TINJAUAN PUSTAKA
1.
10
disebut status gizi optimal. Kondisi ini memungkinkan tubuh terbebas dari
penyakit dan mempunyai daya tahan yang tinggi. Apabila konsumsi gizi
makanan pada seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh maka
akan terjadi kesalahan gizi yang mencakup kelebihan dan kekurangan zat
gizi (Supariasa, 2002).
Kelompok bayi dan anak balita adalah salah satu kelompok umur yang
rentan terhadap penyakit-penyakit kekurangan gizi, oleh sebab itu indikator
yang paling baik untuk mengukur status gizi masyarakat adalah dengan
melalui pengukuran status gizi balita (Supariasa, 2002). Kurang gizi pada
anak balita tidak mudah dikenali oleh pemerintah atau masyarakat bahkan
keluarga. Artinya andai kata disuatu desa terdapat sejumlah anak yang
menderita gizi kurang dan tidak segera menjadi perhatian karena anak
tampak tidak sakit. Faktor timbulnya gizi kurang pada anak balita lebih
kompleks, maka upaya penanggulangannya memerlukan pendekatan dari
berbagai segi kehidupan anak secara terintegrasi. Artinya tidak hanya
memperbaik aspek makanan saja tetapi juga lingkungan hidup anak seperti
pada pegasuhan, pendidikan ibu, air bersih dan kesehatan lingkungan, mutu
layanan kesehatan dan sebagainya (Supariasa, 2002).
a. Indikator Status Gizi Balita
Masa balita merupakan masa yang menentukan dalam tumbuh
kembangnya, yang akan menjadikan dasar terbentuknya manusia
seutuhnya. Karena itu pemerintah memandang perlu untuk memberikan
suatu bentuk pelayanan yang menunjang tumbuh kembang balita secara
menyeluruh terutama dalam aspek mental dan sosial. Pertumbuhan dan
perkembangan saling mendukung satu sama lain perkembangan seorang
11
anak
tidak
dapat
maksimal
tanpa
dukungan
atau
optimalnya
12
13
14
maka status gizi baik, bila di bawah garis merah, maka status gizi balita
adalah buruk.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status gizi balita terbagi
menjadi 2 meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
merupakan faktor yang ada dalam diri anak itu sendiri, yang meliputi
status kesehatan, umur, jenis kelamin, dan ukuran tubuh. Status
kesehatan berkaitan dengan adanya hambatan reaksi imunologis dan
berhubungan dengan terjadinya prevalensi dan beratnya penyakit infeksi,
seperti kwashiorkor atau marasmus sering didapatkan pada taraf yang
sangat berat. Infeksi sendiri mengakibatkan penderita kehilangan bahan
makanan melalui muntah-muntah dan diare (Santosa, 2004). Faktor umur
merupakan faktor yang sangat menentukan banyaknya kebutuhan protein
terutama pada golongan balita yang masih dalam masa pertumbuhan.
Terkait dengan faktor jenis kelamin, jenis kelamin wanita lebih banyak
kasusnya Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi status gizi yaitu
faktor yang datang atau ada dari luar anak itu sendiri. Faktor ini meliputi
pendidikan, pengetahuan, infeksi dan pendapatan. (Radiansyah, 2007).
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status gizi balita terbagi
menjadi (Supariasa, 2002) :
a. Faktor langsung
1) Keadaan infeksi
Scrimshaw, et.al (1989 dalam Supariasa, 2002) menyatakan bahwa
ada hubungan yang erat antara infeksi (bakteri, virus dan parasit)
15
sinergis
antara
malnutrisi
dengan
penyakit
infeksi.
16
keluarga,
pendidikan,
perumahan,
penyimpanan
17
melihat
18
Penggunaan :
Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan
dapat terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak
gejala yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat
lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang
spesifik.
d) Biofisik
Pengertian :
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan
status gizi dengan cara melihat kemampuan fungsi (khususnya
jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan.
Penggunaan :
Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian
buta senja (epidemic of nigh blindnees). Cara yang digunakan
adalah tes adaptasi gelap (Fajar, Ibnu dkk, 2002).
2) Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung Penilaian Status gizi
secara tidak langsung dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu :
a) Survey Konsumsi Makanan
Pengertian :
Survey konsumsi makanan adalah metode penentuan khusus gizi
secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi
yang dikonsumsi.
Penggunaan :
Pengumpulan data
konsumsi
makanan
dapat
memberikan
19
20
peran dan fungsi anggota keluarga serta mempunyai hak otonomi dalam
mengatur keluarganya, misalnya dalam hal kesehatan keluarga (Zaidin Ali,
2009).
2. Fungsi Keluarga
Friedman, Bowden, & Jones (2003) menggambarkan fungsi sebagai
apa yang dikerjakan oleh keluarga. Fungsi keluarga berfokus pada proses
yang digunakan oleh keluarga untuk mencapai tujuan bersama anggota
keluarga. Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan, yaitu fungsi afektif,
sosialisasi, reproduksi, ekonomi, dan perawatan kesehatan.
a. Fungsi Afektif (the effective function)
Fungsi afektif adalah fungsi internal keluarga dalam pemenuhan
kebutuhan psikososial, saling mengasihi dan memberikan cinta kasih,
serta saling menerima dan mendukung. Fungsi afektif ini merupakan
sumber kebahagiaan dalam keluarga. Keluarga memberikan kasih sayang
dan rasa aman. Komponen fungsi afektif adalah saling mengasuh,
menghargai, adanya ikatan, dan identifikasi ikatan keluarga yang dimulai
pasangan sejak memulai hidup baru. Fungsi afektif yang dilaksanakan
dengan baik dapat menciptakan konsep diri positif pada keluarga
(Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
b. Fungsi Sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social
placemen function)
Fungsi sosialisasi merupakan fungsi pengembangan dan melatih
anak untuk berinteraksi sosial baik dengan anggota keluarga dan
masyarakat (Suprajitno, 2004). Keluarga memiliki tanggung jawab utama
21
fungsi
untuk
22
status
sosial
ekonomi
keluarga
dan
aktivitas
rekreasi
23
24
sifat
dan
perkembangan
perawatan
yang
dibutuhkan,
25
kompakan
keluarga;
6)
sumber-sumber
keluarga
tidak
26
nilai
tambah
dalam
ekonomi
keluarganya
dengan
27
aktivitas
pemeliharaan
kesehatan
yakni
pemeliharaan
28
29
2005).
Perilaku terhadap system pelayanan kesehatan
Seorang terhadap sistem kesehatan baik system pelayanan
kesehatan modern maupun tradisional. perilaku ini menyangkut respon
terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan dan obatobatannya, yang terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap dan
penggunaan fasilitas, petugas dan obat-obatan.
30
Mempengaruhi
Peran
Keluarga
terhadap
31
32
C. Kerangka teori
Faktor-faktor yang memepengaruhi
status gizi balita :
1. Faktor langsung
a. Keadaan infeksi
b. Konsumsi makanan
2. Faktor tidak langsung
a. Pengaruh budaya
b. Faktor sosial ekonomi
- Data sosial
- Data ekonomi
c. produksi pangan
d. Pelaksanaan fungsi
perawatan kesehatan
keluarga
1) Mengenal masalah
kesehatan keluarga
2) Memutuskan tindakan
kesehatan yang tepat
bagi keluarga
3) Merawat keluarga
yang mengalami ganguan
kesehatan
4) Memodifikasi lingkungan
keluarga untuk menjamin
kesehatan
Status gizi :
1. Gizi baik
2. Gizi kurang
3. Gizi buruk
Gambar 2.1 Kerangka Teori Pelaksanaan Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga (diadopsi
dari friedman et all, 2003; Almatsier, Bailon & maglaya dalam Depkes RI,
1989; Dinas Kesehatan Provinsi Jawa barat, 2010)