Anda di halaman 1dari 8

Pendekatan Klinis pada Pasien dengan Keluhan Benjolan pada Payudara

Yolanda Febriani Ruth Hidayat (102015004) / B3


Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat Korespondensi: Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat 11510 , Indonesia
Email: Yolanda.2015fk004@civitas.ukrida.ac.id
____________________________________________________

Abstrak
Benjolan pada payudara tidak selalu menandakan kanker. Masing-masing penyakit memiliki
karakter benjolan yang berbeda. Selain benjolan, kelainan pada payudara dapat berupa
perubahan warna kulit, keluar sekret dari puting, dengan atau tanpa rasa nyeri. Anamnesis
untuk mendapatkan riwayat perjalanan penyakit menjadi penting untuk ditanyakan untuk
membedakannya dengan penyakit lain. Tinjauan pustaka ini akan membahas pendekatan klinis
untuk mendiagnosis kelainan payudara mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang, dan gambaran payudara normal maupun patologis.

Kata kunci : Tumor Payudara, Kista Payudara, Kanker Payudara

Abstract
Breast lump do not always indicate cancer. Each disease has a different mass character.
Besides lump, abnormalities can be colour changes around skin breast, secrete out of the
nipple, with or without pain. History taking to get details of the disease becomes important to
ask to distinguish it from other diseases. This literature review will discuss clinically to
diagnose abnormalities from history taking, physical examination, diagnostic examination,
also normal or pathological features of breast.

Key Words : Breast tumor, Breast cyst, Breast cancer

1
Pendahuluan

Massa pada payudara dapat dibedakan menjadi massa yang jinak dan ganas. Massa jinak
yang sering ditemukan antara lain fibrokista, fibroadenoma, dan abses. Massa yang ganas
biasanya menginfiltrasi lobulus atau duktus kelenjar mammae. Pada wanita dengan keluhan
adanya massa pada payudaranya, penting untuk memeriksa karakteristik benjolan dan
melakukan pemeriksaan diagnostik yang diperlukan untuk memberi kenyamanan bagi pasien
mengenai informasi penyakitnya.

Anamnesis

Anamnesis adalah teknik wawancara antara dokter dan pasien yang mengarahkan
masalah pasien ke diagnosis penyakit tertentu. Anamnesis dapat dilakukan langsung terhadap
pasien (auto anamnesis) dan tidak langsung kepada keluarganya atau orang terdekat (allo
anamnesis).1
Anamnesis diawali dengan memberikan salam kepada pasien dan menanyakan identitas
pasien tersebut. Dilanjutkan dengan menanyakan keluhan utama, dan untuk setiap keluhan
waktu muncul gejala, cara perkembangan penyakit, derajat keparahan, hasil pemeriksaan
sebelumnya dan efek pengobatan dapat berhubungan satu sama lain.1

Keluhan yang sering muncul pada kelainan payudara antara lain: nyeri, adanya
benjolan, dan keluar sekret dari puting. Selanjutnya ditanyakan onset dan durasi dari keluhan
pasien, beserta keluhan penyerta seperti ada/tidaknya perubahan warna kulit, lekukan, benjolan
pada daerah lain, riwayat penyakit sebelumnya, riwayat penyakit keluarga, serta riwayat
pribadi dan kebiasaan pasien.2

Pemeriksaan Fisik

Waktu yang optimal untuk pemeriksaan payudara adalah 10 hari setelah menstruasi.
Tetapi pada pasien dengan keluhan simtomatis, pemeriksaan dapat langsung dilakukan tanpa
menghitung dengan jarak menstruasi. Pertama, dilakukan inspeksi pada pasien dalam posisi
duduk dengan tangan diletakkan di kedua sisi tubuh. Kemudian diperhatikan bentuk, ukuran,
ruam, kerutan atau lekukan pada kulit. Selain itu juga diperhatikan arah ukuran, bentuk, dan
arah jatuh puting susu. Selanjutnya inspeksi dilakukan dalam posisi kedua tangan pasien di atas
kepala dan kedua tangan di pinggang untuk mengencangkan otot dadanya (M.pectoralis).
Kemudian pasien diminta untuk membungkukkan badannya ke depan untuk melihat apakah
kedua payudara tergantung secara seimbang.3 (Lihat gambar 1)

2
Gambar 1. Tampilan Payudara (dari Kiri ke Kanan) : Tangan di Sisi Tubuh – Lengan
ke Atas – Tangan di Pinggang – Membungkuk.3

Pada palpasi, pasien diminta berbaring di meja pemeriksaan dengan meletakkan sebuah
bantal di bawah punggung pada sisi yang akan diperiksa sehingga jaringan ikat payudara
menyebar. Lengan pasien diletakkan di atas kepala sisi yang akan diperiksa, sebelumnya
diperhatikan terlebih dulu apakah tampak sama dengan payudara sebelahnya dan apakah
terdapat lipatan atau lekukan. Kemudian menggunakan permukaan tiga jari, palpasi payudara
dengan menggunakan teknik spiral. Mulai pada sisi terluar payudara, diperhatikan apakah
terdapat benjolan atau nyeri.3 (Lihat gambar 2)

Gambar 2. Teknik Spiral untuk Pemeriksaan Payudara.3

Dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk, puting payudara ditekan dengan
lembut. Diperhatikan apakah keluar cairan: bening, keruh, atau berdarah. Bagian pangkal
payudara dipalpasi dengan meminta pasien mengangkat lengan kirinya setinggi bahu. Sisi luar
dari otot pektoralis ditekan sambil bertahap menggerakkan jari-jari ke pangkal ketiak untuk
memeriksa apakah terdapat pembesaran kelenjar getah bening atau kekenyalan. 3 (Lihat gambar
3).

Gambar 3. Memeriksa Cairan Puting dan Pangkal Payudara. 3

3
Pemeriksaan penunjang

USG dilakukan untuk membedakan lesi kistik dan lesi padat. Kista menunjukkan
gambaran anechoic berbentuk bulat atau oval dengan batas tegas dan posterior acoustic
enhancement.4 (Lihat gambar 4)

Gambar 4. Gambaran Kista pada USG.4


Lesi jinak pada payudara menunjukkan lesi hypoechoic berbatas tegas, kurang dari 2
cm.4 (Lihat gambar 5)

Gambar 5. Gambaran Fibroadenoma pada USG.4


Mammografi dilakukan pada wanita berusia 40 tahun keatas. Lesi ganas menunjukkan
gambaran opaque dengan batas irregular dan berspikula.4 (Lihat gambar 6)

Gambar 6. Gambaran Kanker Payudara pada Mammogram.4

4
Anatomi dan Histologi Glandula Mammae

60% suplai darah payudara diperdarahi oleh A. mammaria interna. Sementara


persarafannya diinervasi oleh cabanganterolateral & anteromedial N. intercostalis T3-T5. ¾
aliran limfatik payudara menuju KGB axilla. Payudara terletak diatas M. pectoralis mayor dan
bagian superior rectus abdominis. Papilla mammae biasanya terletak sejajar sela iga ke-4,
disebelah lateral linea midclavicularis.5 (Lihat gambar 7)

Gambar 7. Anatomi Glandula Mammae.6

Secara mikroskopis, kelenjar mammae pada wanita dewasa yang tidak hamil belum
aktif. Terdiri dari duktus dan lobulus dengan alveoli yang belum sepenuhnya berkembang yang
disekitarnya terdapat jaringan lemak. Selama kehamilan, kelenjarnya menjadi aktif dan

5
masing-masing lobus membesar. Saat laktasi, lobulus semakin membesar dan lumen duktus
ekskretorius terisi oleh susu sehingga jaringan semakin sempit dan sulit dilihat.7 (Lihat gambar
8)

Gambar 8. Histologi Kelenjar Mammae (dari kiri ke kanan): dewasa tidak hamil –
wanita hamil – wanita menyusui.7

Fibroadenoma Mammae

Fibroadenoma adalah kasus tumor jinak payudara yang paling sering ditemukan.
Fibroadenoma biasanya muncul pada wanita muda usia 20-30 tahun. Etiologinya belum
diketahui secara pasti, namun prevalensinya lebih tinggi pada populasi Afrika-Amerika, kadar
hormon yang tinggi (wanita hamil), atau sedang mengkonsumsi terapi estrogen. Gejala nya
berupa adanya massa soliter, mobile, berbatas tegas dan tidak nyeri, yang membesar dengan
cepat. Hasil biopsi jaringan menunjukkan proliferasi stroma intralobular.8,9 (Lihat gambar 9)

Gambar 9. (A) Gambaran radiografi Fibroadenoma, (B) Gambaran Makroskopis


Fibroadenoma, (C) Gambaran Mikroskopis Fibroadenoma.9

Fibroadenoma tidak berkembang menjadi kanker, kecuali jika penyakit ini timbul
bersamaan dengan lesi yang ganas. Terapi untuk kasus fibroadenoma adalah lumpectomy atau
bedah eksisi untuk mengangkat massa dan jaringan disekitarnya. Komplikasi jarang terjadi,
tetapi dapat menyebabkan infeksi lokal atau timbul rekurensi.8

6
Fibrokista

Fibrokista mammae ditandai dengan proliferasi stroma dan duktus yang menghasilkan
pembentukan kista. Dengan gejala nyeri yang lebih dominan dari bentukan massa. Fibrokista
biasanya diderita oleh wanita usia 30-50 tahun. Hanya 10% pasien yang berusia dibawah 21
tahun. Faktor genetik dan perubahan kadar hormon mendasari penyakit ini. Untuk
membedakannya dengan lesi lain, dapat dilakukan pemeriksaan FNAB. 8 (Lihat gambar 10)

Gambar 10. Gambaran Mikroskopis Fibrokista Mammae.9

Terapi untuk kasus ini adalah pemberian analgesik dan kompres dingin untuk
mengurangi rasa nyeri. Terapi lini pertama yaitu pemberian diuretik seperti spironolakton atau
thiazid 7-10 hari sebelum periode menstruasi dan bromokriptin pada saat eksaserbasi akut.8

Tumor Phyllodes

Tumor phyllodes termasuk kasus tumor yang jarang (0.2-0.9%). Tumor ini biasanya
muncul pada wanita usia pertengahan-tua dengan gejala berupa massa lunak, padat, dan mobile
yang bertumbuh cepat dan menyebabkan pembesaran payudara unilateral. Sebelumnya tumor
phyllodes dilaporkan memiliki ukuran yang sangat besar, namun sejak sering dilakukan
screening kasus ini dapat lebih awal ditemukan sebelum ukurannya menjadi semakin besar
(diameter rata-rata 5cm). Lesi ini bersifat jinak namun dapat berkembang menjadi ganas dan
bermetastase ke paru, tulang, jantung, dan hati. Terapi kasus ini adalah bedah eksisi, namun
jika terjadi rekurensi disarankan untuk melakukan simple mastectomy untuk mencegah lesi
yang ganas. Jika dibandingkan dengan fibroadenoma, selularitas tumor ini lebih tinggi,
membentuk gambaran leaflike epithelium.9 (Lihat gambar 11)

Gambar 11. Gambaran Mikroskopik Tumor Phyllodes.9

7
Pencegahan

Mengedukasi pasien untuk melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) 1


bulan sekali 10 hari setelah menstruasi dan melakukan screening dengan USG atau
Mammografi (>40 tahun).8

Kesimpulan

Keluhan pada kelainan payudara dapat berupa massa, perubahan warna dan bentuk,
keluar sekret dari puting, dengan atau tanpa rasa nyeri. Masing-masing keluhan akan
memberikan karakteristik untuk membedakan lesi jinak dan ganas. Tata laksana untuk lesi
jinak dapat dengan farmakoterapi maupun bedah eksisi.

Daftar Pustaka

1. Supartondo, Setiyohadi B. Buku ajar ilmu penyakit dalam: Anamnesis. Ed.5. Vol.1.
Jakarta: Interna Publishing; 2009.h. 25-7.
2. Mitchell RN, Kumar V, Abbas AK, Fausto N, Aster JC. Pocket companion to robbins
and cotran pathologic basis of disease. Edisi ke-8. Philadelphia: Elsevier; 2012. h. 539.
3. Kementerian Kesehatan RI. Panduan program nasional gerakan pencegahan dan
deteksi dini kanker kanker leher rahim dan kanker payudara. Jakarta: 2015. h. 12-15.
4. Miller AC. Breast abscesses and masses workup. Diakses dari
https://emedicine.medscape.com/article/781116-workup#c6 . Dipublikasikan tanggal
13 April 2017. Diakses tanggal 22 April 2018.
5. Gabriel A. Breast anatomy. Diakses dari
https://reference.medscape.com/article/1273133-overview#a3 . Dipublikasikan
tanggal 29 juni 2016. Diakses tanggal 22 April 2018.
6. Rohen JW, Yokochi C, Lutjen-Drecoll E. Atlas anatomi manusia. Edisi ke-7.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2011.
7. Mescher AL. Junqueira’s basic histology text and atlas. Edisi ke-13. New York:
McGrawHill; 2013. h. 475.
8. Smith R. Netter’s obstetric and gynecology. Edisi ke-2. Philadelphia; 2008: Elsevier.
h. 369-73.
9. Kumar V, Abbas AK, Aster JC. Robbins and cotran pathologic basis of disease. Edisi
ke-9. Philadelphia: Elsevier; 2015. h. 1069-70.

Anda mungkin juga menyukai