radikal bebas diperluas sehingga membentuk
rendah, misalnya :
R1 • + R1 • R1_R1
R2 • + R1 • R2_R1
Gambar 2.1
Pembentukan radikal bebas
bagi organisme aerob, seperti manusia. Sekitar 90% dari oksigen yang ada
didalam tubuh digunakan untuk pembentukan energi berupa ATP melalui proses
oksigen akan menjadi residu yang dikonversi menjadi reactive oxygen species
ROS ialah istilah yang dipakai untuk radikal, tidak hanya radikal yang
2008).
Gambar 2.2
Pembentukan ROS oleh reaksi Fenton dan Haber-Weiss (Baynes
danDominiczak, 2014)
ROS bisa merusak DNA, protein dan lipid, tetapi dalam kondisi normal,
tubuh mempunyai sistem yang dapat memperbaiki kerusakan oleh ROS, yaitu :
1. DNA
rantai DNA.
2. Protein
3. Lipid
membran.
Tidak hanya efek negatif, ternyata ROS juga memiliki dampak positif,
bersamaan.
Stres oksidatif yaitu suatu keadaan dimana jumlah produksi ROS lebih
Stres oksidatif bisa terjadi secara lokal, seperti pada penyakit artritis dan
penyakit yang diinduksi oleh stres oksidatif digambarkan pada gambar 2.3
Gambar 2.3
Penyakit terinduksistres oksidatif pada manusia (Pham-Huy et al., 2008)
2.3.1 Definisi
Semua aktivitas fisik baik ringan, sedang, ataupun berat akan direspon oleh tubuh
fisik yang cukup berat (seperti tes treadmil), terjadilah peristiwa dimana
penyediaan oksigen (oxygen supply). Fenomena ini disebut sebagai fase iskemia.
radikal bebas oksigen bahkan bisa mencapai 10x lipat (fenomena ini disebut fase
disebabkan oleh aktifitas fisik yang berat.dimana produksi radikal bebas oksigen
Latihan atau aktivitas yang berlebih atau over training / burnout ialah suatu
kondisi dimana terjadi kelelahan kronis selama aktivitas yang melebihi batas
2. Gejala Fisik
- Sulit tidur
- Amenorhea
3. Gejala Psikis
- Depresi
- Apatis
- Sulitberkonsentrasi
Saat aktivitas fisik berlebih, konsumsi oksigen naik menjadi 10 kali bahkan
konsumsi oksigen didalam otot sampai 100-200 kali lebih besar dibandingkan
waktu istirahat.
Sesaat setelah aktivitas fisik berlebih yang berkaitan dengan stres oksidatif,
terjadi respon inflamasi terutama 24 jam setelah selesai latihan dan sistem
tersebut.Kemudian selama 2-7 hari terjadi proses adaptasi yang bisa membuat
lebih sehat. Selama periode ini, neutropil sangat berperan dalam pertahanan
jaringan.
yang lebih tinggi daripada testosteron, insomnia, mudah lemas, cepat tersinggung,
nyeri sendi dan tulang serta penurunan imunitas tubuh (Maffetone, 2007)
Pada aktivitas fisik berlebih, Karena retribusi aliran darah ke otot menurun
maka terjadi pula kondisi hipoksia relatif di jaringan organ dalam, hal ini akan
23
oksidase.
pada DNA, akan terjadi peroksidasi lipid membran sel dan sitosol yang merusak
teroksidasi.
oksidatif dapat dikontrol dengan pola hidup yang sehat dan komsumsi antioksidan
(Hersh, 2004).
Apabila terjadi aktivitas fisik yang berlebih atau overtraining, maka kadar
2.4 F 2 -isoprostan
Stres oksidatif diyakini menjadi penyebab dari berbagai penyakit baik akut
ataupun kronis, tetapi evaluasi terhadap kadar radikal bebas menjadi hal yang
sulit karena sifat dari radikal bebas sangat reaktif, cepat hilang, dan mempunyai
24
melakukan evaluasi terhadap hasil reaksi radikal bebas di dalam tubuh, salah
isoprostan bisa menjadi gambaran peroksidasi lipid yang terjadi pada kondisi
stres oksidatif. Peroksidasi lipid in vivo dan in vitro dengan analisa kuantitatif
F 2 -isoprostan diakui lebih unggul jika dibandingkan metode analisis lain seperti
dapat naik pada kondisi stres oksidatif. Hal ini yang mengakibatkan kadar F 2 -
menunjukkan peroksidasi lipid yang terjadi pada kondisi stres oksidatif. Jika
kerusakan dari molekul tubuh, jaringan, penurunan fungsi organ, penuaan, dan
isoprostan melewati jalur cyclooxygenase (COX) dari sel monosit dan trombosit
3. Endocyclization
apakah terletak pada seri ke 5-, 8-, 12-, atau 15- regioisomer. Komponen
ini disebut juga F2-isoprostan karena komponen ini isomer dengan PGF2
primer
studi memperlihatkan bahwa isoprostan diproduksi secara in situ pada sel yang
bebas. Setelah melalui tahapan biosintesis dalam jaringan, komponen ini siap
26
primer dan produk oksidasinya bisa dijumpai dalam darah maupun urin (Basu,
2008).
Gambar 2.4
Skema sederhana biosintesis F 2 -isoprostan (Basu, 2003)
baik dalam jaringan ataupun cairan tubuh inibisa digunakan sebagai penanda
peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas secara in vivo. Pada cedera
isoprostan yang berbentuk ester dan bentuk bebas bisadikerjakan pada jaringan,
yang memperlihatkan adanya stres oksidatif pada jaringan tersebut (Basu, 2008).
jika dibandingkan dengan kadar isoprostan dalam hal melihat adanya stres
oksidatif. Tetapi tidak ada hubungan antara kadar MDA dengan peningkatan
isoprostan dengan baik, tetapi bisa saja merupakan hasil oksidasi dari lipid lain .
Disamping itu, pengambilan sampel yang tidak baik, persiapan yang kurang
Pada kondisi aktivitas fisik berlebih seperti lari ultramaraton yang dapat
sehat setelah mengerjakan aktivitas fisik berupa knee extensor selama tiga jam
(Fischer et al., 2004; Fischer et al., 2006). Menurut Sacheck et al. (2003), dalam
72 jam pertama setelah aktivitas fisik berlebih dapat terjadi peningkatan kadar
fase yang masing-masing fasenya terdiri dari beban latihan fisik bervariasi,
28
dengan lama latihan tiga minggu per fase, dan jarak istirahat 96 jam antar fase,
secara signifikan waktu istirahat selama 96 jam setelah diberi aktivitas fisik
2.5Antioksidan
berbagai terapi yang bisa digunakan dalam deteksi awal, pencegahan, pengobatan,
atau penyembuhan kembali dari disfungsi dan penyakit yang berhubungan dengan
umur manusia itu sendiri. Keadaan yang ideal ialahmeliputigolden triangle yaitu
serta aktivitas fisik yang disesuaikan pada setiap individu (Fusco et al., 2007).
molekulnya lebih kecil seperti coenzim Q, asam uratdan asam lipoic. Disamping
enzim lipolitik (Fosfolipase A2), sistem proteolitik (proteinase dan peptidase), dan
yang berfungsi untuk membuang atau memperbaiki produk hasil kerusakan yang
Absorption Capacity (ORAC). Tes ORAC merupakan tes yang berfungsi untuk
mengukur potensi antioksidan total yang terdapat pada makanan dan suplemen
nutrisi per 100 gram sampel. Tes ORAC semuanya dilakukan di Brunswick
2.5.1 Polifenol
buahan misalnya pir, anggur, berry, cherry, dan apel mengandung setidaknya 200-
300 mg polifenol per 100 gram takaran buah segar. Segelas teh atau kopi atau satu
terdapat pada makanan bisa memberikan rasa pahit, rasa, warna, dan bau yang
khas. Antioksidan yang terdapat dalam polifenol sangat besar dapat mencapai
1g/d, lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan yang ada dalam fitokimia yang
lain. Contohnya 10 kali lebih tinggi dibandingkan dengan Vitamin C dan 100 kali
Gambar 2.5
Bentuk Molekul Polifenol
berbeda satu dengan yang lainnya. Tidak ada keterkaitan antara banyaknya
intestinal dan oleh koloni mikroflora usus, sebelum diabsorbsi tubuh. Polifenol
akan terkonjugasi lalu terjadi metilasi, sulfasi dan glukoronidasi di hati. Karena
bentuk yang beredar dalam darah dan jaringan berbeda sehingga susah untuk
penting untuk menentukan laju dan tingkat absorbsi yaitu struktur kimia polifenol,
2015)
32
2.5.2 Antosianin
Antosianin adalah suatu jenis polifenol grup flavonoid yang paling banyak
ditemukan pada buah-buahan dan sayuran. Antosianin adalah pigmen yang dapat
larut dalam air, memberi warna merah, ungu dan biru pada banyak buah-buahan,
yang dipisahkan oleh cincin heterosilik(C) (Gambar 2.6). Dengan kata lain,
antosianin adalah senyawa antosianidin dan glukosa dalam asam organik. Ada 6
Gambar 2.6
Struktur 6 jenis antosianidin, dalambentuk glukosida dengan glukosa.
33
memperbaiki profil lipid darah dan memiliki efek vasoprotektif (Wrolstad, 2001;
gugus hidroksil pada posisi 3 dari cincin C dan posisi 3’, 4’, 5’ dari cincin B.
(O2- ), singlet oksigen (‘O2), peroksida (ROO-), hidrogen peroksida (H2O2) dan
ekspresi beberapa sitokin dan mediator proinflamasi (Karlsen et al., 2007). Suatu
2.6 Delima
mencapai 5-8 m. Delima adalah tumbuhan asli Persia dan daerah Himalaya di
India Selatan. Tumbuhan ini diperkirakan berasal dari Iran, tetapi telah lama
dibawa para pedagang Persia pada tahun 1416. Ada beberapa nama delima
gangsalan (Jawa), glima (Aceh), glineu mekah (Gayo), dhalima (Madura), dalima
(Sunda), teliman (Sasak), lele kase dan rumu dari Timor (Heber dan Schulman,
2006).
Tabel 2.2
Klasifikasi Ilmiah Tanaman BuahDelima
(Bhowmik et al., 2013)
Kingdom Plantae
Sub-kelas Rosidae
Ordo Myrtales
Indonesia yaitu delima putih, delima merah, dan delima ungu/hitam. Delima
Buah delima ini bijinya berwarna putih dan rasanya lebih sepat bila
dibandingan dengan jenis delima yang lain karena mengandung tanin yang lebih
Gambar 2.7
Buah Delima Putih (Rahmadsyah dan Riana, 2015)
Delima merah ini mempunyai biji yang banyak dan berwarna merah.
Banyak disajikan saat menjelang Tahun Baru Imlek bagi masyarakat Cina.
Gambar 2.8
Buah Delima Merah (Abbasy, 2015)
Gambar 2.9
Buah Delima Ungu (William, 2015)
37
yang terdapat pada buahnya. Polifenol yang terdapat didalam delima meliputi
kaempferol, serta pada kulit biji terdapat antosianin (Li et al., 2006).
Bioaktivitas fitokimia dari buah delima antara lain ialah agen antiaterogenik dan
antioksidan.
Penelitian secara in vitro dan in vivo pada sel endotel koronaria yang
ELK-1 dan p-JUN menurun serta meningkatkan ekspresi dari eNOS, efek ini
ditambah minuman anggur bisa menghambat Tumor Necrosis Factor α (TNF –α)
dan aktivasi Nuclear Factor KappaB (NF-КB) pada sel endotel vaskular (Barron,
2008).
penyakit jantung, status oksidatif oleh makrofag, oksidasi LDL, dan formasi sel
foam. Oksidasi LDL oleh makrofag peritoneal pada tikus menurun hingga 90%
sesudah mengkonsumsi sari buah delima. Sari buah delima juga dapat
Kulit buah dan kulit pohon delima sering dipakai pada pengobatan
tradisionaluntuk obat diare, disentri, dan parasit usus. Air dan biji buah delima
38
menghentikan perdarahan hidung serta gusi. Biji delima juga bisa digunakan
Tabel 2.3
Kandungan Delima per 100 gram Takar (Bhowmiket al., 2013)
Kandungan Kadar
Air 78,00%
Kalsium 10 mg
Protein 1,60%
Fosfor 70 mg
Lemak 0,10%
Besi 0,3 mg
Mineral 0,70%
Vitamin C 16 mg
Karbohidrat 14,50%
Vitamin B Kompleks Sedikit
Serat 5,10%
Kalori 65
Kandungan kimia pada buah delima antara lain oleat, icosanoic, linoleat,
flavanoid, fenol seperti asam gallic, asam protocatechuic, asam caffeic, asam
juga kaya akan antioksidan polifenol seperti asam ellagic, antosianin, dan
Penelitian ini menggunakan tikus wistar jantan karena ukuran yang lebih
Berikut beberapa ciri dari tikus wistar, Tikus Wistar berukuran lebih besar
daripada famili tikus pada umumnya dimana ukuran tikus inibisa mencapai 40 cm
yang diukur dari hidung sampai ujung ekor dengan berat 140-500g. Tikus betina
warnyanya kecoklatan, kadang terdapat bercak putih atau hitam, serta mempunyai
ukuran ekor yang lebih panjang dari tubuhnya. Kematangan seksual pada tikus
jantan biasanya berkisar pada umur 3 bulan sedangkan pada tikus betina pada
umur 4 bulan (Kusumawati, 2004). Tikus ini dapat hidup hingga 4 tahun.
Tabel 2.4
Data Biologi Tikus (Russel et al., 2008)
- Betina 250-300 g
- makanan 5 g/100g BB
- Respirasi 66-114/menit
Tabel 2.5
Klasifikasi Tikus Wistar (Russel et al., 2008)
Kingdom Animalia
Filum Chordata
Kelas Mamalia
Ordo Rodentia
Famili Muridae
Genus Rattus
Gambar 2.10
Tikus Wistar (Rattus Norvegicus)
hal sebagai berikut seperti : kandang yang harus kuat, tidak mudah rusak, mudah
di bongkar pasang, mudah untuk di bersihkan, tahan dari gigitan tikus, sehingga
tikus tidak mudah lepas. Selain itu juga perlu hewan harus tampak jelas dari luar.
Tempat tidur beralaskan sekam yang mudah menyerap air. Kelembaban, suhu dan
Kandang dibersihkan setiap hari dan alas tidur diganti, tangan perawat harus
selalu bersih ketika merawat tikus. Peneliti harus memperhatikan jika muncul
gejala sakit seperti penurunan berat badan, sukar bernafas ataupun diare.
BAB III
Penuaan adalah proses alami yang akan di alami oleh semua mahluk hidup
resiko terhadap serangan berbagai penyakit yang pada akhirnya akan mengurangi
membran sel, DNA, dan protein yang berperan dalam proses penuaan. Pada
aktivitas fisik yang berlebih, radikal bebas akan lebih cepat terpicu
oksigen yang dapat mengakibatkan naiknya kadar Reactive Oxygen Species (ROS)
peroksidasi lipid membran sel yang diakibatkan oleh radikal bebas didalam tubuh
adalah salah satu indikator yang digunakan untuk melihat stres oksidatif.
dimana antioksidan dapat bereaksi dengan radikal bebas sehingga radikal bebas
menjadi tidak reaktif dan relatif stabil. Salah satu yang buah yang dipercaya
sabagai antioksidan adalah buah delima merah (Punica Granatum). Buah delima
42
43
reaksi radikal bebas dan mencegah reaksi peroksidasi lipid dengan cara mengitung
3.2 Konsep
F2-isoprostan pada
urin
Keterangan Gambar :
: Tidak di teliti
: Di teliti
44
METODE PENELITIAN
P0
O1 O2
P S R
P1
O3 O4
Gambar 4.1
Rancangan Penelitian
Keterangan :
P = populasi
S = sampel
R = random
45
46
P0= Perlakuan pada kelompok kontrol diberikan plasebo (aquadest 2cc) pada
tikus yang diinduksi dengan pelatihan fisik berlebih
P1= Perlakuan pada kelompok perlakuan diberikan ekstrak buah delima merah
(Punica granatum) pada tikus yang diinduksi dengan pelatihan fisik
berlebih
1. Kelompok 1 :
plasebo berupa aquadest sebanyak 2cc dengan pelatihan fisik berlebih selama 7
hari.
2. Kelompok 2 :
dicampur aquadest hingga 2cc dengan pelatihan fisik berlebih selama 7 hari
(Hardianty, 2011).
isoprostan pretest.
konsultasi.
4.3.1 Populasi
Populasi penelitian ini berupa tikus wistar jantan berusia 2-3 bulan yang
tikus yang dipakai berkisar 2-3 bulan, sama dengan usia manusia 18 tahun atau
sebagai berikut :
Pocock (2008) :
Keterangan :
n = jumlah sampel
= 2,83) dan σ = 0,31 Perhitungan besar sampel dalam penelitian ini menggunakan
(2,83 – 3,41)2
= 5,99
= 6 (pembulatan)
49
Jumlah sampel tiap kelompok adalah 6 ekor. Dalam rangka mengantisipasi drop
out pada waktu penelitian, maka sampel Pada tiap-tiap kelompok ditambah
sebesar 10% yaitu 0,6 dibulatkan menjadi 1 ekor. Maka jumlah seluruh sampel
Semua tikus putih jantan yang memenuhi kriteria inklusi diadaptasi selama
tujuh hari. Setelah itu dipisahkan menjadi dua kelompok secara acak lalu
dengan kelompoknya :
selama 7 hari.
Variabel yang akan diukur ialah variabel bebas dan variabel tergantung
3. Variabel Kendali : usia tikus, suhu jenis kelamin, tipe tikus, makanan
dan minuman.
1 Buah delima merah (Punica granatum) yang dipakai untuk penelitian ini
per oral memakai sonde lambung dan diberikan 1 kali dalam sehari
2 Tikus yang digunakan adalah tikus wistar jantan tipe tikus (Rattus
norvegicus) galur jantan yang berumur 2-3 bulan, dengan berat badan 200-
4 Aktivitas fisik berlebih pada tikus yaitu upaya pelatihan dengan porsi
5 Plasebo merupakan preparat bukan zat aktif yang digunakan hanya sebagai
kontrol dalam penelitian. Dalam hal ini berupa aquadest yang diberikan
satu kali dalam sehari sebanyak 2cc pada tikus wistar jantan menggunakan
sonde.
1. Kandang plastik yang berisikan sekam, tempat makanan dan botol minum yang
4. Ember
5. Spuit 3cc
6. Sonde lambung
9. Sarung tangan
10. Masker
11. Pipet 5 μmol serta 1,000 μl, pipet dispensing 50 μl serta 200 μl, gelas ukur,
Hewan penelitian :
3. Makanan dan minuman diberikan dalam bentuk konsentrat pakan ternak (pelet)
secara ad libitum
53
5. Siklus penerangan 12 jam terang dan 12 jam gelap, siklus terang dimulai pukul
1.Diperoleh tikus galur wistar jantan berusia 2-3 bulan yang beratnya 200-220
gram
• Kelompok kontrol diberi induksi aktivitas fisik berlebih dengan cara tikus
direnangkan sampai hampir tenggelam satu jam setelah pemberian ekstrak buah
pemeriksaan kadar F 2 -isoprostan posttest, lewat sampel urin tikus putih (Rattus
Novergicus) galur wistar jantan yang telah ditampung pada malam sebelumnya.
Ekstraksi dikerjakan dengan cara mengambil buah dan biji (pulp) delima,
kulit delima tidak diambil. Lalu diblender dan di beri larutan etanol 96% yang
bertujuan untuk mendapatkan senyawa aktif polifenol dan antosianin. Setelah itu
dihasilkan ekstrak. Karena kadar air masih tinggi esktrak lalu diuapkan kembali
diperoleh ekstrak kering buah delima. Berat buah dan biji delima yang dibuat
masing kelompok. Pada hari terakhir perlakuan, 2 jam setelah perlakuan tikus
dimasukkan kedalam kandang yang telah berisi penampung urin. Urin ditampung
selama kurang lebih 12 jam. Sampel yang telah terkumpul disimpan didalam
immunoassay kit (EIA) dari assay design, dimana immunoassay ini kompetitif
untuk menentukan kadar bebas dari F 2 -isoprostan dalam larutan biologi. Kit
55
mengikat dengan cara yang kompetitif terhadap sampel atau dalam molekul
padanya.
sesuai penomorannya
kecuali sumur kosong (blank), TA dan NSB. Sebagai catatan sesuai sumur harus
berwarna hijau kecuali sumur NSB yang seharusnya berwarna biru. Sumur
8. Piring sampel kit diinkubasi pada suhu kamar ke dalam microplate shaker
selama dua jam pada 500 rpm, selama masa ini dapat digunakan plastik penutup
µL cairan pencuci, diulangi dua kali sehingga total dilakukan tiga kali pencucian.
atas kertas pembersih untuk memastikan buffer pencuci tidak ada yang tertinggal.
13. Ditambahkan 50 µL stop solution ke dalam setiap sumur, hal ini akan
segera menghentikan reaksi yang terjadi dan piring sampel harus segera dibaca
setelahnya.
14. Kemudian dibaca dengan densitas optik pada 405 nm, dengan koreksi
Adaptasi 1 minggu
Analisis Data
Gambar 4.2
Alur Penelitian
58
memakai program Statistical Package for the Social Sciences (SPSS®) 17.0.
sampel tiap kelompok kurang dari 30. Data berdistribusi normal karena p > 0,05.
4. Analisis komparasi :
HASIL PENELITIAN
putih (Rattus norvegicus), jantan, galur wistar, berumur 2-3 bulan, dengan berat
berjumlah 7 ekor tikus, satu kelompok sebagai kelompok kontrol (P0) yaitu
kelompok tikus wistar jantan yang diberikan plasebo berupa aquadest sebanyak
2cc dengan pelatihan fisik berlebih selama 7 hari, dan kelompok perlakuan (P1)
yaitu kelompok tikus wistar jantan yang diberikan ekstrak buah delima merah
fisik berlebih selama 7 hari. Hasil penelitian ini kemudian dianalisis dan disajikan
perlakuan (pretest) dan sesudah perlakuan selama 7 hari (post-test) pada masing-
59
60
Tabel 5.1
Hasil Analisis Deskriptif Kadar F 2 -isoprostan
Rerata
Variabel Kelompok SB Median Minimum Maksimum
(ng/mL)
Tabel 5.2
Hasil Uji Normalitas Data Antar Kelompok
Tabel 5.3
Hasil Uji Homogenitas Data Antar Kelompok
Variabel n p Keterangan
isoprostan antar kelompok kontrol (P0) yang diberikan plasebo berupa aquadest
sebanyak 2cc dengan pelatihan fisik berlebih selama 7 hari, dan kelompok
perlakuan (P1) yang diberikan ekstrak buah delima merah (Punica granatum)
314mg/hari dicampur aquadest hingga 2cc dengan pelatihan fisik berlebih selama
Tabel 5.4
Rerata Kadar F 2 -isoprostan antar Kelompok
Rerata
Variabel Kelompok n t p
(ng/mL)
(P0) sebelum perlakuan (pretest) adalah 4,82 ± 0,43 ng/mL, sedangkan pada
kelompok perlakuan (P1) adalah 4,56 ±0,57 ng/mL. Analisis kemaknaan dengan
T-Independent menunjukkan bahwa nilai t= 0,988 dan nilai p= 0,343. Hal ini
kelompok kontrol (P0) sesudah perlakuan (post-test) adalah 4,73 ± 0,44 ng/mL,
sedangkan pada kelompok perlakuan (P1) adalah 3,21 ± 0,34 ng/mL. Analisis
kelompok kontrol (P0) dan kelompok perlakuan (P1). Analisis kemaknaan diuji
dengan T-paired karena sebaran data normal dan varian data homogen. Hasil
Tabel 5.5
Analisis Efek Perlakuan
Berdasarkan tabel 5.5 diatas dapat dilihat bahwa pada kelompok kontrol
(P0) tidak terjadi perubahan kadar F 2 -isoprostan setelah diberikan plasebo berupa
aquadest sebanyak 2cc dengan pelatihan fisik berlebih selama 7 hari (p>0,05).
yang signifikan dari 4,56 ±0,57 ng/mL sebelum perlakuan menjadi 3,21 ± 0,34
dicampur aquadest hingga 2cc dengan pelatihan fisik berlebih selama 7 hari
(p<0,01).
64
5
4.5 Pretest
Kadar F2-isoprostan (ng/mL)
4 Posttest
3.5
4.82 4.73 4.56
3
2.5
3.21
2
1.5
1
0.5
0
Kontrol (P0) Perlakuan (P1)
Gambar 5.1
Grafik Perbandingan rerata Kadar F 2 -isoprostan antar Kelompok
Sebelum dan Sesudah Perlakuan
BAB VI
PEMBAHASAN
granatum) oral, dapat menurunkan kadar F 2 -isoprostan pada urin tikus putih
(Rattus norvegicus) jantan yang diinduksi pelatihan fisik berlebih, telah dilakukan
group design. Subjek penelitian adalah 14 ekor Tikus putih (Rattus norvegicus),
jantan, galur wistar, berumur 2-3 bulan, dengan berat badan 200-220 gram yang
kelompok sebagai kelompok kontrol (P0) yaitu kelompok tikus wistar jantan yang
diberikan plasebo berupa aquadest sebanyak 2cc dengan pelatihan fisik berlebih
selama 7 hari, dan kelompok perlakuan (P1) yaitu kelompok tikus wistar jantan
dicampur aquadest hingga 2cc dengan pelatihan fisik berlebih selama 7 hari.
Penggunaan tikus sebagai subjek disebabkan karena tikus merupakan hewan yang
penggunaan jenis kelamin jantan dikarenakan tikus jantan tidak terpengaruh oleh
siklus menstruasi seperti pada tikus Wistar betina, dimana pada tikus yang
mestruasi akan terjadi perubahan hormonal yang akan memberi efek pada status
redoks, kadar antioksidan endogen dan kadar F2-Isoprostan serum yang akan
65
66
lebih lanjut, terlebih dahulu diuji distribusi dan variannya. Untuk uji distribusi
kelompok, yaitu kelompok kontrol (P0) yang diberikan plasebo berupa aquadest
sebanyak 2cc dengan pelatihan fisik berlebih selama 7 hari, dan kelompok
perlakuan (P1) yang diberikan ekstrak buah delima merah (Punica granatum)
314mg/hari dicampur aquadest hingga 2cc dengan aktivitas fisik berlebih selama
memiliki sebaran data yang normal dan varian data yang homogen (p>0,05).
oksigen yang digunakan dalam menghasilkan energi berupa ATP, melalui proses
menjadi senyawa oksigen reaktif (SOR) yang terjadi di rantai transport elektron
Radikal bebas adalah molekul atau atom yang mengandung satu atau lebih
memperoleh elektron dari molekul lain menjadikan radikal bebas bersifat sangat
radikal bebas dengan sistem scavenging menghasilkan suatu keadaan yang disebut
stres oksidatif dan dapat menyebabkan kerusakan sel (Murray et al, 2000). Seperti
telah diuraikan bahwa pada saat melakukan aktivitas fisik berlebih akan
peroksidasi komponen lipid dari asam lemak tak jenuh yang terjadi pada membran
melakukan aktivitas fisik yang cukup berat (misalnya tes treadmil), terjadilah
kebutuhan oksigen (oxygen demand). Fenomena ini disebut sebagai fase iskemia.
2006). Penelitian telah membuktikan bahwa aktivitas fisik yang berat dapat
peroksidasi radikal bebas dari asam lemak esensial (primarily arachidonic acid)
tanpa perintah atau aksi langsung dari enzim cyclooxygenase (COX). Isoprostan
merupakan eicosanoids non klasikal dan memiliki aktivitas biologis yang poten
merupakan marker yang akurat dari peroksidasi lipid baik pada manusia maupun
hewan dalam konteks terjadinya oksidatif stress (Morrow et al, 2002 ; Hanak,
karena pengukuran lebih mudah dan stabil sehingga dapat diandalkan untuk
menilai dan mengkaji status stress oksidatif in vivo. Pemeriksaan ini dapat
dilakukan melalui plasma dan urin (Halliwell dan Gutteridge, 2007). Dalam
sampel urin.
kelompok kontrol (P0) sebelum perlakuan (pretest) adalah 4,82 ± 0,43 ng/mL,
sedangkan pada kelompok perlakuan (P1) adalah 4,56 ±0,57 ng/mL. Analisis
isoprostan pada kedua kelompok adalah tidak berbeda bermakna (p>0,05). Namun
kelompok kontrol (P0) sesudah perlakuan (post-test) adalah 4,73 ± 0,44 ng/mL,
69
sedangkan pada kelompok perlakuan (P1) adalah 3,21 ± 0,34 ng/mL. Analisis
(P0) tidak terjadi perubahan kadar F 2 -isoprostan setelah diberikan plasebo berupa
aquadest sebanyak 2cc dengan pelatihan fisik berlebih selama 7 hari (p>0,05).
Dan jika diamati lebih lanjut, kadar F 2 -isoprostan pada kelompok kontrol (P0) ini
ng/mL setelah 7 hari perlakuan pelatihan fisik berlebih walaupun secara statistik
tidak berbeda bermakna (p>0,05). Hal ini bisa saja terjadi karena adanya adaptasi
isoprostan pada tikus wistar jantan usia 2-3 bulan adalah 2,57 ± 3,43 ng/mL
dalam penelitian ini, baik pada kelompok kontrol (P0) maupun kelompok
perlakuan (P1) adalah sangat tinggi. Hal ini bisa saja terjadi akibat stres
al., 2016).
70
(GSH), katalase dan antioksidan yang berat molekulnya lebih kecil seperti
coenzim Q, asam urat dan asam lipoik (Liu et al., 2000; Rahal et al., 2014).
Sehingga pada penelitian ini, perlakuan pelatihan fisik berlebih malah cenderung
dibandingkan meningkatkan karena nilai basal yang sudah sangat tinggi kemudian
kemungkinan ada faktor-faktor lain yang berperan tetapi dalam penelitian ini tidak
isoprostan yang signifikan dari 4,56 ±0,57 ng/mL sebelum perlakuan menjadi 3,21
± 0,34 ng/mL setelah diberikan ekstrak buah delima merah (Punica granatum)
314mg/hari dicampur aquadest hingga 2cc dengan pelatihan fisik berlebih selama
7 hari (p<0,01). Hal ini terkait dengan kandungan Buah delima merah (Punica
warna merah, ungu dan biru dari buah, sayuran dan bunga. Antosianin merupakan
71
salah satu antioksidan kuat yang mampu mencegah berbagai kerusakan akibat
stress oksidatif sehingga mampu melindungi sel dari radikal bebas (Yanjun et al.,
2009; Cao et al., 2001). Buah Delima merupakan sumber antioksidan, karena
yang merupakan radikal bebas yang paling reaktif dan paling berbahaya, yang
dapat merusak membran sel dengan menyebabkan terputusnya asam lemak tidak
jenuh (Cadenas dan Parker, 2002). Selain itu kandungan polifenol yang
dalam lemak, yang bekerja pada membran sel, yang dapat memutus rantai
peroksidasi lipid (Murray et al, 2000; Milner, 2002). Ekstrak Buah delima merah
antioksidan pemutus rantai yang larut di dalam air, dan bekerja di sitosol (Murray
Dari hasil penelitian ini, dapat diamati bahwa pemberian ekstrak Buah
delima merah (Punica granatum) dapat mengikat radikal bebas sehingga stres
72
oksidatif menurun. Hal ini berimplikasi pada pemberian ekstrak Buah delima
isoprostan dalam urin dapat menurun kadarnya. Mengingat kadar polifenol yang
cukup tinggi yang merupakan antioksidan terkandung dalam buah delima merah
(Punica granatum), maka ekstrak Buah delima merah (Punica granatum) dapat
meredam kerusakan oksidatif yang disebabkan oleh radikal bebas yang timbul
7.1 Simpulan
menurunkan kadar F 2 -isoprostan pada urin tikus putih galur wistar jantan yang di
7.2 Saran
berlebih.
73
DAFTAR PUSTAKA
Aan, M. C., dan Carol, J. Boushey. 2008. Nutrition in the prevention and
treatment of disease. Second Edition, Elsevier. Academic Press, New
York, USA. p. 252,271-273.
Abbasy, I. 2015. Tak Makan Buah Delima? Rugilah, Sebab Ini Rahsianya.
Available from :http://mforum.cari.com.my/portal.php?mod=view&aid=
22930. Accessed : September 11th, 2016.
Abubakar, O. 2010. Pemberian Ekstrak Kulit Terung Ungu (Solanum melongena
L)Menghambat Peningkatan MDA dalam Darah Tikus Wistar yang
DinduksiAktivitas Fisik Maksimal (tesis). Denpasar. Universitas
Udayana.
Adiputra, N. 2008. Kesehatan Olah Raga. Available from : http://www.balihesg.
org/index.php?option=com. Accessed:2014 Sept 7th.
Aviram, M., Dornfeld, L., Rosenblat, M., Volkova, N., Kaplan, M., Coleman, R.,
Hayek, T., Presser, D., dan Fuhrman, B.S 2000. Pomegranate Juice
Consumption Reduces Oxidative Stress, Atherogenic Modifications to
LDL, and Platelet Aggregation : Studies in Human and in Atherosclerotic
Apolipoprotein E-deficient Mice. Available from : http://www.ajcn.org.
Accessed : 02-12-2009.
Bagiada, N. A. 2001. Proses Penuaan dan Penanggulangannya. Denpasar:
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. p. 22.
Baraas, F. 2006. Kardio molekuler, radikal bebas, disfungsi endotel,
aterosklerosis, antioksidan, latihan fisik dan rehabilitasi jantung. Jakarta:
Yayasan Kardia Ikratama.hal.266-295.
Barron, J. 2008. Lesson from the Miracle Doctors : A Step-by-Step Guide to
Optimum Health and Relief from Catastrophic Illness. California : Basic
Health Publication. p.159-169.
Basu, S. 2008. Comprehensive Invited Review: F2-Isoprostane in Human Health
and Diseases: From Molecular Mechanism to Clinical Implications.
Antioxid. Redox Signal, 10th ed. 10: 1405-1434.
Baynes, J. W., Dominiczak, M. H. 2014. Oxygen and life. Medical Biochemistry.
4th ed. p. 37: 486-495.
Bellanti F, Matteo M, Rollo T, De Rosario F, Greco P, Vendemiela G, and
Serviddio G. 2013. . Sex hormones modulate circulating antioxidant
enzymes: Impact of estrogen therapy. Redox Biology. 1(1):340-346.
74
75
Bhowmik, D., Gopinath, B., Kumar P. B., Kumar K. P. S. 2013. Medicinal Uses
of Punica granatum and Its Health Benefits. Journal of Pharmacognosy
and Phytochemistry Vol 1 Issue 5: 29-36.
Bohn, T. 2014. Dietary Factors Affecting Polyphenol Bioavailability.
Oxfordjournal Vol 72 Issue 7: 429-452.
Cadenas, E., dan Packer, L. 2002. Vitamin C : From Molecular Action
toOptimum Intake. Handbook of Antioxidants. Second Edition. California
:Marcel Dekker, Inc. p. 128-134.
Cao, G., Mumlitelli H.U., Moreno C.S., dan Prior R.L. 2001. Anthocyanins are
Absorbed in Glycated Forms in Elderly Women. American Journal Of
Clinical Nutrition. 73 (5): 920-926.
Chevion S, Moran DS, Heled Y, Shani Y, Regrev G, Abbou B,
Berenshteine,Stadtman ER,Epstein Y.2003.Plasma antioxidant status and
cell injury aftersevere physical exercise Proc.Nati.Acad.Sci.USA,
Vol.200, Issue 9, p 5119-5123
Colaianna M, Schiavone S, Zotti M, Tucci P, Morgese MG, Bäckdahl L,
Holmdahl R, Krause KH, Cuomo V, Trabace L. 2013. Neuroendocrine
profile in a rat model of psychosocial stress: relation to oxidative
stress.Antioxid Redox Signal. 18(12):1385-99.
Federer, W. 2008. Statistics and society: data collection and interpretation. 2nd
edition. New York: Marcel Dekker. Fitzpatrick`s Dermatology in General
Medicine, Sixth Edition.p. 236- 242.
Fischer, C. P., Hiscock, N. J., Basu, S., Vessby, B., Kallner, A., Sjoberg, L. B.,
Febbraio, M. A., Pedersen, B. K. 2006. Vitamin E isoform-specific
inhibition of the exercise-induced heat shock protein 72 expression in
humans. J Appl Physiol, 100: 1679–1687.
Fischer, C., P., Hiscock, N., J., Penkowa, M., Basu, S., Vessby, B., Kallner, A.,
Sjoberg, L., B., Pedersen, B., K., 2004. Supplementation with vitamins C
and E inhibits the release of interleukin-6 from contracting human
skeletal muscle. J Physiol, 558: 633–645.
Fowler, B. 2003. Functional and Biological Markers of Aging. In: Klatz, R.,
editor. Anti Aging Medical Therapeutics. Volume V. Chicago: The A4M
Publications. p. 43.
Fusco, D., Colloca, G., Lo Monaco, M. R., Cesari, M. 2007. Effects of
antioxidant supplementation on the aging process. Clin Interv Aging 2(3):
377-387.
Goldman, R., dan Klatz, R., 2007. The new Anti-aging Revolution. Malaysia:
Printmate Sdn. Bhd.p. 19-25.
76
Kesavulu, M.M., Rao, B.K., Giri, R., Vijaya, J., Subramanyam, G., Apparao, C.,
2001. Diabetes Research and Clinical Practice. Pract.53, 33.
Kumar, V., Robbins, L.S., Cotran, S.R . 2007. Cellular Injury Adaptation
andDeath. In: Robbins, L.S., Cotran, S.R., editors. Robbins Basic
Pathology. 8thEd. Philadelphia: Saunders.
Kusumawati, D. 2004. Bersahabat dengan Hewan Coba. Yogyakarta : Gajah
Mada University Press.
Margonis, K., Fatourus, I. G., Jamurtas, A. Z., Nikolaidis, M. G., Douroudus, I.,
Chatzinikolau, A., Mitrakou, A., Mastorakos, G., Papassotiriou, I.,
Taxildaris, K., Kouretas, D. 2007. Oxidative stress biomarkers responses
to physical overtraining: Implications for diagnosis. Free Radical Biology
& Medicine, 43:901-910.
McArdle, W.D. 2006. Essentials of Exercise Physiology. Third Edition.
NewYork: Lippincott William Wilkins. p. 642.
Milner, J. A. 2000. Mechanism of Action of Antioxidan: A Substance in food
thatsignificantly decrease the adverse effects of reactive species such as
reactiveoxygen and nitrogen species, on normal physiologycal funtion in
human.Dietary Reference Intake, Foods and Nutrition. Natl Acad Press ,
Available from :http//ods.od.nih.gov/nems/conference/oda2002/milner-
pdf . Accessed Oct 23, 2016.
Mirzoeva, O.K., Calder, P.C. 1996. The effect of propolis and its components
Miyazaki, H. Shuji, O., Ookawara, T., Kizaki, T., Toshinai, K., Sung , H., Haga
,S. Ji,L.L.,Ohno H.2000. Strenuous Endurance Training in Humans
ReducesOxidative Stress Following Exhausting Exercise. European
Journal of AppliedPhysiology. Vol. 84, no. 1-2, September 2000. p 1-6.
Morrow, J.S, Zackert W.E, Van der Ende D.S, Reich E.E, Terry E.S, Cox
B,Sanchez S.C, Montine T.J, Roberts L.J., 2002. Quantification of
Isoprostanesas InDicators of oxidant stress in vivo. Handbook of
Antioxidant. Edited:Cadenas E., Lester P.Dekker, Marcel Dekker,Inc.
New York. p.57-71
Mot, A.C., Damian, G., Sarbu, C., Silaghi,D.R. 2009. Redox reactivity in
propolis: direct detection of free radicals inbasic medium and interaction
with hemoglobin.Journal Medicine Food. 14(6):267-74.
Murray, R.K., Granner, D., Mayes, P.A., Rodwell, V.W.2000. Harper’s
Biochemistry,25th p:124, 156-157, 618-620.
78
Singh, K.K. 2006. Oxidative Stress, Disease and Cancer. Singapura : Mainland
Press.
Spiers JG, Chen HJ, Cuffe JS, Sernia C, Lavidis NA. 2016. Acute restraint stress
induces rapid changes in central redox status and protective antioxidant genes
in rats.Psychoneuroendocrinology.67:104-12.
Suryohusodo, P. 2000. Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler. Perpustakaan
Nasional RI. Jakarta: Penerbit CV Sagung Seto. p: 31-47.
Sutarina, N., Edward, T. 2004. Pemberian Suplemen pada Olahraga . Majalah
GizMindo. Vol.3 No.9 September 2004
Vincent, H.K., Powers, S.K., Demirel, H.A., Coombes, J.S., Naito, H. 2000.
Exercise training improves diagram antioxidant capacity and endurance.
Eur J Appl. Physiol. 81: 67-74.
Vitariana. 2011. Pemberian Ekstrak Daun Kayu Manis Menurunkan Kadar
Isoprostane Dalam Urin Tikus Wistar yang Diberikan Beban Aktivitas
Fisik berlebih Maksimal. Tesis. Program Studi Magister Biomedik.
Universitas Udayana. Denpasar
Wang, L. S., Stoner, G. D.2008. Anthocyanins and Their Role in Cancer
Prevention. In : Cancer Letters, 269, 2008 : p. 281-290.
Yanjun, Z., Dana, K., Robert, D., Rypo, L., dan David, W. International
Multidimentional Authenticity Specification (IMAS) Algorithm for
Detection of Comercial Pomegranate Juice Adulteration. J. Agric Food
Chem. 57(6): 2550-2557.
81
82
Lampiran II
Ethical Clearance
83
LAMPIRAN III
84
LAMPIRAN IV
Analisis Deskriptif
Report
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Analisis Komparasi
Paired Differences
Pair 1 P0 Pretest - P0 Posttest .08857 .14053 .05311 -.04139 .21854 1.668 6 .146
Pair 2 P1 Pretest - P1 Posttest 1.35143 .57745 .21826 .81738 1.88548 6.192 6 .001
87
LAMPIRAN V
88
89
LAMPIRAN VI
90
91
92
93
94