YESSY HERAWATI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
i
TESIS
YESSY HERAWATI
NIM. 1290761015
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
i
TESIS
YESSY HERAWATI
NIM. 1290761015
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
ii
Lembaran Pengesahan
Mengetahui,
Prof.Dr.dr. Wimpie I. Pangkahila Sp.And, FAACS Prof.Dr.dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S. (K)
NIP.194612131971071001 NIP:195902151985102001
iii
Tesis ini Telah Diuji dan Dinilai
Pada tanggal: 18 November 2014
Penguji :
1. Dr.dr.A.A.G.P .Wiraguna,SpKK (K).,FINSDV,FAADV
2. Prof.Dr.dr.J. Alex Pangkahila, M.SC.,Sp.And
3. Prof.dr.N. Tigeh Suryadhi, MPH, Ph.D
4. Dr. dr. Ida Sri Iswari, SpMK, M.Kes.
iv
v
UCAPAN TERIMAKASIH
Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan tugas akhir belajar
untuk meraih gelar Magister pada Program Magister Program Studi Ilmu
Kedokteran Biomedik, kekhususan Anti-Aging Medicine Program Pascasarjana
Universitas Udayana.
Pada kesempatan ini penulis ingin manyampaikan rasa hormat, penghargaan dan
ucapan terimakasih yang sebesar besarnya kepada Prof. Dr. dr. I Ketut Suastika,
SpPD-KEMD selaku Rektor Universitas Udayana yang telah memberikan fasilitas
pendidikan selama mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana Universitas
Udayana. Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Prof. Dr. dr. A. A Raka
Sudewi, SpS(K) sebagai Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Prof. Dr. Made Budhiarsa, MA selaku Asdir I dan Prof. Dr. Made Sudiana
Mahendra, Ph selaku Asdir II atas kesempatan yang diberikan untuk menjadi
mahasiswa di Program Pasca Sarjana Universitas Udayana.
Ungkapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada para penguji tesis, yaitu
Prof.Dr.dr.J. Alex Pangkahila, M.SC.,Sp.And, Dr. dr. Ida Sri Iswari, SpMK,
M.Kes, Prof.dr.N. Tigeh Suryadhi, MPH, Ph.D selaku penguji yang secara teliti
mengkoreksi tesis ini dan memberikan masukan yang positif mulai dari awal
penelitian sampai penulisan, untuk lebih menyempurnakan tesis ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat
pada proses penelitian ini yaitu kepada Dr. I.Gusti Kamasan Nyoman Arijana,
M.si.Med dan seluruh staf laboratorium di histologi, Bapak Sudirghe dalam
membantu pembuatan ekstrak pegagan di laboratorium Farmakologi Universitas
vi
Udayana. Bapak Yoga selaku analis di Laboratorium Analisa Hasil Pangan
Fakultas Pertanian Universitas Udayana yang sudah banyak membantu dalam
pembuatan ekstrak pegagan, Bapak I Gede Wiranata yang membantu
pemeliharaan tikus sehingga penelitian berjalan lancar.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Drs. I Ketut Tunas,
Msi yang sangat banyak membantu terutama memberikan masukan, saran,
terutama dalam analisa statistik, juga kepada para dosen dan pengajar Ilmu
Biomedik FK UNUD, teman-teman seperjuangan dan seluruh karyawan bagian
Ilmu Biomedik serta semua pihak yang telah membantu selama pendidikan,
penelitian dan penulisan tesis ini.
Tiada yang sempurna di dunia ini, kesempurnaan hanya milik Allah SWT
semata, begitu juga tesis ini masih jauh dari sempurna. Saran dari berbagai pihak
akan penulis terima dengan hati terbuka untuk kelengkapan dan lebih baiknya
laporan tesis ini.
Penulis
vii
ABSTRAK
Ekstrak pegagan (Centella asiatica) tanaman tradisional yang tumbuh dan mudah
didapat di daerah Tabanan, Bali. Ekstrak pegagan (Centella asiatica) memiliki zat
antioksidan yang cukup baik dalam mencegah kerusakan kulit oleh karena paparan sinar
UV-B. Kandungan aktif ekstrak pegagan adalah Triterpenoid saponin. Dibandingkan
dengan vitamin C, keduanya memiliki sifat antioksidan dan berperan terhadap
peningkatan jumlah kolagen dan penurunan Ekspresi MMP-1. Tujuan penelitian adalah
membuktikan pemberian oral ekstrak pegagan (Centella asiatica) lebih banyak
meningkatkan jumlah kolagen kulit dan menurunkan Ekspresi MMP-1 pada tikus Wistar
yang dipapar sinar UV-B.
Penelitian ini adalah animal experimental dengan post test only control group
design. Sebanyak 30 ekor mencit dibagi 3 kelompok yang masing-masing terdiri dari 10
ekor mencit, yaitu kelompok 1 kontrol diberi oral plasebo dan dipapar sinar UV-B,
kelompok 2 oral ekstrak pegagan 50 mg dan dipapar sinar UV-B, kelompok 3 pemberian
oral vitamin C 9 mg dan dipapar sinar UV-B. Dosis total penyinaran 840 mJ/cm² selama
4 minggu, kemudian dilakukan biopsi untuk pemeriksaan jumlah kolagen dermis dan
ekspresi MMP-1.
Hasil Uji Shapiro-Wilk dan Levene’s Test menunjukkan data hasil penelitian
data numerik yang berdistribusi normal. Distribusi data dan varian data ketiga kelompok
homogen (p ≥ 0,05). Hasil analisis komparatif ketiga kelompok dengan menggunakan
One Way Anova terdapat perbedaan bermakna antara ketiga kelompok baik itu jumlah
kolagen maupun Ekspresi MMP-1. Rerata jumlah kolagen pada ketiga kelompok sesudah
diberikan perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05). Rerata Ekspresi MMP-1
kelompok kontrol 26,96±2,64, rerata kelompok Ekstrak pegagan 50 mg 10,31±1,73, dan
rerata kelompok vitamin C 9 mg 14,26±1,34. Rerata Ekspresi MMP-1 ketiga kelompok
berbeda secara bermakna (p<0,05). Rerata Ekspresi MMP-1 kelompok kontrol berbeda
secara bermakna dengan kelompok vitamin C (rerata kelompok vitamin C lebih tinggi
daripada rerata kelompok kontrol).
Rerata Ekspresi MMP-1 kelompok ekstrak pegagan 50 mg berbeda secara bermakna
dengan kelompok vitamin C (rerata kelompok vitamin C lebih rendah daripada rerata
kelompok ekstrak pegagan 50 mg).
Kesimpulannya adalah pemberian ekstrak pegagan ( Centella asiatica) 50 mg
secara oral lebih banyak meningkatkan jumlah kolagen dan menurunkan Ekspresi MMP-
1 daripada vitamin C 9 mg pada tikus Wistar (Rattus norvegicus)yang dipapar sinar UV-
B.
Kata kunci : Ekstrak Daun Pegagan (Centella asiatica) oral, Vitamin C, Jumlah Kolagen
dermis, ekspresi MMP-1, sinar UV-B.
viii
ABSTRACTS
Keywords: Pegagan (Centella asiatica) orally, Vitamin C orally, Total collagen dermis,
expression of MMP-1, UV-B.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT ..................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
x
1.4.1 Manfaat ilmiah............................................................... 12
xi
2.4.4 Kandungan Bahan Aktif Pegagan (Centella asiatica
PENELITIAN................................................................................ 54
xii
3.1 Kerangka berpikir.......................................................................... 54
xiii
BAB V HASIL PENELITIAN ................................................................... 75
7.1 Simpulan........................................................................................ 85
LAMPIRAN - LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL DAN GRAFIK
Tabel 2.1 Tabel Vitamin C (Jurnal Manfaat Dan Sumber Vitamin C) ......... 34
Tabel 5.1 Hasil Uji Normalitas Data Jumlah Kolagen dan ekspresi MMP-1 75
Tabel 5.2 Hasil Uji Homogenitas Jumlah Kolagen dan ekspresi MMP-1 antar
Kelompok Perlakuan …………………………………………… 76
Tabel 5.5 Perbedaan rerata ekspresi MMP-1 antar Kelompok Sesudah Diberikan
Pegagan 50 mg dan Vitamin C 9 mg ………………………….. 79
Kelompok .................................................................................... 80
Grafik 5.1 Rerata Ekspresi MMP-1 antar Kelompok Pegagan 50% dan
xv
DAFTAR SINGKATAN
FB : Fibroblas
GAG : Glycosaminoglycans
GH : Growth Hormon
KC : Keratinosit
RA : Retinoic acid
UV : Ultraviolet
BB : Berat Badan
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
xvii
Gambar 2.1 Struktur Kulit
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
patologis di dalam sel dan jaringan yang terjadi seiring dengan waktu. Pada umumnya
manusia menginginkan hidup berumur panjang, mempunyai kualitas hidup yang baik,
sehat dan berkualitas serta tidak mau tampak cepat tua. Untuk mencapai hal tersebut,
maka manusia melakukan berbagai upaya untuk mencegah proses penuaan. Tujuan Anti
Aging Medicine adalah mencegah penuaan dini, mencegah penyakit degeneratif seperti
jantung, paru, stroke dan mencapai usia tua tetap produktif dan sehat (Immanuel,
2008). Penuaan dapat digambarkan sebagai proses penurunan fungsi fisiologis tubuh
dalam dunia kedokteran. AAM adalah bagian ilmu kedokteran yang didasarkan pada
deteksi dini, pencegahan, pengobatan, dan kelainan, dan penyakit yang berkaitan
dengan penuaan, yang bertujuan untuk memperpanjang hidup dalam keadaan sehat.
Dengan demikian, penuaan bukan lagi merupakan suatu keadaan normal yang memang
harus terjadi, namun dianggap sama sebagai suatu penyakit, yang dapat dicegah,
sehingga berakibat usia harapan hidup manusia dapat menjadi lebih panjang dengan
dari luar, misalnya makanan yang tidak sehat, kebiasaan yang tidak sehat, polusi
lingkungan, stres dan faktor kemiskinan, dan dapat disebabkan faktor dari dalam, salah
satunya adalah radikal bebas (Pangkahila, 2007). Radikal bebas dapat merusak sel-sel
dalam tubuh manusia. Penimbunan radikal bebas akan menyebabkan stres oksidatif
yang pada akhirnya dapat menimbulkan kerusakan, bahkan kematian sel dalam tubuh
Radikal bebas dapat berasal dari dalam dan dari luar tubuh. Yang berasal dari
dalam tubuh, misalnya akibat proses respirasi sel, proses metabolisme, proses inflamasi,
sedangkan yang berasal dari luar tubuh dapat disebabkan oleh karena polutan, seperti
asap rokok, asap kendaraan bermotor, radiasi sinar matahari, makanan berlemak, kopi,
tubuh (termasuk kulit secara perlahan untuk memperbaiki atau mengganti diri dan
mempertahankan struktur serta fungsi normalnya (Yaar dan Gilchrest, 2007). Dengan
semakin bertambahnya usia, maka akan terjadi penurunan berbagai fungsi organ tubuh
dan terjadinya perubahan fisik, baik tingkat seluler, organ, maupun system karena
Kulit manusia, seperti juga organ tubuh yang lainnya mengalami penuaan
kronologis. Tidak seperti organ lain, kulit mengalami kontak langsung dengan
lingkungan.
xx
Faktor lingkungan yang utama yang menyebabkan penuaan kulit adalah radiasi
sinar ultraviolet (UV). Paparan kronis kulit manusia dengan sinar UV mempengaruhi
struktur dan fungsi kulit. Kerusakan sangat tergantung dari jumlah dan jenis sinar UV
dan juga tipe kulit seseorang. Radiasi sinar UV mengakibatkan sunburn, imunosupresi,
stress oksidatif, dan kanker kulit menyerupai penuaan dini kulit maka disebut
Proses penuaan terjadi pada semua organ tubuh, begitu pula halnya
dengan kulit manusia. Penuaan kulit dapat disebabkan baik oleh faktor ekstrinsik
seperti paparan sinar ultraviolet (UV), asap rokok, dan polusi udara maupun oleh
faktor intrinsik seperti genetik, ras, dan hormonal. Faktor ekstrinsik yang paling
berperan dalam penuaan dini kulit adalah sinar matahari yang dapat
menyebabkan perubahan pada struktur dan fungsi kulit. Kerusakan kulit yang
disebabkan oleh paparan sinar matahari sangat tergantung dari sering dan
lamanya paparan, jenis sinar UV serta tipe kulit seseorang (Ichihashi et al., 2009).
sisanya. Penurunan jumlah kolagen dan Ekspresi MMP-1 akibat sinar UV pada
adalah induksi AP-1 dan menurunkan regulasi TGF-β tipe II. Dimana
xxi
pengaktifasian AP-1 didahului dengan pembentukan ROS (Rabe dkk, 2006; Rhein
Reactive Oxygen Species (ROS) bersifat sebagai oksidan dan melalui proses
factor dan pada akhirnya akan mengaktivasi AP-1 (Rabe et al., 2006). Secara
kemampuan sel dan pada akhirnya terjadi proses apoptosis (Cuningham et al.,
kerusakan kulit akibat paparan sinar UV. Ada 4 cara untuk mengurangi kerusakan
kulit dari radikal bebas akibat paparan sinar UV, yaitu 1) menghindari paparan
(Masnec and Poduje, 2008); dan kanker kulit (Narayanan et al., 2010).
adalah sinar UV-A dan UV-B. Sinar UV-B (290-320nm) memiliki panjang
gelombang yang lebih pendek, tetapi mempunyai energi yang lebih kuat dan
(Gonzaga, 2009).
paparan sinar UV dalam satu dekade terakhir mengalami kemajuan yang pesat.
Salah satu konsep yang banyak dianut adalah teori radikal bebas. Mekanisme
kerusakan kulit akibat paparan sinar UV merupakan suatu hal yang kompleks dari
respons molekuler yang spesifik. Proses molekuler ini terjadi karena kemampuan
metaloproteinase yaitu enzim yang merusak kolagen dermis (Rocquet and Bonte,
dari aktivasi reseptor sitokin dan faktor pertumbuhan (growth factor) pada
xxiii
Aktivasi reseptor ini akan menginduksi sinyal intraseluler seperti mitogen-
MMP-1, MMP-3 dan MMP-9 yang dapat merusak kolagen dan protein lain yang
kolagen karena tingginya kadar 8-OHdG; inflamasi dan stres oksidatif, serta
penurunan kemampuan sel yang rusak untuk dieliminasi oleh proses apoptosis.
dini kulit tercermin dalam pengembangan formulasi tabir surya dengan efek
perlindungan yang lebih kuat dari berbagai panjang gelombang sinar UV.
menetralkan radikal bebas yang berasal baik dari sumber endogen maupun
eksogen, tapi karena dipapar oleh sinar UV secara terus menerus maka
xxiv
persediaan AO ini cepat menurun. Oleh karena itu, pemberian topikal AO,
kulit yang mengalami stres oksidatif akibat paparan sinar UV-B yang berlebihan
dalam buah, daun, bunga, akar, dan bagian-bagian lain dari tanaman. Penuaan
kulit adalah proses biologi kompleks yang merupakan konsekuensi dari faktor
usia muda, epidermal turnover membutuhkan waktu 28 hari, tetapi pada usia
berkumpul di permukaan kulit sehingga kulit tampak kasar dan bersisik. Pada
histologi kulit tua akan tampak penipisan dermo epidermal junction sehingga
xxv
dan dermis. Populasi melanosit di epidermis semakin berkurang dan melanosit
yang ada akan makin mengalami penurunan aktivitas. Kulit tua mengalami
tua juga mudah terbakar sinar matahari sebab kulit menipis dan sedikit
melanosit.
teori penuaan yang sangat berkembang adalah teori radikal bebas.Teori ini
kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu. Radikal bebas akan
menyebabkan kerusakan sel. Molekul utama didalam tubuh yang dirusak oleh
radikal bebas adalah DNA (Deoxyribo Nucleid Acid), lemak dan protein
(Suryohudoyo, 2000).
modifikasi protein oksidatif dan akumulasi peroksida lipid dan produk glikasi
(Vayalil dkk., 2004 ). Reactive Oxygen Species (ROS) yang terbentuk selama
xxvi
meningkatkan produksi Matrix Metalloproteinase (MMP)-1 yang merupakan
enzim yang mendegradasi kolagen (Fisher et al., 2002; Helfrichs, et al., 2009).
Warna kulit seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor baik dari dalam tubuh,
makanan ataupun obat-obatan yang diminum. Perpaduan dari faktor ini akan
menghasilkan warna kulit tertentu. Faktor dari dalam tubuh yang sangat besar
pengaruhnya adalah ras atau genetik. Perbedaan tersebut terjadi bukan karena
jumlah sel melanosit yang berbeda, melainkan tergantung dari jumlah dan
bentuk melanosom.
Orang Indonesia sebagian besar memiliki warna kulit coklat atau sawo
matang. Orang yang mempunyai kulit coklat menganggap bahwa warna kulit
yang terang dan bersih adalah kulit yang cantik. Demikian pula orang
bercak hitam adalah kulit yang cantik. Dalam waktu terakhir ini banyak sekali
tersedia produk kosmetik untuk memutihkan kulit dengan berbagai cara, salah
kolagen kulit. Tubuh manusia tidak dapat mensekresi vitamin C karena itu
dalam bentuk alami adalah L-ascorbic acid yang didapat sebagai molekul larut
air.
xxvii
kolagen dan penurunan Ekspresi MMP-1, sehingga bermanfaat pada
pencegahan penuaan kulit, sesuai dengan pengaruhnya dalam ilmu Anti Aging
Medicine.
Kandungan bahan aktif yang ditemukan dalam pegagan (Centella asiatica (L.)
Urban) meliputi ;
1) Triterpenoid saponin,
2) Triterpenoid genin,
3) Minyak esensial,
4) Flavonoid,
5) Fitosterol, dan bahan aktif lainnya. Bahan-bahan aktif tersebut secara umum
terdapat pada organ daun tepatnya pada jaringan palisade parenkim. Bahan
aktif yang terkandung dalam pegagan juga menjadi salah satu alasan mengapa
utama dalam Triterpenoid saponin adalah asiatikosida dan madekassosida (Kumar and
Gupta, 2006). Asiatikosida mampu bekerja sebagai Centella asiatica (Selfitri, 2008).
Madekassosida juga memiliki peran penting karena mampu memperbaiki kerusakan sel
Kolagen sangat penting sebagai bahan dasar pembentuk sel fibroblas. Centella
asiatica pada sel fibroblas kulit manusia ditemukan peningkatan yang signifikan dalam
hidroksil sehingga membuat vitamin ini akan mudah diubah tubuh. Oleh karena itu
xxviii
vitamin C dapat bereaksi dengan radikal bebas yang bersifat aqueous dan juga mampu
xxix
1.2 Rumusan Masalah
jumlah kolagen kulit pada tikus Wistar yang dipapar sinar UV-B?
jumlah kolagen kulit lebih banyak daripada vitamin C pada tikus Wistar yang
Ekspresi MMP-1 lebih banyak daripada vitamin C pada tikus Wistar yang dipapar
sinar UV-B?
meningkatkan jumlah kolagen kulit pada tikus Wistar yang dipapar sinar UV-B.
menurunkan Ekspresi MMP-1 pada tikus Wistar yang dipapar sinar UV-B.
xxx
3. Untuk mengetahui pemberian oral ekstrak pegagan (Centella asiatica) dapat
meningkatkan jumlah kolagen kulit lebih banyak daripada vitamin C pada tikus
menurunkan Ekspresi MMP-1 lebih banyak daripada vitamin C pada tikus Wistar
jumlah kolagen kulit pada tikus Wistar yang dipapar sinar UV-B, Pemberian ekstrak daun
sehingga dapat menjadi acuan dalam memahami manfaat ekstrak daun pegagan yang
juga dapat meningkatkan jumlah kolagen kulit dan dapat memberikan efek perlindungan
terhadap pajanan sinar UV-B yang hampir tidak bisa dihindari dalam kehidupan sehari-
hari terutama dinegara tropis seperti di Indonesia, dan juga dapat menghambat proses
penuaan kulit.
xxxi
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penuaan
Setiap manusia pasti akan menjadi tua. Hal ini adalah proses yang tidak
penyakit, sehingga dapat dan harus dicegah dan diobati bahkan dikembalikan ke
keadaan semula sehingga usia harapan hidup dapat menjadi lebih panjang
dengan kualitas hidup yang lebih baik (Goldman and Klatz, 2007; Pangkahila,
2007).
gaya hidup, sehingga penuaan dapat terjadi lebih dini atau lebih lambat
agar tetap optimal. Hasilnya organ tubuh dapat berfungsi seperti pada usia
biologis yang lebih baik. Dengan demikian penampilan dan kualitas hidupnya
xxxii
menjadi lebih baik dibandingkan usia sebenarnya (Pangkahila, 2007). Usia
harapan hidup yang lebih panjang disertai kualitas hidup yang optimal inilah
konsep baru dari Anti Aging Medicine (AAM). AAM ini didefinisikan sebagai
penuaan, dapatlah ditentukan faktor mana yang perlu dihindari atau diatasi
memiliki kesempatan untuk hidup lebih sehat dan berusia lebih panjang
dengan kualitas hidup yang baik (Pangkahila, 2007). Beberapa upaya yang
dapat dilakukan untuk menghambat proses penuaan antara lain adalah menjaga
kesehatan tubuh dan jiwa dengan pola hidup sehat meliputi berolahraga
teratur, makanan sehat dan cukup, mengatasi stress, jangan merasa sehat dan
penggunaan obat dan suplemen yang diperlukan sesuai petunjuk ahli untuk
Ada 2 macam usia, yaitu kronologis dan usia biologis. Usia kronologis
ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran, sedangkan usia fisiologis
atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh. Maka usia kronologis
tidak selalu sama dengan usia fisiologis. Menurut AAM (American Academy Of
yang dalam banyak kasus dapat diubah dengan intervensi kedokteran yang
Populasi jumlah orang tua mencapai laju yang sangat luar biasa sebagian
harapan hidup dalam 20 tahun terakhir. Hingga tahun 2020 populasi didunia
kira-kira mencapai lebih dari 1 milyar orang berumur 60 tahun atau lebih, dan
sebagian besar negara berkembang, sebagian lagi di negara maju (Beers, 2005).
Diperkirakan pada tahun 2020 jumlah penduduk usia lanjut ini sebesar 11,34 % .
dikembangkan pula cell therapy dan stem cell therapy untuk upaya anti-aging.
xxxiv
Konsep dan AAM pada awalnya diperkenalkan oleh A4M (American Academy of
Penuaan (KAP) adalah bagian dari ilmu kedokteran yang didasarkan pada
internal. Faktor eksternal yaitu gaya hidup yang tidak sehat, diet tidak sehat,
kebiasaan salah, polusi lingkungan, stres dan kemiskinan. Faktor internal yaitu
proses penuaan. Secara garis besar terdapat dua kelompok yaitu teori wear and
tear dan teori program (Pangkahila, 2007). Teori program meliputi terbatasnya
replikasi sel, proses imun dan teori neuroendokrin. Teori wear and tear meliputi
Ada 4 teori pokok dari aging (Goldman and Klatz, 2007). Yaitu:
disalahgunakan (overuse and abuse). Organ tubuh seperti hati, lambung, ginjal,
kulit, dan lainnya, menurun karena toksin di dalam makanan dan lingkungan,
konsumsi berlebihan lemak, gula, kafein, alkohol, dan nikotin, karena sinar
ultraviolet, dan karena stress fisik dan emosional. Tetapi kerusakan ini tidak
2) Teori neuroendokrin
Teori berdasarkan peranan bebagai hormon bagi fungsi organ tubuh. Hormon
Teori ini fokus pada genetik memprogram sandi sepanjang DNA, di mana kita
dilahirkan dengan kode genetik yang unik, yang memungkinkan fungsi fisik
Teori ini menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi
akumulasi kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu. Radikal
bebas sendiri merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak
xxxvi
berpasangan. Radikal bebas memiliki sifat reaktifitas tinggi, karena
suatu radikal oleh karena hilangkan atau bertambahnya satu elektron pada
molekul lain. Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh
sel, bahkan kematian sel. Molekul utama di dalam tubuh yang rusak oleh radikal
bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas semakin
mutasi sel, yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian. Selain itu radikal
Berbagi faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo, 2003), yaitu:
1) Faktor lingkungan
2) Faktor diet/makanan.
xxxvii
Jumlah nutrisi yang cukup, jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan
pengawet, pewarna, perasa dari bahan kimia terlarang. Zat beracun dalam
organ hati.
3) Faktor genetik
Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya. Tetapi faktor
genetik ternyata dapat berubah karena infeksi virus, radiasi, dan zat racun dalam
4) Faktor psikis
organ/jaringan tubuh.
5) Faktor organik
yang kurang sehat. Menjaga kulit tetap lembab, halus, fleksibel, dan elastis,
jaringan tersebut akan menjadi rusak akibat paparan radikal bebas, terutama
pada daerah wajah, di mana mengakibatkan lekukan kulit dan kerutan yang
dalam akibat paparan yang lama oleh radikal bebas (Goldman and Klatz, 2007).
xxxviii
Penuaan kulit adalah proses biologi kompleks yang merupakan
membutuhkan waktu 28 hari, tetapi pada usia tua membutuhkan waktu 40-60
sehingga kulit tampak kasar dan bersisik. Pada histologi kulit tua akan tampak
epidermis semakin berkurang dan melanosit yang ada akan makin mengalami
bintik pigmentasi (freckles), lentigines. Kulit tua juga mudah terbakar sinar
penuaan dini (photoaging). Sunburn dan penekanan sistem imun terjadi secara
xxxix
akut sebagai respon akibat paparan yang berlebihan dari sinar matahari,
sedangkan kanker kulit dan akibat dari akumulasi kerusakan yang disebabkan
dan tampak kasar. Sangat berbeda dengan kulit dengan penuaan kronologis atau
penuaan intrinsik, pada kulit yang diproteksi dari sinar matahari yang menjadi
Sinar UV dari matahari merusak kulit manusia (Photo damaged Skin) dan
akumulasi paparan matahari dan lebih sering terjadi pada individu dengan
protein kinase, faktor transkripsi, dan enzim-enzim yang berfungsi dalam sintesis
reaktif yang bereaksi dengan komponen sel yaitu DNA, protein, dan lipid.
senyawa radikal bebas yang menghasilkan kerusakan sel lebih sedikit bila
muncul berbagai tanda dan gejala proses penuaan, baik itu tanda fisik maupun
psikis. Tanda fisik pada proses penuaan seperti masa otot berkurang, lemak
kemampuan kerja menurun dan sakit tulang. Kemudian yang termasuk tanda
psikis antara lain menurunnya gairah hidup, sulit tidur, mudah cemas, mudah
merupakan proses yang terus berlangsung yang dimulai pada usia pertengahan
20an. Penuaan intrinsik terjadi oleh karena akumulasi kerusakan endogen akibat
xli
2.3 Kulit
kesehatan nya secara umum, etnis atau ras, gaya hidup dan usia. Kualitas
penampilan kulit ditentukan oleh warna kulit, tekstur dan bentuk (Fisher et al.,
2008). Kulit terdiri dari 3 lapisan berturut-turut terdiri luar ke dalam yaitu
berturut- turut dari luar ke dalam yaitu stratum korneum, stratum lusidum,
terdiferensiasi. Sel-sel lain pada epidermis yaitu melanosit, sel langerhans, dan
sel merkel.
Langerhans memiliki fungsi imunologis dan sel merkel berperan pada persepsi
sensoris (Edmondson et al., 2003). Dermis terdiri 2 lapisan yaitu papillary dermis
terdapat kumpulan kolagen yang lebih kasar dengan serabut-serabut elastin yang
xlii
Struktur epidermis
berturut - turut dari luar ke dalam yaitu stratum korneum, stratum lusidum,
terdiferensiasi. Sel-sel lain pada epidermis yaitu melanosit, sel Langerhans, dan
sel Merkel.
Langerhans memiliki fungsi imunologis dan sel Merkel berperan pada persepsi
juga dikatakan salah satu penyebab penuaan intrinsik kulit, selain oleh karena
kronologis kulit dapat berupa serosis, kelemahan, kerutan dan gambaran tumor
jinak seperti keraktosis seboroik dan angioma buah cherry (Gilchrest and
Krutmann, 2006).
xliii
Gambar 2.1 Struktur Kulit (Edmondson et al., 2006)
2.3.2.1 Keratinosit
melibatkan cross-talk antara sel dermis dan epidermis melalui growth factors.
Pada lapisan basal terdapat 3 jenis keratinosit, yaitu sel punca (stem cells),
Lampu UV dengan emisi UV-B (280-320 nm, 75-80% energi total) dan UV-
A (320-375 nm, 20-25% energi total), 30 mJ/cm2, pada tikus Wistar tanpa bulu
2.3.2.2 Melanosit
proliferasi melanosit tidak hanya dikulit yang terpapar tetapi juga pada kulit
yang terlindungi. Kemungkinan oleh faktor yang belum dapat dikenali yang
penuaan dini kulit (Photoaging). Proses penuaan ini adalah akumulasi paparan
matahari dan lebih sering terjadi pada individu dengan warna lebih terang.
reseptor permukaan sel, jalur transduksi sinyal protein kinase, faktor transkripsi,
dan enzim-enzim yang berfungsi dalam sintesis dan degradasi protein dermis.
xlv
Radiasi sinar UV menghasilkan spesies oksigen reaktif yang bereaksi dengan
komponen sel yaitu DNA, protein, dan lipid. Modifikasi komponen sel
mengganggu fungsi sel sehingga mengarah pada kematian sel (Fisher et al.,
2002).
senyawa radikal bebas yang menghasilkan kerusakan sel lebih sedikit bila
disusun oleh jaringan ikat yang padat. Epidermis berkembang biak baik pada
waktu lahir dan menebal dalam 4-5 hari setelah lahir, kemudian menipis seiring
membran basalis yang terdiri dari sel - sel yang vertikal dan tidak bentuk tidak
teratur, nukleus oval dan jernih dengan beberapa sel polihidral yang masing-
lebih sedikit berambut terdiri dari 6 lapisan sel dan stratum - stratumnya sulit
xlvi
dibedakan. Stratum germinativum dan granulosum tampak sebagai sel yang
tersebar berjumlah sangat sedikit, sedangkan stratum korneum terdiri dari 1-2
sintesis kolagen diamati di lokasi luka setelah pengobatan dengan ekstrak oral
pegagan Centella asiatica tiga kali sehari selama 24 hari untuk membuka luka
menghasilkan peningkatan kadar kolagen. Sebuah studi in vitro efek dari fraksi
xlvii
sel, sintesis total protein, atau sintesis proteoglikan, namun peningkatan yang
(Heyne, 1987). Spesies dari genus Centella kira-kira terdiri dari 33 spesies yang
kesemuanya tersebar didaerah tropis dan subtropis (Kumar and Gupta, 2006).
Menurut (Lasmadiwati, 2004), Spesies Centella asiatica (L) Urban terdiri dari 2
jenis yang meliputi pegagan merah dan pegagan hijau. Perbedaan mendasar
antara pegagan merah dan pegagan hijau terletak pada warna stolon dan
tangkai daun. Warna stolon dan tangkai daun pegagan merah adalah hijau
Warna hijau kemerahan pada stolon dan tangkai pegagan merah disebabkan
oleh hadirnya zat aktif flavonoid. Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa
fenol yang bertanggung jawab terhadap zat warna merah, ungu, biru dan
tingkat tinggi, flavonoid mempunyai salah satu fungsi sebagai pigmen. Pegagan
(Centella asiatica (L) Urban) ini merupakan tumbuhan berbiji tertutup dan
xlviii
berkeping dua. Pada umumnya disebut sebagai asiatic. Centella asiatica yang
tangkai daun yang lunak, perakaran dangkal dan berkembang biak dengan
beberapa organ tumbuhan yang meliputi : akar, stolon, daun, bunga dan buah.
Akar dari tumbuhan pegagan merupakan akar vertikal (Kumar and Gupta,
berfungsi sebagai salah satu organ perkembangbiakan selain biji. Pada setiap
buku dari stolon akan tumbuh tunas yang menjadi cikal bakal tumbuhan
pegagan yang baru. Tunas akan tumbuh menjadi beberapa daun tunggal yang
tersusun dalam roset. Daun berupa daun tunggal yang tumbuh dari setiap
buku pada stolon, permukaan daun kadang berambut, kaku atau kasap dengan
tersusun dalam suatu roset akar. Bangun ginjal dengan tepi bergerigi atau
(Savitri, 2006).
berwarna kemerah - merahan. Bunga - bunga ini tumbuh dalam tirai bunga
yang sederhana dan terdiri dari 3-6 bunga (Satya and Ganga, 2006). Bunga
xlix
selanjutnya akan berkembang menjadi buah yang berupa buah buni,
berbentuk lonjong atau pipih. Buah berwarna hijau saat muda dan berubah
dengan panjang 2–2,5 mm. Buah memiliki bau yang cukup harum tetapi
kadar plasma puncak dicapai 2-4 jam setelah konsumsi oral, injeksi
perbedaan dalam waktu puncak konsentrasi plasma dengan dosis yang berbeda
atau tunggal dibandingkan dosis kronis dalam studi crossover dari total fraksi
l
a. Kingdom Plantae
b. Divisi Spermatophyta
c. Sub-divisi Angiospermae
d. Kelas Dikotiledonae
e. Ordo Umbellales
f. Famili Umbelliferae
g. Genus Centella
Nama umum (nama dagang) dari pegagan (Centella asiatica (L) Urban) antara
lain pegagan, daun kaki kuda dan antanan (Lasmadiwati, 2004). Sedangkan
untuk nama lokal antara lain: pegagan (Ujung Pandang), antanan gede,
antanan rambat (Sunda), dau tungke (Bugis), pegagan, gagan - gagan, rending,
kerok batok (Jawa), tekosan (Madura) dan kori-kori (Yuniarti, 2008). Pegagan
Dalimartha, 2006).
5) Bunga
li
6) Buah
Menurut Kumar and Gupta, 2006, secara umum kandungan bahan aktif
1) Triterpenoid saponin,
2) Triterpenoid genin,
3) Minyak esensial,
4) Flavonoid,
lii
Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbanyak.
liii
Gambar 2.5 Daun Pegagan dalam keadaan segar
2.5 VITAMIN C
pencegahan penyakit. Padahal, manfaat vitamin ini juga sangat besar bagi
menemukan cara untuk menikmati khasiat vitamin C bagi kulit. Vitamin C atau
anti oksidan atau reduktor pada sintesis melanin yang banyak membutuhkan
oksigen serta dapat mengubah bentuk melanin oksidasi yang berwarna gelap
megadose satu sampai dua gram perhari secara oral dapat menghambat
kuinon dan membuat cerah kulit pada orang normal maupun orang dengan
tirosinase dan sebagai reduktor juga sebagai antioksidan kulit sehingga dapat
liv
Vitamin C tidak disimpan di dalam tubuh dan mudah dieksresikan
kedalam urin. Kadar vitamin C serum yang tinggi akibat vitamin C dalam dosis
2.5.1 Farmakokinetik
2.5.2 Farmakodinamik
kapiler, jaringan ikat, dan perbaikan jaringan, serta jaringan osteid dari tulang. T
sumber vitamin C. Tanaman lain yang juga dipakai dalam kecantikan kulit di
zaman kuno adalah biji bunga mawar yang konon mengandung vitamin C 20
lv
kali lebih tinggi dibanding buah jeruk. Manfaat terbesar vitamin C pada
memproduksi kolagen sebagai protein untuk membuat kulit tetap sehat dan tak
gampang kendur. Kolagen bersama dengan elastin akan menjaga kulit tetap
menghasilkan kelenturan.
Saat tubuh kekurangan vitamin C kulit pun tampak lebih kering dan
yang sering terpapar sinar matahari kulit menjadi tampak lebih cokelat
2.6 Kolagen
lvi
Kolagen adalah triple helikal protein yang tersebar di seluruh tubuh
dan mempunyai berbagai fungsi seperti pengikat jaringan, adhesi sel, migrasi
matriks ekstra seluler jaringan, yang berguna untuk kekuatan tegang jaringan
seperti tendon, tulang, tulang rawan dan kulit, kolagen juga mempunyai
glomerulus ginjal yang berfungsi untuk filtrasi molekul (Kadler et al., 2007).
dimana residu glycyl menempati setiap posisi ketiga dan posisi X dan Y ditempati
oleh prolin dan 4-hidroksiprolin. Ketiga rantai saling berkaitan melalui ikatan
rantai hydrogen. Ada 28 jenis kolagen pada vertebrata yang diberi nomor I-
XXVIII. Kolagen di hasilkan oleh sel fibrolast. Kolagen tipe 1 adalah jenis yang
paling banyak di jaringan ikat kulit. Selain itu kulit juga mengandung kolagen (III,
Tipe I dan III dan crosslink-nya berkurang (Pinnel, 2003; Gilchrest and Krutman,
lvii
2006). Dengan menggunakan antibody terhadap kolagen Tipe I, tidak
Peningkatan kolagen pada Tipe III dimulai setelah terpapar UV-B selama 12
meliputi sinar ultraviolet, polusi, dan diet, Faktor ekstrinsik dapat memperberat
genetika tampak pada studi penuaan kulit pada berbagai etnis, Etnis dengan
radikal bebas sehingga merusak kolagen kulit. Kulit ras Afrika - Amerika
lebih resisten terhadap penuaan. Kerutan wajah pada ras Asia terjadi lebih
lambat dan lebih ringan daripada ras Kaukasia (Farage et al., 2008).
Kolagen kulit orang dewasa berkurang 1 % setiap tahun. Penurunan kolagen ini
lebih tampak pada wanita daripada pria. Kulit kendor dan kerutan wajah
lviii
Pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa paparan pada kultur
fibroblast yang menunjukkan bahwa paparan pada kultur fibroblast kulit yang
percobaan in-vitro kolagen yang dicampur dengan MMPs yang di induksi oleh
sintesis kolagen oleh degradasi kolagen yang terbentuk dari MMP. Kolagen Tipe I
kasar yang disebut rantai prokolagen α, dimana terjalin dalam sistena retikulum
endoplasma sehingga terbentuk triple helices. Setiap asam amino ketiga pada
rantai α disebut sebagai glisin; dua asam amino kecil lainnya terbanyak di dalam
lix
kolagen dihidroksilasi setelah proses translasi menjadi bentuk hidroksiprolin dan
sebuah batang, dimana kolagen tipe 1 dan 2 berukuran panjang, 300 nm dan
struktur dan fungsi yang berbeda. Pada kolagen tipe I, II, III, molekul kolagen
2010).
tentang Sintesis kolagen ini. Sintesis dari protein penting ini meliputi beberapa
2. Hidroksilasi prolin dan lisin diawali sesudah rantai peptide telah mencapai
panjang minimum tertentu dan masih terikat pada ribosom. Enzim yang
menyertai adalah prolil hidroxilase dan lisil hidroksilase dan reaksi yang
lx
3. Terjadi glikosilasi pada beberapa sisa hidroksilisin, dengan bermacam-
yang berbeda-beda.
permukaan sel.
Proteoglikan tertentu dan tipe kolagen (tipe V dan tipe XI) bergabung pada
yang berasal dari fibril dan berikatan dengan struktur dari komponen-
lxi
7. Struktur fibriler ditarik oleh formasi kovalen yang berikatan silang antara
oksidase.
prokolagen tipe I yang sama seperti pada kulit yang tidak terpapar sinar
prokolagen tipe I pada kulit yang rusak akibat paparan sinar UV bukan
kolagen yang parsial pada sel kulit yang menua menghambat sintesis
lxii
Gambar 2.6.4
Sintesis Kolagen
Proses Hidrosilasi dan glikosilasi pada rantai α prokolagen dan pembentukan
menjadi triple helices terjadi pada RER (Rough Endoplasmic Reticulum) dan
pembentukan menjadi fibril terjadi pada Extracelular Matrix sesudah
mengekskresikan prokolagen. Karena ada sedikit perbedaan pada gen rantai α
prokolagen dan produksi kolagen tergantung pada beberapa kejadian setelah
translasi meliputi beberapa enzim lainnya, banyaknya penyakit kegagalan
Sintesis kolagen yang telah dijelaskan (Mescher, 2010).
Gambar 2.6.5
Prokolagen
Bentuk dari kolagen yang paling banyak, tipe 1, setiap molekul prokolagen terdiri
dari dua rantai peptide yaitu α 1 dan α 2 . Massa 1 buah molecular kira-kira 100
kDa, terjalin helix pada sisi kanan dan bergabung bersama oleh interakai ikatan
hidrogen dan hidrofobik. Setiap putaran lengkap dari pilinan helix, dengan jarak
8,6 nm. Panjang setiap molekul tropokolagen adalah 300nm dan lebarnya 1,5 nm
(Mescher, 2010)
lxiii
Serat kolagen tersusun atas subunit – subunit tropocollagen di mana
susunan rantai asam amino α akan menentukan tipe kolagen, sedikitnya terdapat
banyak, menyusun sekitar 20 – 25% dari seluruh protein tubuh (Gartner and
Hiatt, 2007). Pada dermis kulit normal terdiri dari 80% tipe 1 dan 25% tipe 3
(Velnar et al., 2009). Kedua tipe kolagen tersebut termasuk dalam fibril-forming
collagen merupakan serat yang fleksibel dan mempunyai daya regang yang besar
dan kuat. Kolagen tipe ini berwarna putih oleh sebab itu dikenal juga dengan
serat putih. Kolagen pada jaringan ikat berdiameter lebih kecil dan hampir tak
berwarna jika tidak diwarnai. Tiap serat kolagen terdiri atas tropocollagen. Setiap
tropocollagen tersusun atas tiga rantai polipeptida yang tersusun triple helix
Gambar 2.6.6
Skematik struktur kolagen (Gartner dan Hiatt, 2007)
lxiv
Gambar 2.6.7
Kolagen tipe 1 dengan Pewarnaan HE
Serabut - serabut kolagen berkumpul menjadi satu ikatan yang besar (C). Tanda
panah menunjukkan gambar fibroblas (Mescher, 2010).
berkisar antara sinar kosmik yang sangat pendek hingga gelombang yang sangat
panjang. Sebagian besar perubahan kulit akibat sinar yang terjadi berhubungan
dengan panjang gelombang lebih pendek dari cahaya tampak tetapi lebih
panjang dari sinar X, dengan rentang 10-400 nm, energy 3-124eV. Sinar UV
yaitu: Pertama, UV-C dengan panjang gelombang yang terpendek, yaitu 100-290
nm. Tidak ada panjang gelombang yang lebih pendek dari 290 nm yang mencapai
lxv
permukaan bumi, terutama disebabkan oleh filtrasi oleh lapisan ozone. Kedua,
UV-B (290-320 nm) yang mencapai pemukaan bumi dan bertanggung jawab
terhadap atas sebagian besar terjadinya fotobiologi pada kulit. Ketiga, UV-A
(320-400 nm) yang mampu melewati kaca jendela dan dibagi menjadi UV-A1
(340-400 nm) dan UV-A2 (320-340 nm). Menipisnya lapisan stratosfer dari ozone
penuaan dini kulit (Rigel et al., 2004). Sinar UV-C merusak DNA lebih berat
daripada UV-B, meskipun lebih potensial daripada UV-B namun UV-C banyak
diserap atmosfer dan tidak mencapai permukaan bumi. Sinar UV-B merusak sel
melalui efek langsung kerusakan DNA dan induksi apoptosis. Sinar UV-B memicu
activated protein kinase (MAPK), yang terjadi dalam 2 jam paparan UV-B, dan
memulai aktivasi caspase. Peroksidasi lipid dan produksi radikal oksidatif terjadi
setelah paparan UV-B. Sinar UV-A mempunyai potensi lebih rendah dalam
Studi tentang paparan UV-B (290-330 nm) dengan keluaran energi 0,7
lxvi
Lampu UV dengan emisi UV-B (280-320 nm, 75-80% energi total) dan UV-
A (320-375 nm, 20-25% energi total), 30 mJ/cm2, pada tikus Wistar tanpa bulu
pada manusia menghasilkan efek eritema (Lu et al., 2000). Lampu UV (270-440
nm) dengan emisi dominan 312 nm menghasilkan penetrasi kulit lebih dalam
20% mencapai seluruh epidermis, dan hanya 10% mencapai bagian atas dermis.
Radiasi UV-A diabsorbsi sebagian besar pada epidermis, dan hanya 10%
mencapai bagian atas dermis. Radiasi UV-A diabsorbsi sebagian besar pada
epidermis, tetapi 20-30% radiasi ini mencapai bagian yang lebih dalam dermis
gelombang yang lebih pendek tetapi lebih efisien mencapai permukaan bumi,
lebih kuat terserap pada epidermis dan lebih eritemogenik dibandingkan dengan
2.7.2 Pigmentasi
kulit tergantung dari panjang gelombang radiasi. Eritema yang diinduksi UV-B
yang terjadi oleh karena paparan UV-A bertahan lebih lama dibandingkan
lxvii
dengan paparan UV-B. Perbedaan ini kemungkinan terjadi oleh karena lokalisasi
menyebabkan lesi pada basa pirimidin, yang menjadi ikatan kovalen dan merusak
heliks DNA Apabila kerusakan DNA ini tidak diperbaiki maka akan mengakibatkan
kesalahan pembacaan kode genetik, mutasi, dan kematian sel. Radiasi sinar UV-A
juga sangat merusak DNA tetapi kurang jika dibandingkan UV-B (Rigel et al.,
2.8. MMP-1
Sampai saat ini diketahui ada 28 tipe MMP pada manusia. Masing-masing MMP
tergantung dari sekresinya berupa protein yang larut atau terikat pada membran
al., 2009).
lxviii
Beberapa peneliti lainnya menunjukkan bahwa paparan sinar UV secara
Ketiga MMP ini secara in vivo sangat dipengaruhi oleh faktor transkripsi AP-1,
yang dengan cepat diinduksi dan diaktifkan oleh paparan sinar UV (Fisher et al.,
dari dua sub unit yaitu c-jun dan c-fos, berfungsi untuk mengontrol transkripsi
MMP.
Hal yang menarik dari penelitiaan Quan et al. (2009) adalah di antara 19
MMP yang terdapat pada kulit manusia normal, hanya tiga secara signifikan
MMP-3 diinduksi 1000 kali lipat dalam waktu 24 jam setelah dipapar sinar UV,
awalnya membelah prokolagen tipe I dan III pada kulit, pada satu lokasi di dalam
triple helix. Setelah kolagen dibelah oleh MMP-1, maka selanjutnya kolagen
tersebut semakin dirusak oleh peningkatan kadar MMP-3 dan MMP-9. Data ini
menguatkan temuan oleh peneliti sebelumnya (Fisher et al., 2001; Quan et al.,
2009).
lxix
Penelitian sebelumnya melaporkan bahwa MMP-8 (neutrofil kolagenase)
(Fisher et al., 2001) dan MMP-12 (makrofag elastase) (Chung et al., 2002)
merupakan protein yang timbul dalam waktu 24 jam setelah paparan sinar UV,
sebagai akibat dari netrofil dan makrofag yang keluar dari sirkulasi. Netrofil dan
makrofag kulit adalah sel yang mengalami diferensiasi yang tidak lagi
mentranskripsi mRNA baru. MMP-8 dan mRNA MMP-12 yang tersisa kadarnya
Selain itu, pada kultur sel yang diambil dari kulit yang terlindung dari sinar
matahari (sun-protected skin) kemudian dipapar dengan sinar UV, maka MMP-1
dan susunan serat kolagen sama seperti yang yang terjadi pada photoaging
(Varani et al., 2001, 2008). Secara keseluruhan, penelitian oleh Quan et al. (2009)
secara in vivo menunjukkan bahwa MMP-1, MMP-3, dan MMP-9 adalah enzim
kolagenolitik primer yang diinduksi oleh paparan sinar UV, dan MMP-1
merupakan protease utama yang mampu memulai degradasi serat kolagen pada
kulit manusia. Beberapa penelitian lain yang telah dilakukan pada kultur fibroblas
menunjukkan bahwa paparan sinar UV-B mampu memicu ekspresi MMP-1 pada
dosis yang bervariasi antara 10 mJ/cm2 – 100 mJ/cm2 (Yulianto, 2006; Lee et al.,
2009).
setelah paparan sinar UV-B pada sel kultur maupun sel kulit secara in vivo (Fagot
lxx
dihasilkan di epidermis, tapi enzim tersebut berdifusi ke dalam dermis dan
kemudian mendegradasi kolagen (Quan et al., 2009). Difusi ini juga dibantu oleh
1, yang diproduksi sebagai respon kulit terhadap paparan sinar UV-B. Sel
fibroblas dermis juga berperan dalam ekspresi MMP-1 oleh keratinosit melalui
mekanisme parakrin tidak langsung yaitu dengan pelepasan growth factor dan
sitokin yang memicu ekspresi MMP-1 oleh keratinosit (Quan et al., 2009).
dalam waktu 1 jam. Jalur sinyal ini diaktifkan maksimal dalam waktu 4 jam
ekspresi dan aktivasi fungsional dari AP-1 (terdiri dari c-Jun dan Fos protein),
matriks seperti MMP-1, MMP-3, dan MMP-9. Faktor transkripsi AP-1 juga
mengganggu ekspresi gen kolagen pada fibroblas dermis (Fisher et al., 2002;
merangsang transkripsi gen sitokin pro inflamasi seperti IL-1β, TNF-α, IL-6, dan
lxxi
IL-8, dan molekul adesi intercellular adhesion molecule-1. Ultraviolet merangsang
produk gen sitokin kemudian bereaksi melalui reseptor permukaan sel untuk
mengaktifkan AP-1 dan NF-κB dan dengan demikian memperkuat respon sinar
kolagen fibril (tipe I dan III ) di satu lokasi dalam triple helix pusat. Setelah dibelah
oleh MMP-1, kolagen dapat diturunkan jumlahnya oleh peningkatan kadar MMP-
3 dan MMP-9. Aktivitas MMP-1, MMP-3, dan MMP-9 telah terbukti melokalisir
kolagen dalam dermis, setelah paparan sinar UV pada kulit secara in vivo.
meningkat 3 kali lipat dalam 24 jam setelah penyinaran UV. Dengan demikian,
sinar UV yang menginduksi MMP akan mendegradasi kolagen kulit dan merusak
integritas struktur dermis. Dengan tidak adanya perbaikan yang sempurna, maka
kerusakan kolagen oleh MMP akan berakumulasi akibat paparan sinar UV secara
terus menerus. Akibat kerusakan kolagen yang kumulatif ini memberikan andil
yang besar terhadap gambaran fenotipe dari penuaan dini kulit (Seo and Chung,
kolagen tipe I dan III (prokolagen) secara signifikan lebih rendah pada kulit
lengan bawah yang terpapar sinar matahari dibandingkan dengan kulit ketiak
lxxii
dan pantat yang terlindung dari sinar matahari, hal ini membuktikan secara tidak
dengan tingkat kerusakan kulit akibat paparan sinar UV (Gilchrest and Krutmann,
2006).
transforming growth factor-1 dapat menginduksi ekspresi gen MMP-1 dan TIMP
Namun, pada sel yang menua, transforming growth factor-1 tidak dapat
menghambat ekspresi gen MMP-1, meskipun induksi gen TIMP tetap ada; ini
jawab pada peningkatan ekspresi MMP-1 sel yang menua, yaitu akan
Paparan sinar UV, selain mengurangi jumlah kolagen yang matur pada
penurunan regulasi ekspresi gen prokolagen tipe I dan tipe III. Dua mekanisme
induksi AP-1 dan menurunkan regulasi TGF-β tipe II (Varani et al., 2001). Seperti
lxxiii
dijelaskan sebelumnya yaitu sinar UV menginduksi faktor transkripsi AP-1,
dengan mengganggu produksi kolagen. Faktor transkripsi AP-1 juga telah terbukti
sitokin profibrotik mayor, dan salah satu eksekusi dari sinyal protein ini yang
akan mengaktifkan protein baik secara langsung maupun tak langsung (Fisher et
selama 8 jam penyinaran, menunjukkan sel tidak responsif terhadap efek TGF-β.
secara substansial ekspresi gen prokolagen tipe I. Data ini menunjukkan bahwa
down-regulation reseptor TGF-βII, dan untuk represi media transkripsi AP-1, juga
vivo setelah dipapar dengan sinar UV (Kregel and Zhang, 2007; Masnec and
Poduje, 2008).
lxxiv
BAB III
merupakan proses yang dapat dicegah atau diobati. Seperti organ tubuh yang
lain, kulit manusia merupakan organ kompleks dan dinamis yang menunjukkan
beberapa asam amino. Konsumsi vitamin C dari makanan tidak mampu mencapai
lxxv
54
kadar yang dibutuhkan kulit, karena itulah dibutuhkan tambahan pemberian
secara oral. Selain itu banyak vitamin C yang mengalami kerusakan akibat
tidak sesuai.
fosfat yang dibawa vitamin C tidak hanya menetralisasi radikal bebas, tapi juga
kulit memperbaiki kolagen kulit dengan meningkatkan jumlah kolagen kulit dan
maka banyak produk vitamin C yang dijual di masyarakat. Beberapa riset juga
ekstrak pegagan oral diharapkan dapat memberi alternatif baru untuk lebih
EKSTRAK PEGAGAN
VITAMIN C
• Jumlah Kolagen
• Ekspresi MMP-1
lxxviii
3.3 Hipotesis Penelitian
jumlah kolagen kulit pada tikus Wistar yang dipapar sinar UV-B.
jumlah kolagen kulit lebih banyak daripada vitamin C pada tikus Wistar
ekspresi MMP-1 lebih banyak daripada vitamin C pada tikus Wistar yang
lxxix
BAB IV
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah animal experimental dengan post test only control
group design yang didahului dengan penelitian pendahuluan. Pada awal penelitian
placebo dan dipapar sinar UV-B (Perlakuan 1). Kelompok kedua tikus Wistar
diberi ekstrak pegagan 50 mg oral dan dipapar sinar UV-B (Perlakuan 2).
Sedangkan kelompok ketiga tikus Wistar diberi vitamin C 9 mg oral dan dipapar
punggung tikus Wistar jantan untuk dibuat dalam bentuk blok parafin,
pembuatan preparat dan pengecatan dengan reagen Sirius Red dan penilaian
lxxx
58
4.2 Skema Rancangan Penelitian
K Kontrol
01
R R
P1 Pegagan
02
P S
P2 Vitamin C
03
Keterangan:
P= Populasi
S= Sampel
R= Random
O1 = Observasi jumlah kolagen dermis dan ekspresi MMP-1, kontrol post test.
mg post test
test
lxxxi
4.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Variabel kendali
• Jenis Kelamin
• Umur
• Berat
a. Variabel Bebas
lxxxii
b. Variabel Tergantung
c. Variabel Kendali
Variabel kendali adalah variabel yang dapat dikendalikan antara lain jenis
4.4.2 Sampel
1. Tikus Wistar
3. Umur 10 – 12 minggu
4. Sehat
5. Jantan
Kriteria drop Out : apabila tikus Wistar mati pada saat penelitian.
Tikus Wistar diambil dengan cara diacak sederhana dibagi menjadi tiga
Kelompok 2 diberi ekstrak pegagan 50 mg (oral) setiap hari dengan dosis sekali
lxxxiii
sehari dan dipapar sinar UV-B. Kelompok 3 diberi vitamin C 9 mg (oral) setiap
1. Daun pegagan yang digunakan daun yang usia kematangan daunnya sedang
(berwarna kuning sedikit kehijauan). Diambil dari jenis tanaman liar yang tumbuh
2. Ekstrak pegagan dibuat dari pengeringan daun pegagan yang telah dikeringkan
selama 2 sampai 3 hari, lalu dibuat ekstrak dengan menggunakan vacum rotary
Sediaan oral dalam bentuk dalam bentuk ekstrak, lalu dilakukan pengenceran 50
Udayana.
lxxxiv
kandungan vitamin C 9 mg, sehingga dosis yang dipakai adalah 9 mg /200 mg
5. Sinar ultraviolet B adalah jumlah intensitas sinar UV-B yang diberikan berasal
dari mesin sinar UV-B buatan China, tipe KN-4003 B. Alat ini dapat
memancarkan sinar UV-B dengan besar dosis radiasi dapat diukur dengan UV
6. Jumlah kolagen adalah presentasi pixel jaringan kolagen yang diamati dan
warna picro Sirius Red, dibandingkan dengan pixel seluruh jaringan yang
tampak pada foto sediaan histologis dan dinyatakan dalam persen (%).
Penilaian dilakukan pada foto preparat dalam format JPEG yang diambil
mikroskop Olympus Bx51 dan pembesaran objektif 400 kali, yaitu sel
lxxxv
8. Tikus Wistar Jantan yang digunakan adalah tikus Wistar jantan sehat yang
berumur 10-12 minggu dengan berat 180-200 gram, diberi oral dengan alat
sonde. Dosis kontrol diberikan aquadest sesuai dengan berat badan tikus dan
dipapar sinar UV-B (Perlakuan I), ekstrak pegagan 50 mg oral diberikan sekali
sehari dan dipapar sinar UV-B (Perlakuan II), dan pemberian dosis vitamin C 9
mg oral diberikan sekali sehari lalu dipapar sinar UV-B (Perlakuan III).
kandang untuk tiap kelompok perlakuan yang berbeda tiap tikus, yaitu tiap
makanan ayam 30%, jagung giling 40% dan dedak 30%, sebanyak 12-25 gr/
ekor/ hari, diberikan secara ad libitum. Minuman yang diberikan secara tidak
pertukaran udara yang ekstrim harus dihindari. Aliran udara dalam ruangan
normal).
1. Ekstrak pegagan
2. Vitamin C
lxxxvi
3. Lampu broadband Ultraviolet buatan tipe KN-4003 B
2. Timbangan analitik
3. Papan fiksasi
5. Sarung tangan
6. Labu erlemeyer
7. Alat cukur
13. Optilab
lxxxvii
4.6 Prosedur Penelitian
2. Tiga puluh tikus Wistar jantan terlebih dahulu dilakukan adaptasi selama 7
hari.
3. Tiga puluh ekor tikus Wistar jantan yang sudah terbagi menjadi tiga kelompok
ekor dan diberikan makanan standar setiap hari selama 4 minggu ad libitum.
sebagai kontrol setiap hari selama 1 bulan secara oral (zoned lambung)
paparan sinar UV-B. Kelompok perlakuan kedua diberi ekstrak pegagan secara
oral sekali sehari dosis 50/200 mgBB tikus dan diberi paparan sinar UV-B.
Kelompok perlakuan ketiga diberi vitamin C secara oral sekali sehari dengan
lxxxviii
minggu pertama, 70 mJ/cm2 pada minggu ke dua dan 80 mJ/cm2 pada minggu
Tabel 4.1
Jadwal dan waktu penyinaran UV-B
7. Tikus Wistar jantan dibiarkan terlebih dahulu selama dua puluh empat jam
ketamin. Dengan dosis xylazine 4-8 mg/ kgBB IM dan Ketamin 22-44mg/ kgBB
IM (KNEPK, 2011).
9. Pembuatan sediaan histologis dibagi menjadi tiga tahapan yaitu tahap fiksasi,
dehidrasi, clearing dan embeding. Jaringan kulit hasil biopsi kulit mencit
biopsi direndam dalam formalin bufer fosfat 10% selama 24 jam kemudian
berturut turut 50%, 70%, 90%, 96% dan 100% masing masing 2 kali selama 2
memakan waktu selama satu hari agar mudah diiris dengan mikrotom.
mikro meter secara seri dan diambil irisan ke 5, 10, 15 untuk selanjutnya
dilakukan penempelan pada gelas obyek, lalu diinkubasi pada suhu 60o C
menggunakan objek glass yang sudah dilapisi daya rekat seperti Poly-Lysine
100% selama 2 menit, etanol 96% 2 x 2 menit, etanol 70% selama 2 menit
xc
dengan Hematoxilin Gill selama 10 menit dan dicuci selama 10 menit dengan
air mengalir. Dilakukan pewarnaan dengan picro Sirius Red selama 1 jam yang
dilakukan pencucian dengan air asam sebanyak 2 kali. Air yang berlebihan
Dehidrasi dalam etanol 70% selama 10 detik, etanol 96% 2x 10 detik, etanol
100% selama 10 detik dan xylene 2 x 2 menit, keringkan selama 2 jam dalam
12. Pengamatan hasil jumlah kolagen dilakukan dengan metode analisis digital.
13. Jaringan kolagen yang tampak berwarna merah terang dipilih menggunakan
pixel selain warna merah, dipisah channel warna merahnya melalui fungsi
xci
kemudian dibuat nilai “threshold” untuk warna merah, lalu dijalankan fungsi
100% selama 2 menit, etanol 96% 2 x 2 menit, etanol 70% selama 2 menit
dan PBS selama 2 menit. Selanjutnya dilakukan antigen retrieval, yaitu slide
direndam dalam buffer Tri Sodium Citrat lalu dipanaskan dalam microwave
selama 5 menit dengan menggunakan daya 800 Watt, dinginkan lalu cuci
100 µL selama dua jam dalam suhu ruang dan boks dalam keadaan
dua kali, kemudian diteteskan antibodi primer 100 µL selama satu malam
dalam boks tertutup. Setelah satu malam dicuci dengan PBS 1X selama 5
menit dalam glass jar masing-masing sebanyak dua kali sambil digoyangkan.
xcii
tertutup, kemudian dicuci dalam PBS 1X selama 5 menit dalam glass jar
DAB hingga berwarna coklat kemudian dicuci dengan PBS 1X hingga bersih
menit.
Setelah kering slide di-mounting dengan medium berbasis xylene (DPX) dan
MMP-1 dibagi jumlah total fibroblast dalam lapangan pandang dan dihitung
xciii
menggunakan kamera Optilab Pro ( Miconos, Indonesia ). Hasil
(n-1) x (t-1) ≥ 15
(n – 1) x 2 ≥ 15
n ≥ 7,5 + 1
n ≥8,5
10 ekor tikus Wistar sebagai kontrol dan dipapar sinar UV-B, kelompok kedua
dan dipapar sinar UV-B. Kelompok ketiga 10 ekor tikus Wistar dengan
a. Dari populasi dari populasi tikus Wistar diadakan pemilihan sampel berdasarkan
kriteria inklusi.
b. Dari jumlah sampel yang telah memenuhi syarat diambil secara acak (random)
Dari sampel yang telah dipilih kemudian dibagi menjadi 3 kelompok secara
aquadest secara oral dengan dosis 1 cc sekali sehari dan dipapar sinar UV-B
(Perlakuan 1). Kelompok perlakuan kedua tikus Wistar diberi ekstrak pegagan
secara oral dengan dosis 50/200 mgBB tikus sekali sehari dan dipapar sinar UV-B
(Perlakuan 2). Sedangkan kelompok ketiga tikus Wistar diberi secara oral
vitamin C dengan dosis 9/200 mgBB dan dipapar sinar UV-B (Perlakuan 3).
xcv
4.8 Alur Penelitian
30 Tikus Wistar
Adaptasi 1 Minggu
Analisis Data
Laporan
xcvi
4.9 Analisis Data
Data yang telah terkumpul akan diproses dengan SPSS 17,dan dianalisis dengan
1) Analisis deskriptif
Dilakukan sebagai dasar untuk statistik analitis (uji hipotesis) untuk mengetahui
SPSS. Pemilihan penyajian data dan uji hipotesis tergantung dari normalnya
distribusi data.
3) Uji Homogenitas
4) Analisis Komparatif
berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji test kemaknaan digunakan
xcvii
BAB V
HASIL PENELITIAN
menggunakan 30 ekor tikus Wistar jantan sehat dengan berat 180 – 200 gram
dan berumur 10 – 12 minggu, yang terbagi dalam sekali sehari menjadi 3 (tiga)
UV-B, perlakuan 2 ekstrak pegagan dosis 50 mg oral sekali sehari dan dipapar
sinar UV-B, dan perlakuan 3 Vitamin C 9 mg oral sekali sehari dan dipapar sinar
UV-B. Dalam bab ini akan diuraikan uji normalitas data, uji homogenitas data,
Tabel 5.1
xcviii
Kolagen kontrol 10 0,240 Normal
Kolagen Ekstrak Pegagan 50 mg 10 0,518 Normal
Kolagen Vitamin C 10 0,309 Normal
MMP-1 kontrol 10 0,285 Normal
MMP-1 Ekstrak Pegagan 50 mg 10 0,441 Normal
MMP-1 Vitamin C 10 0,380 Normal
Catatan: n = Jumlah Sampel
p = Nilai Kemaknaan
75
5.2 Uji Homogenitas Data
Tabel 5.2
Variabel F p Keterangan
2,26 0,124
Kolagen Homogen
MMP-1 0,75 0,483 Homogen
p=Nilai Kemaknaan
Vitamin C 9 mg. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan
xcix
pada Tabel 5.3 berikut.
c
Tabel 5.3
p = Nilai Kemaknaan
dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 12,14 dan nilai p =
0,001. Hal ini berarti bahwa rerata jumlah kolagen pada ketiga kelompok
Ekstrak Pegagan
Vitamin C
perlakuan
ci
cii
Tabel 5.4
P = Nilai Kemaknaan
Vitamin C 9 mg. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan
ciii
pada Tabel 5.5 berikut.
Tabel 5.5
p = nilai kemaknaan
SB = simpangan baku
Tabel 5.5, menunjukkan bahwa rerata ekspresi MMP-1 kelompok kontrol adalah
uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 246,35 dan nilai p = 0,001. Hal
ini berarti bahwa rerata Ekspresi MMP-1 pada ketiga kelompok sesudah
Ekstrak Pegagan
Vitamin C
Gambar 5.2
civ
Perbandingan Ekspresi MMP-1 antara Kelompok Kontrol dengan Kelompok
Perlakuan
Untuk mengetahui kelompok yang berbeda dengan kelompok kontrol
perlu dilakuan uji lanjut dengan Least Significant Difference – test (LSD).
Tabel 5.6
p = Nilai Kemaknaan
cv
Gambar 5.3
A B
Keterangan Gambar :
Gambar 5.4
A B
Keterangan Gambar :
cviii
BAB VI
menggunakan 30 ekor tikus Wistar jantan sehat dengan berat 180 - 200 gram
secara oral dan dipapar sinar UV-B, Perlakuan 2 ekstrak pegagan secara oral
dengan dosis 50 mg dan dipapar sinar UV-B, dan Perlakuan 3 vitamin C secara
sebelum dianalisis lebih lanjut, terlebih dahulu diuji distribusi dan variannya.
Untuk uji distribusi digunakan uji Shapiro Wilk, yaitu untuk mengetahui
normalitas data dan uji homogenitas dengan uji Levene test. Berdasarkan hasil
cix
84
BAB VII
7.1 Simpulan
kolagen kulit lebih banyak daripada vitamin C pada tikus Wistar yang
lebih banyak daripada vitamin C pada tikus Wistar yang dipapar sinar UV-B.
85
cx
7.2 Saran
cxi
DAFTAR PUSTAKA
Baskoro, A. dan Konthen, P.G. 2008. Basic Immunology of Aging Process. Naskah
Lengkap pada 5th Bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and Geriatric Update
Symposium. Bali 11-13 April 2008.
Baumann, L. 2008. Cosmetics and Skin Care in Dermatology. In: Wolff, K.,
Goldsmith, L.A, Katz, S.L., Gilchrest, B.A., Paller, A.S., Leffell, D.J., editors.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 7th. Ed. New York:
McGrawHill. p.2357-63
Beers, M. 2005. The Merck Manual of Health & Aging. Amerika Serikat :
Ballantine Book Trade Paperback. p. 24-25.
Boyce, S.T., Supp, A.P., Swope, V.B., and Warden, G.D. 2002. Vitamin C Regulates
Keratinocyte Viability, Epidermal Barrier, and Basement Membrane In
Vitro, and Reduces Wound Contraction after Grafting of Cultured Skin
Substitutes. J Invest Dermatol. 118: 565-72.
Chen, L., Hu, J.Y., and Wang, S.Q. 2012. The Role of Antioxidants in
Photoprotection: A Critical Review. J Am Acad Dermatol. 63:1-12.
Chu, D.H. 2008. Development and Structure of The Skin. In: Wolff, K., Goldsmith,
L.A, Katz, S.L., Gilchrest, B.A., Paller, A.S., Leffell, D.J., editors. Fitzpatrick’s
cxii
87
Dermatology in General Medicine. 7th. Ed. New York: McGrawHill. p. 57-
72.
Chung, J.H., Cho, S., and Kang, S. 2004. Why Does the Skin Age? Intrinsic Aging ,
Photoaging and Their Pathophysiology. in: Rigel, D.S., Weiss, R.A., Lim,
H.W., Dover, J.S. editors. Photoaging. New York: Marcel Dekker Inc. p. 1-23.
Chung, J.H., Seo, J.Y., Choi, H.R., Lee, M.K., Youn, C.S., Rhie, G., Cho, K.H., Kim,
K.H., Park, K.C., and Eun, H.C. 2001. Modulation of Skin Collagen
Metabolism in aged and Photoaged Human Skin In Vivo. The Journal of
Investigative Dermatology. vol 117 no 5: p. 1218-1224.
Chung, J.H., Seo, J.Y., Lee, M.K., Eun, H.C., Lee, J.H., and Kang S. 2002. Ultraviolet
modulation of human macrophage metalloelastase in human skin in vivo.
J Invest Dermatol. 119:507–12.
Djuanda, E. 2005. Anti Aging: Rahasia Awet Muda. Cetakan ke-2. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI. Hal: 1-8, 15-17, 24-26.
Fagot, D., Asselineau, D., and Bernerd, F. 2002. Direct role of human dermal
fibroblasts and indirect participation of epidermal keratinocytes in MMP-
1 production after UV-B irradiation. Arch Dermatol Res. 293:576–83.
Fisher, G. J., Choi, H. C., Bata-Csorgo, Z., Shao, Y., Datta, S., Wang, Z. D., Kang, S.,
and Voorhees, J.J. 2001. Ultraviolet Irradiation Increases Matrix
Metalloproteinase-8 Protein in Human Skin In Vivo. The Journal of
Investigative Dermatology, 117: 219-26.
Fisher, G. J., Kang S., Varani, J., Bata-Csorgo, Z., Wan, Y., Datta, S., and Voorhees,
J. J. 2002. Mechanisms of Photoaging and Chronological Skin Aging. Arch
Dermatology. 138:1462-70.
cxiii
Fisher, G. J., Quan, T., Purohit, T., Shao, Y., Cho, M.K., He, T., Varani, J., Kang, S.,
and Voorhees, J. J. 2009. Collagen Fragmentation Promotes Oxidative
Stress and Elevates Matrix Metalloproteinase-1 in Fibroblasts in Aged
Human Skin. Am J Pathol. 174:101–14.
Fisher, G.J., Voorhees, J.J., Kang, S., Quan, T., He, T. 2004. Solar UV Irradiation
Goldman, R., and Klatz, R. 2003. The New Anti-Aging Revolution. Theories of
Aging; 19-32.
Gonzaga, E.R. 2009. Role of UV Light in Photodamage, Skin Aging, and Skin
Cancer. Importance of Photoprotection. Am J Clin Dermatol. 10 (1): 19-24.
Harman, D. 2001. Aging: Overview. Annual New York Academy of Science. 928 :
p.1-21.
Helfrich, Y.R., Sachs, D. L., and Voorhees, J. J. 2008. Overview of Skin Aging and
Photoaging. Dermatology Nursing. 20(3): 177-83.
Helfrich, Y.R., Sachs, D. L., and Voorhees, J. J. 2009. The Biology of Skin Ageing.
European Dermatology. 39-42.
Hubrecht, R. and Kirkwood, J. 2010. The UFAW Handbook of The Care and
Management of Laboratory and Other Research Animals. Edisi ke-8.
Universities Federation for Animal Welfare. p. 311-324.
cxiv
Humbert, P.G., Haftek, M., Creidi, P., Lapiere, C., Nusgens, B., and Richard, A.
2003. Topical Ascorbic Acid on Photoaged Skin: Clinical, Topographycal
and Ultrastructural Evaluation; Double Blind Study vs Placebo. Exp
Dermatol. 12:237-44.
Ichihashi, M., Ando, H., Yoshida M., Niki Y., and Matsui, M. 2009. Photoaging of
The Skin. J Anti-Aging Med. 6(6): 46-59.
Jouni, U., Mon-li Chu, Richard, G., and Arthur, Z.E. 2008. Collagen, Elastic Fibers,
and Extracellular Matrix of The Dermis. In: Wolff, K., Goldsmith, L.A, Katz,
S.L., Gilchrest, B.A., Paller, A.S., Leffell, D.J., editors. Fitzpatrick’s
Dermatology in General Medicine. 7th. Ed New York: McGraw-Hill. p. 517-
42.
Kohl, E., Steinbauer, J., Landthaler, M., and Szeimies, R.M. 2011. Skin Ageing.
JEADV. 25:873–84.
Kregel, K.C., and Zhang, H.J. 2007. An integrated view of oxidative stress in aging:
basic mechanisms, functional effects, and pathological considerations.
Am J Physiol Regul Integr Comp Physiol 292:18–36.
Krinke, G.J. 2000. The Laboratory Rat. The Handbook of Experimental Animals.
Academic Press. p. 3-56.
Krutmann, J., and Gilchrest, B.A. 2006. Photoaging of Skin. In : Gilchrest, B. A. and
Krutmann, J. editors. Skin Aging. Berlin: Springer-Verlag. p.33-42.
Lee, Young-Rae, Noh, Eun-Mi, Jeong, E.Y., Yun, Eok-Kweon, Kim, J.H., Kwon, K.B.,
Kim, B.S., Lee, S.H., Park, C., and Kim, Jong-Suk. 2009. Cordycepin Inhibits
UVB-Induced Matrix Metalloproteinase Expression by Suppressing the
NFκB Pathway in Human Dermal Fibroblast. Experimental and Molecular
Biomedicine, 415:548-54.
Narayanan, D.L., Saladi, R.N., and Fox, J.L. 2010. Ultraviolet Radiation and Skin
Cancer. International Journal of Dermatology. 49:978–86.
cxv
Pangkahila, A. 2005. Buku Ajar Pedoman Praktis Analisis Statistik Dengan SPSS.
Denpasar: Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana. Hal: 9-19.
Pangkahila, W. 2011. Anti-Aging: Tetap Muda dan Sehat. Jakarta: Penerbit Buku
Kompas. p.11-3.
Pangkahila, W. 2013. Hormone Replacement Therapy In Anti-Aging Medicine :
What to do and Not to do. Workshop New Hope in Anti-Aging Medicine.
Bandung 8-10 November 2013.
Pugliese, P.T. 2009. Aging and Inflammation. Skin Inc Magazine. p.1-8.
Quan, T., He T., Kang, S., Voorhees, J. J., and Fisher, G. J. 2004. Solar Ultraviolet
Irradiation Reduces Collagen in Photoaged Human Skin by Blocking
Transforming Growth Factor-β Type II Receptor Smad Signaling. American
Journal of Pathology. 165 (3):741-51.
Quan, T., Qin, Z., Xia, W., Shao, Y., Voorhees, J.J. and Fisher, G. 2009. Matrix-
Degrading Metalloproteinases in Photoaging. Journal of Investigative
Dermatology Symposium Proceedings. 14 : 20-24.
cxvi
Rabe, J.H., Mamelak, A.J., Mc Elgunn, P., Morison, W.L., Sauder, D.N. 2006.
Photoaging : Mechanism and Repair, Continuing Medical Education,
American Academy of Dermatology, Inc. p.1-19.
Rigel, D. S., Weiss, R. A., Lim, H. W., and Dover, J. S. 2004. Photoaging. Marcel
Dekker Inc. Canada. p. 34.
Rittie, L., and Fisher, G. J. 2002. UV-Light Induced Signal Cascades and Skin Aging.
Aging Res Reviews. 1:705-20.
Sasaki, S., Shinkai, H., Akashi, Y., and Kishihara, Y. Studies on the mechanism of
action of asiaticoside (Madecassol) on experimental granulation tissue
and cultured fibroblasts and its clinical application in systemic
scleroderma. Acta Derm Venereol. 1972;52
Satya dan Ganga. 2006. Deskripsi dan kandungan dalam Pegagan, Universitas
Diponegoro. Hal: 2 - 6.
Sauermann, K., Jaspers, S., Koop, U., and Wenek, H. 2004. Topically Applied
Vitamin C Increases The Density of Dermal Papillae in Aged Human Skin.
BMC Dermatology. 4:13.
Seltzer, J.L., and Eisen, A.Z. 2003. The Role of Extracellular Matrix Metallo-
proteinases in Conective Tissue Remodelling. In: Wolff, K., Goldsmith, L.
A., Katz, S. I., Gilchrest B. A., Paller, A. S., and Jeffell, D. J., eds.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 7th edition volume 1. New
York:Mc-Graw-Hill, Inc.p 200-09.
Seo, J.Y., and Chung, J.H. 2006. Thermal Aging: A New Concept of Skin Aging. J
Dermatol Science. 2(Suppl):13-22.
Setiati, S. 2003. Radikal Bebas, Antioksidan, dan Proses Menua dalam: Medika
no. 6 Tahun XXIX. Jakarta. p. 366.
cxvii
Shin, M. H., Rhie, G.,Kyung Kim, Y., Park, C., Cho, K. H., Kim, K. H., Eun, H. C.,
Chung, J. H. 2005. H2O2 Accumulation by Catalase Reduction Changes
MAP Kinase Signaling in Aged Human Skin In Vivo. Journal of Investigative
Dermatology. vol. 125. p. 221-229.
Varani, J., Dame , M.K., Rittie, L., Fligiel, E. G., Kang, S., Fisher, G. J., and
Voorhees, J. J. 2006. Decrease Collagen Production in Chronologically
Aged Skin. Roles of Age-Dependent Alteration in Fibroblast Function and
Detective Mechanical Stimulation. Am J Path. 168 (6): 1861-8.
Varani, J., Perone, P., Warner, R.L., Dame, M.K., Kang, S., and Fisher, G.J. 2008.
Vascular tube formation on matrix metalloproteinase-1-damaged
collagen. Br J Cancer. 98:1646–52.
Varani, J., Quan, TH., Fisher GJ. 2010. Mechanism and Pathophysiologi Of
Photoaging and Chronological Skin Aging. In: Rhein, L.D.,s Fluhr J.M.,
editors. Aging Skin: Current and Futer Therapeutic Strategiced USA:
Allured Bussiness Media P. 1-25.
Varani, J., Spearman, D., Perone, P., Fligiel, E. G., Datta, S. C., Wang, Z. Q., Shao,
Y., Kang, S., Fisher, G. J., and Voorhees, J. J. 2001. Inhibition of Type I
Procollagen Synthesis by Damage Collagen in Photoaged Skin and by
Collagenase-Degraded Collagen in Vitro. The Journal of Pathology. 158(3):
931-42.
Voorhess, J.J. 2001. Ultraviolet Irradiation Increase Matrix Metalloproteinase-8
Protein in Human Skin Invitro. J.Invest Dermatol. 117 : 219-26.
Wasitaatmadja, S.M. 2007. Anatomi dan Faal kulit. dalam: Djuanda, A., Hamzah,
M., Aisah, S. editor. Ilmu Penyakit kulit dan Kelamin. Edisi 5. Balai
Penerbit FKUI 2007. 7-8.
Widodo, Y., and Dahlan, I., 2007. The Effect of Narrow and Broad Band
Ultraviolet B Onto Keloid Fibroblast-VEGF Expressions. Berkala Ilmu
Kedokteran 39(2): 82-87.
Winarsi, H. 2007. Antioksidan alami dan Radikal Bebas, Potensi dan aplikasinya
dalam kesehatan. Kanisius.
cxviii
Wiraguna, A.A.G.P. 2013. Photochemoprotection Effect of Active Component of
Bulung Boni (Caulerpa spp.) on Rats’ Skin. Denpasar. IJBS. 7(2).
(accepted).
Yaar, M. 2004. Clinical and Histological Features of Intrinsic versus Extrinsic Skin
Aging. In : Gilchrest, B. A. and Krutmann, J. Eds. Skin Aging. Germany:
Springer-Verlag Berlin Heidelberg, p. 9-21.
Yaar, M. 2006. Clinical and Histological Features of Intrinsic versus Extrinsic Skin
Agin., in : Gilchrest, B.A., Krutmann, J. editors. Skin Aging. Springer. p.10-
21.
Yaar, M., and Gilchrest, B. A. 2008. Aging of Skin. In: Wolff, K., Goldsmith, L. A.,
Katz, S. I., Gilchrest B. A., Paller, A. S., and Jeffell, D. J., eds. Fitzpatrick’s
Dermatology in General Medicine. 7th edition volume 2. New York: Mc-
Graw-Hill, Inc. p. 963-6.
Yessy Herawati., 2014. “Pemberian Oral Ekstrak Daun Pegagan (Centella asiatica)
Lebih Banyak Meningkatkan Jumlah Kolagen Dan Menurunkan Ekspresi
MMP-1 Daripada Vitamin C Pada Tikus Wistar (Rattus norvegicus) Yang
Dipapar Sinar UV-B”. Universitas Udayana. Denpasar. (Penelitian
Pendahuluan).
Zussman, J., Ahdout, J., and Kim, J. 2010. Vitamin and Photoaging: Do Scientific
Data Support Their Use? J Am Acad Dermatol. 63: 507-25.
cxix
Lampiran 1
cxx
Lampiran-2 Efek UV terhadap kulit
cxxii
Lampiran 3. Penanganan Hewan Coba
Sesuai dengan saran dari Komisi etik Penelitian FK UNUD maka hewan
coba yang dipilih sebagai sampel diperlakukan dengan baik agar kenyamanan
Tikus yang akan dipilih sebagai sampel harus homogen berdasarkan umur
dan berat badannya. Tikus yang dipakai didapat dari Laboratorium Farmakologi
FK UNUD dan dipelihara dalam kandang yang dibuat nyaman. Ukuran kandang
dan penyediaan makan dan minum yang terjamin selama 24 jam. Setiap kandang
diberi alas tidur dengan sekam agar mampu menghisap air kemih dan agar
kandang tetap kering serta tidak mengandung zat kimia, setiap kandang ditempati
punggungnya dicukur dengan alat pencukur rambut dan skapel dengan ukuran 5 x
5 cm.
cxxiii
Perlakuan selama penelitian:
Selama penelitian tikus diletakkan secara teratur dengan nomor urut sesuai
kelompok. Makanan dan air minum dimonitor sehari 2 kali (pagi dan sore), suhu
Semua tikus Wistar dari semua kelompok yang telah dicukur bulu
masing-masing kelompok perlakuan diberikan obat oral sesuai dosis pada masing
dan dipapar sinar UV-B, perlakuan kedua ekstrak pegagan 50 mg/200 mgBB tikus
secara oral diberikan sekali sehari dan dipapar sinar UV-B, perlakuan ketiga
diberikan vitamin C dengan dosis 9 mg/200 mgBB tikus sekali sehari dan dipapar
sinar UV-B. Setelah 48 jam dari penyinaran terakhir, semua tikus Wistar dari
dilakukan biopsi jaringan kulit dengan cara diambil jaringan kulitnya dengan
cxxiv
Lampiran 4
Lampiran 5
cxxv
cxxvi
cxxvii
cxxviii
Lampiran 6
cxxix
Lampiran 7
cxxx
Lampiran 8
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Kelompok Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kolagen Kontrol .309 6 .076 .894 6 .340
Perlakuan 1 .175 6 .200* .968 6 .881
*
Perlakuan 2 .241 6 .200 .889 6 .315
*
Perlakuan 3 .243 6 .200 .908 6 .423
Vitamin C .297 6 .105 .826 6 .100
MMP_1 Kontrol .182 6 .200* .962 6 .838
Perlakuan 1 .244 6 .200* .923 6 .528
Perlakuan 2 .278 6 .161 .870 6 .224
Perlakuan 3 .282 6 .148 .838 6 .125
*
Vitamin C .174 6 .200 .968 6 .878
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
cxxxi
Lampiran 9
Oneway
Descriptives
95% Confidence
Interval for Mean
Std.
Deviatio Std. Lower Upper Minimu Maximu
N Mean n Error Bound Bound m m
Kolage Kontrol 6 50.5133 3.61508 1.47585 46.7195 54.3071 44.12 55.11
n
Perlakuan 1 6 54.9033 2.44638 .99873 52.3360 57.4707 51.47 58.34
Perlakuan 2 6 60.1217 4.25127 1.73557 55.6602 64.5831 52.48 64.46
Perlakuan 3 6 59.3083 1.44576 .59023 57.7911 60.8256 56.93 60.74
Vitamin C 6 55.7217 1.29327 .52797 54.3645 57.0789 54.58 57.57
Total 30 56.1137 4.39420 .80227 54.4728 57.7545 44.12 64.46
MMP_ Kontrol 6 29.0967 3.40441 1.38984 25.5240 32.6694 24.12 34.51
1
Perlakuan 1 6 14.6233 3.44003 1.40439 11.0132 18.2334 10.64 19.44
Perlakuan 2 6 11.0117 1.47471 .60205 9.4641 12.5593 8.33 12.50
Perlakuan 3 6 9.4650 1.67664 .68448 7.7055 11.2245 8.00 11.76
Vitamin C 6 14.0067 1.44120 .58837 12.4942 15.5191 12.10 16.34
Total 30 15.6407 7.47051 1.36392 12.8511 18.4302 8.00 34.51
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Kolagen Between Groups 355.514 4 88.878 10.868 .000
Within Groups 204.448 25 8.178
Total 559.962 29
MMP_1 Between Groups 1466.012 4 366.503 60.109 .000
Within Groups 152.434 25 6.097
Total 1618.446 29
cxxxii
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
LSD
cxxxiii
Perlakuan 3 1.54667 1.42564 .288 -1.3895 4.4828
Vitamin C *
-2.99500 1.42564 .046 -5.9312 -.0588
Perlakuan 3 Kontrol *
-19.63167 1.42564 .000 -22.5678 -16.6955
Perlakuan 1 *
-5.15833 1.42564 .001 -8.0945 -2.2222
Perlakuan 2 -1.54667 1.42564 .288 -4.4828 1.3895
Vitamin C *
-4.54167 1.42564 .004 -7.4778 -1.6055
Vitamin C Kontrol *
-15.09000 1.42564 .000 -18.0262 -12.1538
Perlakuan 1 -.61667 1.42564 .669 -3.5528 2.3195
Perlakuan 2 *
2.99500 1.42564 .046 .0588 5.9312
Perlakuan 3 *
4.54167 1.42564 .004 1.6055 7.4778
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
cxxxiv
Lampiran 10. Foto Aktivitas Penelitian
cxxxv
Pencukuran Bulu tikus Wistar Dekapitasi tikus Wistar
yang akan Diberi Perlakuan
cxxxvi
Tikus Wistar sedang dipapar UVB dalam box Simulator UVB & box penyinaran
tikus Wistar
Simulator UVB & box penyinaran tikus Wistar Penyinaran UV-B pada Kelompok
tikus Wistar
cxxxvii
Pengambilan Jaringan Kulit ukuran 1 x 1 cm2 Dekapitasi tikus Wistar
Pada punggung tikus Wistar
untuk Pembuatan Preparat Histologi
cxxxviii
Isi kit LSAB+ DAKO
Kit LSAB+ DAKO, Fetal bovine Serum, dan anti bodi MMP1
cxxxix
cxl