Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA SEKOLAH

DENGAN DIAGNOSA MEDIS : MENINGITIS

Dosen pembimbing
Ade Susanty, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun oleh :
1. Whan Victory T 20180660008
2. Nurdilla Anggraeni 20190660009
3. Andiny Widyantika 20190660011
4. Intan Yuliasari 20190660024
5. Ghea Anugerah 20180660034
6. Maulidia 20190660035
7. Aida Rahma Mutia 20190660039
8. Salsabila Naqiyyah 20190660040

PRODI D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Meningitis adalah radang pada selaput otak yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus,
parasit, jamur.Meningitis merupakan masalah medis yang serius serta membutuhkan
pengenalan dan penanganan segera untuk mencegah kematian. Dan sampai saat ini
meningitis masih merupakan infeksi pada anak yang menakutkan, menyebabkan mortalitas
dan morbilitas yang tinggi pada anak terutama di negara berkembang (WHO, 2005).
Meningitis ditandai dengan demam dengan awitan akut (>38,5ºC rektal atau 38ºC aksila)
disertai dengan satu atau lebih gejala kaku kuduk, penurunan kesadaran, dan tanda Kernig
atau Brudzinski.
Salah satu tanda gejala dari meningitis adalah terjadinya penurunan kesadaran dan
bahkan terjadinya hemiparase. Peran perawat dalam merawat pasien dengan kelemahan otot
adalah berusaha agar tetap adaya mobilisasi pasien walaupun ditempat tidur dengan cara
latihan fisik di tempat tidur yaitu Range of Motion (ROM) atau biasa disebut rentang gerak
sendi. Oleh karena itu saya sebagai penulis tertarik untuk menganalisis intervensi ROM
terhadap kelemahan otot pasien dengan meningitis.

1.2 Tujuan
Tujuan Umum
Mempelajari pelaksanaan Asuhan Keperawatan Masalah Meningitis pada Anak Usia
Sekolah

Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian keperawatan masalah meningitis pada anak usia sekolah
2. Merumuskan diagnose keperawatan masalah meningitis pada anak usia sekolah
3. Menyusun rencana tindakan keperawatan masalah meningitis pada anak usia sekolah
BAB II
KONSEP MEDIS

2.1 Definisi
Meningitis adalah inflamasi pada meningen atau membran (selaput) yang
mengelilingi otak dan medula spinalis penyebab meningitis meliputi bakteri,piogenik
yang disebabkan oleh bakteri pembentuk pus, terutama meningokokos, pneumokokos,
dan basil influenza. Kedua yaitu virus yang disebabkan oleh agen-agen virus yang sangat
berariasi, yang ke tiga adalah organisme jamur (Muttaqin, 2008).
2.2 Etiologi
Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan pasien
dengan meningitis mempunyai faktor prediposisi seperti fraktur tulang tengkorak, infeksi,
operasi otak atau sum-sum tulang belakang.
2.3 Menifestasi Klinis
 Adanya demam
 Sakit kepala
 Muntah
 Kejang-kejang
 Koma
 Halusinasi
 Anak menjadi irritable
 Kekakuan pada leher
 Kulit dingin dan sianosis
 Peteki/adanya purpura pada kulit
 Keluarnya cairan dari telinga
2.4 Pemeriksaan Diagnostik
 Pemeriksaan lumbal pungsi
 Pemeriksaan radiografi
 CT Scan
 MRI
 Pemeriksaan laboratorium
2.5 Penatalaksanaan Medis
Secara ringkas penatalaksanaan pengobatan meningitis meliputi pemberian
antibiotic yang mampu melewati barrier darah otak ke ruang subarachnoid dalam
konsentrasi yang cukup untuk menghentikan pengembangan bakteri. Biasanya
menggunakan sepaloposforin generasi keempat atau sesuai dengan hasil uji resistensi
antibiotic agar pemberian antimikroba lebih efektif digunakan. Pada pasien yang
memiliki kondisi cenderung stabil, dilakukan pemberian oksigen, akses intravena, dan
pungsi lumbal. Selain itu bisa dilakukan terapi empiris dengan memberikan Cefotaxime
225-300mg/kgBB/hari setiap 6-8 jam + Vankomisin 60mg/kgBB/hari setiap 6 jam
2.6 Komplikasi
 Gangguan pendengaran (tuli)
 Gangguan penglihatan (buta)
 Gangguan berbicara
 Kejang
 Edema dan herniasi serebral
 Efusi subdural
 Hidrosefalus obstruktif
 Cerebral palsy

2.7 WOC
BAB III
KONSEP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA SEKOLAH

3.1 Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan fisik dan peningkatan ukuran. Pertumbuhan dapat
diukur secara kuantitatif. Indicator pertumbuhan meliputi tinggi badan, berat badan,
ukuran tulang, dan pertumbuhan fifi. Pola pertumbuhan fisiologis sama untuk semua
orang, akan tetapi laju pertumbuhan bervariasi pada tahap pertumbuhan dan
perkembangan berbeda.
a. Pertumbuhan fisik pada anak usia sekolah
Pertumbuhan selama periode ini rata-rata 3-3,5 kg dan 6cm/2,5 inchi
pertahunnya. Lingkar kepala tumbuh hanya 2-3 cm selama periode ini, ciri ini
menandakan pertumbuhan otak yang melambat karena proses mielinisasi
sudah sempurna pada usia 7 tahun. Anak laki-laki usia 6 tahun, cenderung
memiliki berat badan sekitar 21kg, kurang lebih 1 kg lebih berat daripada
anak perempuan. Rata-rata kenaikan berat badan anak usia 6-12 tahun kurang
lebih sebesar 3,2 kg per tahun. Periode ini, perbedaan individu pada kenaikan
berat badan disebabkan oleh faktor genetic dan lingkungan. Tinggi badan
anak usia 6 tahun, baik laki-laki maupun perempuan memiliki tinggi badan
yang sama, yaitu kurang lebih 115 cm. setelah usia 12 taun, tinggi badan
kurang lebih 150 cm. habitus tubuh cenderung secara relative tetap stabil
selama masa pertengahan. Pertumbuhan wajah bagian tengah dan bawah
terjadi secara bertahap. Kehilangan gigi desidua merupakan maturasi yang
lebih dramatis, mulai sekitar 6 tahun setelah tumbuhnya gigi-gigi molar
pertama. Penggantian dengan gigi dewasa terjadi pada kecepatan sekitar 4
tahun. Jaringan limfoid hipertrofi, sering timbul tonsil adenoid yang
mengesankan membutuhkan penangan pembedahan.
3.2 Perkembangan
Perkembangan adalah peningkatan kompleksitas fungsi dan kemajuan
ketrampilan yang dimiliki individu untuk beradaptasi dengan lingkungan.
Perkembangan merupakan aspek perilaku dari pertumbuhan, misalnya individu
mengembangkan kemampuan untuk berbicara, berjalan, dan berlari dan melakukan
suatu aktivitas yang semakin kompleks.
Menurut Kriswanto (2006), Amaliyasari & Puspitasari (2008), pola
perkembangan anak, usia yang paling rawan adalah usia anak SD (10-12tahun). Pada
usia 10-12 tahun, mereka ini sedang dalam perkembangan pra-remaja, yang mana
secara fisik maupun psikologis pada masa ini mereka sedang menyongsong pubertas.
Perkembangan aspek fisik, kognitif, emosional, mental, dan sosial anak SD
membutuhkan cara-cara penyampaian dan intensitas pengetahuan tentang seks dan
kesehtan reproduksi yang berbeda dengan tahap-tahap usia yang lain.
a. Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif pada anak usia sekolah adalah pada kemampuan untuk
berpikir dengan cara logis tentang disini dan saat ini. Bukan tentang hal yang
bersifat abstraksi. Pemikiran anak usia sekolah tidak lagi didominasi oleh
persepsinya dan sekaligus kemampuan untuk memahami dunia secara luas.
Perkembangan kognitif piaget terdiri dari beberapa tahapan, yaitu : (1) tahap
sensoris-motorik (0-2 tahun); (2) praoperasional (2-7 tahun); (3) concrete
operational(7-11 tahun); (4)formal operation (11-15 tahun).
Menurut piaget, usia 7-12 tahun menandakan fase operasi konkret. Anak
mengalami perubahan selama tahapini, dari interaksi egosentris menjadi
interaksi kooperatif. Anak usia sekolah juga mengembangkan peningkatan
mengenai konsep yang berkaitan dengan objek-objek tertentu, contohnya
konservasi lingkungan atau pelestarian margasatwa. Pada masa ini anak-anak
mengembangkan pola piker logis dari pola piker intuitif, sebagai contoh
mereka belajar untuk mengurangi angka ketika mencari jawaban dari suatu
soal atau pertanyaan.pada usia ini anak juga belajar mengenai hubungan sebab
akibat, contohnya mereka tahu bahwa batu tidak akan mengapung sebab bat
lebih berat daripada air.

b. Perkembangan moral
Perkembangan moral peserta didik, Teori Kohlberg telah menekankan bahwa
perkembangan moral didasarkan terutama pada penalaran moral dan
berkembang secara bertahap yaitu: Penalaran prakovensional, konvensional,
dan pascakonvensional.
1) Tingkat Satu: Penalaran Prakonvesional
Penalaran prakonvensional adalah tingkat yang paling rendah dalam teori
perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkat ini, anak tidak
memperlihatkan internalisasi nilai-nilai moral, penalaran moral
dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan hukuman ekternal.
2) Tingkat Dua: Penalaran Konvensional

Penalaran konvensional adalah tingkat kedua atau tingkat menengah dari


teori perkembangan moral Kohlberg. Seorang menaati standar-standar
(internal) tertentu, tetapi mereka tidak mentaati standar-standar (internal)
orang lain, seperti orangtua atau masyarakat.

3) Tahap Tiga: Penalaran Pascakonvensional

Penalaran pascakonvensional adalah tingkat tertinggi dari teori


perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkat ini, moralitas benar-benar
diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar-standar orang lain.
Seorang mengenal tindakan moral alternatif, menjajaki pilihan-pilihan,
dan kemudian memutuskan berdasarkan suatu kode moral pribadi.

c. Perkembangan spiritual
Sejalan dengan perkembangan sosial, perkembangan keagamaan mulai
disadari bahwa terdapat aturan-aturan perilaku yang boleh,harus atau terlarang
untuk melakukannya. Perkembangan spiritual anak sangat berpengaruh sekali
dalam tumbuh kembang anak. Agama sebagai pedoman hidup anak untuk
masa yang akan datang. Selain itu, moral seorang anak juga dapat dibentuk
melalui perkembangan spiritual. Anak diberi pengetahuan adanya
kepercayaan terhadap Tuhan YME sesuai dengan kepercayaan yang dianut
orang tua. Karena agama seorang anak itu diturunkan/diwariskan oleh orang
tuanya.
Pada masa anak usia sekolah memiliki tanda-tanda antara lain :
 Sikap keagamaan resepsif tetapi disertai pengertian
 Pandangan dan faham ke Tuhanan diterangkan secara rasional
berdasarkan kaidah logika yang bersumber pada indicator alam
semesta sebagai manifestasi dan eksistensi dan keagungan-Nya
 Penghayatan secara rohaniah makin mendalam dalam melaksanakan
ritual
d. Perkembangan psikoseksual
Perkembangan psikoseksual pada usia anak sekolah mulai menggunakan
energinya untuk memulai aktivitas intelektual dan fisik, dalam periode ini
kegiatan seksual tidak muncul,penggunaan koping dan mekanisme pertahanan
diri muncul pada waktu ini
e. Perkembangan psikososial
Perkembangan psikososial pada anak usia sekolah ini anak mendapatkan
pengenalan melalui demonstrasi ketrampilan dan produksi benda-benda serta
mengembangkan harga diri melalui pencapaian, anak biasanya terpengaruh
oleh guru dan sekolah. Anak juga sering hilang harapan, merasa cukup,
menarik diri dari sekolah dan teman sebaya.
BAB IV
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 Pengkajian
a. Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status, suku/bangsa,
diagnose, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor rekam medis, dan alamat.
b. Identitas Penanggung Jawab
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamt, hubungan dengan
pasien
c. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan anak meliputi keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat tumbuh
kembang
d. Pola-pola Fungsi Kesehatan
Pola-pola fungsi kesehatan meliputi pola nutrisi metabolisme, pola tidur
dan istirahat, pola aktivitas, pola hubungan dan peran, pola persepsi-
konsep diri, pola sensori-kognitif,
e. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan meliputi pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiografis,
pemeriksaan lumbal pungsi
4.2 Diagnosa Keperawatan

 1. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan peningkatan tekanan


intrakranial
 2. Resiko terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi.
 3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hiperthermi
 4. Resiko terjadinya injuri sehubungan dengan adanya kejang, perubahan
status mental dan penurunan tingkat kesadaran
 5. Kurangnya pengetahuan keluarga sehubungan keterbataaan informasi

4.3 Intervensi
INTERVENSI RASIONALISASI

Perubahan pada tekanan intakranial akan


Pasien bed rest total dengan posisi tidur dapat meyebabkan resiko untuk terjadinya
terlentang tanpa bantal herniasi otak

Monitor tanda-tanda status neurologis Dapat mengurangi kerusakan otak lebih


dengan GCS. lanjt

Pada keadaan normal autoregulasi


mempertahankan keadaan tekanan darah
sistemik berubah secara fluktuasi.
Kegagalan autoreguler akan menyebabkan
kerusakan vaskuler cerebral yang dapat
dimanifestasikan dengan peningkatan
Monitor tanda-tanda vital seperti TD, sistolik dan diiukuti oleh penurunan tekanan
Nadi, Suhu, Resoirasi dan hati-hati pada diastolik. Sedangkan peningkatan suhu
hipertensi sistolik dapat menggambarkan perjalanan infeksi.

Hipertermi dapat menyebabkan peningkatan


IWL dan meningkatkan resiko dehidrasi
terutama pada pasien yang tidak sadra,
Monitor intake dan output nausea yang menurunkan intake per oral

Aktifitas ini dapat meningkatkan tekanan


Bantu pasien untuk membatasi muntah, intrakranial dan intraabdomen.
batuk. Anjurkan pasien untuk Mengeluarkan napas sewaktu bergerak atau
mengeluarkan napas apabila bergerak merubah posisi dapat melindungi diri dari
atau berbalik di tempat tidur. efek valsava
Meminimalkan fluktuasi pada beban
Kolaborasi vaskuler dan tekanan intrakranial, vetriksi
Berikan cairan perinfus dengan cairan dan cairan dapat menurunkan edema
perhatian ketat. cerebral

Adanya kemungkinan asidosis disertai


dengan pelepasan oksigen pada tingkat sel
Monitor AGD bila diperlukan dapat menyebabkan terjadinya iskhemik
pemberian oksigen serebral

Terapi yang diberikan dapat menurunkan


permeabilitas kapiler.
Menurunkan edema serebri

Menurunka metabolik sel / konsumsi dan


Berikan terapi sesuai advis dokter kejang.
seperti: Steroid, Aminofel, Antibiotika.

INTERVENSI RASIONALISASI

proses konveksi akan


Longgarkan pakaian, berikan terhalang oleh pakaian yang
pakaian tipis yang mudah ketat dan tidak menyerap
menyerap keringat keringat.

perpindahan panas secara


Berikan kompres dingin konduksi

Berikan ekstra cairan (susu, saat demam kebutuhan akan


sari buah, dll) cairan tubuh meningkat
Pemantauan yang teratur
Observasi kejang  dan tanda menentukan tindakan yang
vital tiap 4 jam akan dilakukan

aktivitas dapat meningkatkan


Batasi aktivitas selama anak metabolisme dan
panas meningkatkan panas

Menurunkan panas pada


Berikan anti piretika dan pusat hipotalamus dan
pengobatan sesuai advis sebagai propilaksis

INTERVENSI RASIONALISASI

mengetahui penyebab terjadinya


hiperthermi karena penambahan
pakaian/selimut dapat
Kaji faktor – faktor menghambat penurunan suhu
terjadinya hiperthermi tubuh

Pemantauan tanda vital yang


teratur dapat menentukan
Observasi tanda – tanda perkembangan keperawatan
vital tiap 4 jam sekali yang selanjutnya.

Pertahankan suhu tubuh suhu tubuh dapat dipengaruhi


normal oleh tingkat aktivitas, suhu
lingkungan, kelembaban
tinggiakan mempengaruhi panas
atau dinginnya tubuh

Ajarkan pada keluarga


memberikan kompres proses konduksi/perpindahan
dingin pada kepala / panas dengan suatu bahan
ketiak perantara

Anjurkan untuk proses hilangnya panas akan


menggunakan baju tipis terhalangi oleh pakaian tebal
dan terbuat dari kain dan tidak dapat menyerap
katun keringat

Atur sirkulasi udara


ruangan Penyediaan udara bersih

Beri ekstra cairan Kebutuhan cairan meningkat


dengan menganjurkan karena penguapan tubuh
pasien banyak minum meningkat

aktivitas meningkatkan
metabolismedan meningkatkan
Batasi aktivitas fisik panas

INTERVENSI RASIONALISASI

Independent Gambaran tribalitas


monitor kejang pada sistem saraf pusat
tangan, kaki, mulut dan memerlukan evaluasi
yang sesuai dengan
intervensi yang tepat
untuk mencegah
otot-otot muka lainnya terjadinya komplikasi.

Persiapkan lingkungan yang


aman seperti batasan
ranjang, papan pengaman,
dan alat suction selalu berada Melindungi pasien bila
dekat pasien. kejang terjadi

Mengurangi resiko jatuh /


Pertahankan bedrest total terluka jika vertigo, sincope,
selama fae akut dan ataksia terjadi

Untuk mencegah atau


mengurangi kejang.
Kolaborasi
Berikan terapi sesuai Catatan : Phenobarbital
advis dokter seperti; dapat menyebabkan
diazepam, phenobarbital, respiratorius depresi
dll. dan sedasi.

INTERVENSI RASIONALISASI

Kaji tingkat pengetahuan Mengetahui sejauh mana


keluarga pengetahuan yang dimiliki
keluarga dan kebenaran
informasi yang didapat

penjelasan tentang kondisi


Beri penjelasan kepada yang dialami dapat
keluarga sebab dan akibat membantu menambah
kejang wawasan keluarga

Jelaskan setiap tindakan agar keluarga mengetahui


perawatan yang akan tujuan setiap tindakan
dilakukan perawatan

Berikan Health Education sebagai upaya alih


tentang cara menolong informasi dan mendidik
anak kejang dan mencegah keluarga agar mandiri
kejang, antara lain : dalam mengatasi masalah
1.  Jangan panik saat kesehatan
kejang

2.  Baringkan anak


ditempat rata dan
lembut.

3.  Kepala dimiringkan.

4.  Pasang gagang


sendok yang telah
dibungkus kain yang
basah, lalu dimasukkan
ke mulut.

5.  Setelah kejang


berhenti dan pasien
sadar segera
minumkan obat tunggu
sampai keadaan
tenang.

6.  Jika suhu tinggi saat


kejang lakukan
kompres dingin dan
beri banyak minum

Anda mungkin juga menyukai