Anda di halaman 1dari 8

1.

Status Gizi
-Pengertian Status Gizi
Menurut (Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2016) status gizi adalah ekspresi dari keadaan
keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk
variabel tertentu.
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang
diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai
status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien.
Supariasa, I. D., Bakri, B., & Fajar, I. (2016). Penilaian Status Gizi. Jakarta: PenerbitBuku
Kedokteran EGC
2. Faktor yang Memepengaruhi Status Gizi
Menurut Call dan Levinson bahwa status gizi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu konsumsi
makanan dan tingkat kesehatan, terutama adanya penyakit infeksi, kedua faktor ini adalah
penyebab langsung.
Penyakit infeksi adalah sebuah penyakit yang di sebabkan oleh sebuah agen biologis seperti
virus, bakteri atau parasit, bukan di sebabkan oleh faktor fisik seperti luka bakar atau
keracunan.status gizi seseorang selain di pengaruhi oleh jumlah asupan makan yang di
konsumsi juga terkait dengan penyakit infeksi, seseorang yang baik dalam mengonsumsi
makanan apabila sering mengalami diare atau demam maka rentan terkena gizi kurang.
Sedangkan faktor tidak langsung yang mempengaruhi pola konsumsi konsumsi adalah zat
gizi dalam makanan, ada tidaknya program pemberian makan di luar keluarga, kebiasaan
makan, dan faktor tidak langsung yang mempengaruhi penyakit infeksi adalah daya beli
keluarga, kebiasaan makan, pemeliharaan kesehatan, lingkungan fisik dan sosial. (Supariasa,
Bakri, dan Fajar, 2016)
Selain faktor-faktor diatas status gizi juga dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti:
a. Faktor Eksternal
1) Pendapatan, masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf
ekonomi keluarga, yang hubungannya dengan daya beli yang dimiliki keluarga
tersebut.
2) Pendidikan, pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan,
sikap dan perilaku orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan dengan status
gizi yang baik.
3) Pekerjaan, pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupan keluarganya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita
waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.
4) Budaya, budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan.
b. Faktor Internal
1) Usia, usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki
orang tua dalam pemberian nutrisi anak balita.
2) Kondisi Fisik, mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut usia,
semuanya memerlukan pangan khusus karena status kesehatan mereka yang buruk. Bayi dan
anak-anak yang kesehatannya buruk, adalah sangat rawan, karena pada periode hidup ini
kebutuhan zat gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat.
3) Infeksi , infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau
menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan. (Ilmirh, 2015)
Ilmirh, N. (2015, Februari). Dipetik 30 Desember 2017 ,
dari:http://nurulilmirh.blogspot.co.id/2015/02/penilaian-status-gizi.html
3. Penilian Status Gizi
Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari data yang diperoleh dengan
menggunakan berbagai macam cara untuk menemukan suatu populasi atau individu yang
memiliki risiko status gizi kurang maupun gizi lebih.Sedangkan status gizi adalah keadaan
keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture (keadaan gizi)
dalam bentuk variabel tertentu.
Menurut (Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2016) pada dasarnya status gizi dibagi menjadi dua
yaitu secara langsung dan tidak langsung.
a. Penilaian Status Gizi Secara Langsung
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian
yaitu: antropometri, klinis, biokimia dan biofisik. Masing-masing penilaian tersebut akan
dibahas secara umum sebagai berikut:
1) Antropometri
Merupakan pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur
antara lain : Berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit.
Antropometri telah lama di kenal sebagai indikator sederhana untuk penilaian status gizi
perorangan maupun masyarakat. Antropometri sangat umum di gunakan untuk mengukur
status gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan energi dan protein.
Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropomteri disajikan dalam bentuk indeks
yang dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut :
a) Umur
Umur sangat memegang peranan dalam status gizi, kesalahan penentuan akan menyebabkan
interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang
akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Kesalahan
yang sering muncul adalah adanya kecenderunagn untuk memilih angka yang mudah seperti
1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan
cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi
perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak
diperhitungkan.
b) Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran
massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang
mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat
badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau
melakukan penilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran
dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan
paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung
pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi
gizi dari waktu ke waktu.
c) Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari
keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi
masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi
pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U ( tinggi badan menurut
umur), atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan
karena perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali.
Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak
baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun. Berat badan dan tinggi badan adalah
salah satu parameter penting untuk menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang
berhubungan dengan status gizi.
d) Indeks Antropometri :
Indeks antropometri yang umum digunakan dalam menilai status gizi adalah berat badan
menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi
badan (BB/TB). Indeks BB/U adalah pengukuran total berat badan termasuk air, lemak,
tulang dan otot.Indeks tinggi badan menurut umur adalah pertumbuhan linier dan LILA
adalah pengukuran terhadap otot,lemak, dan tulang pada area yang diukur.
1) Indikator BB/U
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran masa tubuh, masa
tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak. Berat badan adalah
parameter antropometri yang sangat labil. Indikator BB/U lebih menggambarkan status gizi
seseorang saat ini.
2) Indikator TB/U
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan tubuh skeletal.
Indikator TB/U menggambarkan status gizi masa lalu. Pada keadaan normal, tinggi badan
tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat
badan, relatip kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu pendek.
Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif
lama.
3) Indikator BB/TB
Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Indeks BB/TB merupakan
indikator yang baik untuk menilai status gizi saat kini (sekarang). Indeks BB/TB adalah
merupakan indeks yang independen terhadap umur. Dalam keadaan normal, perkembangan
berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu.
4) Indikator IMT/U
Faktor umur sangat penting dalam menentukan status gizi. Hasil
pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila
tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat.
Pengukuran status gizi balita dapat dilakukan dengan indeks antropometri
dan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT). Rumus perhitungan IMT sebagai
berikut:
Berat badan ( kg )
IMT =
Tinggibadan ( m ) x Tinggi badan ( m )
Pengukuran status gizi pada anak menggunakan rumus Z-score. Secara umum,
rumus perhitungan Z-score adalah
NIlai individu subyek −Nilai median baku rujukan
Z-score =
nilai simpang baku rujukan
Nilai simpang baku rujukan disini maksudnya adalah selisih kasus dengan
standar +1 SD atau -1 SD. Jadi apabila BB/TB pada kasus lebih besar daripada
median, maka nilai simpang baku rujukannya diperoleh dengan mengurangi +1
SD dengan median. Tetapi jika BB/TB kasus lebih kecil daripada median, maka
nilai simpang baku rujukannya menjadi median dikurangi dengan -1 SD. Menurut
(Kemenkes RI, 2014) kategori dan ambang batas status gizi berdasarkan Indeks
Masa Tubuh menurut Umur (IMT/U) anak umur 5-18 tahun yang sudah
dimodifikasi oleh peneliti adalah:
Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014. Jakarta : Kemenkes
RI; 2014

Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan IMT


Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-score)
Kurus <-3 SD sampai dengan <-2 SD <-3 SD sampai dengan <-2 SD
Normal -2 SD sampai dengan 1 SD -2 SD sampai dengan 1 SD
Gemuk >1 SD >1 SD

2.1.2.1 Pengertian Gizi Buruk


Gizi buruk dalam pendataan di Jawa Tengan menggunakan 2 kategori yaitu dengan indikator
membandingkan Berat Badan dengan Umur (BB/U) dan membandingkan Berat Badan
menurut Tinggi Badan (BB/TB) dengan z-score <- 3SD. (Kemenkes RI, 2017). Dampak yang
ditimbulkan akibat gizi buruk tersebut bukan hanya terjadinya gangguan pada fisik saja
tetatpi juga mempengaruhi kecerdasan balita hingga terjadinya kematian dan produktivitas
ketika dewasa.
Kementerian Kesehatan RI. (2017). Petunjuk Teknis Pemberian Makanan Tambahan. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Cakrawati, D. (2014). Bahan pangan gizi, dan kesehatan. Bandung: Alfabeta.
2.1.2.2 Tipe Gizi Buruk
2.1.2.2.1 Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah penyakit yang disebabkan kekurangan protein dan sering timbul pada
usia 1-3 tahun karena pada usia ini kebutuhan protein tinggi. Penyakit ini disebabkan oleh
kekurangan protein dalam makanan, gangguan penyerapapan protein, kehilangan protein
secara tidak normal, infeksi kronis ataupun karena pendarahan. (Cakrawati, 2014). Berikut
gejala kwashiorkor:
1. Wajah seperti bulan “moon face”, sinar mata sayu.
2. Pertumbuhan terganggu, berat dan tinggi badan lebih rendah dibandingkan dengan berat
badan normal.
3. Perubahan mental (sering menangis pada stadium lanjutmenjadi apatis).
4. Rambut merah, jarang, mudah dicabut.
5. Jaringan lemak masih ada.
6. Perubahan warna kulit.
7. Terkadang terjadi pembengkakan tubuh (oedema) sehingga menyamarkan penurunan BB.
8. Jaringan otot mengecil.
2.1.2.2.2 Marasmus
Marasmus adalah kekurangan energi pada makanan yang menyebabkan cadangan protein
tubuh terpakai sehingga anak menjadi kurus dan emosional. sering terjadi pada bayi yang
tidak cukup mendapatkan ASI serta tidak diberi makanan penggantinya, atau terjadi pada
bayi yang sering diare. hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan konsumsi zat gzi atau
kalori didalam makanan, kebiasaan makanan yang tidak layak dan penyakit infeksisaluran
pencernaan. (Cakrawati, 2014). Berikut adalah gejala penderita marasmus:
1. Wajah seperti orangtua, terlihat kurus.
2. Mata besar dan dalam, sinar mata sayu.
3. Mental cengeng.
4. Feces lunak atau diare.
5. Rambut hitam , dan tidak mudah dicabut.
6. Perut buncit dan kulit keriput.
2.1.2.2.3 Marasmus-Kwashiorkor
Bentuk kelainan ini merupakan gabungan antara kwashiorkor dan marasmus. Gambaran yang
utama adalah kwashiorkor edema dengan atau tanpa lesi kulit, pengecilan otot, dan
pengurangan lemak bawah kulit seperti pada marasmus. Jika edema dapat hilang pada awal
pengobatan, penampakan penderita akan menyerupai marasmus. Gambaran marasmus dan
kwashiorkor muncul secara bersamaan dan didominasi oleh kekurangan protein yang parah.
2.1.2.3 Penyebab Gizi Buruk
Menurut UNICEF dalam Rizma (2010) gizi buruk disebabkan oleh 2 faktor, yaitu langsung
dan tidak langsung. Faktor langsung berasal dari makanan keluarga yang rendah dan adanya
penyakit infeksi. Faktor tidak langsung disebabkan karena ketersediaan pangan keluarga yang
rendah dan perilaku kesehatan seperti pola asuh, perawatan ibu dan anak yang tidak benar.
Sedangkan pelayanan kesehatan yang rendah dan lingkungan yang buruk juga menjadi
penyebab tidak langsung dari gizi kurang.
Praharmeyta, Rizma. 2011. Efektifitas Fungsi Manajemen Tenaga Pelaksana Gizi Puskesmas
Terhadap Pelaksanaan Program Penanggulangan Gizi Buruk Di Kabupaten Demak Tahun 2010.
Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
2.1.2.3.1 Faktor Langsung
2.1.2.3.1.1 Konsumsi Makanan Faktor makanan merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh langsung terhadap keadaan gizi seseorang karena konsumsi makan yang tidak
sesuai dengan kebutuhan tubuh, baik kualitas maupun kuantitas dapat menimbulkan masalah
gizi. 2.1.2.3.1.2 Penyakit Infeksi Timbulnya KEP tidak hanya karena makanan yang kurang,
tetapi juga karena penyakit. Anak mendapatkan makanan cukup baik tetapi sering diserang
diare atau demam, akhirnya dapat menderita KEP. Sebaliknya anak yang makannya tidak
cukup baik, daya tahan tubuh dapat melemah. Dalam keadaan demikian mudah diserang
infeksi, kurang nafsu makan, dan akhirnya mudah terserang KEP.
2.1.2.3.2 Faktor Tidak Langsung
2.1.2.3.2.1 Tingkat Pendapatan dan Status Ekonomi
Pendapatan keluarga merupakan penghasilan dalam jumlah uang yang akan dibelanjakan oleh
keluarga dalam bentuk makanan. Kemiskinan sebagai penyebab gizi kurang menduduki
posisi pertama pada kondisi yang umum. Hal ini harus mendapat perhatian serius karena
keadaan ekonomi ini relatif mudah diukur dan berpengaruh besar terhadap konsumsi pangan.
2.1.2.3.2.2 Pengetahuan dan Pendidikan Ibu
Pengetahuan ibu merupakan proses untuk merubah sikap dan perilaku masyarakat untuk
mewujudkan kehidupan yang sehat jasmani dan rohani.
Pengetahuan ibu yang ada kaitannya dengan kesehatan dan gizi erat hubungannya dengan
pendidikan ibu. Semakin tinggi pendidikan akan semakin tinggi pula pengetahuan akan
kesehatan dan gizi keluarganya. Hal ini akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas zat gizi
yang dikonsumsi oleh anggota keluarga. Hal ini sejalan dengan penelitian Mohseni (2017),
menunjukkan bahwa tingkat pendidikan orangtua khususnya para ibu memainkan peran yang
sangat penting dalam kesehatan anak. Banyak penelitian menganggap peran tingkat
pendidikan ibu dan / atau informasi mereka tentang gizi anak-anak sebagai faktor efektif
dalam mengurangi gizi buruk.
Mohseni., Aidin, A., Naser, K. (2017, November 6). Factors Associated With Malnutrition Among
Under Five-Year-Old Children In Iran: A Systematic Review. Global Health Web Site:
http://www.atmph.org/article.asp?issn=17556783;year=2017;volume=10;i
ssue=5;spage=1147;epage=1158;aulast=Mohseni
2.1.2.3.2.3 Kondisi Lingkungan
Keadaan sanitasi lingkungan yang kurang baik memungkinkan terjadinya berbagai jenis
penyakit antara lain diare, kecacingan, dan infeksi saluran pencernaan. Apabila anak
menderita infeksi saluran pencernaan, penyerapan zatzat gizi akan terganggu yang
menyebabkan terjadinya kekurangan zat gizi. Seseorang kekurangan zat gizi akan mudah
terserang penyakit, dan pertumbuhan akan terganggu.
2.1.2.3.2.4 Peranan Faktor
Sosial Meliputi pantangan untuk menggunakan bahan makanan tertentu yang sudah turun
temurun dapat mempengaruhi terjadinya gizi kurang. Adakalanya pantangan tersebut
didasarkan pada keagamaan, tetapi ada pula yang merupakan tradisi yang turun temurun.
2.1.2.3.2.5 Asupan ASI
Makanan alamiah terbaik bagi bayi yaitu Air Susu Ibu (ASI), dan sesudah usia 6 bulan anak
tidak mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat, baik jumlah dan
kualitasnya akan berkonsekuensi terhadap status gizi bayi. MP-ASI yang baik tidak hanya
cukup mengandung energi dan protein, tetapi juga mengandung zat besi, vitamin A, asam
folat, vitamin B serta vitamin dan mineral lainnya. MP-ASI yang tepat dan baik dapat
disiapkan sendiri di rumah.
2.1.2.3.2.6 Pola Asuh dan Kepercayaan
Anak yang diasuh ibunya sendiri dengan kasih sayang, ibunya berpendidikan, mengerti soal
pentingnya ASI, meskipun miskin, tetapi anaknya tetap sehat. Kebiasaan, mitos ataupun
kepercayaan/adat istiadat masyarakat tertentu yang tidak benar dalam pemberian makan akan
sangat merugikan anak. Misalnya kebiasaan memberi minum bayi hanya dengan air putih,
memberikan makanan padat terlalu dini. hal ini menghilangkan kesempatan anak untuk
mendapat asupan lemak, protein maupun kalori yang cukup sehingga anak menjadi sering
sakit (frequent infection)

Anda mungkin juga menyukai