Anda di halaman 1dari 10

PRINSIP DAN AJARAN ISLAM

DALAM ILMU KEPERAWATAN

DISUSUN OEH

1. Nurdilla Anggraeni ( 20190660009 )

2. Intan Yuliasari ( 20190660024 )

3. Aida Rahma Mutia ( 20190660039 )

4. Salsabilla Naqiyyah ( 20190660040 )

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

D3 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum wr. wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Azza Wa Jalla, atas luasnya limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga makalah ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.
Shalawat dan salam tidak luput kami kirimkan atas qudwah kita Rasulullah Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, para sahabatnya serta ummatnya yang senantiasa iltizam diatas
kebenaran hingga akhir zaman.

Penulisan makalah ini disusun guna melengkapi tugas mata kuliah “AIK” pada
Jurusan D3 keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya.
Selain itu, makalah ini tidak hanya sekedar wacana, namun dapat menjadi wahana dalam
menjaga dan mengamalkan ajaran agama Islam.

Kami  menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah ini penuh


keterbatasan dan masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu, saran yang konstruktif
merupakan bagian yang tak terpisahkan dan senantiasa penulis harapkan demi
penyempurnaan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini tidak sedikit kesulitan yang penulis temui, namun
berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, makalah ini dapat terselesaikan dengan
baik. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat. Amin Ya Rabbil
Alamin.

Billahi Fiisabilil Haq Fastabiqul Khaerat.

Wasssalamu ‘alaikum wr. wb


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

BAB II PEMBAHASAN

A. Prinsip dan ajaran islam dalam ilmu keperawatan

B. Ilmu keperawatan dalam prespektif islam

C. Penerapan ilmu keperawatan berbasis sunnatullah dan qadarulah

D. Ayat dan hadist yang relevan

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keperawatan sudah ada sejak zaman purba. Pendapat ini didukung oleh kenyataan bahwa
keperawatan adalah kegiatan yang awalnya dilakukan atas dasar “mother instinct”. Setiap manusia
memiliki naluri. Jadi, bisa dikatakan bahwa naluri keperawatan ada dalam setiap pribadi manusia.
(asmadi, 2008)

Keperawatan telah berkembang sebagai ilmu maupun profesi sehingga telah menjadi bidang
studi yang mandiri. Namun seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pekerjaan
keperawatan tidak hanya berkembangsebatas kegiatan alamian namun, tumbuh dalam bentuk
penalaran sehingga melahirkan berbagai kegiaan seperti observasi, eksperimen, empiris yang digali
akarnya dari filasafat maupun budaya. Akan tetapi panggilan keperawatan mendorong untuk erus
mencari akar yang lebih dalam lagi yaitu tidak sekedar bersumber dari kebenaran manusia dengan
alam, tetapi dari hakikat keberadaan manusia sebagai mahluk Allah SWT.

Islam sangat memperhatikan dunia kesehatan dan dunia keperawatan guna menolong orang
yang sakit dan meningkatkan kesehatan. Anjuran islam untuk hidup bersih juga menunjukkan obsesi
islam untuk mewujudkan kesehatan masyarakat. Sebab kebersihan pangkal kesehatan dan kebersihan
merupakan sebagian dari iman. Jadi walaupun seseorang sudah menjaga kesehatannya sedemikian
rupa resiko sakit masih besar, disebabkan fakor eksternal dan internal. Mengingat kompleknya fakor
pemicu penyakit, maka profesi keperawatan tidak bisa dihindari dan sangat dibutuhkan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja prinsip dan ajaran islam dalam ilmu keperawatan ?

2. Bagaimana Ilmu keperawatan dalam prespektif islam ?

3. Bagaimana penerapan ilmu keperawatan berbasis sunnatullah dan qadarulah ?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Prinsip dan Ajaran Islam Dalam Proses Keperawatan

1.1 Prinsip :

Dalam ilmu kesehatan islam pun mengajarkan beberapa prinsip tentang kesehatan. Prinsip-
prinsip ini adalah sebagai berikut:

1. Agama Islam bertujuan memelihara agama, jiwa, akal, kesehatan dan harta benda umat
manusia
2. Anggota badan dan jiwa manusia merupakan milik Allah
3. Justice
4. Mengutamakan peluang hidup yang lebih tinggi

1.2 Ajaran islam dalam proses keperawatan :

1. Asuhan Keperawatan Islami

Asuhan keperawatan yang Islami merupakan rangkaian dari praktik keperawatan kepada pasien
tanpa meninggalkan aspek aspek Islam didalamnya. Pemberian asuhan keperawatan dalam
prespektif islam dapat di berikan dengan lima aspek yaitu fisik, etika, moral, spiritual, dan
intelektual manusia. Dalam pemberian tindakan, perawat juga harus memiliki rasa kepedulian
agar dapat melaksanakan dan mempertahankan 5 aspek tersebut. Kepedulian dapat dituntukkan
oleh niat, empati, kasih sayang, kehadiran otentik, ketersediaan, dan komunikasi
(Ismail,Hatthakit & Chinawong, 2015).

Sebagian besar teori klinis mengatakan bahwa konsep keperawatan dalam konteks
perawatan islam menganggap manusia sebagai sebuah keseluruhan yang komperhensif dan
caring didefinisikan kedalam kerangka yang holistik. Dalam islam, peduli dinyatakan oleh tiga
tingkatan yaitu, niat, pikiran dan tindakan. Niat dan pikiran merupakan pemahaman tentang apa,
kapan, siapa yang harus merawat dan mengapa. Tindakan merupakan pemahaman bagaimana dan
apa yang berkaitan dengan pengetahuan, keterampilan, dan sumber daya yang tertanam dengan
proses dan hasil peduli. Dalam islam kepedulian merupakan hasil alami dari memiliki cinta allah
dan nabi. Merawat 10 dalam islam berarti berkinginan untuk bertanggung jawab, sensitive,
berkaitan dengan motivasi, dan komitmen untuk bertindak secara benar. (Rassol, 2000).
2. Tindakan Perawatan Islami

Dalam melakukan perawatan Islami, perawat harus memperhatikan kebutuhan spiritual pasien
tidak hanya memperhatikan kondisi fisiknya saja. Dalam keadaan sakit, maka seseorang akan
lebih mendekatkan diri kepada sang penciptaanya. Menurut Ismail, Hatthakit, & Chinawong
(2015) terdapat beberapa tujuan pemberian asuhan keperawatan Islami :

a. Menilai aspek spiritual pasien, lakukan penilian yang akurat dan memberikan perawatan yang
kompeten. Perawat harus menggabungkan spiritualitas yang diyakini pasien dalam setiap
tindakan. (Hyder, dalam Ismail 2015).

b. Pasien mengetahui cara berdzikir seperti mengucapkan kalimat thayibah seperti, bismillah,
alhamdulillah, astaghfirullah, yang demikian itu agar dalam jiwa pasien selalu mengingat
tuhannya. (Lovering, dalam Ismail, 2015).

c. Pasien mengetahui cara shalat 5 waktu. Pada pasien yang mengalami kesulitan shalat dengan
berdiri maka bisa delakukan dengan duduk dan seterusnya. Sebagai perawat hendaknya
membantu dan mengajarkan bagaimana tata cara shalat dalam keadaan sakit. (Hyder, dalam
Ismail, 2015). 11

d. Pasien dapat berkomunikasi. Melakukan komunikasi yang baik dan sopan antara perawat
dengan pasien dan keluarga pasien, sehingga dapat menjalin hubungan yang baik dan tercapai
keadaan yang harmonis. (Halligan, dalam Ismail, 2015).

e. Pasien mengetahui Do’a ketika sakit. Penggunaan Do’a merupakan sebagai alat komunikasi
seorang hamba kepada Tuhanya, sebagai bentuk penghambaan. (Lovering, dalam Ismail, 2015).

f. Menyesuaikan jenis kelamin saat dilakukan perawatan, hal ini untuk mendapatkan
kenyamanan dalam proses asuhan keperawatan yang diberikan. (Hyder, dalam Ismail, 2015).

g. Pasien mengetahui cara baca alqur’an, Hammad (2009) mengemukakan bahwa terapi alqur’an
dapat menurunkan cemas dan meningkatkan imunitas paien. pada pasien dalam keadaan koma
bisa dibacakan al qur’an oleh keluarganya yang mendampingi pasien (Hyder, dalam Ismail,
2003).

Asuhan keperawatan islami penting karena Pemberian asuhan keperawatan yang islami
berpedoman kepada Al-Qur’an dan Hadist sehingga tindakan asuhan keperawatan dapat
terlaksana sesuai dengan syariat islam (Ridwansyah, 2008). Suryadi & Nasrullah (2008) juga
mengatakan didalam islam diyakini bahwa segala penyakit diturunkan Allah dan kita harus
berusaha untuk berobat. Dalam memberikan asuhan keperawatan yang islami perawat juga harus
melaksanakan secara holistik mencakup aspek bio,psiko,sosial dan spiritual (Barbara 12 2008).
hal ini dapat berdampak terhadap mutu kualitas dari pelayanan kesehatan menjadi lebih baik.
Untuk mencapai perawatan yang islami maka perpawat harus memberikan dan membantu pasien
dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang islami berdasarkan aspek aspek diatas.

B. Ilmu Keperawatan Dalam Prespektif Islam

Pelayanan keperawatan sebagai pelayanan profesional merupakan bagian integral dari


pelayanan kesehatan yang bertanggung jawab dalam membantu klien memenuhi kebutuhan
dasarnya dan mengatasi berbagai masalah keperawatan yang dihadapi klien baik sebagai individu,
keluarga, kelompok maupun masyarakat. Pelayanan yang diberikan bersifat humanistik, berdasar
pada ilmu dan kiat ke perawatan serta berpedoman pada standar praktek dan menjunjung tinggi
etika sebagai tuntunan utama dalam melaksanakan pelayanan.

Perawatan dalam Islam sudah dimulai sejak jaman Rasulullah dimana semasa hidup
dengan Rasulullah, dia selalu mendarmabaktikan dirinya kepada umat Islam yang
membutuhkan perawatan dalam masa perang. Dialah perawat Islam pertama yang bernama Rufaidah
Al-Anshoriyah. Dia juga sebagai penggerak bagi kaum ibu untuk membentuk tim kesehatan guna
membantu kebutuhan kaum muslimin serta memberikan perawatan. Dia adalah perawat yang
selalu dekat dengan pasiennya dan merawat mereka sejak datang sampai pulangnya,
mengurusi makanan dan keperluan-keperluannya. Sebagaimana rasulullah telah bersabda bahwa:
“Barangsiapa tidak mengasihi dan menyayangi manusia maka dia tidak dikasihi dan disayangi
Allah.” Dalam hadits yang lain dikatakan bahwa ”Kami (para wanita yang ikut ke medan
perang) merawat dan mengobati orang-orang sakit dan luka-luka.” (HR. Bukhari No. 522) Islam
mengajarkan kepada pemeluknya agar memiliki landasan yang kokoh terhadap aqidah
(keimanan), syariah (aturan) dan akhlak (tingkah laku). Manusia sebagai hamba Allah memiliki
kewajiban untuk beribadah, sebagaimana tercantum dalam QS. Adz-dzaariyaat (51) : 56 yang
artinya: ”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkansupaya mereka menyembahku
(beribadah).” Manusia dalam kehidupannya antar sesama memiliki akhlak dimana suatu tingkah
laku dapat diberi nilai moral atau berakhlak tinggi jika pekerjaan itu dilakukan secara obyektif
artinya dalam masa dan keadaan dengan tidak membeda-bedakan bangsa, ikatan keluarga, agama,
kedudukan, dan lain-lain. Orang yang sungguh-sungguh berakhlak tinggi atau bermutu, moral yang
sempurna senantiasa berkata benar dan cinta kebenaran, adil dan jujur pada setiap manusia. Oleh
karena itu, Al-Qur’an mengajarkan agar setiap muslim membiasakan dirinya kepada akhlak yang
baik. Seperti yang terdapat dalam QS. Al-Hujurat (49) : 13 yang artinya ”...Kami menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.” Sebagai seorang
muslim yang merupakan umat terbaik diharapkan dapat menyuruh, mengajak manusia kepada
yang baik (ma’ruf) dan mencegah yang tidak baik (munkar) (QS. Ali Imran (3) : 110). Falsafah
keperawatan yang dijadikan dasar dalam memberikan pelayanan karena ketidaktahuan,
ketidakmampuan, dan ketidakmauan klien dalam meningkatkan status kesehatannya ternyata
mengambil nilai-nilai yang telah ada dalam Al-Qur’an. Adapun falsafah keperawatan yang telah
ada berisi antara lain:

1. Memandang pasien sebagai manusia yang utuh.


2. Pelayanan diberikan secara langsung dan manusiawi.

3. Setiap orang berhak mendapat perawatan tanpa memandang suku, agama/ kepercayaan, status
sosial dan ekonomi.

4. Perawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan.

5. Pasien merupakan mitra yang aktif dalam pelayanan kesehatan, bukan penerima jasa yang
pasif.

C. Penerapan ilmu berbasis sunnatullah dan qadarulah

Pengertian Sunnatullah

Kata sunnatullah dari segi bahasa terdiri dari kata sunnah dan Allah. Kata sunnah antara lain
berarti kebiasaan. Sunnatullah adalah kebiasaan-kebiasaan Allah dalam
memperlakukan masyarakat. Dalam al-Qur’an kata sunnatullah dan yang semakna dengannya seperti
sunnatina atau sunnatul awwalin terulang sebanyak tiga belas kali. Sunnatullah adalah hukum-hukum
Allah yang disampaikan untuk umat manusia melalui para Rasul, undang-undang keagamaan yang
ditetapkan oleh Allah yang termaksud di dalam al-Qur’an, hukum (kejadian) alam yang berjalan tetap
dan otomatis.
Sunatullah adalah bagian yang bersifat 'dinamis' dari ilmu-pengetahuan-Nya di alam semesta ini.
Karena sunatullah memang hanya semata terkait dengan segala proses penciptaan dan segala proses
kejadian lainnya (segala proses dinamis). Sunatullah itu sendiri tidak berubah-ubah, namun masukan
dan keluaran prosesnya yang bisa selalu berubah-ubah secara 'dinamis' (segala keadaan lahiriah dan
batiniah 'tiap saatnya'), dan tentunya sunatullah juga berjalan atau berlaku 'tiap saatnya'. Sunatullah
berupa tak-terhitung jumlah aturan atau rumus proses kejadian (lahiriah dan batiniah), yang bersifat
'mutlak' dan 'kekal', yang tiap saatnya pasti selalu mengatur segala zat ciptaan-Nya di alam semesta
ini.

Ilmu berdasarkan Sunnatullah

Segala bentuk ilmu-pengetahuan (beserta segala teori dan rumus di dalamnya), yang dikenal dan
dicapai oleh manusia, secara "amat obyektif" (sesuai dengan fakta-kenyataan-kebenaran secara apa
adanya, tanpa ditambah dan dikurangi), pada dasarnya hanya semata hasil dari pengungkapan, atas
sebagian amat sangat sedikit dari ilmu-pengetahuan-Nya (terutama sunatullah).
Bahkan nantinya, segala bentuk ilmu-pengetahuan yang belum dikenal, juga hanya hasil dari
usaha mengungkap atau memformulasikan sunatullah, yang justru telah ditentukan atau ditetapkan-
Nya, sebelum awal penciptaan alam semesta ini. Dan segala bentuk ilmu-pengetahuan lainnya pada
manusia, yang bukan hasil dari usaha mengungkap atau memformulasikan sunatullah, secara "amat
obyektif", tentunya bukan bentuk ilmu-pengetahuan yang 'benar'. Ilmu-pengetahuan Allah, Yang
Maha Mengetahui bersifat 'mutlak' (pasti benar) dan 'kekal' (selalu benar). Sedangkan segala bentuk
ilmu-pengetahuan manusia (bahkan termasuk para nabi-Nya), pasti bersifat 'relatif' (tidak mutlak
benar), 'fana' (hanya benar dalam keadaan tertentu) dan 'terbatas' (tidak mengetahui segala sesuatu
hal). Karena tiap manusia memang pasti memiliki segala kekurangan dan keterbatasan. Namun tiap
manusia justru bisa berusaha semaksimal mungkin, agar tiap bentuk ilmu-pengetahuannya bisa makin
'sesuai' atau 'mendekati' ilmu-pengetahuan Allah di alam semesta ini, dengan menggunakan akalnya
secara relatif makin cermat, obyektif dan mendalam.
Usaha seperti ini justru juga telah dilakukan oleh para nabi-Nya. Sehingga seluruh pengetahuan
mereka tentang pengetahuan atau kebenaran-Nya, terutama yang paling penting, mendasar dan hakiki
bagi kehidupan umat manusia (hal-hal gaib dan batiniah), memang telah bisa tersusun relatif
sempurna (relatif amat lengkap, mendalam, konsisten, utuh dan tidak saling bertentangan secara
keseluruhannya). Hal ini yang justru telah mengakibatkan tiap pengetahuan mereka, bisa disebut
'wahyu-Nya'. Baca pula artikel/posting "Cara proses diturunkan-Nya wahyu".
Segala bentuk ilmu-pengetahuan manusia mestinya bisa dipilih terlebih dahulu, secara amat hati-
hati, cermat dan selektif, sebelum dipakai atau diyakini, karena relatif bisa mudah menyesatkan,
terutama pada agama, ajaran dan paham yang bersifat 'musyrik' dan 'materialistik', yang memang pasti
tidak sesuai dengan kebenaran-Nya (mustahil berasal dari Allah dan tidak bersifat mendasar / hakiki).

Pengertian Qadarullah

Takdir (qadar) adalah perkara yang telah diketahui dan ditentukan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala
dan telah dituliskan oleh al-qalam (pena) dari segala sesuatu yang akan terjadi hingga akhir zaman.

Ilmu berdasarkan Qadarullah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ال يؤمن عبد حتى يؤمن بالقدر خبره وشره حتى بعلم أن ما أصابه لم يكن ليخطئه وأن ما‬
‫أخطأه لم يكن ليصيبه‬

“Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga dia beriman kepada qadar baik dan
buruknya dari Allah, dan hingga yakin bahwa apa yang menimpanya tidak akan
luput darinya, serta apa yang luput darinya tidak akan menimpanya.”
(Shahih, riwayat Tirmidzi dalam Sunan-nya (IV/451) dari Jabir bin
‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, dan diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad dalam
Musnad-nya (no. 6985) dari ‘Abdullah bin ‘Amr. Syaikh Ahmad Syakir berkata:
‘Sanad hadits ini shahih.’
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi (2008). Konsep dasar keperawatan. Jakarta: EGC

Ismail, Suhartini., Hatthakit, U., & Chinawong , T. (2015). Caring Science within Islamic Contexts:
Nurse Media Journal of Nursing,

Barbara, K . 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan Praktik edisi VII Volume I.
Jakarta : EGC.

Brunner and Suddarth. 2004. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2. Jakarta: EGC. Dongoes,
E. M. 2008. Nursing diagnosis manual. Planing. Individualizing, and documenting Client Care. Davis
Company: Philadelpia

Anda mungkin juga menyukai