Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

A. SUBJEK STUDI KASUS


Subjek studi kasus ini yaitu balita berumur 16 bulan dan 59 bulan yang mengalami gizi
kurang.

B. FOKUS STUDI KASUS


Fokus studi ini adalah tentang penerapan prosedur pijat tui na untuk meningkatkan berat
badan anak.

C. KONSEP DEFISIT NUTRISI


1. Pengertian
Defisit nutrisi adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme (SDKI, 2016).
Gizi kurang adalah suatu keadaan yang dapat dilihat secara antropometri
dengan menggunakan indeks BB/U dengan ambang batas -3 SD sampai dengan <-2
SD (Supariasa, 2016). Gizi kurang yaitu kurang gizi tingkat sedang yang disebabkan
oleh rendahnya konsumsi energi dan protein yang didapati dari makanan sehari-hari
dan terjadi dalam waktu yang lama (Aritonang, 2010).

2. Etiologi
Gizi kurang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam
makanan sehari-hari sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi dan atau adanya
penyakit infeksi sebagai manifestasi adanya gangguan pertumbuhan. Balita dengan
tingkat asupan energi yang rendah mempengaruhi fungsi dan struktural
perkembangan otak serta dapat mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan
kognitif yang terhambat (Anita Bili, 2020)
a. Faktor langsung
Terdapat dua faktor yang memengaruhi status gizi secara langsung yaitu asupan
nutrisi dan infeksi suatu penyakit. Asupan nutrisi sangat memengaruhistatus
gizi, apabila tubuh memperoleh asupan nutrisi yang dibutuhkan secaraoptimal
maka pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dankesehatan
akan berlangsung maksimal sehingga status gizi pun akan optimal. Infeksi suatu
penyakit berkaitan erat dengan buruknya sanitasi lingkungandan tingginya
kejadian penyakit menular. Infeksi penyakit terutama infeksi beratdapat
memperburuk status gizi karena memengaruhi asupan gizi
sehinggakemungkinan besar akan menyebabkan kehilangan zat gizi yang
dibutuhkan tubuh.
b. Faktor tidak langsung
a) Tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku keluarga tentang gizi dan
kesehatan.
Walaupun bahan makanan dapat disediakan oleh keluarga dan daya beli
memadai, tetapi karena kekurangan pengetahuan ini dapat menyebabkan
keluarga tidak menyediakan makanan beraneka ragam setiap harinya,
terjadi ketidakseimbangan antara asupan nutrisi dengan kebutuhan tubuh.
b) Pendapatan keluarga
Sebagian besar jumlah pendapatan penduduk Indonesia adalah golongan
rendah dan menengah, hal ini akan berdampak pada pemenuhan bahan
makananterutama makanan bergizi. Oleh sebab keterbatasan ekonomi yang
dialami, maka masyarakat cenderung tidak mampu untuk membeli bahan
pangan/ makanan yangbaik sehingga berdampak terhadap tingkat
pemenuhan kebutuhan nutrisi yangcenderung menurun
c) Sanitasi lingkungan
Keadaan sanitasi lingkungan yang kurang baik memungkinkan
terjadinyaberbagai jenis penyakit antara lain diare, kecacingan dan infeksi
saluran cerna.Apabila anak menderita infeksi saluran cerna maka
penyerapan zat-zat gizi akanterganggu, hal ini akan menyebabkan
terjadinya kekurangan zat gizi. Kekuranganzat gizi dalam tubuh akan
menyebabkan mudah terserang penyakit sehinggapertumbuhan akan
terganggu

3. Tanda dan Gejala


a) Kurang Energi Protein Ringan. Pada tahap ini, belum ada tanda-tanda khusus
yang dapat dilihat dengan jelas. Hanya saja, berat badan si anak hanya mencapai
80% dari berat badan normal.
b) Kurang Energi Protein Sedang. Pada tahap ini, berat badan si anak hanya
mencapai 70% dari berat badan normal. Selain itu, ada tanda yang bisa dilihat
dengan jelas adalah wajah menjadi pucat, dan warna rambut berubah agak
kemerahan.
c) Pada pengukuran status gizi menggunakan antropometri, tanda-tanda balita gizi
kurang dapat dilihat melalui parameter yang valid dalam antropometri dengan
empat indeks:
1) Berat Badan menurut Umur (BB/U). Gizi kurang adalah apabila berat badan
bayi / anak menurut umur berada diantara 60,1%-80% standar Harvard
2) Tinggi Badan menurut Umur (TB/U). Gizi kurang adalah apabila panjang /
tinggi badan bayi / anak menurut umurnya berada diantara 70,1%-80% dari
standar Harvard
3) Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) Gizi kurang adalah apabil
berat bayi / anak menurut panjang / tingginya berada diantara 70,1%-90%
dari standar Harvard
4) Pada KMS berat badan balita gizi kurang terletak pada pita warna kuning
yang berada dibawah pita warna hijau.

4. Pengkajian Nutrisi
Parameter pengukuran status gizi kurang adalah menggunakan Indeks BB/U.
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh.
Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya
disebabkan oleh terserangnya penyakit infeksi, penurunan nafsu makan atau jumlah
makanan yang telah dikonsumsi. Berat badan adalah parameter antropometri yang
sangat labil (Supariasa, Bakri & Fajar, 2016).
Dalam keadaan normal yaitu ketika keadaan kesehatan baik dan keseimbangan
antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, berat badan berkembang mengikuti
pertambahan umur. Sebaliknya, dalam keadaan yang abnormal terdapat 2
kemungkinan perkembangan berat badan yaitu dapat berkembang cepat atau lebih
lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat badan, indeks berat
badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi.
Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih
menggambarkan status gizi seseorang saat ini (Current Nutritional Status) (Supariasa,
Bakri& Fajar, 2016).
KMS (Kartu Menuju Sehat) merupakan alat yang penting untuk memantau
tumbuh kembang anak yang dipakai dalam dilapangan atau posyandu. Dalam KMS
hanya menggunakan korelasi antara umur dan berat badan balita, dikarenakan
perubahan berat badan merupakan indikator yang sangat sensitif untuk memantau
pertumbuhan anak, selain itu lebih mudah dalam pengukurannya dan lebih cepat
dimengerti oleh masyarakat umum sehingga dalam KMS memuat kurva
pertumbuhan normal anak berdasarkan korelasi berat badan menurut umur. Dengan
KMS gangguan pertumbuhan atau resiko kelebihan gizi dapat diketahui lebih dini,
sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan secara lebih cepat dan tepat sebelum
masalahnya lebih berat.

5. Penanganan Balita dengan Gizi Kurang


Upaya-upaya yang dilakukan tersebut antara lain adalah meningkatkan
pengetahuan orang tua mengenai gizi, melakukan pengobatan kepada si anak dengan
memberikan makanan yang dapat menjadikan status gizi si anak menjadi lebih baik.
Dengan demikian, harus dilakukan pemilihan makanan yang baik untuk si anak.
Makanan yang baik adalah makanan yang kuantitas dan kualitasnya baik. Makanan
dengan kuantitas yang baik adalah makanan yang diberikan jumlahnya sesuai dengan
kebutuhan si anak dan makanan yang berkualitas baik adalah makanan yang
mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan anak.
Tatalaksana diet bagi penderita gizi kurang pada tingkat rumah tangga yaitu
ibu memberikan aneka ragam makanan dalam porsi kecil dan sering kepada anak
sesuai dengan kebutuhan, dan teruskan pemberian ASI sampai anak berusia 2 tahun.

D. PROSEDUR PIJAT TUI NA


1. Pengertian Pijat Tui Na
Teknik akupresur Tui Na yaitu dilakukan dengan teknik pemijatan meluncur
(Effleurage atau Tui), memijat (Petrissage atau Nie), mengetuk (tapotement atau Da),
gesekan, menarik, memutar, menggoyang, dan menggetarkan titik tertentu sehingga
akan mempengaruhi aliran energi tubuh dengan memegang dan menekan bagian
tubuh tertentu. (Indah, 2022)

2. Manfaat Pijat Tui Na


Manfaat pijat Tui Na adalah sebagai cara untuk mendukung proses
tumbuh kembang anak secara mental, fisik dan sosial, tujuan dari pemijatan
tersebut adalah untuk memberikan rangsangan positif, melancarkan saraf-saraf
sehingga bisa menjadikan tubuh menjadi rileks, lebih segar, dan sebagainya. (Resti,
2020)
Pijat Tui Na ini merupakan tehnik pijat yang lebih spesifik untuk mengatasi kesulitan
makan pada balita dengan cara memperlancar peredaran darah pada limpa dan
pencernaan. (Annif Munjidah, 2019)

3. Pelaksanaan Pijat Tui Na


a. Menyiapkan alat dan bahan: bantal, alas tidur, minyak kayu putih atau minyak
telon
b. Jelaskan pada keluarga mengenai tindakan yang akan dilakukan
c. Berikan posisi yang nyaman pada pasien
d. Mencuci tangan sebelum melakukan tindakan
e. Mengoleskan minyak kayu putih
f. Tekuk sedikit ibu jari, gosok tepi ibu jari bagian luar dilakukan sebanyak 25 – 30
kali
g. Gosok melingkar tengah pada telapak tangan sebanyak 25 – 30 kali
h. Pijat melingkar pada sendi ruas ke 2-3 dari ujung jari sebanyak 25 – 30 kali
i. Pijat lembut secara melingkar pada daerah diatas pusar sebanyak 25 – 30 kali
j. Pijat bagian bawah tulang rusuk dengan ibu jari kearah luar sebanyak 25 – 30 kali
k. Pijat secara melingkar titik di bawah lutut bagian luar, sekitar empat lebar jari
anak di bawah tempurung lututnya sekitar 25 – 30 kali
l. Pijat punggung anak, tekan ringan pada bagian tulang punggungnya dari atas ke
bawah sebanyak 3 kali. Kemudian cubit bagian kulitnya dibagian kiri dan kanan
tulang ekor lalu menjalar ke bagian atas hingga lebar 3 – 5 kali

E. MEKANISME PROSEDUR PIJAT TUI NA DALAM MENINGKATKAN BERAT


BADAN
Pada balita terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab masalah nafsu makan
seperti faktor nutrisi, faktor psikologi dan faktor organik. Penyebab tersering pada kasus
nafsu makan pada anak balita dikarenakan gangguan fungsi limpa dan pencernaan.
Sehingga makanan yang masuk kedalam perut tidak segera dicerna, yang berakibat pada
stagnasi makanan dalam saluran cerna, keluhan yang disampaikna orang tua pada
masalah ini adalah anak sering muntah, mual jika disuapi, dan perut terasa penuh
sehingga mengurangi nafsu makan atau bahkan tidak nafsu makan sama sekali.
Peningkatan nafsu makan pada balita disebabkan karena dilakukannya pijat tuina. Hal ini
disebabkan oleh karena pemberian pijat tuina membantu memperlancar peredaran darah
dan dapat memaksimalkan fungsi organ, salah satu organ yang bisa dimaksimalkan
adalah organ pencernaan. Dimana dengan pemijatan motilitas usus akan meningkat dan
akan memperbaiki penyerapan zat makanan oleh tubuh dan meningkatkan nafsu makan.
Rangsangan yang berlebihan pada ujung saraf-saraf yang terdapat pada permukaan
kulit (pemijatan) akan mengakibatkan permeabilitas membran sel menipis sehingga akan
memudahkan pertukaran Ion Natrium (Na) dan Kalium (K) yang akan merangsang
terjadinya potensial pada otot dan saraf. Potensial aksi yang terjadi pada saraf simpatis
dan para simpatis akan mempengaruhi kerja organ antara lain: perangsangan nervus
vagus akan mempengaruhi sistem gastrointestinal yaitu meningkatnya peristaltik
sehingga pengosongan lambung meningkat akibat cepat lapar (nafsu makan akan
meningkat) dan makannya menjadi lahap. Selain itu juga akan terjadi peningkatan
produksi enzim pencernaan yang akan membantu penyerapan zat-zat nutrisi. Nutrisi
yang diserap akan masuk kedalam peredaran darah yang juga meningkat karena
rangsangan dari saraf simpatis.

Anda mungkin juga menyukai