TINJAUAN PUSTAKA
4
5
Pola asuh pada anak merupakan salah satu kebutuhan dasar anak untuk
tumbuh kembang yaitu kebutuhan emosi atau kasih sayang dimana kehadiran
ibu diwujudkan dengan kontak fisik dan psikis, misalnya dengan menyusui
segera setelah lahir akan menjalin rasa aman bagi bayi dan menciptakan
ikatan yang erat (Adrian,Merryana, 2016).
2.1.1 Bentuk Pola Asuh
Bentuk pola asuh seorang ibu digolongkan menjadi tiga model
yaitu otoriter (Authoritarian), permisif, demokratis.
a. Authoritarian ( otoriter)
Pola ini menggunakan pendekatan yang memaksakan
kehendak, suatu peraturan yang dicanangkan orang tua dan harus
dituruti oleh anak. Pendekatan semacam ini biasanya kurng
responsive pada hak dan keinginan anak. Komunikasi yang
dilakukan lebih bersifat satu arah dan lebih sering berupa perintah,
sehingga anak sebagi objek kurang didengar dan biasanya cenderung
diam serta menutup diri. Hal ini membuat anak tidak memiliki
pilihan dalam berperilaku, karena anak terlalu khawatir dengan apa
yang diperintahkan orang tua dan biasanya takut membuat
kesalahan.
b. Permisif
Pola pengasuhan ini menggunakan pendekatan yang sangat
responsif (bersedia mendengarkan) tetapi cenderung terlalu longgar
orang tua memiliki sikap yang relatif hangat dan menerima sang
anak apa adanya, kadang cenderung pada memanjakan. Anak terlalu
dijaga, dituruti keinginannya dan diberi kebebasan untuk melakukan
apa saja yang dia inginkan. Tetapi tidak diikuti dengan tindakan
mengontrol atau menuntut anak untuk menampilkan prilaku tertentu,
sehingga kadang-kadang anak merasa cemas mereka melakukan
sesuatu yang salah atau benar.
c. Demokratis
Pola asuh ini menggunakan pendekatan rasional dan
demokratis. Orang tua sangat memperhatikan kebutuhan anak dan
mencukupinya dengan pertimbangan factor kepentingan dan
kebutuhan yang realistis. Orang tua melakukan pengawasan,
kebebasan dan tanggung jawab kepada anak dalam berakifitas secara
wajar dan rasional. Orang tua menghargai minat anak dan
mendorong keputusan anak untuk mandiri, tetapi tetap tegas dan
konsisten dalam menentukan standar, kalau perlu menggunakan
hukuman yang rasional sebagai upaya memperlihatkan kepada anak
konsekuensi suatu bentuk pelanggaran (Widyarini, Nilam, 2013).
2.1.2 Pola Asuh Balita
a. Pola makan sehat balita
Penanaman pola makan yang beraneka ragam makanan harus
dilakukan sejak bayi, saat bayi masih makan nasi tim, yaitu ketika
usia baru enam bulan ke atas, ibu harus tahu dan mampu
8
selingan dewasa
>24 bulan Makanan Disesuaikan 3 kali
keluarga kebutuhan
Makanan Disesuaikan 2 kali
keluarga kebutuhan
(Marmi dan Kukuh Raharjo, 2015)
b. Praktek Kebersihan dan Sanitasi Lingkungan
Praktek kebersihan dan kesehatan sanitasi lingkungan adalah
usaha untuk pengawasan terhadap lingkungan fisik manusia yang
dapat memberikan akibat merugikan kesehatan jasmani dan
kelangsungan hidupnya (Arianto, 2018).
kondisi lingkungan anak harus benar diperhatikan agar tidak
merusak kesehatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan
rumah dan lingkungan adalah bangunan rumah, kebutuhan ruangan
(tempat bermain-main) pergantian udara, sinar matahari, penerangan,
air bersih, pembuangan sampah, SPAL, kamar mandi dan WC, dan
halaman rumah. Untuk kebersihan, baik kebersihan perorangan dan
kebersihan lingkungan memegang peranan penting bagi tumbuh
kembang anak, kebersihan perorangan yang kurang akan
memudahkan terjadinya penyakit kulit dan saluran pencernaan seperti
diare, cacingan, dll. Kebersihan lingkungan erat hubungan dengan
penyakit saluran pernapasan, saluran pencernaan, serta penyakit akibat
nyamuk. Oleh karena itu penting membuat lingkungan layak untuk
tumbuh kembang anak, sehingga meningkatkan rasa aman bagi
ibu/pengasuh anak dalam menyediakan kesempatan bagi anaknya
untuk eksplorasi lingkungan. Menanamkan kebersihan di rumah
sangat penting karena sumber infeksi amat banyak di sekeliling balita.
Oleh karena itu untuk menghindari segala kemungkinan infeksi dan
penyakit, maka rumah dan anak-anak harus diamankan dari serangan
penyakit (Arianto, 2018).
Upaya untuk meminimalkan resiko terserang penyakit dimulai
dengan menerapkan standar kebersihan yang lebih terjamin kesehatan
balita yaitu :
1. Menanamkan pengetahuan pada anak balita tentang, kebersihan
dapur dan rumah yang bersih sehingga dirinya terbebas dari
gangguan penyakit seperti mual dan diare. Tunjukkan dan ajak
balita dengan lembut untuk berpartisipasi menyimpan makanan
di tempat bersih, kondisikan lingkungan sekitar makanan bersih
dan peralatan makan selalu bersih.
2. Si kecil dicontohkan kebersihan misalnya, mencuci tangan
sebelum makan atau sebelum memegang makanan, dan sesudah
makan, tidak makan buah sebelum dicuci, setelah buang air
10
Ketahanan pangan
Penyebab mendasar
Pola asuh balita
Ket : : Diteliti
Akses
: Tidak diteliti
: Mempengaruhi
2.4 Hipotesis
H0 : Tidak ada hubungan pola asuh balita dengan status gizi balita di Desa
Bendo Wilayah Kerja Puskesmas Bendo Kabupaten Kediri
H1: Ada hubungan pola asuh balita dengan status gizi balita di Desa Bendo
Wilayah Kerja Puskesmas Bendo Kabupaten Kediri