Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Konsep Status Gizi
a. Pengertian
Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat
konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi, dimana zat gizi sangat
dibutuhkan oleh tubuh sebagai sumber energi, pertumbuhan dan
pemeliharaan jaringan tubuh, serta pengatur proses tubuh
(Septikasari, 2018 : 9). Status gizi diartikan sebagai status kesehatan
yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan
zat gizi (Sabiri, 2018).
Status gizi merupakan indikator kesehatan yang penting
karena anak usia di bawah lima tahun merupakan kelompok yang
rentan terhadap kesehatan dan masalah gizi. Status gizi dibedakan
antara status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih. Penilaian status gizi
adalah interpretasi yang diperoleh dari data yang diperoleh dengan
menggunakan berbagai metode untuk menemukan kelompok atau
individu yang berisiko kekurangan atau kelebihan gizi (Amirullah et
al., 2020)

b. Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Anak


Menurut (Utami HM, Suyatno dan Nugrahaeni, 2018) status
gizi pada anak disebabkan oleh faktor langsung dan tidak langsung.
Faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut :
1) Faktor langsung
a) Konsumsi makanan

6
Konsumsi makanan dengan tidak memenuhi jumlah
dan komposisi zat gizi seimbang dapat menjadi penyebab
masalah gizi pada anak. Kategori gizi seimbang adalah
makanan harus beragam, sesuai kebutuhan, bersih serta
aman (Paramashanti 2019 : 100)
b) Penyakit infeksi
Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar
dan tidak mau makan. Penyakit ini juga menghabiskan
sejumlah protein dan kalori yang seharusnya dipakai untuk
pertumbuhan. Diare dan muntah adalah contoh penyakit
yang menghalangi penyerapan makanan (Marimbi, 2018 :
99)
2) Faktor tidak langsung
a) Pengetahuan orangtua
Pengetahuan mengenai gizi sangat diperlukan agar
dapat mengatasi permasalahan yang timbul akibat konsumsi
gizi. Ibu bertanggung jawab terhadap konsumsi makanan
bagi keluarga, sehingga ibu harus memiliki pengetahuan
mengenai gizi baik melalui pendidikan formal maupun
informal
b) Pendidikan orangtua
Tingkat pendidikan ibu akan mempengaruhi sikap
dan pola pikir ibu dalam memperhatikan asupan makanan
bayi, mulai dari mencari, memperoleh dan menerima
informasi mengenai asupan makanan dan gizi bayi
sehingga dapat mempengaruhi pemilihan makanan yang
akan menentukan status gizi bayinya
c) Pekerjaan orangtua
Ibu yang bekerja memiliki waktu yang terbatas
untuk anak-anak dan keluarga, karena memiliki peran

7
ganda sebagai ibu rumah tangga dan sebagai pekerja. Ibu-
ibu pekerja waktunya lebih terbatas untuk memperhatikan
konsumsi gizi serta perhatian dan pengasuhan anak-
anaknya
d) Status ekonomi
Faktor ekonomi merupakan salah satu penentu yang
dapat mempengaruhi status gizi anak. Status ekonomi
rendah atau kemiskinan menduduki posisi pertama pada
masyarakat yang menyebabkan gizi kurang. Kedaan
ekonomi keluarga yang baik dapat menjamin terpenuhinya
kebutuhan gizi setiap anggota keluarga
e) Pola Asuh
Pola asuh adalah seluruh cara perlakuan orang tua
yang diterapkan pada anak, yang merupakan bagian penting
dan mendasar untuk menyiapkan kesehatan anak. Dalam
hal ini pola asuh kaitannya dengan cara yang diterapkan
oleh orang tua dalam memenuhi kebutuhan gizi bayinya.
(Utami, Suyatno dan Nugrahaeni, 2018)

c. Penilaian Status Gizi


Pengukuran status gizi balita sebagian besar menggunakan
metode antropometri. Jika menggunakan metode antropometri gizi,
maka sejumlah parameter amat diperlukan. Diantaranya adalah :
1) Umur
Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi.
Batasan yang dipakai dalam pengukuran ini adalah tahun umur
penuh (completed year). Sementara itu, untuk bayi digunakan
bulan usia penuh (completed month)
2) Berat Badan
Parameter ini dipakai pada setiap pemeriksaan kesehatan
bayi pada semua kelompok umur. Berat badan (BB) menjadi

8
parameter yang amat penting karena BB merupakan hasil
peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada
tubuh.
3) Tinggi Badan
Jika tidak mengetahui secara persis usia dari bayi yang
akan kita nilai status gizinya, maka tinggi badan bisa menjadi
parameter yang baik untuk menggantikan umur. Tinggi badan
adalah parameter yang penting bagi keadaan dimasa lalu serta
keadaan sekarang.
(Paramashanti, 2019 : 65)

d. Indikator dan Klasifikasi


Dalam menetukan nilai status gizi anak, angka berat badan
dan tinggi badan setiap anak dikonveksikan kedalam bentuk nilai
yang terstandar (Z-score) dengan menggunakan baku antropometri
WHO 2005. Selanjutnya berdasarkan nilai Z-score masing-masing
indikator tersebut ditentukan status gizi balita dengan batasan
sebagai berikut :
1) Berdasarkan indikator BB/U
Berat badan merupakan parameter yang memberikan
gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitive adanya
penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya
jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan adalah
parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan
normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antra
konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan
berkembang mengikuti pertambahan umur. Mengingat
karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih
menggambarkan status gizi seseorang saat ini. Berikut ini
merupakan klasifikasi status gizi berdasarkan indikator BB/U:
 Gizi buruk : Z-score < -3,0

9
 Gizi kurang : Z-score ≥ -3,0 s/d Z-score < -2,0
 Gizi baik : Z-score ≥ -2,0 s/d Z-score ≤ 2,0
 Gizi lebih : Z-score > 2,0

Pemantauan pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks


antropometri berat badan menurut umur dapat dilakukan dengan
menggunakan kurva pertumbuhan pada kartu menuju sehat
(KMS). Dengan KMS gangguan pertumbuhan atau resiko
kekurangan dan kelebihan gizi dapat diketahui lebih dini,
sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan secara lebih
cepat sebelum masalah lebih besar.

2) Berdasarkan indikator TB/U


Tinggi badan adalah antropometri yang menggambarkan
keadaan pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan normal,
pertumbuhan tinggi badan sejalan dengan pertambahan umur.
Indikator TB/U lebih tepat untuk menggambarkan pemenuhan
gizi pada masa lampau. Indikator TB/U sangat baik untuk
melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan
kadaaan gizi berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah
dan kurang gizi pada masa balita.
Berikut ini merupakan klasifikasi status gizi berdasarkan
indikator TB/U :
 Sangat pendek : Z-score < -3,0
 Pendek : Z-score ≥ -3,0 s/d Z-score< -2,0
 Normal : Z-score ≥ -2,0
 Tinggi : Z-score > -2,0
3) Berdasarkan indikator BB/TB
BB/TB merupakan indikator pengukuran antropometri yang
paling baik, karena dapat menggambarkan status gizi saat ini
dengan lebih sensitif dan spesifik. oleh karena itu, berat badan

10
yang normal akan proposional dengan tinggi badannya. Berikut
ini merupakan klasifikasi status gizi berdasarkan indikator
BB/TB :
 Sangat kurus : Z-score < -3,0
 Kurus : Z-score ≥ -3,0 s/d Z-score< -2,0
 Normal : Z-score ≥ -2,0 s/d Z-score ≤ 2,0
 Gemuk : Z-score > 2,0

(Septikasari, 2018 : 10)

e. Rumus Penilaian Status Gizi Dengan Z-score


Menurut (Lestari, 2019) rumus pengukuran status gizi anak
dengan z-score adalah sebagai berikut :
1) Bila nilai hasil pengukuruan ≥ nilai median BB/U, TB/U atau
BB/TB. Maka Rumusnya :

Nilai Riil −¿Nilai Median


Z-Score =
Nilai Median – (– 1 sd)
2) Bila nilai hasil pengukuran < nilai median BB/U, TB/U atau
BB/TB. Maka Rumusnya :

Nilai Riil −¿Nilai Median


Z-Score =
(+¿ 1 sd) – Nilai Median

f. Zat Gizi yang Diperlukan Anak


1) Zat Tenaga
Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah
karbohidrat, lemak dan protein. Bagi anak, tenaga diperlukan
untuk melakukan aktivitas serta pertumbuhan dan

11
perkembangan. Oleh karena itu, kebutuhsn zat gizi sumber
tenaga bagi anak relatif lebih besar daripada orang dewasa.
2) Zat Pembangun
Protein sebagai zat pembangun bujkan hanya untuk
pertumbuhan fisik dan perkembangan organ-organ tubuh anak,
tetapi juga menggantikan jaringan tubuh yang rusak
3) Zat Pengatur
Zat pengatur berfungsi agar faal organ-organ dan
jaringan tubuh termasuk otak dapat berjalan seperti hyang
diharapkan. Berikut zat yang berperan sebagai zat pengatur :
a) Vitamin, baik yang larut air (Vitamin B kompleks dan
vitamin C) maupun yang larut dalam lemak (A,D,E dan K)
b) Berbagai mineral, seperti kalsium, zat besi, iodium dan flour
c) Air, sebagai pengatur sel-sel tubuh
(Marimbi, 2018:94)

2. Konsep Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)


a. Pengertian
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah
makanan atau minuman yang mengandung zat gizi yang diberikan
pada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan
gizi selain ASI (Fiddianti et al, 2019). Makanan Pendamping ASI
(MP-ASI) merupakan makanan tambahan ketika ASI tidak cukup
mencukupi kebutuhan nutrisi anak untuk tumbuh kembang
optimal. Pada umumnya, sejak bayi berusia 6 bulan ASI sudah
tidak dapat mencukupi kebutuhan zat gizi makro dan mikro. Jika
kekurangan energi pada bayi tidak dapat dipenuhi oleh MP-ASI,
bayi akan mengalami keterlambatan pertumbuhan atau bahkan
gagal tumbuh (Hanindita 2019 : 1).
Kuantitas atau jumlah MP-ASI yang diberikan harus
memenuhi kebutuhan bayi, namun tentu saja dengan kualitas zat

12
gizi yang baik serta seimbang. MP-ASI harus memenuhi
persyaratan jumlah beragam gizi yang diperlukan bayi, misalnya
protein, lemak, vitamin, mineral dan beragam zat gizi lain
(Paramashanti 2019 : 200).

b. Tujuan Pemberian MP-ASI


Menurut Persatuan Ahli Gizi Indonesia (dalam Rahmawati, 2019)
tujuan pemberian makanan pendamping ASI yaitu :
1) Melengkapi zat–zat gizi yang kurang dalam ASI.
2) Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan
menelan.
3) Melakukan adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar
energi yang tinggi.
4) Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam-
macam makanan dengan berbagai rasa dan tekstur.

c. Tanda Bayi Siap Makan


Selain usia yang sudah cukup 6 bulan, ada tanda-tanda lain
yang ditunjukkan oleh bayi bahwa mereka telah siap untuk
memulai tahap MP-ASI pertamanya. Diantaranya adalah :
1) Bayi semakin cekatan memasukkan benda apa saja yang
dipegangnya kedalam mulut. Respon ini menunjukkan rasa
penasaran bayi terhadap benda-benda disekitar juga mengasah
kemampuan mengecapnya
2) Kemampuan mengecapnya semakin berkembang menjadi
hampir seperti mengunyah
3) Saat diberikan makanan kedalam mulutnya, bayi akan otomatis
membuka mulut dan menggerakkan kepalanya kedepan arah
makanan yang diberikan, sambil mencoba meraih makanan

13
4) Bayi dapat duduk dengan kepala tegak dan mampu menopang
lehernya tanpa bantuan
5) Bayi akan lebih cepat lapar dengan menunjukkan kegelisahan
atau bahkan menangis meski ibu sudah memberikan ASI yng
cukup
(Kartikasari & Afsah, 2019 : 17)

d. Konsistensi MP-ASI
Menurut Depkes RI (dalam Fadilah, 2017) Konsistensi makanan
pendamping ASI yang tepat dan diberikan sesuai dengan usia anak
adalah sebagai berikut :
1) Makanan lumat
Makanan lumat yaitu makanan yang dihancurkan, dihaluskan
atau disaring dan bentuknya lebih lembut atau halus tanpa
ampas. Makanan lumat ini biasanya diberikan saat anak berusia
6 sampai 9 bulan. Contoh dari makanan lumat itu antara lain
berupa bubur susu, bubur sumsum, pisang saring atau dikerok,
pepaya saring dan nasi tim saring.
2) Makanan lunak
Makanan lunak yaitu makanan yang dimasak dengan air dan
teksturnya lebih kasar dari makanan lumat. Makanan lunak ini
diberikan saat anak berusia 9 sampai 12 bulan. Makanan ini
berupa bubur nasi, bubur ayam, nasi tim, kentang puri.
3) Makanan padat
Makanan padat yaitu makanan lunak yang tidak nampak berair
dan biasanya disebut makanan keluarga. Makanan ini mulai
mulai diperkenalkan pada anak saat berusia 12-24 bulan. Contoh
makanan padat antara lain berupa lontong, nasi, lauk-pauk,
sayur bersantan, dan buah-buahan.

e. Jenis MP-ASI

14
Menurut (Fiddianti et al, 2019) MP-ASI terdapat beberapa jenis
yaitu:
1) MP-ASI olahan sendiri dirumah (MP-ASI lokal)

Pemberian MP-ASI dianjurkan menggunakan bahan


yang tersedia secara lokal dan dimasak sendiri yang dapat
memenuhi kebutuhan nutrisi baik makro maupun mikro anak.
Namun penelitian menunjukkan MP-ASI lokal atau homemade
orang Indonesia mayoritas kekurangan zat besi, kalsium, seng,
niasin, folat dan tiamin (Hanindita, 2019 : 51)

2) MP-ASI olahan pabrik (MP-ASI pabrikan)


MP-ASI instan atau pabrikan dapat diberikan dengan
meperhatikan kandungan gizi dan cara penyajian yang
tercantum dalam kemasan (Septikasari, 2018 : 43). Menurut
aturan WHO MP-ASI pabrikan tidak diperkenankan
mengandung pengawet, pemanis buatan, perisa sintetis atau
baha-bahan yang berbahaya bagi bayi. Hal ini sudah menjadi
aturan dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) dan
codex alimentarius WHO (Hanindita 2019 : 52)
3) MP-ASI campuran
MP-ASI campuran adalah MP-ASI gabungan dari
keduanya dari MP-ASI lokal dan pabrikan

f. Kandungan dalam MP-ASI


Menurut (Kartikasari & Afsah, 2019) kandungan yang
harus ada dalam sajian MP-ASI adalah sebagai berikut :
1) Karbohidrat
Karbohidrat sebagai sumber energi dan kalori utama harus
ada dalam MP-ASI. Karbohidrat yang sangat dibutuhkan bayi,
bisa didapat dari jenis makanan yang biasa digunakan oleh

15
keluarga setiap harinya, seperti beras putih, beras merah, tentang,
jagung, umbi-umbian, gandum, atau serealia.
2) Protein
Protein merupakan zat makanan yang berfungsi sebagai zat
pembangun dan pengatur.  Pada MPASI, juga harus memenuhi
kebutuhan protein. Sumber protein bisa didapatkan dari hewan
ataupun tumbuhan. Protein hewani umumnya mengandung
protein lengkap seperti terdapat pada susu, kuning telur,
ikan ,ayam, daging dan lain-lain. sedangkan protein nabati seperti
kacang-kacangan, sayuran, jagung, gandum, tempe, dan tahu.
3) Lemak
Lemak dapat berasal dari minyak atau santan untuk
meningkatkan kandungan energi dalam makanan. Lemak selain
bisa memberi rasa lebih gurih pada makanan, juga bisa membuat
makanan menjadi lebih lunak dan mudah ditelan. Beberapa jenis
lemak yang dapat ditambahkan pada makanan bayi diantaranya
terdapat pada mentega, keju, minyak kelapa, santan, minyak
kacang, minyak jagung dan minyak wijen.
4) Vitamin dan Mineral
Makanan yang mengandung mineral dan sumber vitamin
yaitu buah dan sayuran.Jenis sayuran yang baik untuk bayi adalah
sayuran yang kaya kandungan karotennya seperti sayuran
berwarna jingga dan hijau. Vitamin dan mineral ini baik untuk
melengkapi gizi yang dibutuhkan anak
5) Rempah-rempah atau bumbu aromatik
Rempah-rempah dan bumbu aromatik diperlukan pada
MPASI untuk memperkenalkan dan memperkaya cita rasa
pengecap bayi. Sumber rempah-rempah bisa didapatkan dari
daun, bunga, biji, buah, kulit kayu, atau akar tanaman. Rempah
dan bumbu aromatik juga bisa meningkatkan selera makan bayi.
Contoh rempah dan bumbu aromatik yang bisa diberikan pada

16
bayi adalah kayu manis, ketumbar, kunyit, daun salam, daun
pandan, daun jeruk, dan rempah-rempah lain.

3. Konsep Anak Usia 6-24 bulan


a. Pengertian
Masa bayi berlangsung selama 2 tahun pertama kehidupan
setelah periode bayi baru lahir selama dua minggu. masa bayi sering
dianggap sebagai keadaan tidak berdaya dimana bayi setiap hari
belajar untuk semakin mandiri, sehingga di akhir masa bayi dikenal
sebagai anak kecil yang baru belajar berjalan. Sedangkan anak kecil
biasa diasosiasikan dengan keadaan anak yang sudah dapat berjalan
dan menguasai beberapa keterampilan mandiri. Masa bayi adalah
masa dasar yang sesungguhnya, meskipun seluruh masa anak-anak
merupakan masa dasar. Banyak ahli berkeyakinan demikian, seperti
Freud yang percaya bahwa penyesuaian diri yang kurang baik pada
masa dewasa bermula dari pengalaman pengalaman masa kanak-
kanak yang kurang baik (Marimbi, 2018 : 2)

b. Pola Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi


Menurut Dewi (2015 dalam Cicih, 2018) Pola pertumbuan
dan perkembangan merupakan peristiwa yang terjadi selama proses
pertumbuhan dan perkembangan pada anak, meliputi percepatan
maupun perlambatan yang saling berhubungan antara satu organ
dengan organ yang lain Terdapat beberapa pola pertumbuhan dan
perkembangan, antara lain :
1) Pola yang terarah (Directional)
a) Cephalocaudal/head to tail direction (dari arah kepala ke
kaki)

17
Tumbuh kembang bayi/anak dimulai dari kepala, selanjutnya
mengembangkan kemampuan untuk bergerak lebih cepat
dengan menggelengkan kepala dan kemudian ke bagian
anggota gerak lengan, tangan dan kaki. Dengan kata lain,
pola sefalokaudal adalah pertumbuhan dan perkembangan
yang dimulai dari arah kepala bergerak ke bagian
ekstremitas . Pola ini terlihat jelas pada bayi baru lahir
dimana proporsi kepala lebih besar darpada ekstremitas
b) Proximodistal/near to far direction (dari yang paling dekat ke
yang jauh)
Dimana tumbuh kembang bayi/anak mulai dengan
menggerakkan anggota gerak yang paling dekat dengan
sumbu tengah, selanjutnya menggerakkan anggota gerak
yang lebih jauh atau ke bagian tepi. Dengan kata lain, pola
Proksimal –distal adalah pola pertumbuhan dan
perkembangan yang terjadi dari proksimal kearah distal.
Contohnya bayi dapat berguling terlebih dahulu sebelum
dapat memegang obyek dengan jari-jari tangannya.
2) Pola dari umum ke khusus
Pola tumbuh-kembang ini dimulai dengan menggerakkan
anggota badan yang lebih umum, selanjutnya menggerakkan
anggota badan yang lebih kompleks.

c. Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang


Secara umum terdapat dua faktor yang mempengaruhi
tumbuh kembang menurut (Marimbi, 2018) yaitu:
1) Faktor Genetik
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil
akhir proses tumbuh kembang anak. faktor ini juga merupakan
faktor bawaan anak, yaitu potensi anak yang menjadi ciri khas
nya. melalui genetik yang terkandung di dalam sel telur yang

18
telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas
pertumbuhan
2) Faktor lingkungan
Faktor lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan
tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup
baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan
sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan
merupakan lingkungan “bio-fisik-psiko-sosial” yang
mempengaruhi individu setiap hari mulai dari konsepsi sampai
akhir hayatnya. Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi
menjadi :
a) Faktor Pranatal
Faktor pranatal yaitu faktor yang mempengaruhi anak pada
waktu masih didalam kandungan. Faktor lingkungan pranatal
yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin mulai dari
konsepsi sampai lahir antara lain :
 Gizi Ibu pada waktu hamil
Gizi Ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan
maupun pada waktu sedang hamil, lebih sering
menghasilkan bayi BBLR atau lahir mati, menyebabkan
cacat bawaan, hambatan Pertumbuhan otak, anemia pada
bayi baru lahir, bayi mudah terkena infeksi, abortus dan
sebagainya
 Mekanis
Trauma dan cairan ketuban yang kurang, posisi janin
dalam uterus dapat kelainan bawaan, dislokasi panggul,
kongenital, palsy fasialis atau kraniotabes
 Toksin atau zat kimia
Zat-zat kimia yang dapat menyebabkan kelainan bawaan
pada bayi antara lain obat antikanker, rokok, alkohol
beserta logam berat lainnya

19
 Endokrin
Hormon-hormon yang mungkin berperan pada
pertumbuhan janin adalah somatotropin, insulin, hormon
plasenta, peptida-peptida lainnya dengan aktivitas mirip
insulin. Apabila salah satu dari hormon tersebut
mengalami defisiensi maka dapat menyebabkan terjadinya
gangguan pada pertumbuhan susunan saraf pusat sehingga
terjadi retardasi mental, cacat bawaan dan lain-lain.
 Radiasi
Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu
dapat menyebabkan kematian janin, kerusakan otot atau
cacat bawaan lainnya.
 Infeksi
Infeksi intra uterin yang sering menyebabkan cacat
bawaan adalah TORCH. Sedangkan infeksi lainnya yang
juga dapat menyebabkan penyakit pada janin adalah
Varisela, malaria dan polio.
 Stress
Stres yang dialami oleh ibu pada waktu hamil dapat
mempengaruhi tumbuh kembang janin antara lain cacat
bawaan dan kelainan kejiwaan.
 Imunitas
Rhesus atau ABO inkomtabilitas sering menyebabkan
abortus atau lahir mati.
 Anoksia embrio
Menurunnya oksigenasi janin melalui gangguan pada
plasenta atau tali pusat, menyebabkan BBLR
b) Faktor Postnatal
Faktor postnatal yaitu Faktor lingkungan yang mempengaruhi
tumbuh kembang anak setelah lahir. Lingkungan postnatal

20
yang mempengaruhi tumbuh kembang anak secara umum
dapat digolongkan menjadi :
 Lingkungan biologis
Lingkungan biologis yang dimaksud adalah ras/suku
bangsa, jenis kelamin, umur, gizi perawatan kesehatan,
penyakit kronis, fungsi metabolisme dan hormon
 Faktor fisik
Yang termasuk faktor fisik antara lain cuaca, musim,
sanitasi, ventilasi rumah, cahaya dan kepadatan hunian.
 Faktor psikososial
Dalam proses sosialisasi dengan lingkungannya anak
memerlukan teman sebaya serta kualitas interaksi anak
dan orangtua dapat mempengaruhi proses tumbuh
kembang anak.
 Faktor keluarga dan adat istiadat
Faktor keluarga yang berpengaruh terhadap tumbuh
kembang anak yaitu pendapatan keluarga. Pendapatan
keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang
anak. Selain itu adat istiadat, kepercayaan tabu pada
masyarakat juga mempengaruhi tumbuh kembang

d. Pencapaian Perkembangan Anak 6-24 bulan


1) Usia 6-9 bulan
Beberapa perkembangan anak usia 6-9 bulan, diantaranya adalah :
a) Merangkak ke semua arah
b) Duduk secara mandiri
c) Berdiri dengan bantuan orang lain
d) Melempar benda, khususnya yang sedang dipegang
e) Meremas kertas tanpa tujuan jelas
f) Berusaha meniru mimik muka orang lain
g) Menolak untuk diangkat atau digendong

21
h) Berpaling atau tertarik dengan sumber suara
i) Mencari benda yang dijatuhkan atau tidak sengaja jatuh
j) Mengucapkan suku kata secara berulang (mamama, dadada,
dll)
2) Usia 9-12 bulan
Beberapa perkembangan anak usia 9-12 bulan, diantaranya adalah
:
a) Mulai berjalan tapi dengan berpegangan
b) Mampu melakukan gerakan melambai atau bertepuk tangan
c) Mulai menempelkan kepala saat merasa nyaman dalam
gendongan
d) Memiliki keinginan besar untuk mencoba membuka atau
melepas benda tertutup
e) Mulai meniru kata-kata yang diucapkan orang lain
3) Usia 12-18 bulan
Beberapa perkembangan anak usia 12-18 bulan, diantaranya
adalah :
a) Mampu berjalan sendiri
b) Mampu melempar benda kearah depan
c) Senang membuat coretan tidak beraturan dengan alat tulis
d) Mulai bermain dengan teman, namun sibuk dengan mainannya
sendiri
e) Menunjukkan reaksi berbeda terhadap orang yang dikenal dan
tidak dikenal
f) Kerap menunjukkan serta menanyakan beberapa benda
dirumah
g) Mampu merespon pertanyaan dengan jawaban “ya” atau
“tidak”
4) Usia 18-24 bulan
a) Anak akan melompat ditempat
b) Mulai menyobek-nyobek kertas

22
c) Anak senang bermain bersama teman dengan mainan yang
sama
d) Menghitung atau membilang sampai lima tanpa memahami
jumlahnya secara kuantitas
e) Mulai mengguakan kata-kata sederhana untuk menyatakan
keinginannya
f) Anak mulai mampu memahami perkataan orang lain serta
menjawab beragam pertanyaan

B. Kerangka Teori

Konsumsi Pemberian
makananan MP-ASI

Faktor Buatan
Pabrikan
langsung rumah

Penyakit
infeksi

STATUS
GIZI

Pengetahuan
orangtua

Pendidikan
orangtua

Faktor tidak Pekerjaan


langsung orangtua

23
Status
ekonomi

Pola asuh

: Yang diteliti

: Tidak diteliti
C. Hipotesis
Ha : Terdapat hubungan pemberian jenis MP-ASI terhadap status gizi anak
usia 6-24 bulan
H0 : Tidak terdapat hubungan pemberian jenis MP-ASI terhadap status gizi
anak usia 6-24 bulan

24
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

MP-ASI
1. Buatan rumah Status Gizi
2. Pabrikan

B. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2018 : 57) mengemukakan bahwa “variabel penelitian
adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan
yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel tersebut

25
merupakan variabel bebas (independent) dan variabel (dependent) varibel
terikat.
1. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah jenis MP-ASI (lokal dan pabrikan)
2. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah status gizi anak usia 6-24 bulan

C. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan rancangan korelasional analitik
dengan pendekatan Cross-Sectional. Penelitian korelasi atau korelasional
adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan
antara dua variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi
variabel tersebut sehingga tidak terdapat manipulasi variabel (Ir. Sofyan
Siregar, 2015). Menurut Wahyuni (2018 dalam Aristawati 2021) Cross
sectional merupakan penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk
mempelajari adanya suatu hubungan antara variabel independen (Jenis
MP-ASI) dan variabel dependen (status gizi) yang diukur hanya satu kali
dalam satu waktu.

D. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi
Menurut Corper Donald, R; Schindler, Pamela yang
diterjemahkan oleh Sugiyono (2018 :130) menyatakan bahwa:
“Population is the total collection of element about which we wish
to make some inference. A population element is the subject on
wich measurement is being taken. It is the until of study”. Populasi
adalah keseluruhan elemen yang akan dijadikan wilayah

26
generalisasi. Elemen populasi adalah keseluruhan subyek yang
akan diukur, yang merupakan unit yang diteliti.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek
dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar
jumlah yang ada pada obyek atau subyek yang dipelajari, tetapi
meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau
obyek ini.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak 6-24 bulan
yang ada di wilayah desa Ngepringan, Jenar, Sragen, yang
berjumlah 63 anak

2. Sampel
Sampel adalah subset dari populasi, terdiri dari beberap anggota
populasi. Subset ini diambil karena dalam banyak kasus tidak
mungkin peneliti meneliti seluruh populasi Oleh karena itu
diperlukan perwakilan populasi (Ir. Sofyan Siregar, 2015). Dalam
teknik sampling ada dua macam yaitu probality sampling dan non
probability samping. Probability sampling adalah teknik
pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi
setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota
sampel. Sedangkan non probability sampling adalah teknik
pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan
yang sama bagi setiap unsur atu anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel (Sugiyono, 2018:80)
Sampel dalam penelitian ini yaitu semua bayi yang berusia 6-24
bulan di Posyandu Desa Ngepringan, Kecamatan Jenar, Kabupaten
Sragen dengan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut :

27
a. Kriteria Inklusi
1) Bayi berusia 6-24 bulan
2) Ibu yang bersedia menjadi responden
b. Kriteria Eksklusi
1) Bayi yang memiliki riwayat BBLR dan kelahiran prematur
2) Bayi yang sakit atau menderita penyakit kongenital pada
saat pengambilan data
3) Ibu yang tidak bersedia mejadi responden

3. Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan non
probability sampling yaitu total sampling. Adapun pengertian total
sampling menurut Sugiyono (2018:140): “Sensus atau sampling total
adalah teknik pengambilan sampel dimana seluruh anggota populasi
dijadikan sampel. Penelitian yang dilakukan pada populasi dibawah
100 sebaiknya dilakukan dengan sensus, sehingga seluruh anggota
populasi tersebut dijadikan sampel semua sebagai subyek yang
dipelajari atau sebagai responden pemberi informasi”.

Dalam penelitian ini, besarnya sampel ditetapkan dengan


menggunakan rumus Slovin. Adapun rumus Slovin adalah sebagai
berikut:

n = 𝑁 1+𝑁 (𝑒) 2
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = standar error (5%)

E. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian

28
Tempat penelitian dilakukan di aula Posyandu Desa Ngepringan,
Kecamatan jenar, Kabupaten Sragen
2. Waktu Penelitian
Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Oktober –
Desember 2022

F. Definisi Operasional dan Definisi Istilah


Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional
1 Variabel a. MP-ASI Lokal : Kuisioner 1= Pemberian MP- Nomina
Independen : MP-ASI yang ASI Lokal l
Jenis MP ASI diolah sendiri 2= Pemberian MP-
dengan bahan- ASI Pabrikan
bahan di sekitar
b. MP-ASI
pabrikan : MP-
ASI kemasan
yang dapat
diberikan secara

29
instan
2 Variabel Kondisi tubuh 1. Timbangan 1. Gizi buruk: Z- Ordinal
Dependen : akibat konsumsi gantung score < -3,0
Status gizi anak makanan, dan 2. Usia 2. Gizi kurang : Z-
penggunaan zat score ≥ -3,0 s/d
gizi, dimana zat Z-score < -2,0
gizi dibutuhkan 3. Gizi baik : Z-
oleh tubuh sebagai score ≥ -2,0 s/d
perkembangan, Z-score ≤ 2,0
sumber energy, 4. Gizi lebih : Z-
pemeliharaan score > 2,0
jaringan tubuh,
serta pengaturan
proses tubuh

G. Instrumen atau Alat Pengumpulan Data


Menurut Sugiono (2013 dalam Sukendra 2017)) instrumen penelitian
adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun
sosial yang diamati. Instrumen dalam penelitian ini yaitu menggunakan
kuisioner. Kuisioner di gunakan untuk mendapatkan data demografi dan
data jenis pemberian MP-ASI.
Untuk mendapatkan data status gizi yaitu peneliti melakukan pengukuran
dengan timbangan gantung dan alat ukur tinggi badan.

H. Metode Pengumpulan Data


Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu menggunakan kuisioner, dengan prosedur sebagai berikut :
1. Pengumpulan data dilakukan di Posyandu Desa Ngepringan setelah
mendapat izin dari kader posyandu

30
2. Mengumpulkan orang tua anak disatu ruangan
3. Memberikan penjelasan kepada orang tua mengenai maksud dan
tujuan penelitian
4. Menanyakan kesediaan dijadikan objek penelitian
5. Memberi Inform Consent Kepada Orang tua
6. Melakukan pengambilan data Jenis MP-ASI yang diberikan pada
anak dengan cara mengisi kuesioner
7. Melakukan pengambilan data berat badan dan tinggi badan
8. Menganalis hasil data yang diperoleh

I. Rencana Analisis Data


1. Teknik Analisis Data
a. Analisis Univariat
Analisa univariat adalah analisis yang digunakan terhadap tiap
variable dari hasil penelitian (Notoadmojo, 2012). Analisis
Univariate bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variable penelitian.
Adapun yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah
jenis MP-ASI. Sedangkan yang menjadi variabel terikatnya adalah
status gizi anak usia 6-24 bula.
b. Analisis Bivariat
Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukanterhadap dua
variable yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo,
2012). Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji chi-square.
Untuk mengambil kesimpulan dari hasil chi square adalah dengan
melihat p-value. Uji statistik yang digunakan adalah uji ChiSquare.
Adapun rumus Chi-Squareyang digunakan adalah:

𝑋 2 = ∑(𝑂−𝐸)2

31
Dimana
- O = Nilai Pengamatan
- E = Nilai Harapan

Confidence Interval yang digunakan adalah 95%, dan level


signifikan 5% (α = 0,05). Jika p value < 0,05 artinya terdapat
hubungan yang bermakna secara statistik atau Ha diterima (Ho
ditolak). Jika p value> 0,05 artinya tidak ada hubungan yang
bermakna secara statistik atau Ha ditolak.
2. Pengolahan Data
Dalam melakukan pengolahan data terdiri 4 langkah sebagai berikut:
a. Editing
Editing adalah data yang telah terkumpul selanjutnya disusun dan
diperiksa isi lembar kuisioner apakah sudah lengkap dan jelas
terbaca agar dapat diproses lebih lanjut.
b. Coding
Setelah data diedit atau disunting selanjutnya dilakukan
pengkodean atau coding yakni mengubah bentuk kalimat atau huruf
menjadi data angka atau bilangan untuk mempermudah pembacaan
dan selanjutnya data dimasukkan pada tabel agar memperoleh
proses pengolahan data.
c. Data Entry
Data yang telah diberi kode dimasukkan ke dalam program dengan
menggunakan aplikasi SPSS agar dapat dihitung secara statistik.
d. Scoring
Pengolahan data selanjutnya adalah pemberian skor untuk setiap
item pertanyaan sehingga setiap jawaban atau hasil observasi dari
responden
e. Tabulating

32
Setelah dilakukan coding selanjutnya data dikelompokkan sesuai
dengan tujuan penelitian. Pada tahapan ini data diperoleh untuk
setiap variabel disajikan dalam bentuk tabel.
f. Cleaning
Apabila semua data dari setiap sumber data responden selesai
dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-
kemungkinan adaya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan
data dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.
(Aristawati, 2021)

J. Etika Penelitian
1. Lembar persetujuan menjadi responden (informed consent)
Lembar persetujuan diberikan kepada subyek yang akan diteliti,
peneliti menjelaskan maksud dan tujuan riset yang dilakukan serta
dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data.
Jika keluarga dan penderita kusta bersedia diteliti, keluarga harus
menandatangani lembar persetujuan tersebut dan bila keluarga menolak
untuk diteliti, maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati
hak-haknya.
2. Anonimity
Untuk menjaga kerahasiaan keluarga, peneliti tidak mencantumkan
namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan memberikan
nomor kode masing masing lembar tersebut.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subyek dijamin oleh
peneliti, penyajian data hasil penelitian hanya ditampilkan dalam forum
akademik
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing
harm and benefit).
Peneliti menjelaskan dan meyakinkan responden bahwa tidak ada
bahaya yang timbul dari pelaksanaan penelitian. Selain itu, peneliti

33
memastikan responden menerima manfaat dari penelitian berupa
informasi mengenai status gizi anak

34

Anda mungkin juga menyukai