Disusun oleh :
Dewie Meidyani
2010206006
a. Pengertian
Stunting adalah keadaan balita yang memiliki panjang atau tinggi badan
kurang jika dibandingkan dengan umur. Stunted terjadi akibat kegagalan proses
tumbuh kembang anak yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis atau asupan
nutrisi yang tidak adekuat dalam waktu cukup lama. Kondisi ini diukur dengan
panjang atau tinggi badan yang lebih dari -2 SD dibawah median standar
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada balita (bawah lima tahun)
akibat kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.
Stunting terjadi sejak janin masih dalam kandungan dan nampak saat anak usia 24
2018).
b. Klasifikasi Stunting
berdasarkan berat badan menurut umur (BB/U) dan tinggi badan menurut umue
(TB/U). Kategori status gizi balita berdasarkan panjang badan menurut umur
(PB/U) atau tinggi badan menurut umur (TB/U) untuk anak usia 0-60 bulan yaitu:
3) Normal : - 2 SD 2 SD
4) Tinggi : > 2 SD
Pengukuran tinggi badan pada balita dilakukan sesuai dengan usia. Pada
usia kurang dari 2 tahun pengukuran tinggi badan secara terlentang. Sedangkan
anak yang usianya lebih dari 2 tahun pengukuranya dengan berdiri. Rata- rata
tinggi badan anak Indonesia sejak lahir 48cm hingga usia 5 tahun dapat mencapai
1) Pola Asuh
diterapkan pada balita. Orang tua yang memiliki pola asuh yang baik maka
asupan gizi yang diberikan pada anak akan baik (Christiaingrum, 2018).
2) Status Ekonomi
akan lebih mudah untuk mengakses gizi yang baik dan cukup
(Christianingrum, 2018).
3) Asi Ekslusif
Asi Ekslusif adalah praktik pemberian ASI (air susu ibu) setelah
bayi lahir. Bayi hanya diberikan ASI tanpa tambahan cairan lain seperti
susu formula, madu, air teh, gula, air putih maupun makanan padat
seperti pisang, biskuit, bubur, dan nasi. Pemberian ASI ekslusif ini
Manfaat ASI bagi bayi yaitu dapat membantu bayi untuk memulai
mencegah infeksi. Pemberian ASI sangat penting untuk bayi, karena ASI
bayi pada puting susu merangsang oksitosin alami yang dapat membantu
c) Dampak
bayi yang tidak mendapat ASI Ekslusif selama 6 bulan dan lebih banyak
(Christianingrum, 2018).
4) Pendidikan
pemenuhan gizi pada anaknya. Sedangkan ibu yang berpendidikan lebih akan
lebih mudah dalam menerima informasi dan mengambil keputusan untuk
meningkatkan gizi dan status kesehatan anaknya. Maka dari itu, pendidikan
Berat lahir bayi dibagi menjadi dua kategori, yaitu berat badan lahir
rendah (BBLR) dan normal. Yang dimaksud dengan berat badan lahir rendah
(BBLR) yaitu bayi yang berat lahirnya <2500 gram dan tanpa memandang
usia kehamilan. Bayi yang berat lahirnya rendah berisiko lebih tinggi
zat gizi yang cukup dapat mempengaruhi BBL dan PB bayi. Status gizi saat
kematian neonatal, asfiksia intrapartum dan lahir dengan berat badan lahir
rendah.
7) Pengetahuan Ibu
pada balita. Pengetahuan tentang gizi dipengaruh oleh beberapa faktor seperti
Ibu yang memiliki pengetahuan gizi yang baik akan lebih tepat dalam
upaya meningkatkan status gizi seperti dalam menyediakan bahan dan menu
d. Dampak Stunting
stunting dibagi menjadi dampak jangka pendek dan jangka panjang. Dampak
kognitif, motorik, dan verbal pada anak dan meningkatkan biaya kesehatan.
produtivitas dan kapasitas kerja tidak optimal dan menyebabkan penyakit yang
lain.
e. Cara Mengukur Stunting
berati ukuran. Sehingga dapat diartikan sebagai ukuran dari tubuh. Pengukuran
dimensi fisik dan komposisi tubuh dari berbagai jenis ukuran tubuh manusia
antara lain: pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, dan tebal
Pengukuran antropometri dapat dilakukan siapa saja, dimana saja dan tidak rumit.
Antropometri memiliki metode yang tepat dan akurat karena memiliki rujukan
yang pasti, prosedur yang mudah, dan dapat dilakukan untuk jumlah sampel yang
besar.
Stunting didefinisikan sebagai nilai panjang badan (PB) atau tinggi badan
(TB) menurut umur (U) kurang dari -2 standar deviasi (SD) dari median standar
Tinggi badan (TB) digunakan untuk anak yang umurnya diatas 24 bulan.
Pengukuran ini dengan berdiri tegak dan dilakukan pada anak yang sudah bisa
berdiri tanpa bantuan. Apabila umur diatas 24 bulan diukur dengan terlentang,
maka hasil pengukurannya dikurangi 0,7 cm. Pengukuran tinggi badan dilakukan
dengan alat ukur pengukur tinggi yaitu microtoise yang memiliki ketelitian 0,1
cm.
FORMAT PENGKAJIAN ANAK
Nama mahasiswa: Dewie Meidyani
Tempat praktek: Grobogan
Tanggal pengkajian: 23 November 2020
I. DATA IDENTITAS
Nama : Davin Fendi
Alamat : Dusun Sekaran Desa Karangrejo RT 01/10
Tempat /tanggal lahir: Grobogan, 02 Mei 2016
Agama : Islam
Nama ayah /ibu : Edi Sunarto/Rosi Indah
Suku Bangsa : Jawa/Indonesia
Pekerjaan ayah : Wiraswasta Pendidikan ayah : SD
Pekerjaan ibu : Ibu rumah tangga Pendidikan ibu : SMP
II. KELUHAN UTAMA
1. Alasan utama dibawa ke rumah sakit: Ibu mengeluhkan anak susah makan, anak
mau makan jika makanannya makanan ringan yang mengandung banyak MSG.
2. Tanda dan gejala yang dilihat oleh orang tua: Berat badan tidak naik setiap bulan.
III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LAMPAU
1. Riwayat kehamilan dan kelahiran
a. Prenatal: Pada masa prenatal ibu tidak mengalami permasalahan.
b. Intranatal : Pada masa intranatal ibu tidak mengalami permasalahan, pada kala I-
IV ibu normal, persalinan ibu normal selama 10 jam, bayi lahir dengan panjang
badan 48 cm. .
c. Postnatal : Pada postnatal ibu juga tidak mengalami permasalahan.
2. Penyakit waktu kecil : Ibu tidak memiliki penyakit pada waktu kecil.
3. Pernah dirawat di rumah sakit, jelaskan: tidak ada permasalahan pada ibu dan anak
tidak pernah dirawat di RS.
4. Obat-obatan yang digunakan: tidak ada obat yang dikonsumsi oleh ibu dan anak.
5. Tindakan (operasi): riwayat persalinan ibu normal.
6. Alergi: Tidak ada alergi pada ibu dan anak.
7. Kecelakaan: Tidak pernah mengalami kecelakaan pada ibu dan anak.
8. Imunisasi yang telah didapatkan: Hepatitis B, BCG, Polio 1, DPT/HB/Hib1, Polio 2,
PCV 1, DPT/HB/Hib2, Polio 3, PCV 2, DPT/HB/Hib3, Polio 4, IPV, Campak-
Rubella 1, JE, PCV3, DPT/HB/Hib4, Campak-Rubella 2.
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Tinggal satu atap
V. RIWAYAT SOSIAL
1. Yang mengasuh anak dan alasannya: anak diasuh oleh ibunya sendiri karena
bapaknya sibuk bekerja.
2. Hubungan dengan anggota keluarga: hubungan antara anak dan keluarga
berlangsung baik.
3. Hubungan dengan teman sebaya: anak sering bermain dengan teman sebaya yang
lain di lingkungan rumahnya.
4. Pembawaan secara umum (periang, pemalu, pendiam dan kebiasaan menghisap jari,
membawa gombal, ngompol): anak banyak bicara jika sudah kenal dengan orang,
jika belum kenal orang tersebut anak cenderung diam saja.
5. Lingkungan rumah (kebersihan, keamanan, ancaman keselamatan anak, ventilasi,
letak barang-barang, disertai dengan denah rumah): lingkungan rumah anak bersih,
aman, bebas dari ancaman keselamatan anak, ventilasi baik, letak barang satu
dengan yang lain tertata rapi, dan denah rumah rapi.
VI. KEBUTUHAN DASAR
Nutrisi metabolik
a. Pemberian ASI / PASI (jumlah minum, kekuatan menghisap): anak sudah tidak
ASI lagi, tetapi semasa anak usia 0-2 tahun full asi ekslusif.
b. Makanan yang disukai / tidak disukai (jenis, selera makan baik frekuensi, porsi
makan dan pola makan): anak suka makan-makanan yang dijual di warung seperti
makanan ringan yang mengandung banyak MSG. Anak tidak suka makan sayur-
sayuran. Frekuensi makan anak 3x sehari dan porsi makan sedikit.
c. Makanan dan minuman selama 24 jam, adakah makanan tambahan/vitamin:
Makanan selama 24 jam kebanyakan makan yang mengandung MSG dan
minuman manis seperti nutrisari, dsb. Anak tidak mengonsumsi vitamin
tambahan.
d. Kebiasaan makan: kebiasaan makan anak tidak teratur dan sesuai kemauan anak
biasanya anak makan tiap mengalami lapar.
e. Alat makan yang digunakan: biasanya anak makan dengan tangan tanpa sendok
atau garpu atau biasanya anak makan disuap oleh ibunya.
f. BB lahir dan BB saat ini: BB lahir 2900 gram dan PB lahir 48 cm BB saat ini
9,8kg.
g. Masalah di kulit: tidak ada permasalahan di kulit anak
Pola istirahat tidur
a. Ritual/Kebiasaan sebelum tidur: kebiasaan anak sebelum tidur biasanya bermain
hp terlebih dahulu.
b. Tidur siang: anak tidak pernah tidur siang.
Mandi
a. Rutinitas mandi (kapan, bagaimana, di mana, sabun yang digunakan): mandi 2x
sehari pagi dan sore di kamar mandi rumah dan menggunakan sabun bayi.
b. Kebersihan sehari-hari: anak selalu menjaga kebersihan, jika pulang main kotor
langsung ganti baju.
Aktivitas
a. Aktivitas sehari-hari (jenis permaian, lama, teman bermain, penampilan anak saat
bermain, dll): bermain bola dengan teman sebayanya.
b. Tingkat aktivitas anak/bayi secara umum, toleransi: aktivitas anak seperti anak
pada umunya sering bermain.
c. Persepsi terhadap kekuatan (kuat/lemah): kuat
d. Kemampuan kemandirian anak ( mandi, makan, toileting, berpakaian, dll): anak
bisa melakukan kegiatan sendiri, orang tua memantau saja.
Eliminasi (BAK dan BAB): kebiasaan BAB dan BAK anak normal, anak mandiri
dalam hal toileting
a. Pola defekasi (kesulitan, kebiasaan, ada darah/tidak): tidak ada kendala
b. Mengganti pakaian dalam / diapers (bayi): anak bisa memakai baju sendiri
c. Pola eliminasi urin (frekuensi ganti popok basah / hari, kekuatan keluarnya uin,
bau, warna): pola eliminasi normal tidak ada permasalahan.
Kenyamanan: tidak ada keluhan
Pola kognitif - persepsi
a. Reponsive secara umum anak
b. Respons anak untuk bicara, suara, objek sentuhan? Normal tidak ada
permasalahan
c. Apakah anak mengikuti objek dengan matanya? Respon untuk meraih mainan
iya, anak merespon dengan baik
d. Vokal suara, pola bicara kata-kata, kalimat? Gunakan stimulasi, bicara mainan,
dsb: iya, anak normal tidak ada permasalahan
e. Kemampuan untuk mengatakan nama, waktu, alamat, nomor telepon, dsb: anak
jelas menjawab pertanyaan ini
f. Kemampuan anak untuk mengidentifikasi kebutuhan:
lapar, haus (selalu dikomunikasikan dengan baik ke ibunya)
nyeri, skala
Diagnosis keperawatan:
1) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien ditandai
dengan anak susah makan, anak mau makan jika makanannya makanan ringan yang
mengandung banyak MSG.
2) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai dengan
ketidaktahuan BB anak tidak naik.
Prioritas masalah:
Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien ditandai
dengan anak susah makan, anak mau makan jika makanannya makanan ringan yang
mengandung banyak MSG.
Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai dengan
ketidaktahuan BB anak tidak naik.
FORMAT RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN