TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Konsep Status Gizi
a. Pengertian
Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat
konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi, dimana zat gizi sangat
dibutuhkan oleh tubuh sebagai sumber energi, pertumbuhan dan
pemeliharaan jaringan tubuh, serta pengatur proses tubuh
(Septikasari, 2018 : 9). Status gizi diartikan sebagai status kesehatan
yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan
zat gizi (Sabiri, 2018).
Status gizi merupakan indikator kesehatan yang penting
karena anak usia di bawah lima tahun merupakan kelompok yang
rentan terhadap kesehatan dan masalah gizi. Status gizi dibedakan
antara status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih. Penilaian status gizi
adalah interpretasi yang diperoleh dari data yang diperoleh dengan
menggunakan berbagai metode untuk menemukan kelompok atau
individu yang berisiko kekurangan atau kelebihan gizi (Amirullah et
al., 2020)
6
Konsumsi makanan dengan tidak memenuhi jumlah
dan komposisi zat gizi seimbang dapat menjadi penyebab
masalah gizi pada anak. Kategori gizi seimbang adalah
makanan harus beragam, sesuai kebutuhan, bersih serta
aman (Paramashanti 2019 : 100)
b) Penyakit infeksi
Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar
dan tidak mau makan. Penyakit ini juga menghabiskan
sejumlah protein dan kalori yang seharusnya dipakai untuk
pertumbuhan. Diare dan muntah adalah contoh penyakit
yang menghalangi penyerapan makanan (Marimbi, 2018 :
99)
2) Faktor tidak langsung
a) Pengetahuan orangtua
Pengetahuan mengenai gizi sangat diperlukan agar
dapat mengatasi permasalahan yang timbul akibat konsumsi
gizi. Ibu bertanggung jawab terhadap konsumsi makanan
bagi keluarga, sehingga ibu harus memiliki pengetahuan
mengenai gizi baik melalui pendidikan formal maupun
informal
b) Pendidikan orangtua
Tingkat pendidikan ibu akan mempengaruhi sikap
dan pola pikir ibu dalam memperhatikan asupan makanan
bayi, mulai dari mencari, memperoleh dan menerima
informasi mengenai asupan makanan dan gizi bayi
sehingga dapat mempengaruhi pemilihan makanan yang
akan menentukan status gizi bayinya
c) Pekerjaan orangtua
Ibu yang bekerja memiliki waktu yang terbatas
untuk anak-anak dan keluarga, karena memiliki peran
7
ganda sebagai ibu rumah tangga dan sebagai pekerja. Ibu-
ibu pekerja waktunya lebih terbatas untuk memperhatikan
konsumsi gizi serta perhatian dan pengasuhan anak-
anaknya
d) Status ekonomi
Faktor ekonomi merupakan salah satu penentu yang
dapat mempengaruhi status gizi anak. Status ekonomi
rendah atau kemiskinan menduduki posisi pertama pada
masyarakat yang menyebabkan gizi kurang. Kedaan
ekonomi keluarga yang baik dapat menjamin terpenuhinya
kebutuhan gizi setiap anggota keluarga
e) Pola Asuh
Pola asuh adalah seluruh cara perlakuan orang tua
yang diterapkan pada anak, yang merupakan bagian penting
dan mendasar untuk menyiapkan kesehatan anak. Dalam
hal ini pola asuh kaitannya dengan cara yang diterapkan
oleh orang tua dalam memenuhi kebutuhan gizi bayinya.
(Utami, Suyatno dan Nugrahaeni, 2018)
8
parameter yang amat penting karena BB merupakan hasil
peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada
tubuh.
3) Tinggi Badan
Jika tidak mengetahui secara persis usia dari bayi yang
akan kita nilai status gizinya, maka tinggi badan bisa menjadi
parameter yang baik untuk menggantikan umur. Tinggi badan
adalah parameter yang penting bagi keadaan dimasa lalu serta
keadaan sekarang.
(Paramashanti, 2019 : 65)
9
Gizi kurang : Z-score ≥ -3,0 s/d Z-score < -2,0
Gizi baik : Z-score ≥ -2,0 s/d Z-score ≤ 2,0
Gizi lebih : Z-score > 2,0
10
yang normal akan proposional dengan tinggi badannya. Berikut
ini merupakan klasifikasi status gizi berdasarkan indikator
BB/TB :
Sangat kurus : Z-score < -3,0
Kurus : Z-score ≥ -3,0 s/d Z-score< -2,0
Normal : Z-score ≥ -2,0 s/d Z-score ≤ 2,0
Gemuk : Z-score > 2,0
11
perkembangan. Oleh karena itu, kebutuhsn zat gizi sumber
tenaga bagi anak relatif lebih besar daripada orang dewasa.
2) Zat Pembangun
Protein sebagai zat pembangun bujkan hanya untuk
pertumbuhan fisik dan perkembangan organ-organ tubuh anak,
tetapi juga menggantikan jaringan tubuh yang rusak
3) Zat Pengatur
Zat pengatur berfungsi agar faal organ-organ dan
jaringan tubuh termasuk otak dapat berjalan seperti hyang
diharapkan. Berikut zat yang berperan sebagai zat pengatur :
a) Vitamin, baik yang larut air (Vitamin B kompleks dan
vitamin C) maupun yang larut dalam lemak (A,D,E dan K)
b) Berbagai mineral, seperti kalsium, zat besi, iodium dan flour
c) Air, sebagai pengatur sel-sel tubuh
(Marimbi, 2018:94)
12
gizi yang baik serta seimbang. MP-ASI harus memenuhi
persyaratan jumlah beragam gizi yang diperlukan bayi, misalnya
protein, lemak, vitamin, mineral dan beragam zat gizi lain
(Paramashanti 2019 : 200).
13
4) Bayi dapat duduk dengan kepala tegak dan mampu menopang
lehernya tanpa bantuan
5) Bayi akan lebih cepat lapar dengan menunjukkan kegelisahan
atau bahkan menangis meski ibu sudah memberikan ASI yng
cukup
(Kartikasari & Afsah, 2019 : 17)
d. Konsistensi MP-ASI
Menurut Depkes RI (dalam Fadilah, 2017) Konsistensi makanan
pendamping ASI yang tepat dan diberikan sesuai dengan usia anak
adalah sebagai berikut :
1) Makanan lumat
Makanan lumat yaitu makanan yang dihancurkan, dihaluskan
atau disaring dan bentuknya lebih lembut atau halus tanpa
ampas. Makanan lumat ini biasanya diberikan saat anak berusia
6 sampai 9 bulan. Contoh dari makanan lumat itu antara lain
berupa bubur susu, bubur sumsum, pisang saring atau dikerok,
pepaya saring dan nasi tim saring.
2) Makanan lunak
Makanan lunak yaitu makanan yang dimasak dengan air dan
teksturnya lebih kasar dari makanan lumat. Makanan lunak ini
diberikan saat anak berusia 9 sampai 12 bulan. Makanan ini
berupa bubur nasi, bubur ayam, nasi tim, kentang puri.
3) Makanan padat
Makanan padat yaitu makanan lunak yang tidak nampak berair
dan biasanya disebut makanan keluarga. Makanan ini mulai
mulai diperkenalkan pada anak saat berusia 12-24 bulan. Contoh
makanan padat antara lain berupa lontong, nasi, lauk-pauk,
sayur bersantan, dan buah-buahan.
e. Jenis MP-ASI
14
Menurut (Fiddianti et al, 2019) MP-ASI terdapat beberapa jenis
yaitu:
1) MP-ASI olahan sendiri dirumah (MP-ASI lokal)
15
keluarga setiap harinya, seperti beras putih, beras merah, tentang,
jagung, umbi-umbian, gandum, atau serealia.
2) Protein
Protein merupakan zat makanan yang berfungsi sebagai zat
pembangun dan pengatur. Pada MPASI, juga harus memenuhi
kebutuhan protein. Sumber protein bisa didapatkan dari hewan
ataupun tumbuhan. Protein hewani umumnya mengandung
protein lengkap seperti terdapat pada susu, kuning telur,
ikan ,ayam, daging dan lain-lain. sedangkan protein nabati seperti
kacang-kacangan, sayuran, jagung, gandum, tempe, dan tahu.
3) Lemak
Lemak dapat berasal dari minyak atau santan untuk
meningkatkan kandungan energi dalam makanan. Lemak selain
bisa memberi rasa lebih gurih pada makanan, juga bisa membuat
makanan menjadi lebih lunak dan mudah ditelan. Beberapa jenis
lemak yang dapat ditambahkan pada makanan bayi diantaranya
terdapat pada mentega, keju, minyak kelapa, santan, minyak
kacang, minyak jagung dan minyak wijen.
4) Vitamin dan Mineral
Makanan yang mengandung mineral dan sumber vitamin
yaitu buah dan sayuran.Jenis sayuran yang baik untuk bayi adalah
sayuran yang kaya kandungan karotennya seperti sayuran
berwarna jingga dan hijau. Vitamin dan mineral ini baik untuk
melengkapi gizi yang dibutuhkan anak
5) Rempah-rempah atau bumbu aromatik
Rempah-rempah dan bumbu aromatik diperlukan pada
MPASI untuk memperkenalkan dan memperkaya cita rasa
pengecap bayi. Sumber rempah-rempah bisa didapatkan dari
daun, bunga, biji, buah, kulit kayu, atau akar tanaman. Rempah
dan bumbu aromatik juga bisa meningkatkan selera makan bayi.
Contoh rempah dan bumbu aromatik yang bisa diberikan pada
16
bayi adalah kayu manis, ketumbar, kunyit, daun salam, daun
pandan, daun jeruk, dan rempah-rempah lain.
17
Tumbuh kembang bayi/anak dimulai dari kepala, selanjutnya
mengembangkan kemampuan untuk bergerak lebih cepat
dengan menggelengkan kepala dan kemudian ke bagian
anggota gerak lengan, tangan dan kaki. Dengan kata lain,
pola sefalokaudal adalah pertumbuhan dan perkembangan
yang dimulai dari arah kepala bergerak ke bagian
ekstremitas . Pola ini terlihat jelas pada bayi baru lahir
dimana proporsi kepala lebih besar darpada ekstremitas
b) Proximodistal/near to far direction (dari yang paling dekat ke
yang jauh)
Dimana tumbuh kembang bayi/anak mulai dengan
menggerakkan anggota gerak yang paling dekat dengan
sumbu tengah, selanjutnya menggerakkan anggota gerak
yang lebih jauh atau ke bagian tepi. Dengan kata lain, pola
Proksimal –distal adalah pola pertumbuhan dan
perkembangan yang terjadi dari proksimal kearah distal.
Contohnya bayi dapat berguling terlebih dahulu sebelum
dapat memegang obyek dengan jari-jari tangannya.
2) Pola dari umum ke khusus
Pola tumbuh-kembang ini dimulai dengan menggerakkan
anggota badan yang lebih umum, selanjutnya menggerakkan
anggota badan yang lebih kompleks.
18
telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas
pertumbuhan
2) Faktor lingkungan
Faktor lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan
tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup
baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan
sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan
merupakan lingkungan “bio-fisik-psiko-sosial” yang
mempengaruhi individu setiap hari mulai dari konsepsi sampai
akhir hayatnya. Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi
menjadi :
a) Faktor Pranatal
Faktor pranatal yaitu faktor yang mempengaruhi anak pada
waktu masih didalam kandungan. Faktor lingkungan pranatal
yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin mulai dari
konsepsi sampai lahir antara lain :
Gizi Ibu pada waktu hamil
Gizi Ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan
maupun pada waktu sedang hamil, lebih sering
menghasilkan bayi BBLR atau lahir mati, menyebabkan
cacat bawaan, hambatan Pertumbuhan otak, anemia pada
bayi baru lahir, bayi mudah terkena infeksi, abortus dan
sebagainya
Mekanis
Trauma dan cairan ketuban yang kurang, posisi janin
dalam uterus dapat kelainan bawaan, dislokasi panggul,
kongenital, palsy fasialis atau kraniotabes
Toksin atau zat kimia
Zat-zat kimia yang dapat menyebabkan kelainan bawaan
pada bayi antara lain obat antikanker, rokok, alkohol
beserta logam berat lainnya
19
Endokrin
Hormon-hormon yang mungkin berperan pada
pertumbuhan janin adalah somatotropin, insulin, hormon
plasenta, peptida-peptida lainnya dengan aktivitas mirip
insulin. Apabila salah satu dari hormon tersebut
mengalami defisiensi maka dapat menyebabkan terjadinya
gangguan pada pertumbuhan susunan saraf pusat sehingga
terjadi retardasi mental, cacat bawaan dan lain-lain.
Radiasi
Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu
dapat menyebabkan kematian janin, kerusakan otot atau
cacat bawaan lainnya.
Infeksi
Infeksi intra uterin yang sering menyebabkan cacat
bawaan adalah TORCH. Sedangkan infeksi lainnya yang
juga dapat menyebabkan penyakit pada janin adalah
Varisela, malaria dan polio.
Stress
Stres yang dialami oleh ibu pada waktu hamil dapat
mempengaruhi tumbuh kembang janin antara lain cacat
bawaan dan kelainan kejiwaan.
Imunitas
Rhesus atau ABO inkomtabilitas sering menyebabkan
abortus atau lahir mati.
Anoksia embrio
Menurunnya oksigenasi janin melalui gangguan pada
plasenta atau tali pusat, menyebabkan BBLR
b) Faktor Postnatal
Faktor postnatal yaitu Faktor lingkungan yang mempengaruhi
tumbuh kembang anak setelah lahir. Lingkungan postnatal
20
yang mempengaruhi tumbuh kembang anak secara umum
dapat digolongkan menjadi :
Lingkungan biologis
Lingkungan biologis yang dimaksud adalah ras/suku
bangsa, jenis kelamin, umur, gizi perawatan kesehatan,
penyakit kronis, fungsi metabolisme dan hormon
Faktor fisik
Yang termasuk faktor fisik antara lain cuaca, musim,
sanitasi, ventilasi rumah, cahaya dan kepadatan hunian.
Faktor psikososial
Dalam proses sosialisasi dengan lingkungannya anak
memerlukan teman sebaya serta kualitas interaksi anak
dan orangtua dapat mempengaruhi proses tumbuh
kembang anak.
Faktor keluarga dan adat istiadat
Faktor keluarga yang berpengaruh terhadap tumbuh
kembang anak yaitu pendapatan keluarga. Pendapatan
keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang
anak. Selain itu adat istiadat, kepercayaan tabu pada
masyarakat juga mempengaruhi tumbuh kembang
21
h) Berpaling atau tertarik dengan sumber suara
i) Mencari benda yang dijatuhkan atau tidak sengaja jatuh
j) Mengucapkan suku kata secara berulang (mamama, dadada,
dll)
2) Usia 9-12 bulan
Beberapa perkembangan anak usia 9-12 bulan, diantaranya adalah
:
a) Mulai berjalan tapi dengan berpegangan
b) Mampu melakukan gerakan melambai atau bertepuk tangan
c) Mulai menempelkan kepala saat merasa nyaman dalam
gendongan
d) Memiliki keinginan besar untuk mencoba membuka atau
melepas benda tertutup
e) Mulai meniru kata-kata yang diucapkan orang lain
3) Usia 12-18 bulan
Beberapa perkembangan anak usia 12-18 bulan, diantaranya
adalah :
a) Mampu berjalan sendiri
b) Mampu melempar benda kearah depan
c) Senang membuat coretan tidak beraturan dengan alat tulis
d) Mulai bermain dengan teman, namun sibuk dengan mainannya
sendiri
e) Menunjukkan reaksi berbeda terhadap orang yang dikenal dan
tidak dikenal
f) Kerap menunjukkan serta menanyakan beberapa benda
dirumah
g) Mampu merespon pertanyaan dengan jawaban “ya” atau
“tidak”
4) Usia 18-24 bulan
a) Anak akan melompat ditempat
b) Mulai menyobek-nyobek kertas
22
c) Anak senang bermain bersama teman dengan mainan yang
sama
d) Menghitung atau membilang sampai lima tanpa memahami
jumlahnya secara kuantitas
e) Mulai mengguakan kata-kata sederhana untuk menyatakan
keinginannya
f) Anak mulai mampu memahami perkataan orang lain serta
menjawab beragam pertanyaan
B. Kerangka Teori
Konsumsi Pemberian
makananan MP-ASI
Faktor Buatan
Pabrikan
langsung rumah
Penyakit
infeksi
STATUS
GIZI
Pengetahuan
orangtua
Pendidikan
orangtua
23
Status
ekonomi
Pola asuh
: Yang diteliti
: Tidak diteliti
C. Hipotesis
Ha : Terdapat hubungan pemberian jenis MP-ASI terhadap status gizi anak
usia 6-24 bulan
H0 : Tidak terdapat hubungan pemberian jenis MP-ASI terhadap status gizi
anak usia 6-24 bulan
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
MP-ASI
1. Buatan rumah Status Gizi
2. Pabrikan
B. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2018 : 57) mengemukakan bahwa “variabel penelitian
adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan
yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel tersebut
25
merupakan variabel bebas (independent) dan variabel (dependent) varibel
terikat.
1. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah jenis MP-ASI (lokal dan pabrikan)
2. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah status gizi anak usia 6-24 bulan
C. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan rancangan korelasional analitik
dengan pendekatan Cross-Sectional. Penelitian korelasi atau korelasional
adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan
antara dua variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi
variabel tersebut sehingga tidak terdapat manipulasi variabel (Ir. Sofyan
Siregar, 2015). Menurut Wahyuni (2018 dalam Aristawati 2021) Cross
sectional merupakan penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk
mempelajari adanya suatu hubungan antara variabel independen (Jenis
MP-ASI) dan variabel dependen (status gizi) yang diukur hanya satu kali
dalam satu waktu.
26
generalisasi. Elemen populasi adalah keseluruhan subyek yang
akan diukur, yang merupakan unit yang diteliti.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek
dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar
jumlah yang ada pada obyek atau subyek yang dipelajari, tetapi
meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau
obyek ini.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak 6-24 bulan
yang ada di wilayah desa Ngepringan, Jenar, Sragen, yang
berjumlah 63 anak
2. Sampel
Sampel adalah subset dari populasi, terdiri dari beberap anggota
populasi. Subset ini diambil karena dalam banyak kasus tidak
mungkin peneliti meneliti seluruh populasi Oleh karena itu
diperlukan perwakilan populasi (Ir. Sofyan Siregar, 2015). Dalam
teknik sampling ada dua macam yaitu probality sampling dan non
probability samping. Probability sampling adalah teknik
pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi
setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota
sampel. Sedangkan non probability sampling adalah teknik
pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan
yang sama bagi setiap unsur atu anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel (Sugiyono, 2018:80)
Sampel dalam penelitian ini yaitu semua bayi yang berusia 6-24
bulan di Posyandu Desa Ngepringan, Kecamatan Jenar, Kabupaten
Sragen dengan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut :
27
a. Kriteria Inklusi
1) Bayi berusia 6-24 bulan
2) Ibu yang bersedia menjadi responden
b. Kriteria Eksklusi
1) Bayi yang memiliki riwayat BBLR dan kelahiran prematur
2) Bayi yang sakit atau menderita penyakit kongenital pada
saat pengambilan data
3) Ibu yang tidak bersedia mejadi responden
3. Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan non
probability sampling yaitu total sampling. Adapun pengertian total
sampling menurut Sugiyono (2018:140): “Sensus atau sampling total
adalah teknik pengambilan sampel dimana seluruh anggota populasi
dijadikan sampel. Penelitian yang dilakukan pada populasi dibawah
100 sebaiknya dilakukan dengan sensus, sehingga seluruh anggota
populasi tersebut dijadikan sampel semua sebagai subyek yang
dipelajari atau sebagai responden pemberi informasi”.
n = 𝑁 1+𝑁 (𝑒) 2
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = standar error (5%)
28
Tempat penelitian dilakukan di aula Posyandu Desa Ngepringan,
Kecamatan jenar, Kabupaten Sragen
2. Waktu Penelitian
Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Oktober –
Desember 2022
29
instan
2 Variabel Kondisi tubuh 1. Timbangan 1. Gizi buruk: Z- Ordinal
Dependen : akibat konsumsi gantung score < -3,0
Status gizi anak makanan, dan 2. Usia 2. Gizi kurang : Z-
penggunaan zat score ≥ -3,0 s/d
gizi, dimana zat Z-score < -2,0
gizi dibutuhkan 3. Gizi baik : Z-
oleh tubuh sebagai score ≥ -2,0 s/d
perkembangan, Z-score ≤ 2,0
sumber energy, 4. Gizi lebih : Z-
pemeliharaan score > 2,0
jaringan tubuh,
serta pengaturan
proses tubuh
30
2. Mengumpulkan orang tua anak disatu ruangan
3. Memberikan penjelasan kepada orang tua mengenai maksud dan
tujuan penelitian
4. Menanyakan kesediaan dijadikan objek penelitian
5. Memberi Inform Consent Kepada Orang tua
6. Melakukan pengambilan data Jenis MP-ASI yang diberikan pada
anak dengan cara mengisi kuesioner
7. Melakukan pengambilan data berat badan dan tinggi badan
8. Menganalis hasil data yang diperoleh
𝑋 2 = ∑(𝑂−𝐸)2
31
Dimana
- O = Nilai Pengamatan
- E = Nilai Harapan
32
Setelah dilakukan coding selanjutnya data dikelompokkan sesuai
dengan tujuan penelitian. Pada tahapan ini data diperoleh untuk
setiap variabel disajikan dalam bentuk tabel.
f. Cleaning
Apabila semua data dari setiap sumber data responden selesai
dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-
kemungkinan adaya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan
data dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.
(Aristawati, 2021)
J. Etika Penelitian
1. Lembar persetujuan menjadi responden (informed consent)
Lembar persetujuan diberikan kepada subyek yang akan diteliti,
peneliti menjelaskan maksud dan tujuan riset yang dilakukan serta
dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data.
Jika keluarga dan penderita kusta bersedia diteliti, keluarga harus
menandatangani lembar persetujuan tersebut dan bila keluarga menolak
untuk diteliti, maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati
hak-haknya.
2. Anonimity
Untuk menjaga kerahasiaan keluarga, peneliti tidak mencantumkan
namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan memberikan
nomor kode masing masing lembar tersebut.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subyek dijamin oleh
peneliti, penyajian data hasil penelitian hanya ditampilkan dalam forum
akademik
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing
harm and benefit).
Peneliti menjelaskan dan meyakinkan responden bahwa tidak ada
bahaya yang timbul dari pelaksanaan penelitian. Selain itu, peneliti
33
memastikan responden menerima manfaat dari penelitian berupa
informasi mengenai status gizi anak
34