Anda di halaman 1dari 53

PROGRESS REPORT

EFEK EKSTRAK DAUN Physalis


angulata TOPIKAL TERHADAP
EKSPRESI MATRIKS
METALOPROTEINASE-1 PADA
KULIT Rattus norvegicus YANG
DIINDUKSI RADIASI
Peneliti Utama : UVB
dr Anggun Putri Yuniaswan, Sp.KK
Peneliti Anggota :
dr. Sinta Murlistyarini, Sp.KK (K)
dr. Dea Florensia

RSUD Dr. Saiful Anwar Malang


2021
PENDAHULUAN

Populasi usia lanjut Sekitar 50 tahun yang akan


meningkat pesat datang diperkirakan populasi
selama beberapa usia lanjut di Indonesia
dekade terakhir meningkat sekitar 414%

Permasalahan kesehatan Successfully Aging


terkait penuaan (termasuk Elderly (SAE)
penuaan kulit yang akan
mempengaruhi kehidupan Berpengaruh dalam hal
sosial dan individu. ekonomi
PENDAHULUAN
Proses penuaan kulit  epidermis, dermis, dan jaringan sub kutan

Intrinsik Ekstrinsik Perubahan degeneratif


paling terlihat
Proses Paparan UV
fisiologis
Perubahan lapisan epidermis
yang tidak
dapat dan dermis secara histologis
dihindari Photoaging dan fungsional  fokus
- Kerutan kasar penelitian utama
- Kulit yang - Kehilangan
menipis elastisitas
- Kulit kering - Tekstur kulit
- Kerutan- semakin kasar
kerutan halus
- Atrofi dermal
gradual
PENDAHULUAN
Lapisan Epidermis Lapisan Dermis
Fibroblas : untuk sintesis
dan degenerasi ECM
Keratinosit padat Komponen aselular
ekstraselular matriks
(ECM)

Untuk peregangan, elastisitas, dan hidrasi kulit


Glikosaminoglikan
Kolagen Elastin Proteoglikan (PG) (GAG)

Penuaan membuat Serat kolagen


Terutama
perubahan kuantitatif & mengalami fragmentasi
kolagen tipe I
struktural pada ECM oleh degradasi MMP
Peningkatan MMP
PENDAHULUAN tidak disertai dengan
Pada photoaging,
peningkatan kadar
MMP protease utama MMP-1
inhibitor MMP endogen
degradasi kolagen
& terjadi penurunan
TIMP
Aktivitasnya diatur oleh TIMP

Menginisiasi sintesis
MMP lebih dari UVA Mempercepat fragmentasi kolagen progresif
pada dermis  mempercepat penuaan

Radiasi Menembus epidermis dan dermis bagian atas  Photoaging


Induksi TNF-𝛼 dan menurunkan TGF-β
UVB
Produksi ROS berlebihan  melebihi pertahanan
antioksidan
Beberapa strategi dilakukan
Menunda penuaan kulit
untuk menyeimbangkan ROS
PENDAHULUAN
Mencegah interaksi UV dengan komponen kulit
Manajemen (perlindungan fisik & kimia), mengurangi
photoaging kerusakan kulit (perlindungan biologis),
memperbaiki gejala photoaging yang telah terjadi

Mempunyai peran penting Target terapi :


MMP
dalam pembentukan kerutan Inhibitor ekspresi MMP

Senyawa fitokimia
Netralisir radikal bebas oleh flavonoid
(fenolik tanaman)

Inaktivasi reseptor sitokin dan growth factor pada permukaan keratinosit


epidermis dan fibroblas dermis
Transkripsi MMP-1 terhenti
dan kadarnya dalam kulit
Faktor transkripsi AP-1 menjadi tidak aktif
berkurang
PENDAHULUAN
Memiliki kandungan kimia dan farmakologi yang
Physalis angulata
menguntungkan serta memiliki kandungan
(PA)
antioksidan tinggi pada ekstrak etanol daun PA

PA tumbuh dengan baik di iklim tropis dan subtropis, serta


mudah didapatkan di Indonesia

PA terbukti aman bagi manusia dan tidak didapatkan efek jangka panjang

mengandung flavonoid, saponin, terpenoids,


polifenol, tannin, alkaloid dan steroid
RUMUSAN MASALAH DAN TUJUAN
PENELITIAN
Rumusan Masalah
Bagaimanakah efek ekstrak daun PA topikal terhadap
ekspresi MMP-1 pada kulit Rattus norvegicus yang
diinduksi radiasi UVB?

Tujuan Penelitian
Tujuan Umum :

Untuk mengetahui efek ekstrak daun PA topikal terhadap


ekspresi MMP-1 pada kulit Rattus norvegicus yang
diinduksi radiasi UVB.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan Penelitian
Tujuan Khusus :
1. Untuk mengukur ekspresi MMP-1 pada kulit Rattus
norvegicus yang diinduksi radiasi UVB tanpa pemberian
ekstrak daun PA topikal.
2. Untuk mengukur ekspresi MMP-1 pada kulit Rattus
norvegicus yang diinduksi radiasi UVB dengan
pemberian ekstrak daun PA topikal.
3. Untuk mengetahui perbedaan ekspresi MMP-1 pada kulit
Rattus norvegicus yang diinduksi radiasi UVB tanpa
pemberian ekstrak daun PA topikal dibandingkan dengan
kelompok Rattus norvegicus yang diinduksi radiasi UVB
dengan pemberian ekstrak daun PA topikal.
MANFAAT PENELITIAN
Manfaat Teoritis
Menambah ilmu pengetahuan dalam pengembangan
tanaman herbal sebagai anti penuaan demi kemajuan
ilmu pengetahuan di bidang dermatologi dan venereologi.

Manfaat Praktis
Menjadi dasar pengembangan terapi ekstrak daun PA
topikal pada kulit yang mengalami photoaging.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
o Desain penelitian  eksperimental laboratorium dengan
menggunakan subyek hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus).
o Penelitian ini mengukur ekspresi MMP-1 terhadap pemberian
ekstrak daun PA topikal pada kulit Rattus norvegicus yang diinduksi
radiasi UVB.
o Penelitian dilakukan pada 2 kelompok hewan coba, kelompok
pertama adalah tikus putih yang diinduksi radiasi UVB dengan
pemberian krim dasar dan kelompok kedua adalah tikus putih yang
diinduksi radiasi UVB dengan pemberian topikal PA 10%.
o Tiap-tiap kelompok perlakuan dilakukan pemeriksaan pemeriksaan
histopatologis pada hari ke-30.
METODE PENELITIAN

Sampel Penelitian
Tikus putih (Rattus norvegicus), jantan, galur Wistar, berusia 3 bulan,
dengan berat badan berkisar antara 180-220 gram, yang diperoleh
dari Wistar Farm.
KRITERIA INKLUSI DAN
EKSKLUSI
Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi
o Tikus putih (Rattus norvegicus) o Terdapat penurunan berat badan
jantan galur wistar yang sehat, pada tikus putih (Rattus
dengan ciri-ciri rambut bersih norvegicus) jantan galur wistar
dan tidak rontok, tidak terdapat selama masa aklimatisasi 7 hari
luka, bergerak aktif, serta lebih dari 10% dari berat awal.
memiliki respon lari dan mudah o Sampel mengalami sakit,
dikejutkan. dengan kriteria penampakan
o Berat badan berkisar antara rambut kusam, rontok, atau
180-220 gram. botak dan aktivitas kurang atau
o Usia 3 bulan. tidak aktif, serta keluarnya
o Didapatkan dari tempat eksudat tidak normal dari mata,
pembiakan yang sama dengan mulut, anus, atau genital.
pakan yang sama pula. o Sampel mati selama masa
perlakuan.
ESTIMASI BESAR SAMPEL
Rumus Federer :
(r-1) (t-1) > 15
Dimana r adalah replikasi dan t adalah jumlah pengamatan atau
intervensi, sehingga: (r-1) (2-1) > 15
(r-1) 1 > 15
r > 16
Antisipasi drop out adalah 10%, sehingga n = 18.

Besar sampel hewan coba untuk masing-masing sampel


adalah 18, dengan jumlah kelompok sampel ada 2 yaitu, kelompok
pertama adalah tikus putih dipajan sinar UVB dengan pemberian
krim dasar dan kelompok kedua adalah tikus putih dipajan sinar
UVB dengan pemberian topikal PA 10%. Total hewan coba sebanyak
36 ekor. Pembagian sampel ke dalam tiap-tiap kelompok perlakuan
dilakukan secara acak.
 
VARIABEL PENELITIAN

Variabel Bebas Variabel Tergantung


Perlakuan 1 : Diberi induksi radiasi Ekspresi MMP-1 pada
UVB 3 kali per minggu dengan pemeriksaan histopatologis kulit
pemberian krim dasar. tikus putih (Rattus norvegicus)
Perlakuan 2 : Diberi induksi radiasi jantan galur wistar yang diwarnai
UVB 3 kali per minggu dengan dengan pewarnaan
pemberian topikal PA 10%. imunohistokimia (IHK).
DEFINISI OPERASIONAL
Definisi Operasional
1. Penuaan kulit pada penelitian ini dilakukan dengan induksi radiasi UVB dilakukan
pada bagian dorsal kulit tikus putih yang telah dicukur bulunya setiap sebelum
induksi radiasi UVB dengan ukuran 3x3cm. Induksi radiasi UVB pada kedua
kelompok tikus putih dilakukan sebanyak 3 kali seminggu selama 28 hari, yaitu
pada hari Senin, Rabu, dan Jumat (Wahyono, 2020). Induksi radiasi UVB
menggunakan alat lampu UVB dengan dosis induksi radiasi 130 mJ/cm 2. Jarak
antara sumber UVB dengan bagian dorsal tikus putih adalah kurang lebih 12 cm
(Tawaran et al., 2016).
2. Topikal PA 10% dibuat dari daun PA yang dikeringkan dan dibuat serbuk.
Kemudian serbuk tumbuhan diekstraksi dengan cara maserasi dengan
menggunakan pelarut etanol 70% dengan perbandingan antara serbuk dan
etanol sebesar 1:10, yang didapatkan dari Balai Tanaman Obat Materia Medika
Kota Batu. Ekstrak PA selanjutnya dibuat dalam bentuk krim dengan konsentrasi
PA 10% (Abdul-Nasir-Deen et al., 2020). Sediaan krim dibuat dengan dengan
metode Tano (1999). Bahan dasar krim yang digunakan yaitu gliserin,
trietanolamin, minyak jagung, asam stearat, setil alkohol, pewangi, dan akuades
(Herdiana et al., 2014). Sediaan dibuat oleh Balai Tanaman Obat Materia
Medika Kota Batu.
DEFINISI OPERASIONAL
Definisi Operasional
3. Ekspresi MMP-1 diukur dengan memakai Kit Anti-MMP-1 Antibody. Ekspresi
MMP-1 pada jaringan kulit tikus putih diperiksa dengan menggunakan teknik
pengecatan IHK (Wahyono, 2020). Evaluasi ekspresi MMP-1 dilakukan
dengan menghitung jumlah presentasi sel yang positif pada setiap lapangan
pandang. Lima lapangan pandang dipilih secara acak dengan menggunakan
mikroskop cahaya pembesaran 400 kali. Fotografi diambil dengan format
JPEG dan dinilai dengan perangkat lunak Optilab Viewer 1.0 dan Image
Raster 2.1 (Dianmentari et al., 2020). Hasil pengukuran ekspresi MMP-1
dilakukan dengan menggunakan skala ordinal yang menilai intensitas
pewarnaan dan presentase sel yang positif (Mustika et al., 2014).
ALAT, BAHAN, PROSEDUR PENELITIAN

Alat
Alat-alat yang diperlukan selama pemeliharaan hewan
• Kandang dengan ukuran panjang 31 cm, lebar 27 cm, dan tinggi 12 cm (satu
kandang untuk 3 hingga 4 ekor tikus) dan pakannya
• Catatan observasi tikus putih selama masa aklimatisasi dan setelah
perlakuan

Alat-alat yang diperlukan untuk induksi radiasi UVB pada kulit


• Sarung tangan lateks sekali pakai ukuran M
• Lampu UVB dengan panjang gelombang stabil yaitu 312 nm dan dosis
induksi radiasi UVB 130 mJ/cm2
• UV Light-meter
• Kotak kayu persegi panjang khusus sebagai stabilisasi tikus putih saat di
pajan sinar UVB, sehingga tidak bergerak ketika diinduksi radiasi UVB.
• Pencatat waktu
• Pencukur bulu tikus
ALAT, BAHAN, PROSEDUR PENELITIAN
Alat
Alat-alat yang diperlukan untuk pengambilan jaringan
• Tabung sampel
• Pinset
• Skapel no. 11
• Spuit 1 cc
• Kassa steril

Alat-alat yang diperlukan untuk pengamatan jaringan


• Mikroskop cahaya BX53
ALAT, BAHAN, PROSEDUR PENELITIAN

Alat
Alat-alat yang diperlukan selama pemeliharaan hewan
• Kandang dengan ukuran panjang 31 cm, lebar 27 cm, dan tinggi 12 cm (satu
kandang untuk 3 hingga 4 ekor tikus) dan pakannya
• Catatan observasi tikus putih selama masa aklimatisasi dan setelah
perlakuan

Alat-alat yang diperlukan untuk induksi radiasi UVB pada kulit


• Sarung tangan lateks sekali pakai ukuran M
• Lampu UVB dengan panjang gelombang stabil yaitu 312 nm dan dosis
induksi radiasi UVB 130 mJ/cm2
• UV Light-meter
• Kotak kayu persegi panjang khusus sebagai stabilisasi tikus putih saat di
pajan sinar UVB, sehingga tidak bergerak ketika diinduksi radiasi UVB.
• Pencatat waktu
• Pencukur bulu tikus
PROSEDUR PENELITIAN
Pembuatan Penuaan Kulit
1. Penentuan lokasi yang akan dipajan sinar UVB pada tubuh
bagian dorsal.
2. Mencuci tangan dengan sabun dan memakai sarung tangan steril.
3. Dilakukan pencukuran bulu tikus putih bagian dorsal sebesar 3x3
cm.
4. Pajanan sinar UVB dilakukan 3 kali seminggu selama 4
minggu, yaitu setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat.
5. Pajanan UVB yang digunakan yang memiliki panjang gelombang
stabil yaitu 312 nm.
6. Tikus putih yang akan dipajan sinar UVB dimasukkan ke dalam
sebuah kotak kayu persegi panjang untuk menstabilisasi tikus
sehingga tidak bergerak ketika dipajan sinar UVB.
7. Jarak antara sumber UVB dengan bagian dorsal tikus kurang lebih
12 cm.
8. Pajanan sinar UVB dilakukan dosis pajanan 130 mJ/cm2.
PROSEDUR PENELITIAN
Pembuatan Penuaan Kulit
9. Setelah pajanan sinar UVB, tikus diberikan terapi topikal sesuai
dengan kelompok perlakuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Kelompok perlakuan I diberikan krim dasar dan pada kelompok
perlakuan II diberikan topikal PA 10% sebelum dan sesudah pajanan.
Terapi topikal dilakukan pada pagi hari dan sore hari secara
bersamaan terhadap seluruh hewan coba.
10.Pada hari induksi radiasi UVB, topikal PA 10% dan krim dasar
dioleskan pada bagian dorsal tikus putih yang telah dicukur 20 menit
sebelum diberi induksi radiasi UVB untuk memberikan waktu absorbsi
bahan topikal ke dalam kulit dan 4 jam pasca induksi radiasi UVB
karena ROS mulai terbentuk 4 jam setelah induksi radiasi UVB
(Tawaran et al., 2016).
11.Topikal PA 10% dan krim dasar dioleskan pada bagian dorsal tikus
putih yang telah dicukur sebanyak 0,1 gram/cm2 per pengolesan pada
kelompok perlakuan secara bersamaan.
PROSEDUR PENELITIAN
Pembuatan Preparat Histologi
1. Mengambil jaringan kulit pada tikus yang sudah dieuthanasia menggunakan ketamin dosis letal yang
diberikan secara intramuskular. Jaringan kulit diambil secara eksisi dengan ukuran 1 cm x 1 cm x 4 mm
pada bagian dorsal tikus putih yang telah dicukur
2. Pengambilan jaringan kulit dan pembuatan preparat histopatologi hewan coba dalam satu kelompok
dilakukaan secara bersamaan.
3. Jaringan kulit yang telah diambil kemudian difiksasi dengan larutan formalin 10% selama 18-24 jam dalam
suhu ruang (tahap fiksasi).
4. Selanjutnya jaringan kulit dicuci dengan air yang mengalir selama 30 menit.
5. Jaringan kulit dimasukkan ke dalam beberapa cairan secara bertahap, yaitu cairan ethanol 60%, 70%,
80%, 90%, dan ethanol absolut sebanyak 3x tahapan, masing-masing didiamkan selama 60 menit dan yang
terakhir dibiarkan semalaman (tahap dehidrasi).
6. Selanjutnya jaringan kulit dimasukkan ke dalam cairan xylene/xylol sebanyak 3x tahapan, masing-masing
tahapan selama 60 menit, dan pada tiap tahapan dicek hingga warna jaringan berubah menjadi transparan
(tahap clearing).
7. Kemudian jaringan dimasukkan ke dalam parafin dengan titik leleh 62ºC minimal selama 4 jam (tahap
infiltrasi).
8. Tahapan selanjutnya adalah tahap embedding, yaitu tahap penempelan sampel jaringan kulit pada cassete.
9. Tahap selanjutnya adalah sectioning/slicing, dimana blok ditempelkan pada microtome kemudian jaringan
kulit disayat secara vertikal membentuk pita dengan ketebalan 3-5 mikrometer. Sayatan tersebut diambil
dengan menggunakan kuas kecil dan kemudian diletakkan pada water bath yang mengandung aquades
dengan suhu 45oC. Setelah sayatan jaringan kulit terentang, sayatan kulit diambil dengan menggunakan
objek glass dan didiamkan pada hot plate dengan suhu 45oC selama 24 jam.
PROSEDUR PENELITIAN
Pembuatan Preparat Imunohistokimia
1. Tahap selanjutnya adalah tahap staining, yaitu objek glass dimasukkan ke dalam cairan xylol I, xylol II
masing-masing selama 5 menit.
2. Setelah itu dilakukan rehidrasi dengan menggunakan alkohol berseri (absolut, ethanol 96%, 80%, 70%, 50%
dan 10%, masing-masing selama 5 menit, kemudian dicuci dengan air mengalir selama 5 menit.
3. Kemudian bilas dengan dH2O selama 5 menit.
4. Slide dicuci dengan PBSpH 7,4 1 kali selama 5 menit.
5. Selanjutnya, dilakukan blocking peroksida endogen menggunakan 3% H2O2 selama 20 menit.
6. Cuci menggunakan PBSpH 7.4 sebanyak 3 kali, selama 5 menit.
7. Dilakukan blocking protein non-spesifik menggunakan 5% FBS yang mengandung 0,25% Triton X-100.
8. Cuci menggunakan PBSpH 7,4 sebanyak 3 kali selama 5 menit.
9. Inkubasi menggunakan anti-MMP-1 antibody selama 60 menit.
10. Cuci dengan menggunakan PBSpH 7,4 tiga kali selama 5 menit.
11. Inkubasi dengan menggunakan anti HRP conjugated selama 40 menit.
12. Cuci dengan menggunakan PBSpH 7,4 3kali selama 5 menit.
13. Tetesi dengan Diamino Benzidine (DAB) dan inkubasi selama 10 menit.
14. Duci dengan PBSpH 7,4 selama 3 kali selama 5 menit.
15. Cuci dengan dH20 selama 5 menit.
16. Counterstaining mengunakan Mayer Hematoksilin yang diinkubasi selama 10 menit dengan
menggunakan air kran.
17. Cuci dengan menggunakan dH2O dan keringkan dengan udara.
18. Dilakukan mounting dengan menggunakan entelan.
19. Kemudian ditutup dengan cover glass.
20. Preparat kemudian dilihat dengan menggunakan mikroskop cahaya dengan pembesaran objektif 40x.
Sebelumnya lensa okuler telah dipasang micrometer (Wahyono., 2013).
PROSEDUR PENELITIAN
Pengukuran Ekspresi MMP-1

Spesimen diamati di bagian Biokimia-Biomolekular Fakultas Kedokteran Universitas


Brawijaya. Evaluasi ekspresi MMP-1 dilakukan dengan menghitung jumlah
presentasi sel yang positif pada setiap lapangan pandang. Lima lapangan pandang
dipilih secara acak dengan menggunakan mikroskop cahaya pembesaran 400 kali.
Fotografi diambil dengan format JPEG dan dinilai dengan perangkat lunak Optilab
Viewer 1.0 dan Image Raster 2.1 (Dianmentari et al., 2020).

Ekpresi MMP-1 dihitung sebagai rasio sel fibroblas yang mengekspresikan


MMP-1 dengan sel fibroblas yang tidak mengekspresikan MMP-1. Sel yang positif
ditandai dengan sitoplasma yang berwarna coklat. Penilaian dilakukan berdasarkan
intensitas pewarnaan dan presentase sel yang positif. Kriteria penilaian untuk derajat
intensitas adalah tidak ada pewarnaan (0), lemah (1), sedang (2), dan kuat (3).
Kriteria penilaian presentasi sel yang positif dinilai dengan menggunakan skala
kategori yaitu 1 (0-10%), 2 (11-20%), 3 (21-30%), 4 (31-40%), 5 (41-50%), 6 (51-
60%), 7 (61-70%), 8 (71-80%), 9 (81-90%), 10 (91-100%). Skoring ini merupakan
modifikasi metode Kuskunovic et al., 2009 (Mustika et al., 2014).
TEMPAT DAN WAKTU
PENELITIAN
Tempat Penelitian Waktu Penelitian
o Laboratorium Biosains Universitas o Bulan Juli sampai dengan
Brawijaya. Oktober 2021.
o Pembuatan preparat jaringan kulit
tikus putih (Rattus norvegicus) jantan,
galur Wistar, dilakukan oleh bagian
laboratorium histologi Biosains
Universitas Brawijaya.
o Pewarnaan IHK untuk mengobservasi
ekspresi MMP-1 dilakukan di bagian
Biokimia-Biomolekular Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya.
ALUR PENELITIAN
ANALISIS DATA
Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Statistik
• Data hasil dari penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu ekspresi MMP-1 dari
jaringan kulit yang diinduksi radiasi UVB pada tikus putih (Rattus norvegicus).
• Pada penelitian ini dlakukan uji non-parametrik karena variasi perlakukan
dari setiap grup tidak setara.
• Untuk menilai perbandingan data kelompok kontrol dan kelompok perlakuan
berdasarkan jangka waktu yang sama dilakukan uji Mann-Whitney U Test.
• Uji statistik menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 0,95 dengan tingkat
signifikansi (α) = 0,05.
HASIL SEMENTARA PENELITIAN
TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
WAKTU TEMPAT KEGIATAN
Juli 2021 Laboratorium Biosains Pemilihan hewan coba tikus putih (Rattus
Universitas Brawijaya norvegicus)
Agustus- Laboratorium Biosains • Aklimatisasi hewan coba selama 7 hari
September Universitas Brawijaya • Perlakuan hewan coba
2021

September Laboratorium Biosains • Pada hari ke-30 dilakukan euthanasia dan


2021- Universitas Brawijaya pengambilan jaringan dorsal kulit tikus putih
sekarang yang telah dicukur untuk pembuatan
preparat histologis.
• Pembuatan preparat histologis

Oktober Bagian Biokimia- Rencana pewarnaan imunohistokimia dan


2021 Biomolekular Fakultas pengukuran ekspresi MMP-1
Kedokteran Universitas
Brawijaya.
HASIL SEMENTARA PENELITIAN
TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Mundurnya penelitian dari rencana bulan Januari 2021 dikarenakan :

• Sulitnya membeli alat penelitian (lampu UVB) dari luar negeri karena
adanya pembatasan pengiriman antar negara, sehingga
memerlukan waktu yang lebih.
• Kesulitan mendapatkan hewan coba yang sesuai dengan kriteria dan
jumlah yang sesuai dengan rencana, karena minimnya peternak
yang menyediakan hewan coba dikarenakan sepinya permintaan
akibat kegiatan perkuliahan daring. Oleh karena itu perlu dilakukan
pemesanan dan menunggu breeding hingga mendapatkan jumlah yang
diinginkan dan hewan coba dengan berat yang sesuai dengan kriteria
inklusi.
• Oleh karena hal tersebut, penelitian ini baru dimulai bulan Juli 2021.
HASIL SEMENTARA PENELITIAN
PEMILIHAN SUBYEK PENELITIAN

• Tikus putih (Rattus norvegicus), jantan, galur Wistar, berusia 3-4


bulan, dengan berat badan antara 180-220 gram yang diperoleh
dari Wistar Farm (karena mampu menyediakan berat badan tikus
yang sesuai kriteria).
• Setelah proses aklimatisasi hewan coba selama 7 hari, 36 hewan
coba yang memenuhi kriteria inklusi kemudian dibagi ke dalam 2
kelompok perlakuan.
• Bagian dorsal kulit tikus putih kemudian dicukur bulunya dengan
ukuran 3x3 cm.
HASIL SEMENTARA PENELITIAN
EKSTRAKSI PA, PEMBUATAN TOPIKAL PA, DAN PEMBUATAN KRIM
DASAR

EKSTRAKSI PA TOPIKAL PA

• Daun PA yang didapatkan dari • Ekstrak PA dibuat dalam bentuk


Balai Tanaman Obat Materia krim dengan konsentrasi PA 10%
Medika Kota Batu, kemudian (Abdul-Nasir-Deen et al., 2020).
daun dikeringkan dan dibuat Sediaan krim dibuat dengan
serbuk  diekstraksi dengan dengan metode Tano (1999).
cara maserasi dengan Bahan dasar krim yang digunakan
menggunakan pelarut etanol yaitu gliserin, trietanolamin, minyak
70% dengan perbandingan jagung, asam stearat, setil alkohol,
antara serbuk dan etanol pewangi, dan akuades. Sediaan
sebesar 1:10. dibuat oleh Balai Tanaman Obat
Materia Medika Kota Batu.
HASIL SEMENTARA PENELITIAN
EKSTRAKSI PA, PEMBUATAN TOPIKAL PA, DAN PEMBUATAN KRIM
DASAR
KRIM DASAR PENGOLESAN

Krim dasar dibuat dengan Pada hari induksi radiasi UVB, topikal
menggunakan metode Tano PA 10% dan krim dasar dioleskan
(1999) yang sama dengan pada bagian dorsal tikus putih yang
pembuatan topikal PA, tanpa telah dicukur 20 menit sebelum diberi
ditambahkan ekstrak PA. Bahan induksi radiasi UVB dan 4 jam pasca
dasar krim yang digunakan yaitu induksi radiasi UVB.
gliserin, trietanolamin, minyak Topikal PA 10% dan krim dasar
jagung, asam stearat, setil dioleskan pada bagian dorsal tikus
alkohol, pewangi, dan akuades putih yang telah dicukur sebanyak 0,1
(Herdiana et al., 2014). Sediaan gram/cm2 per pengolesan pada
dibuat oleh Balai Tanaman Obat kelompok perlakuan secara
Materia Medika Kota Batu. bersamaan (Serafini et al., 2014).
HASIL SEMENTARA PENELITIAN
INDUKSI RADIASI UVB dan PENGAMBILAN SAMPEL

• Pada kedua kelompok perlakukan, dilakukan induksi radiasi UVB


sebanyak 3 kali seminggu selama 28 hari yaitu hari Senin, Rabu,
dan Jumat.
• Induksi radiasi UVB menggunakan alat lampu UVB dengan dosis
induksi radiasi 130 mJ/cm2.
• Kelompok perlakuan 1 diberikan pemberian krim dasar 2 kali
sehari selama 28 hari. Kelompok perlakuan 2 diberikan pemberian
topikal PA 10% 2 kali sehari selama 28 hari.
• Pada hari ke-30 dilakukan euthanasia dan dilakukan pengambilan
jaringan dorsal kulit tikus putih yang telah dicukur untuk
pembuatan preparat histologis.
HASIL SEMENTARA PENELITIAN
PENGUKURAN EKSPRESI MMP-1

Setelah preparat histologi siap Pengukuran ekspresi MMP-1


 dilakukan pewarnaan masih belum dilakukan karena
imunohistokimia dan saat ini masih dalam proses
pengukuran ekspresi MMP-1 pembuatan preparat histologi dan
yang dinilai dengan perangkat proses ini dilakukan setelah
lunak Optilab Viewer 1.0 dan preparat histologi siap untuk
Image Raster 2.1. di bagian dilakukan pewarnaan.
Biokimia-Biomolekular
Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya.
HASIL SEMENTARA PENELITIAN
ANALISIS DATA

Analisis data masih belum dilakukan. Analisis data dilakukan ketika


sudah mendapatkan data dari pengukuran ekspresi MMP-1.
Terima Kasih
Lampira
n
Lampiran 1 : Jadwal Kegiatan
Lampiran 2 : Pemilihan Hewan Coba
Lampiran 2 : Pemilihan Hewan Coba
Lampiran 3 : Ekstraksi Daun PA
Lampiran 4 : Pembuatan Topikal PA
10% dan Pembuatan Krim Dasar
Lampiran 5 : Induksi Radiasi UVB
Lampiran 6 : Pengambilan Jaringan
Dorsal Kulit Tikus Putih
Penandaan Ekor Tikus Timbangan Obat Topikal Persiapan Pemberian Obat Topikal
Terima Kasih
UV Light Meter

Lampu UVB Narrowband 20 Watt Kotak stabilisasi tikus putih


ASPEK ETIK PENELITIAN
Replacement Reduction Refinement

Memperhitungkan kemanfaatanPemanfaatan hewan sesedikit Memberi perlakuan hewan


hewan coba untuk menjawab mungkin, tetapi tetap percobaan secara manusiawi
pertanyaan penelitian dan tidak mendapatkan hasil yang (humane), memelihara hewan
dapat digantikan oleh makhluk optimal. Jumlah minimum dengan baik, tidak menyakiti
hidup lain seperti sel atau dihitungan dengan hewan, serta meminimalisasi
biakan jaringan menggunakan rumus Fredererperlakuan yang menyakitkan
sehingga menjamin kesejahteraan
hewan coba sampai akhir
penelitian.

Penelitian ini bertujuan Penelitian ini, digunakan Penelitian ini, hewan coba di
untuk mengamati bahan uji sampel jumlah minimal aklimatisasi selama 7 hari di
terhadap proses fisiologis yang diperbolehkan dari lingkungan laboratorium
dan patologis pada literatur statistik, yaitu agar tidak stres dan
penuaan kulit, maka subjek untuk tiap kelompok dan sebelum pengambilan
penelitian berupa hewan tambahan 10% untuk jaringan kulit, hewan coba
tidak dapat diganti dengan mengantisipasi hewan dieuthanasia dengan
metode lain coba yang drop out. ketamin dosis letal.

Anda mungkin juga menyukai